TEKNIK LABORATORIUM II
Modifikasi Alat Percobaan Venturimeter Untuk Mengukur Kecepatan Fluida
Dosen Pengampu:
Supeno, S.Pd, M.Si; Dr. Albertus D. Lesmono, M.Si;
Rayendra Wahyu B, M.Pd
Disusun oleh :
Widya Septyaning Virani (140210102008)
Lupita Rahayu (140210102012)
Widya Apriyani S. (140210102017)
Lailiatur Rohmah (140210102084)
1
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
2
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Tema
Fluida Dinamis
1.2 Judul
Modifikasi Alat Percobaan Venturimeter Untuk Mengukur Kecepatan
Fluida
1.3 Latar belakang
Asas Bernouli dikemukakan pertama kali oleh Daniel Bernouli (1700 1782).
Dalam kertas kerjanya yang berjudul Hydrodynamica, Bernouli menunjukkan
bahwa begitu kecepatan aliran fluida meningkat maka tekanannya justru menurun.
Asas Bernouli adalah tekanan fluida di tempat yang kecepatannya tinggi,
lebih kecil daripada di tempat yang kecepatannya lebih rendah. Jadi semakin besar
kecepatan fluida dalam suatu pipa maka tekanannya akan semakin kecil dan
sebaliknya, semakin kecil kecepatan fluida dalam suatu pipa maka semakin besar
tekanannya.
Kecepatan dan debit yang dimiliki oleh fluida yang mengalir dapat dicari
dengan menggunakan venturimeter. Dari perubahan ketinggian fluida tersebut yang
ditunjukkan pada venturimeter maka dapat dicari berapa debit dan kecepatan fluida
dengan menggunakan persamaan Bernouli, persamaan Kontinuitas, dan
perhitungan yang didapat dari venturimeter.
Venturimeter adalah sebuah alat yang bernama pipa venturi. Pipa venturi
merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang bagian tengahnya lebih sempit
dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa pengendali untuk
mengetahui permukaan air yang ada sehingga besarnya tekanan dapat
diperhitungkan.
Pada umumnya venturimeter hanya menggunakan pipa besar dan pipa kecil
dengan diameter yang tetap. Kali ini, kami memodifikasi dari alat venturimeter
yaitu dengan mengubah-ubah diameter pipa besar. Dengan begitu kita dapat
membandingkan kriteria diameter pipa yang baik untuk laju aliran air pada
venturimeter.
3
1.4 Rumusan Masalah
1.4.1 Bagaimana cara menentukan diameter pipa yang baik tanpa adanya
turbulensi?
1.4.2 Bagaimana pengaruh perubahan penampang terhadap tinggi garis
hidrolik?
1.4.3 Bagaimana kecepatan aliran fluida dengan diameter pipa yang berbeda-
beda pada venturimeter?
1.5 Tujuan
1.5.1 Untuk mengetahui diameter pipa yang baik tanpa ada turbulasi.
1.5.2 Untuk mengetahui pengaruh perubahan penampang terhadap tinggi garis
hidrolik.
1.5.3 Untuk mengetahui kecepatan aliran fluida dengan diameter pipa yang
berbeda-beda pada venturimeter.
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Fluida didefinisikan sebagai zat yang mengalir yaitu zat gas dan zat cair.
Secara umum fluida dibedakan menjadi dua yaitu fluida dinamik dan statis. Fluida
statik adalah fluida dalam keadan diam atau tetap. Fluida dinamil adalah fluida
dalam keadaan bergerak, gerakan fluida dipandang sebagai fungsi tempat dan
waktu. Fluida dinamik erat kaitannya dengan persamaan kontinuitas dan persamaan
Bernoulli.
Dalam proposal ini, kami melakukan perhitungan laju aliran teoritis yang
dapat dilakukan berdasarkan hukum kontinuitas dan persamaan Bernoulli. Alat
yang akan dibuat adalah venturimeter. Karena alat ini memiliki kelebihan-
kelebihan dibandingkan atlat ukur lainnya, adapun kelebihan-kelebihannya antara
lain :
Dengan pemasangan dan kalibrasi yang tepat, maka jenis ini memiliki
ketelitian yang paling tinggi diantara semua pengukuran aliran yang
memiliki metode pengukuran serupa, yaitu nossel aliran dan orifis.
Jauh kemungkinan tersumbat kotoran.
2.1 Fluida
Fluida atau zat cair adalah wujud yang tidak mempunyai bentuk yang tetap,
tetapi dapat mengalir dan dapat mengambil bentuk tempat yang diisinya. Dalam
suatu fluida mempunyai tiga keadaan dasar, atau fase materi yaitu antara lain padat,
cari dan gas. Fase padat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap
sekalippun suatu gaya yang besar dikerjakan pada benda padat ia tidak dapat dengan
mudah berubah bentuknya ataupun volumenya. Fase cair tidak dapat
mempertahankan bentuk yang tetap karena ia mengikuti bentuk wadahnya, tetapi
5
pada fase ini tidak dengan mudah dimampatkan. Sehingga volumenya dapat diubah
jika dikerjakan pada gaya yang sangat besar. Molekul-molekul didalam fluida
mempunyai kebebasan lebih besar untuk bergerak sendiri-sendiri. Dalm zat cair
gaya interaksi antara molekul-molekul, yaitu yang disebut kohesi, masih cukup
besar, karena jarak antara molekul tidaklah terlalu besar. Akibatnya zat cair masih
tampak sebagai kesatuan, sehinga kita masih dapat melihat bataas-batas zat cair.
Fase gas tidak mempunyai bentuk maupun volume yang tetap, ia akan
berkembang mengisis seluruh wadah. Molekul-molekul gas dapat dianggap sebagai
satu sistem partikel bebas. Gaya kohesi antar molekul-molekul sangatlah kecil, dan
interaksi antar molekul terutama adalah oleh tumbukan.sebagai akibatnya, gas
cenderung untuk memenuhi ruang. Disamping itu, gas lebih mudah dimampatkan
daripada zat cair. Karena fase cair dan gas tidak mempertahankan suatu bentuk yang
tetap, keduanya mempunyai kemampuan mengalir. Dengan demikian kedua-
duanya sering secara kolektif disebut sebagai fluida.
Salah satu sifat penting dari zat adalah kerapatan atau massa jenisnya.
Massa jenis , sebuah benda didefinisikan sebagai massa per satuan volume :
= (2.1)
Massa jenis merupakan sifat khas dari suatu zat murni. Satuan SI untuk
massa jenis adalah kg/m3. Untuk satuan CGS satuan massa jenis dinyatakan dalam
gr/cm3.
Dalam ilmu fisika tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas,
dimana gaya F dipahami bekerja tegak lurus terhadap permukaan A :
Tekanan = P = (2.2)
6
yang berada dalam keadaan diam adalah bahwa gaya yang disebabkan oleh tekanan
flida selalu bekerja tegak lurus terhadap permukaan yang bersentuhan dengannya.
P==
P = gh (2.3a)
Dengan demikian, tekanan berbanding lurus dengan massa jenis zat cair,
dan kedalaman di dalam zat cair. Pada umumnya, tekanan pada kedalaman yang
sama dalam zat cair yang serba sama adalah sama. Persamaan 2.3a berlaku untuk
fluida yang massa jenisnya konstan dan tidak berubah terhadap kedalaman, yaitu
jika fluida tersebut tidak dapat ditekan. Di pihak lain, gas sangat mudah ditekan,
dan massa jenisnya dapat berubah cukup besar terhadap kedalaman. Jika perubahan
massa jenis hanya kecil saja, persamaan 2.3a dapat digunakan utnuk menentukan
perbaedaan tekanan P pada ketinggian yang berbeda, dimana adalah massa jenis
rata-rata :
P = g h (2.3b)
7
2.4 Jenis Aliran pada Pipa
Apabila suatu fluida mengalir dalam suatu saluran dengan kecepatan yang
cukup kecil, maka aliran tersebut berlapis-lapis yang bergerak secara sliding relatif
terhadap lapisan didekatnya atau lapisan-lapisan yang bersebelahan meluncur satu
sama lain dengan mulus. Aliran ini dinamakan aliran laminer. Bila kecepatan aliran
diperbesar, gerakan partikel fluida semakin tidak teratur, sehingga terjadi pusaran-
pusaran arus. Aliran ini dinamakan aliran turbulen. Aliran transisi merupakan aliran
dengan kecepatan diantara laminer dan turbulen.
Q= (2.4)
Misalnya fluida mengalir melalui sebuah pipa. Pipa biasanya berbentuk silinder dan
memiliki luas penampang tertentu. Pipa tersebut juga memiliki panjang.
Ketika pipa mengalir dalam ppipa sejauh L, misalnya maka volume fluida
yang ada dalam pipa adalah v = AL. Karena mengalir dalam pipa sepanjang L fluida
menempuh selang waktu tertentu, maka kita bisa mengatakan bahwa besarnya debit
fluida :
Q= =
Karena v = = L = vt
8
()
Maka Q =
Q = Av (2.5)
2.6 Venturimeter
Pada bagian hulu, pada persambungan antara bagian silinder dan bagian
yang berbentuk kerucut, terdapat ruang annulus D dan beberapa lubang kecil E yang
dibor dari bagian dalam tabung sampai ke ruang annulus itu. Cincin annulus dan
lubang-lubang kecil itu merupakan cincin piezometer, yang fungsinya ialah untuk
merata-ratakan tekanan-tekanan yang disalurkan oleh setiap lubang kecil. Tekanan
rata-rata itu lalu ditransmisisikan melalui sambungan untuk tekanan hulu F.
9
Dalam meteran venturi, kecepatan fluida bertambah dan tekanannya
berkurang di dalam kerucut sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut hulu
itu lalu dimanfaatkan, sebagaimana diuraikan di bawah nanti, untuk mengukur laju
aliran melalui instrumen ini. Kecepatan fluida kemudian berkurang lagi dan
sebagian besar tekanan awalnya kembali pulih di dalam kerucut sebelah hilir. Agar
pemulihan tekanan itu besar, sudut kerucut hilir C dibuat kecil, sehingga pemisahan
lapisan batas dapat dicegah dan gesekan pun minimum. Oleh karena pada bagian
yang penampangnya mengecil tidak ada pemisahan, maka kerucut hulu dapat dibuat
lebih pendek daripada kerucut hilir. Gesekannya pun di sini kecil. Dengan demikian
ruang dan bahanpun dapat dihemat. Walaupun meteran venture dapat digunaka
juga untuk mengukur gas, namun alat ini biasanya digunakan untuk mengukur zat
cair, terutama air, pengolahan di bawah in terbatas pada fluida incompressible.
Zat cair mengalir dari penampang A1 ke penampang A2 yang lebih kecil maka
sesuai persamaan kontinuitas V1 < V2 sehingga menurut Hukum Bernoulli P1 > P2
akibatnya air dari pada pipa kecil sebelah kiri lebih tinggi dari pipa sebelah kanan.
A1 v1 = A2 v2 P1 P2 = gh
1 1
= v2
2
10
Kecepatan aliran zat cair pada tabung venturi tanpa manometer adalah
2
1 =
2
((1 ) ) 1
2
Hampir sama dengan tabung venturi sebelumnya hanya disini menggunaka pipa
tabung berbentuk U yang berisi air raksa dengan massa jenir r
A1 v1 = A2 v2 P1 P2 = gh
1 1
= v2
2
11
Kecepatan aliran zat cair pada tabung venturi dengan manometer adalah
2
1 =
1 2
[(( ) ) 1]
2
Pada uumnya tabung pitot digunakan untuk mengukur kecepatan udara atau gas di
dalam pipa tertutup. Tabung pitot menggungan pipa tabung berbentuk U yang
berisi air raksa dengan massa jenis . Kecepatan udara pada ujung pipa U
sebelah kiri 1 = 0 karena aliran udara terperangkap di dalam pipa oleh air rakasa
sedang pipa vertikal.
Tekanan hidrostatis P1 P2 =
12
Kecepatan aliran udara dalam tabung pitot
2
2 =
Pada fluida tunak, kecepatan aliran partikel di suatu titik sama dengan
kecepatan aliran partikel fluida lain yang melewati titik itu. Aliran fluida juga tidak
13
saling berpotongan (garis arusnya sejajar). Karena massa fluida yang masuk ke
salah satu ujung pipa harus sama dengan massa fluida yang keluar di ujung lainnya.
Jika fluida memiliki massa tertentu masuk pada pipa yang diameternya besar, maka
fluida tersebut akan keluar pada pipa yang diameternya kecil dengan massa yang
tetap.
m1 = A1 V1 t
(2.6a)
demikian juga, massa fluida yang mengalir dalam pipa yang memmiliki luas
penampang A2 (diameter pipa yang kecil) selama selang waktu tertentu adalah :
m2 = A2 V2 t
(2.6b)
Q = A1 V1 = A2 V2
(2.7)
Dimana :
Q = Debit alir (m3/s)
A1 = luas pipa normal (m2)
A2 = luas pipa menyempit (m2)
V1 = kecepatan di pipa normal (m/s)
V2 = kecepatan di pipa menyempit (m/s)
Persamaan 2.7 menunjukkan bahwa laju aliran volume atau debit selalu
sama pada setiap titik sepanjang pipa atau tabung alir. Ketika penampang pipa
mengecil, maka laju aliran fluida meningkat, sebaliknya ketika penampang pipa
menjadi besar, laju aliran fluida kecil.
14
2.7.2 Persamaan Bernoulli
Dalam tabung aliran semua partikel zat cair yang lewat melalui pipa/tabung
yang memiliki luas penampang tertentu diandaikan memiliki kecepatan pengaliran
di satu titik adalah sama pada garis aliran yang sama. Namun demikian pada titik-
titik lainnya dapat memiliki kecepatan yang berbeda. Selanjutnya untuk
menurunkan persamaan yang menyatakan Hukum Bernoulli tersebut dapat
dikemukakan dengan gambar di bawah.
Keterangan gambar :
Gambar di bagian depan merupakan aliran zat cair melalui pipa yang berbeda
luas penampangnya dengan tekanan yang berbeda dan terletak pada ketinggian
yang berbeda hingga kecepatan pengalirannya juga berbeda. Dalam aliran tersebut
diandaikan zat cair tidak termampatkan, alirannya mantap sehingga garis alir
merupakan garis yang streamline, demikian pula banyaknya volume yang dapat
mengalir tiap satuan waktu dari pipa sebelah kiri dan kanan adalah sama.
15
Dari gambar, dapat dikemukakan bahwa zat cair pada semua titik akan
mendapatkan tekanan. Hal ini berarti pada kedua permukaan yang kita tinjau
(gambar yang diarsir) akan bekerja gaya yang arahnya ke dalam. Jika bagian ini
bergerak dari posisi pertama menuju bagian kedua, gaya yang bekerja pada
permukaan pertama akan melakukan usaha terhadapt unsur yang ditinjau tadi
sedangkan bagan tersebut akan melakukan usaha terhadap gaya yang bekerja pada
permukaan sebelah kanan. Selisih antara kedua besaran usaha tersebut sama dengan
perubahan energi gerak ditambah energi potensial dari bagian tersebut. Selisih
kedua besaran energi tersebut disebut sebagai energi netto. Secara Persamaan
tersebut dapat disederhanakan menjadi :
atau
p + v2 + gh = konstan
(2.9)
2 2
V1 =
1
(2.10)
1
P1 P2 = 2 (V22 V12)
(2.11)
16
1/2
2(1 1 )
V2 = [[ 2
] ]
1 22
1
(2.12)
2
Q = A1 . A2
(21 22 )
(2.13)
Venturi meter merupakan alat pengukur laju alir yang dapat dipercaya.
Lebih jauh lagi, venturi meter menyebabkan kerugian tekanan yang relatif kecil.
Karena alasan ini, maka venturi meter digunakan secara luas, umumnya untuk
fluida dengan volume yang besar dan untuk aliran gas.
17
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
P1
V1 P2 V2
A1
A2
18
3.3. Langkah-Langkah Percobaan
3.3.1. Menentukan diameter pipa venturimeter
1) Siapkan pipa paralon bening yang telah dirangkai seperti gambar
rancangan.
2) Siapkan timba besar yang telah di isi fluida (kita gunakan air)
3) Campurkan zat pewarna pada air, hal ini bertujuan agar aliran fluida pada
venturimeter terlihat jelas
4) Pasang pipa venturimeter pada timba besar besar tersebut sebelum timba
di isi air.
5) Amati aliran fluida tersebut, apakah terjadi turbulensi (gerakan (udara)
tidak beraturan atau berputar tidak beraturan akibat perbedaan tekanan
atau temperatur)
6) Lakukan langkah 1 hingga 4 pada pipa venturimeter yang berbeda, amati
terjadi tidaknya turbulensi, pilih pipa venturimeter yang alirannya halus
tanpa terjadi turbulensi.
7) Kemudian lakukan langkah berikutnya pada LKS 2
19
3.4. Tabel Percoban
I. Menentukan diameter pipa venturimeter
Diameter pipa Terjadi/tidak terjadi
Percobaan Diameter pipa B
A turbulensi
1
2
3
4
5
3.6. Biaya
No. Alat dan Bahan Harga
1 Gergaji Rp 70.000
2 Gunting Rp 10.000
3 Solder Rp 82.000
4 Mistar Rp 5.000
5 Penggaris Rp 3.000
6 Lem PVC Rp 8.000
Pipa paralon bening (selang) berdiameter 5 cm Rp 20.000
7
dengan panjang 15 cm
Pipa paralon bening (selang) berdiameter 6 cm Rp 20.000
8
dengan panjang 15 cm
Pipa paralon bening (selang) berdiameter 7 cm Rp 20.000
9
dengan panjang 15 cm
20
Pipa paralon bening (selang) berdiameter 8 cm Rp 20.000
10
dengan panjang 15 cm
Pipa paralon bening (selang) berdiameter 9 cm Rp 20.000
11
dengan panjang 15 cm
12 Selang transparan dengan panjang 30 cm Rp 10.000
13 Zat pewarna Rp 1.000
14 Timba besar Rp 10.000
15 Kran Rp 7.000
TOTAL Rp 306.000
21
DAFTAR PUSTAKA
Streeter, Victor L., Benjamin Wylie, E. 1995. Mekanika Fluida (Ed.8). Erlangga :
Jakarta.
Septiadi, Wayan Nata. 2008. Studi Eksperimental Orifice Flow meter dengan
Variasi Tebal Dan Posisi Pengukuran Beda Tekanan Aliran Melintasi
Orifice Plate. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM. Vol 2 No.1. pp. 61 -
68
22