Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TEORI YANG MENDASARI PRAKTIK BIDAN

Dosen Pembimbing:
ERIK EKOWATI, SST

Disusun oleh:

DESINTA TRI SURYA


DIAH INDRAWATI
DONA DWI SUSILO
ELI EKA NINGTYAS
ENDANG WAHYUNI
FITROTUL QORIAH
HINDUN DWI S.P
KATARINA DIAH A
LILIK ROFIAH
RIRIS JUNIARTI
SURYANDARI
TRIANA N

PORGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh
merupakan perhatian yang paling utama bagi bidan. Bidan dalam
memberikan pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan
mempertanggung jawabkan prakteknya. Dalam melaksanakan
praktek, bidan sering dihadapkan dalam pertanyaan apa yang
dikerjakan bidan dan bagaimana ia berkarya untuk menjawab
pertanyaan tersebut perlu ditegaskan adanya model dan teori
teori yang berhubungan dengan praktek kebidanan.
Yang disebut model adalah suatu contoh, peraga untuk
menggambarkan sesuatu dengan tujuan untuk membuat
kerangka pengertian dalam memberikan pelayanan. Konsep
adalah penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu
teori yang dapat dites didalam suatu observasi atau penelitian.
Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide
yang menjadi dasar suatu disiplin.
Untuk itu bidan dalam memberikan pelayanan terdapat
model asuhan kebidanan yang berdasarkan pada pernyataan
bahwa kehamilan, persalinan dan kelahiran merupakan suatu
proses kehidupan yang normal. Yang didalamnya termasuk :
- Memonitor kesejahteraan ibu baik fisik, psikologis maupun
sosial dalam siklus kehamilan dan persalinan.
- Mempersiapkan ibu dengan memberikan pendidikan,
konseling, asuhan prenatal, dalam proses persalinan dan
melahirkan, dan bantuan pada masa post partum.
- Intervensi teknologi seminimal mungkin.
- Mengidentifikasi dan memberikan bantuan obstetri yang
dibutuhkan.
- Melakukan rujukan yang membutuhkan penanganan
spesialis obstetrik atau tenaga kesehatan lain.
Siapakah bidan itu?, bidan adalah seorang profesional yang
sudah dilatih dengan pengetahuan khusus dalam bantuan
kepada wanita agar tetap sehat selama hamil dan menolongnya
pada waktu melahirkan, ahli dalam memberikan asuhan,
penyuluhan, konseling dan dukungan secara individu kepada
wanita dan bayinya dalam siklus kehamilan dan persalinan.
Ruang lingkup praktek kebidanan :
- Menolong persalinan.
- Konseling.
- Penyuluhan.
- Asuhan pada waktu hamil, melahirkan, nifas, dan bayi baru
lahir.
- Deteksi dini penyakit.
- Pengobatan terbatas ginekologi.
- Pertolongan gawat darurat.
- Pengawasan tumbuh kembang.
- Supervisi.
Praktek kebidanan merupakan manajemen kesehatan wanita
secara mandiri berfokus pada kehamilan, persalinan, periode
post partum, asuhan terhadap bayi baru lahir, keluarga
berencana, dan kesehatan reproduksi wanita. Adapun teori teori
yang berhubungan dengan praktek kebidanan mencakup enam
teori. Teori adalah seperangkat konsep atau pernyataan yang
dapat secara jelas menguraikan fenomena yang penting dalam
sebuah disiplin. Teori yang diuraikan adalah :
1. Teori Reva Rubin.
2. Teori Ramona Mercer.
3. Teori Esnestine Wiedenbach.
4. Teori Ela Joy Lerhman.
5. Teori Jean Ball.
6. Teori Orem.
BAB II
PEMBAHASAN

Teori adalah seperangkat konsep atau pernyataan yang dapat


secara jelas menguraikan fenomena yang penting dalam sebuah
disiplin.
Dalam Ilmu Kebidanan terdapat 6 teori yang harus dipahami oleh
bidan, yaitu :
1. Teori Reva Rubin
Rubin mengemukakan teorinya setelah melakukan
beberapa penelitian. Penekanan Rubin dalam teori maupun
penelitian yang dilakukannya adalah pencapaian peran ibu.
Menurut Rubin untuk mencapai peran tersebut seorang wanita
membutuhkan proses belajar melalui serangkaian aktivitas
berupa latihan-latihan. Dalam proses ini wanita diharapkan
mampu mengidentifikasi bagaimana seorang wanita mampu
mengambil peran seorang ibu. Walaupun proses ini mungkin
dapat mengakibatkan efek yang negatifmisalnya dalam
intervensi atau tindakan, namun teori ini sangat berarti bagi
seorang wanita terutama calon ibu untuk mempelajari peran
yang akan dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi
dengan perubahan yang akan dihadapinya khususnya perubahan
psikososial dalam kehamilan dan setelah melahirkan.
Rubin mengatakan sejak hamil seorang wanita sudah
mempunyai harapan sebagai berikut :
- Kesejahteraan ibu dan bayi
- Penerimaan masyarakat
- Penentuan identitas diri
- Mengerti tentang arti memberi dan menerima

Perubahan yang umumnya terjadi pada wanita pada


waktu hamil :
1. Cenderung lebih tergantung dan membutuhkan perhatian
yang lebih untuk dapat berperan sebagai calon ibu dan
mampu.
2. Membutuhkan sosialisasi.
Tahapan psikososial (psikososial stage) :
1. Antisipatory stage : pada tahap ini ibu melakukan latihan
peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
2. Honeymoon stage : ibu mulai memahami sepenuhnya
peran dasarnya, pada tahap ini ibu memerlukan bantuan
anggota keluarga yang lain.
3. Plateu stage : pada tahap ini ibu akan mencoba
sepenuhnya apakah ia telah mampu menjadi ibu, tahap ini
membutuhkan waktu beberapa minggu dan ibu akan
melanjutkan sendiri.
4. Disengagament stage : tahap ini merupakan tahap
penyelesaian dimana latihan peran dihentikan. Pada tahap ini
peran sebagai orang tua belum jelas.

Arti dan efek kehamilan pada pasangan :


1. Pasangan merasakan perubahan tubuh pasangannya pada
kehamilan 8 bulan sampai 3 bulan setelah melahirkan.
2. Pria juga mengalami perubahan fisik dan psikososial
selama pasangannya hamil.
3. Anak yang akan dilahirkan merupakan dari 3 perbedaan
yang ada :
a. Hubungan ibu dengan pasangan.
b. Hubungan ibu dengan janin yang berkembang.
c. Hubungan ibu dengan individu yang unik dan anak.
4. Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri.
5. Tugas yang harus dilakukan seorang wanita atau pasangan
dalam kehamilan :
a. Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin
dalam satu tubuh.
b. Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran
janin.
c. Penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiring dengan
peran transisi untuk mempersiapkan fungsi keluarga.
6. Reaksi yang umum pada kehamilan :
a. Trimester I : ambivalen (sikap yang bertentangan secara
bersamaan), takut, fantasi, kuatir.
b. Trimester II : perasaan lebih enak, meningkatnya kebutuhan
untuk mempelajari tentang perkembangan dan pertumbuhan
janin menjadi narsistik, pasif, introvert (lebih memikirkan diri
sendiri), kadang kelihatan egosentrik dan self centered.
c. Trimester III : berperasaan aneh, sembrono, jelek, menjadi
lebih introvert, merefleksikan terhadap pengalaman masa
kecil.

Terdapat tiga aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu


:
1. Gambaran tentang idaman.
2. Gambaran tentang diri.
3. Gambaran tubuh.
Gambaran diri seorang wanita adalah bagaimana wanita
tersebut memandang dirinya sebagai bagian dari pengalaman
dirinya. Gambaran diri ini yang digunakan oleh wanita untuk
menggambarkan dirinya. Gambaran tentang tubuh berhubungan
dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan dan
perubahan yang spesifik yang terjadi selama kehamilan dan
setelah melahirkan.
Rubin melihat beberapa tahap fase aktivitas penting sebelum
seseorang menjadi ibu :
1. Taking on : wanita meniru dan melakukan peran ibu. Fase
ini dikenal sebagai tahap meniru.
2. Taking in : fantasi wanita tidak hanya meniru tetapi sudah
mulai membayangkan peran yang dilakukannya pada tahap
sebelumnya. Introjection, projection dan rejection merupakan
tahap dimana wanita membedakan model model yang ada
sesuai dengan pendapatnya.
3. Letting go : merupakan fase dimana wanita mengingat
kembali proses dan aktivitas yang sudah dilakukannya.
Pengalaman baik interpersonal maupun situasional yang
berhubungan dengan masa lalu dirinya (sebelum proses)
yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan,
serta harapan untuk masa yang akan datang. Pada tahap ini
wanita akan meninggalkan perannya pada masa yang lalu.

Adaptasi psikososial pada waktu post partum :


1. Konsep dasar
a. Periode post partum menyebabkan stress emosional
terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi
perubahan fisik yang hebat.
b. Faktor faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi
ke masa menjadi orang tua pada masa post partum adalah :
- Respon dan dukungan dari keluarga dan teman.
- Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap
harapan dan inspirasi.
- Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang
lalu.
- Pengaruh budaya.
c. Periode ini diuraikan oleh Rubin dalam 3 tahap, taking in,
taking hold, letting go.
2. Periode taking in.
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru
pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju
pada kekhawatiran akan tubuhnya.
b. Ia mungkin akan mengulang ulang pengalamannya waktu
bersalin dan melahirkan.
c. Tidur tanpa gangguan sangat penting bila ibu ingin
mencegah gangguan tidur, pusing, irritable (lekas marah),
interference (gangguan) dengan proses pengembalian ke
keadaan normal.
d. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera
makan ibu biasanya bertambah, kurangnya nafsu makan
menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak
berlangsung normal.
3. Taking hold.
a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum, ibu
menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua
yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab kepada bayi.
b. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
BAK, BAB, kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
c. Ibu berusaha keras untuk menguasai tentang ketrampilan
perawatan bayi, misal : menggendong, menyusui,
memandikan dan memasang popok.
Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal hal tersebut, cenderung menerima nasehat
bidan atau perawat karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini
bidan penting memperhatikan perubahan yang mungkin
terjadi.

4. Periode letting go
Terdapat tiga tahap :
1. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah,
dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga.
2. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi,
ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat
tergantung yang menyebabkan berkurangnya hak ibu,
kebebasan, dan hubungan sosial.
3. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.
5. Depresi post partum
Ada tiga bentuk :
1. Banyak ibu mengalami perasaan let-down setelah
melahirkan, sehubungan dengan seriusnya pengalaman waktu
melahirkan dan keraguan akan kemampuan untuk mengatasi
secara efektif dalam membesarkan anak.
2. Umumnya depresi ini sedang dan mudah berubah, dimulai
2-3 hari setelah melahirkan dan dapat diatasi antara 1-2
minggu kemudian.
3. Jarang, agak jarang depresi sedang menjadi psikosis post
partum atau menjadi patologis.

2. Teori Ramona Mercer


Mercer banyak memfokuskan teorinya pada
pengembangan teori dengan menerapkan hasil penelitian dalam
asuhan terhadap ibu. Dalam teorinya Mercer lebih menekankan
pada stress ante partum dalam pencapaian peran ibu. Orang
menilai teir Mercer ini berorientasi kearah praktek. Mercer
memperhatikan wanita pada waktu melahirkan. Ia
mengidentifikasi seorang wanita pada hari awal post partum,
menunjukkan bahwa wanita lebih mendekatkan diri pada bayi
daripada melakukan tugasnya sebagai seorang ibu. Teori Mercer
sudah banyak digunakan dalam keperawatan dan disajikan
dalam Text Book Obstetri.
Ada 2 pokok pembahasan dalam teori Mercer :
1. Efek stres ante partum
2. Pencapaian peran ibu

Efek stres ante partum


Tujuan :
Memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi
lemahnya lingkungan serta dukungan sosial dan kurangnya
kepercayaan diri.
Dalam penelitiannya Mercer menemukan 6 faktor
yang mempunyai hubungan dengan status kesehatan,
yaitu :
- Hubungan interpersonal
- Peran keluarga
- Stres ante partum
- Dukungan sosial
- Rasa percaya diri
- Penguasaan rasa takut, keraguan, dan depresi
Ante aprtum stres
Adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negatif
dalam hidup.
Mercer memberikan 3 model yang saling berhubungan antara
independent variabel dan dependent variabel dengan status
kesehatan, yaitu peran individu, peran timbal balik, dan peran
keluarga.
Family
- Sistem yang dinamik termasuk subsistem individu dan
pasangan.
- Penting memperhatikan subsistem dan hubungan timbal
balik antara :
Ibu bapak
Ibu janin
Ibu orang lain
Maternal Role (peran ibu)
- Menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas baru yang
membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap tentang
diri sendiri (Mercer, 1986).
- Diungkapkan oleh Mercer (1981) bahwa 1-2 juta ibu di
Amerika yang gagal memerankan peran ini terbukti dengan
tingginya jumlah anak yang mendapat perlakuan yang kejam.
- Mercer melihat menjadi seorang ibu tidak hanya pribadi
wanita yang menjadi ibu, tetapi ia juga melihat kesulitan-
kesulitan yang dihadapi ibu dalam melaksanakan peran ibu.
Peran dan partisipasi suami/pasangan sangat penting untuk
menyakinkan dan memberikan penghargaan terhadap peran
baru ini.

Pencapaian peran ibu :


- Peran ibu dicapai dalam kurun waktu tertentu dimana ibu
menjadi dekat dengan bayinya yang membutuhkan pendekatan
yang kompeten termasuk peran dalam mengekspresikan
kepuasan dan penghargaan peran. Peran aktif wanita sebagai ibu
dan pasangannya berinteraksi satu dengan yang lain.
Kemudian Mercer juga menulis hasil penelitiannya tentang
stres ante partum terhadap fungsi keluarga. Dalam model ini
diuraikan efek dari fungsi keluarga baik positif maupun negatif.
Mercer mengatakan bahwa stres yang disebabkan oleh oleh
karena adanya resiko dalam kehamilan akan mempengaruhi
penilaian diri terhadap status kesehatan. Penghargaan diri,
status kesehatan, dan dukungan sosial diperkirakan mempunyai
efek langsung yang positif terhadap penguasaan. Diperkirakan
hal ini mempunyai efek yang negatif terhadap ketakutan dan
depresi yang mempunyai efek negatif langsung terhadap fungsi
keluarga (Mercer, 1988).
Hubungan ini telah dibuktikan dalam suatu penelitian
terhadap wanita yang dirawat di RS dengan kehamilan resiko
tinggi. Wanita-wanita tersebut dibandingkan dengan wanita-
wanita dengan kehamilan resiko rendah. Sebagian dari pasangan
kedua grup ini juga diikut sertakan dalam penelitian ini.
Dari penelitian ini ternyata bahwa wanita dengan kehamilan
resiko tinggi mengalami fungsi keluarga yang kurang optimal
daripada wanita dengan kehamilan resiko rendah.
Ekpresi peran banyak dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.
Mercer menguraikan 4 step dalam pelaksanaan peran
ibu :
1. Anticipatory
Adalah suatu masa sebelum wanita menjadi ibu dimana wanita
memulai penyesuaian sosial dan psikologi terhadap peran
barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang dibutuhkan
untuk menjadi seorang ibu.
2. Formal
Tahap formal dimulai dengan peran sesungguhnya seorang ibu.
Pada masa ini bimbingan peran secara formal dan sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh sistem sosial dari wanita.
3. Informal
Tahap informal mulai pada saat wanita telah mampu menemukan
jalan yang unik dalam melaksanakan peran ibu yang tidak
disampaikan oleh sosial sistem.
4. Personal
Tahap akhir pencapaian peran yaitu tahap personal. Pada tahap
ini wanita telah mahir melaksanakan perannya sebagai ibu. Ia
telah mampu menentukan caranya sendiri dalam melaksanakan
peran barunya ini.
Bila Rubin mengatakan bahwa pencapaian peran ibu ini
dimulai sejak ibu mulai hamil sampai 6 bulan setelah melahirkan.
Mercer melihat bahwa peran aktif seorang wanita dalam
pencapaian peran ini umumnya dimulai setelah bayi lahir yaitu
pada 3 bulan sampai 7 bulan post partum.

Mercer menemukan 11 faktor yang mempengaruhi


wanita dalam pencapaian peran ibu, yaitu :
1. Faktor Ibu
a. Umur ibu pada waktu melahirkan
b. Persepsi ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali
c. Memisahkan ibu dan anak secepatnya
d. Stres sosial
e. Dukungan sosial
f. Konsep diri
g. Sifat pribadi
h. Sikap Terhadap membesarkan anak
i. Status kesehatan ibu
2. Faktor Bayi
a. Temperamen
b. Kesehatan bayi
3. Faktor-faktor lain
a. Latar belakang etnik
b. Status perkawinan
c. Status ekonomi
Suatu hal yang menarik yang dikemukakan Mercer adalah
penekanannya pada pengaruh bayi (infants personality) pada
waktu ibu melaksanakan perannya sebagai ibu.

Dengan mengambil faktor sosial support sebagai salah


satu contoh, Mercer mengidentifikasi 4 faktor
pendukung :
1. Emosional
Perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya, dan mengerti.
2. Informational
Membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan
memberikan informasi yang berguna dan berhubungan dengan
masalah dan/atau situasi.
3. Physical
Pertolongan yang langsung seperti, mambantu merawat bayi,
memberikan dukungan dana.
4. Appraisal (penilaian)
Informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan,
bagaimana ia menampilkannya dalam peran, hal ini
memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri
yangn berhubungan dengan penampilan peran orang lain.
Dalam penelitiannya terhadap kebutuhan akan bermacam-
macam support dalam masa kehamilan dan post partum, Mercer
telah membuktikan bahwa faktor umur sangat berpengaruh pada
pencapaian peran fungsi ibu. Beberapa faktor yang digaris
bawahi oleh Mercer dalam penelitiannya adalah faktor umur,
tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi, dan
konsep diri.
Mercer juga menekankan bahwa tiga fase adaptasi ibu pada
tahun pertama setelah melahirkan juga mempengaruhi
pencapaian peran ibu. Mercer menguraikan empat faktor dalam
masa adaptasi tersebut :
1. Physical Recovery Phase (lahir 1 bulan).
2. Achivement Phase (2 4/5 bulan).
3. Disruption Phase (6 8 bulan).
4. Reorganization Phase (8 12 bulan).
Tiga fase pertama merupakan adaptasi terhadap fungsi tubuh.
Selain pemulihan tubuh ibu sendiri juga termasuk didalamnya.
Secara psikologis ibu khawatir terhadap resiko menjadi seorang
ibu, masa pemulihan ini sangat penting karena bila fungsi tubuh
tidak kembali seperti semula akan menimbulkan keluhan
psikologis dan sosiologis yang berkepanjangan bagi ibu.
Mercer mengatakan 2 per 3 dari wanita mempunyai keluhan
kesehatan dalam 4 bulan setelah melahirkan. Diuraikannnya ada
44% mempunyai satu keluhan, 22% datang dengan 2 keluhan,
25% mengeluh flu, atau keluhan lain seperti infeksi alat alat
kandungan, penyakit kronis, masalah lambung dan usus,
masalah payudara, masalah otot, ketegangan emosi, sakit
kepala, anemia, perlukaan atau kecelakaan.
Kesehatan merupakan pusat kekhawatiran didalam antenatal
stres. Demikian juga faktor faktor penting yang berpengaruh
dalam kehidupan sosial dan lingkungan lain disekitar wanita yang
merupakan elemen didalam model dalam pencapaian peran.
Dalam hubungannya dengan person berdasarkan teori peran ibu,
wanita memiliki jati diri yang dibutuhkan sepanjang kehidupan
sosial, bagaimana persepsi ibu terhadap bayu dan respon orang
lain terhadap perannya sebagai ibu sepanjang hidupnya dan
bagaimana responnya terhadap kenyataan yang dihadapi.
Peran bidan yang diharapkan oleh Mercer dalam teorinya
adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugasnya dalam
adaptasi peran fungsi ibu dan mengidentifikasi faktor apa yang
mempengaruhi peran ibu dalam pencapaian peran fungsi ini dan
kontribusi dari stres ante partum.
3. Teori Esnestine Wiedenbach
Enestine Wiedenbach sudah pernah bekerja dalam suatu
proyek yang mempersiapkan persalinan berdasarkan teori dokter
Grantley Dick Read. Wiedenbach mengembangkan teorinya
secara induktif berdasarkan pengalaman dan observasinya
dalam praktek. Konsep yang luas menurut Wiedenbach yang
nyata ditemukan dalam keperawatan, yaitu :
1. The Agent : bidan, perawat, atau orang lain.
2. The Recipient : wanita, keluarga, masyarakat.
3. The Goal : dari intervensi.
4. The Means : metode untuk mencapai tujuan.
5. The Frame Work : organisasi sosial, lingkungan profesional.
The agent midwife
Filosofi Wiedenbach tentang asuhan kebidanan dan
tindakan kebidanan dapat dilihat dalam uraiannya yang jelas
pada perawatan maternitas dimana kebutuhab ibu dan bayi yang
segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu
kebutuhan ibu dan ayah dalam persiapan menjadi orang tua.
The goal/purpose
Didasari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu
diketahui sebelum menentukan goal. Bila sudah diketahui ini,
maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan
mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional, atau
fisiological yang berbeda dari kebutuhan normal.
The recipient
Wanita, masyarakat yang oleh sebab tertentu tidak mampu
memenuhi kebutuhannya. Wiedenbach sendiri berpandangan
bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan mampu
menentukan kebutuhannya tanpa bantuan.
The means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan,
Wiedenbach menentukan beberapa tahap, yaitu :
1. Identifikasi kebutuhan klien
2. Ministration/memberikan dukungan dalam mencari
pertolongan yang dibutuhkan
3. Validation bantuan yang diberikan sungguh merupakan
bantuan yang dibutuhkan
4. Coordination dengan ketenagaan yang direncanakan untuk
memberikan bantuan
Untuk mengidentifikasi kebutuhan ini diperlukan :
- Pengetahuan
- Judgement
- Ketrampilan

4. Teori Ela Joy Lerhman


Teori ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Lerhman. Lerhman melihat semakin luasnya tugas yang
dibebankan pada bidan. Dalam teori ini Lerhman menginginkan
agar bidan dapat melihat semua aspek praktek memberikan
asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan pada
persalinan. Macintyre (1980) menurut Lerhman menyelidiki
bahwa pelayanan antenatal menunjukkan perbedaan antara
prosedur administrasi yang dibebankan dengan manfaat
antenatal dan jenis pelayanan yang dialami seorang wanita di
klinik kebidanan karena hubungan antara identifikasi faktor
resiko dan keefektifan dari antenatal care terhadap hasil yang
diinginkan belum terpenuhi.
Lerhman dan koleganya ingin menjelaskan perbedaan antara
pengalaman seorang wanita dengan kemampuan bidan untuk
mengaplikasikan konsep kebidanan dalam praktek. Lerhman
mengemukakan 8 konsep yang penting dalam pelayanan
antenatal :
1. Asuhan yang berkesinambungan.
2. Keluarga sebagai pusat asuhan.
3. Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan.
4. Tidak ada intervensi dalam asuhan.
5. Fleksibilitas dalam asuhan.
6. Keterlibatan dalam asuhan.
7. Advokasi dari klien
8. Waktu

Asuhan partisipative
Bidan dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi dan
perencanaan. Pasien atau klien ikut bertanggung jawab atau
ambil bagian dalam pelayanan antenatal. Dalam pemeriksaan
fisik, misalnya palpasi, klien akan melakukan palpasi pada
tempat tertentu atau ikut mendengarkan denyut jantung.
Kedelapan komponen yang dibuat oleh Lerhman ini kemudian
diujicobakan oleh Morten (1991) pada pasien atau klien post
partum. Dari hasil penerapan tersebut Morten menambahkan 3
komponen lagi ke dalam 8 komponen yang telah dibuat oleh
Lerhman yaitu :
1. Teknik terapeutik.
2. Pemberdayaan.
3. Hubungan sesama
Teknik terapeutik
Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses
perkembangan dan penyembuhan, misalnya :
- Mendengar aktif
- Mengkaji
- Klarifikasi
- Humor
- Sikap yang tidak menuduh
- Pengakuan
- Fasilitasi
- Pemberian ijin
Empowerman (pemberdayaan)
Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan. Bidan melalui
penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan kemampuan
pasien dalam mengoreksi, memvalidasi, menilai dan memberi
dukungan.
Lateral Relationship
Menjalin hubungan yang baik terhadap klien, bersikap terbuka,
sejalan dengan klien, sehingga antara bidan dan kliennya
nampak akrab. Misalnya sikap empati atau berbagi pengalaman.

5. Teori Jean Ball


Teori kursi goyang keseimbangan emosional ibu
Tujuan asuhan maternitas :
Agar ibu mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik
maupun psikologis.
Psikologis dalam hal ini tidak hanya pengaruh emosional
tetapi juga proses emosional agar tujuan akhir memenuhi
kebutuhan untuk menjadi orang tua terpenuhi. Kehamilan dan
persalinan dan masa post partum adalah masa untuk
mengadopsi peran baru.
Teori Ball :
1. Teori perubahan.
2. Teori Stres, Coping dan support.
3. Teori dasar
Hipotesa Ball
Respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi
bersamaan dengan kelahiran anak yang mempengaruhi
personality seseorang dan dengan dukungan yang berarti
mereka mendapatkan sistem keluarga dan sosial.
Persiapan yang sudah diantisipasi oleh bidan dalam masa
postnatal akan mempengaruhi respon emosional wanita dalam
perubahan yang dialaminya pada proses kelahiran anak.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa wanita yang
boleh dikatakan sejahtera setelah melahirkan sangat tergantung
pada personaliti atau kepribadiannya sistem dukungan pribadi,
dan dukungan yang dipersiapkan pelayanan maternitas.
Dalam teori kursi goyang, kursi dibentuk dalam 3 elemen :
1. Pelayanan maternitas.
2. Pandangan masyarakat terhadap keluarga.
3. Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian wanita.
Kesejahteraan keibuan seorang wanita sangat tergantung
terhadap effektifitas ketiga elemen tersebut. Jika kursi goyang
tidak bisa ditegakkan maka tidak nyaman untuk diduduki.
6. Teori Orem
Orem menamakan teori Self care deficit sebagai teori umum
dalam keperawatan. Ada 3 teori yang terkait didalamnya,
yaitu :
1. Self care theory
2. Self care defisit theory
3. Nursing system theory
Self care adalah
Kontribusi yang terus-menerus dari seorang dewasa terhadap
kelanjutan eksistensi, kesehatan dan kesejahteraan.
Individu pribadi yang memprakarsai dan melaksanakan
sendiri aktivitas yang diperlukan untuk mempertahankan
kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraannya.
Self care model menekankan bahwa setiap orang
mempunyai kebutuhan untuk merawat dirinya sendiri dan
mereka mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri,
kecuali bila tidak memungkinkan.
Orang yang dapat memenuhi kebutuhan self care sendiri
disebut self care agent. Orang dewasa yang normal dan
sehat merupakan agent untuk dirinya sendiri. Sedangkan untuk
bayi, anak, orang tidak sadar atau sakit berat, keluarga atau
perawat merupakan dependent care agent.
Menurut Orem, kebutuhan self care dibagi 3 kategori :
1. Universal self care
Berlaku untuk semua orang dan dikatkan dengan fungsi dan
proses kehidupan sering disebut sebagai kebutuhan dasar
manusia yang terdiri atas :
a. Pemeliharaan kebutuhan udara yang cukup.
b. Pemeliharaan kebutuhan air yang mencukupi.
c. Pemeliharaan makanan yang mencukupi.
d. Penetapan kesepakatan yang berkaitan dengan proses
eliminasi.
e. Pemeliharaan terhadap keseimbangan aktivitas dan istirahat.
f. Pemeliharaan terhadap keseimbangan antara kesendirian dan
interaksi sosial.
g. Pencegahan terhadap hal yang membahayakan kehidupan,
fungsi dan kesejahteraan.
h. Peningkatan fungsi dan pengembangan manusia dalam
kelompok sosial sesuai dengan potensi, keterbatasan dan
keinginannya sebagai manusia normal.
2. Developmental self care
Kebutuhan ini timbul menurut tahap perkembangan individu
dan lingkungan dimana individu tersebut berada dan
mempengaruhi perkembangan hidup seseorang (dihubungkan
dengan perubahan hidup seseorang atau siklus kehidupan).
3. Health deviation self care
Kebutuhan ini dibutuhkan karena kesehatan seseorang
terganggu, misalnya : keadaan sakit atau ketidak mampuan yang
mengakibatkan perubahan dalam perilaku self care.
Bila ada tuntutan untuk merawat dirinya sendiri dan individu
tersebut mampu memenuhi tuntutan, maka self care ini
memungkinkan, tetapi tuntutan lebih besar dari kemampuan
individu untuk memenuhinya maka akan terjadi ketidak
seimbangan dan hal ini disebut self care defisit.
Self care defisit merupakan inti dari Orem General Theory of
Nursing sebab hal ini menggambarkan kapan keperawatan ini
diperlukan. Self care defisit merupakan kriteria untuk
mengidentifikasi, apakah seseorang memerlukan bantuan
asuhan keperawatan. Dengan demikian keperawatan diperlukan
bila terdapat ketidak mampuan atau keterbatasan seseorang
dewasa atau orang tua (untuk anak) dalam memenuhi self care
yang diperlukan secara terus-menerus atau bila timbul
kebutuhan untuk menggunakan teknik khusus/menerapkan
pengetahuan ilmiah dalam merencanakan/menentukan asuhan.
Tujuan untuk memenuhi kebutuhan self care dapat
dicapai dengan:
1. Menurunkan kebutuhan self care ke tahap dimana pasien
dapat memenuhinya.
2. Meningkatkan kemampuan pasien untuk memenihi kebutuhan
pself care.
3. Memperbolehkan keluarga/orang lain untuk memberikan
dependent care bila self care tidak dimungkinkan.
4. Apabila hal tersebut diatas tidak dapat dilaksanakan maka
perawat akan melaksanakannya.
Untuk memenuhi kebutuhan self care pasien, dapat dilakukan
oleh perawat dan/atau oleh pasien itu sendiri melalui 3 macam
sistem keperawatan dengan 5 metode keperawatan :
1. Totally compensatory nursing system
Perawat mengambil alih tanggung jawab untuk melakukan
semua aktivitas yang untuk memenuhi kebutuhan self care.
2. Partially compensatory nursing system
Perawat mengambil alih sebagian aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan self care dan aktivitas lain masih dapat dilakukan
oleh pasien/keluarga.
3. Educative/supportive nursing system
Pasien berpotensi untuk memenuhi kebutuhan self care
aktivitas, perawat hanya memberi penyuluhan dan dukungan
kepada pasien sehingga diharapkan ia dapat memenuhi
kebutuhan self care untuk dirinya.
Lima metode bantuan yang dapat diberikan
adalah :
1. Berperan atau melaksanakan untuk.
2. Mengajak atau menyuluh.
3. Membimbing.
4. Mendukung.
5. Menciptakan lingkungan yang menunjang tumbuh kembang.
Untuk dapat melaksanakan bantuan kepada pasien, 5
aspek perlu diperhatikan :
1. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien, keluarga,
kelompok sampai ia dapat melepaskan diri/melaksanakan sendiri
asuhan.
2. Menentukan bantuan yang bagaimana yang dibutuhkan
pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Memberikan bantuan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
pasien.
4. Merencanakan bantuan langsung bersama
pasen/keluarga/orang lain yang akan melakukan asuhan.
5. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan asuhan
keperawatan dengan kegiatan pasien sehari hari, pelayanan
kesehatan lain yang diperlukan/diterima dan pelayanan sosial
dan pendidikan yang diperlukan/diterima.
Dari uraian diatas jelas bahwa untuk mencapai tujuan
pemenuhan kebutuhan seperti yang diuraikan oleh Orem perlu
penngetahuan tentang :
Manusia.
Kebutuhan self care.
Self care defisit.
Penerapan 5 metode bantuan.
Proses keperwatan berdasarkan self care model.
Definisi proses keperawatan menurut Orem :
Menentukan mengapa seseorang membutuhkan asuhan
keperawatan.
Menentukan sistem bantuan keperawatan.
Merencanakan pelaksanaan bantuan keperawatan yang spesifik.
Memberikan dan mengevaluasi pelaksanaan bantuan
keperawatan.
Langkah langkah
a. Pengkajian
Tujuan : menentuakan kebutuhan self care individu,
mengidentifikasi apakah ada/ tidak ada self care defisit.
Perawat bekerja sama dengan pasien/keluarga dalam
merencanakan strategi yang akan mengurangi/menghilangkan
defisit yang ada dengan :
Mengurangi kebutuhan self care.
Meningkatkan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
self care.
Memperbolehkan keluarga/orang lain memberikan dependent
care.
Memenuhi langsung kebutuhan self care.
Tiga kategori kebutuhan self care dapat dipakai sebagai
kerangka pengkajian :
1. Universal.
Menggunakan observasi, pengukuran dan wawancara untuk
mengidentifikasi pola normal kebutuhan pasien sehari hari,
mengidentifikasi dan menganalisa ketidak mampuan untuk
melakukan self care.
2. Developmental.
Mengidentifikasi perubahan gaya hidup pasien atau siklus
kehidupan dan kebutuhan akan pengembangan yang timbul dari
perubahan tersebut.
3. Health Deviation
Pengaruh sakit atau penyakit terhadap atau observasi
perilaku yang dapat mengarah pada penyakit.
b. Perencanaan
Setelah mengidentifikasi self care defisit maka data ini dapat
dipakai sebagai pernyataan masalah dalam rencana
keperawatan, kemudian perawat menentukan sistem
keperawatan yang diperlukan : totally compensatory, partially
compensatory atau educative/supportive, serta tujuan yang telah
ditentukan oleh perawat pasien, untuk menghilangkan self
care defisit.

c. Implementasi
Merupakan tindakan yang mengandung 5 bantuan, yaitu :
melakukan untuk, memberi penyuluhan, membimbing,
mendukung dan menciptakan lingkungan yang menunjang
tumbuh kembang.
d. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terus menerus dengan membandingkan
perilaku yang diharapkan dalam tujuan dengan hasil tindakan
yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai