Penjelasanfluidisasi2 PDF
Penjelasanfluidisasi2 PDF
I. Pendahuluan
1a 1b
Gambar 1 Skema unggun diam dan unggun terfluidakan
Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di mana
unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan ini
masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak dengan
lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai
suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk mengalir,
mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi ini dapat dilihat
pada Gambar 1b.
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti
transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus,
perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan plastik
-1/29-
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II
pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses pertumbuhan
partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi, adsorpsi (untuk
pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi lain.
7. Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa
aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada
Gambar 7.
II. Tujuan
III. Sasaran
Proses fluidisasi biasanya dilakukan dengan cara mengalirkan fluida gas atau cair
ke dalam kolom yang berisi unggun butiran-butiran padat. Pada laju alir yang kecil aliran
hanya menerobos unggun melalui celah-celah/ ruang kosong antar partikel, sedangkan
partikel-partikel padat tetap dalam keadaan diam. Kondisi ini dikenal sebagai fenomena
unggun diam. Saat kecepatan aliran fluida diperbesar sehingga mencapai kecepatan
minimum, yaitu kecepatan saat gaya seret fluida terhadap partikel-partikel padatan lebih
atau sama dengan gaya berat partikel-partikel padatan tersebut, partikel yang semula
diam akan mulai terekspansi, Keadaan ini disebut incipient fluidization atau fluidisasi
minimum. Jika kecepatan diperbesar, akan terjadi beberapa fenomena yang dapat diamati
secara visual dan pada kondisi inilah partikel-partikel padat memiliki sifat seperti fluida
dengan viskositas tinggi.
Karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida cair dengan
viskositas tinggi, metoda pengontakan fluidisasi memiliki beberapa keuntungan dan
kerugian. Keuntungan proses fluidisasi, antara lain:
1. sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat secara
kontinu dan memudahkan pengontrolan
2. kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam kondisi
isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya.
3. sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor
4. perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup tinggi.
5. perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas yang
baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas permukaan
kecil.
Sebaliknya, kerugian proses fluidisasi antara lain:
1. selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga karakteristik
fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu
2. butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah
tertentu padatan
3. adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin
4. terjadinya gelombang dan penorakan di dalam unggun sering kali tidak dapat
dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam. Jika hal ini terjadi
pada reaktor, konversi reaksi akan kecil.
P k..S 2
gc = (1)
L 3
P
dimana: = hilang tekan per satuan panjang/ tinggi unggun
L
gc = faktor gravitasi
= viskositas fluida
= porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang kosong di
dalam unggun dengan volume unggun
u = kecepatan alir superfisial fluida
S = luas permukaan spesifik partikel
Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume unggun) dihitung
berdasarkan korelasi berikut:
6.(1 )
S= (2)
dp
sehingga persamaan tersebut menjadi:
36.k. .(1 - )
2
P
gc = 2
(3)
L dp 3
atau
P k'. (1 - ) 2
gc = 2
(4)
L dp 3
dimana k adalah konstanta fludisasi dan k=36k (lihat Tabel 1).
Persamaan ini kemudian diturunkan lagi oleh Kozeny (1927) dengan
mengasumsikan bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekivalen dengan satu kumpulan
saluran-saluran lurus yang paralel yang mempunyai luas permukaan dalam total dan
volume dalam total masing-masing sama dengan luas permukaan luar partikel dan
volume ruang kosongnya.
Harga konstanta k diperoleh beberapa peneliti berbeda-beda seperti ditunjukkan pada
Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Konstanta Empirik Fluidisasi
k Peneliti
150 Kozeny (1927)
180 Carman (1937)
200 US Bureau of Mines (1951)
Untuk aliran turbulen, persamaan tersebut tidak dapat digunakan lagi sehingga Ergun
menurunkan rumus yang lain (1952) dimana kehilangan tekanan digambarkan sebagai
gabungan dari viscous losses dan kinetic energy los.
P (1 - ) 2 (1 - ).g 2
g c = k1 2 3 u + k 2 u
L dp . dp. 3 (5)
viscous losses kinetic energy losses
dimana k1 = 150 dan k2 = 1,75
Pada keadaan ekstrem, yaitu bila:
a. aliran laminer (Re<20), kinetic energy losses dapat diabaikan, sehingga
P (1 - ) 2
g c = 150 2 3 u
L dp . (6)
b. aliran turbulen (Re>1000), viscous losses dapat diabaikan, sehingga:
P (1 - )..g 2
g c = 1,75. u (7)
L dp. 3
IV.2.2 Hilang Tekan pada Unggun Terfluidakan (Fluidized Bed)
Pada unggun terfluidakan, persamaan yang menggambarkan hubungan p/l dan u
yang biasanya digunakan adalah persamaan Ergun, yaitu:
P (1 - ) 2 (1 - f ).. 2
g c = 150 2 f 3 u + 1,75 3
u (8)
L dp .f dp. f
dimana f adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada keadaan ini, dimana
partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam fluida sehingga terjadi
kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya seret dan gaya apung dari fluida di
sekelilingnya:
[gaya seret oleh fluida yang naik] = [berat partikel]-[gaya apung]
atau
[hilang tekan pada unggun] x [luas penampang] = [volume unggun] x [fraksi zat padat] x
[densitas zat padat densitas fluida]
P.A = (A.L)(1 f )( p f )
g
(9)
gc
= (1 f )( p f )
P g
(10)
L gc
150(1 mf )d p .g d p Pg ( s g )g
3
1,75 d p .Pg 2
U mf + U mf = (11)
mf 3 mf 3 2
Untuk keadaan ekstrem, yaitu:
1. aliran laminer (Re<20), kecepatan fluidisasi minimumnya dalah:
dp
2
(P
s Pg )g mf 3
U mf = . . (12)
150 1 mf
2. aliran turbulen (Re>1000), kecepatan fluidisasi minimumnya adalah
dp (P Pg )g
. mf
2 s 3
U mf = . (13)
1,75 Pg
Beberapa persamaan lain untuk menghitung harga Umf dapat dilihat di dalam pustaka.
kecepatan alir fluida. Harga penurunan tekanannya, untuk kecepatan aliran fluida
tertentu, sedikit lebih rendah dari pada harga penurunan tekanan pada saat awal operasi.
Penyimpangan dari keadaan ideal:
1. Interlock
Karakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal hanya
terjadi pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan
mudah saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret
dengan berat partikel. Pada kenyataannya, keadaan di atas tidak selamanya bisa
terjadi karena adanya kecenderungan partikel-partikel untuk saling mengunci
satu dengan lainnya (interlock), sehingga akan terjadi kenaikan hilang tekan (P)
sesaat sebelum fluidisasi terjadi. Fenomena interlock ini dapat dilihat pada
Gambar 9, terjadi pada awal fluidisasi saat terjadi perubahan kondisi dari unggun
tetap menjadi unggun terfluidakan.
2. Fluidisasi heterogen (aggregative fluidization)
Jenis penyimpangan yang lain adalah kalau pada saat fluidisasi partikel-partikel
padat tidak terpisah-pisah secara sempurna tetapi berkelompok membentuk
suatu agregat. Keadaan yang seperti ini disebut sebagai fluidisasi heterogen atau
aggregative fluidization. Tiga jenis fluidisasi heterogen yang biasa terjadi adalah
karena timbulnya:
a. penggelembungan (bubbling), ditunjukkan pada Gambar 10a,
b. penorakan (slugging), ditunjukkan pada Gambar 10b,
c. saluran-saluran fluida yang terpisahkan (chanelling), ditunjukkan pada
Gambar 10c,
Umf
Gambar 9 Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock
L d p . f ( s .d p ) dp. f
3
( s .d p ) u
dimana s = 1 untuk partikel berbentuk bola
s < 1 untuk partikel berbentuk bola
Kecepatan minimum fluidisasi dapat ditentukan secara grafis dan teoritis. Teknik
grafis dapat dilakukan apabila tersedia kurva karakteristik fluidisasi. (antara log u
terhadap log P). Dengan menarik garis vertikal pada titik mulai konstannya log P atau
titik yang menunjukkan adanya fenomena interlock dapat diperpikrakan Umf. Karena
fluktuasi nilai dibanding kurva fluidisasi ideal, perkiraan ini kurang akurat. Supaya Umf
perkiraan mendekati nilai sebenarnya, penarikan garis pada titik konstan P dilakukan
saat kurva fluidisasi mengalurkan data kecepatan tinggi ke rendah. Diharapkan saat
kecepatan menurun fenomena interlock dapat dikurangi. Interlock menyebabkan partikel
menyatu (biasanya karena basah atau karena kelembaban udara) sehingga kecepatan
udara yang dibutuhkan untuk memfluidisasikan partikel tersebut juga bertambah besar.
Akibatnya umf yang teramati cenderung lebih tinggi daripada nilai sebenarnya.
V. Rancangan Percobaan
Venturimeter
- Fungsi : pengukuran laju alir partikel
- Prinsip kerja : laju alir fluida adalah ekivalen dengan beda tinggi fluida pada
kaki manometernya.
Manometer
- Fungsi : menghitung besar pressure drop
- Prinsip kerja : besar pressure drop ekivalen dengan beda tinggi fluida pada
kaki manometer.
Piknometer
- Fungsi : menghitung densitas
- Prinsip kerja : massa jenis/ densitas zat yang dicari () adalah
= Mpikno berisi zat Mpikno kosong/ Vpikno
Kolom Kosong
Partikel padatan
dpartikel = cm
Isi kolom fluidisasi dengan
partikel = gr/cm3
partikel padatan sampai
ketinggian tertentu
Alirkan udara fluidisasi hpartikel = cm
Amati hv = cm
Amati hm = cm
Ulangi percobaan, hm tersebut adalah hm teramati
variasikan kecepatan dari
kecil ke besar, lalu dari
besar ke kecil
Hitung v
(dari v = v (hv ))
Hitung hm grid
(dari hm grid = f (hv )) Alurkan log P terhadap
log v
(Kurva Karakteristik
Fluidisasi)
Hitung hm unggun
( hm unggun = hm
teramati hm grid)
Hitung P
(dari P = .g.h)
Sumber
3. Densitas Udara pada Berbagai Temperatur (Literatur)
Temperatur (0C) (g/mL)
Sumber
4. Viskositas Udara pada Berbagai Temperatur (Literatur)
Temperatur (0C) (cP)
Sumber
5. Diameter Partikel
RUN Jenis Partikel No. Mesh d (mm)
7. Kalibrasi Venturimeter
Diameter Kolom = cm
Vol. Wet Test Meter = mL
Luas Kolom = cm2
Data Kalibrasi Venturimeter
hv (cm) t (s) u (cm/s)
Maka
massa partikel = 15,263 11,596 = 3,667 g
- massa piknometer + partikel + tipol = 24,195 g
- massa piknometer + partikel = 15,263 g
Maka
massa tipol = 24,195 15,263 = 8,932 g
massa tipol 8,932
Volume tipol = = = 8,689 mL
densitas tipol 1,028
Volume partikel = volume piknometer volume tipol
= 10 mL 8,689 mL = 1,311 mL
massa partikel 3,667 g
Densitas partikel = = = 2,806
volume partikel 1,311 mL
V.6.3.Kalibrasi Venturimeter
Misalkan data:
- Volume wet test meter = 10 L = 10000 cm2
- hv = 1,8 cmHg
- Waktu yang diprelukan untuk 1 putaran venturimeter = 56 s
- Diameter kolom = 2,5 cm
2
- Luas kolom = .D = .(2,5) 2 = 4,9063 cm 2
4 4
Volume 10000 cm 3
- v= = = 36,397 cm/s
Luas.Waktu 4,9063 cm 2 .56 s
Dengan mengalurkan data v terhadap hv didapat kurva kalibrasi dengan
persamaan garis linear yang menyatakan hubungan v sebagai fungsi hv.
2 d p * ( p f )* g * ( mf )3
U mf =
1.75 * f
dimana:
dp = diameter partikel (cm)
p = densitas partikel (g/cm3)
f = densitas fluida (g/cm3)
g = konstanta gravitasi (cm/s2)
mf = porositas kolom
d p * ( p f )* g
2
U mf =
1650 * f
dimana:
dp = diameter partikel (cm)
p = densitas partikel (g/cm3)
f = densitas fluida (g/cm3)
g = konstanta gravitasi (cm/s2)
f = viskositas fluida (cP)
Dari persamaan ini terlihat bahwa Wen Yu mendekati partikel sebagai bola,
derajat kebolaan 1.
Dari seri data tersebut diperoleh kurva Kalibasi Venturimeter sebagai berikut:
Dari seri data tersebut diperoleh kurva Kalibasi Kolom Kosong sebagai berikut:
10 y = 1.3556x + 3.0398
R2 = 0.9851
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8
Delta hv (cm )
Dari data tersebut dapat dibuat Kurva Karakteristik Fluidisasi sebagai berikut:
3
2.8
2.6
2.4
2.2
2
1.1 1.15 1.2 1.25 log u 1.3 1.35 1.4
2 d p * ( p f )* g * ( mf )3
U mf =
1.75 * f
jika
dp = 0.14095 cm
p = 2.806 g/cm3
f = 0.00118 g/cm3
g = 981 cm/s2
mf = 0.65
2 0.14095 * (2.806 0.00118) * 981 * (0.65)3
U mf =
Maka 1.75 * 0.00118
U mf = 227.106 cm/s
D. Secara Teoretis dengan Persamaan Wen Yu
d p * ( p f )* g
2
U mf =
1650 * f
dimana:
dp = 0.14095 cm
p = 2.806 g/cm3
f = 0.00118 g/cm3
g = 981 cm/s2
f = 1.8*10-4 cP
Daftar Pustaka
1. Fee, C.J., A Simple but Effective Fluidized-Bed Experiment, Chem. Eng. Educ.,
Summer 1994, pp. 214-217
2. Kunii, D., and Levenspiel, O., Fluidization Engineering, Butterworth-Heinemann,
Boston, 1991
3. Buku-buku lain yang memuat topik fluidisasi.