PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang berusia lanjut ternyata seringkali mengalami masalah malnutrisi
walaupun mereka tidak kelihatan kurus. Semakin bertambah umur seseorang,
semakin tinggi risiko menderita malnutrisi. Menderita penyakit tertentu,
menurunnya fungsi fisiologis, pola makan yang salah, faktor ekonomi,
berkurangnya kontak sosial, serta mengkonsumsi banyak obat adalah faktor
yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi pada usia lanjut. Bila malnutrisi
tidak ditangani dengan baik akan membawa konsekuensi defisiensi energi,
protein dan nutrisi lainnya yang dapat berakibat pada meningkatnya biaya
pemeliharaan kesehatan serta menurunnya kualitas hidup seseorang. Hal ini
sebenarnya dapat dihindari dengan asupan nutrisi tepat dan menerapkan pola
hidup sehat sejak dini.
Menurut dr. Nina Kemala Sari, SpPDKGer, FINASIM, Malnutrisi pada usia
lanjut merupakan konsekuensi dari berbagai masalah sosial, ekonomi, fisik -
somatik, dan lingkungan. Pada pasien usia lanjut yang sedang sakit, malnutrisi
meningkatkan komplikasi penyakit, membutuhkan waktu penyembuhan lebih
lama serta menyebabkan biaya pengobatan membengkak. Dengan demikian,
nutrisi harus dianggap sebagai bagian dari pengobatan itu sendiri agar
penanganan penyakit lebih baik dan efesien. Adanya gangguan mobilisasi
(artritis dan stroke), gangguan kapasitas aerobik, gangguan indra (mencium,
merasakan, dan penglihatan), gangguan gigi geligi/kemampuan mengunyah,
malabsorbsi, penyakit kronik (anoreksia, gangguan metabolisme), alkohol, dan
obat-obatan menyebabkan usia lanjut mudah mengalami malnutrisi. Faktor
psikologis seperti depresi dan dimensia serta faktor sosial ekonomi
(keterbatasan keuangan, pengetahuan gizi yang kurang, fasilitas memasak yang
kurang dan ketergantungan dengan orang lain) juga dapat menyebabkan usia
lanjut mengalami malnutrisi. Malnutrisi berhubungan dengan gangguan
imunitas, menghambat penyembuhan luka, penurunan kualitas hidup,
peningkatan biaya penggunaan fasilitas kesehatan, dan peningkatan mortalitas.
Di dunia saat ini terdapat sekitar 737 juta jiwa penduduk usia lanjut, yaitu
usia 60 tahun lebih (data UNFPA). Dari jumlah tersebut sekitar duapertiga
tinggal di negaranegara berkembang, termasuk di Indonesia. Data BPS tahun
2010 mencatat jumlah penduduk Indonesia yaitu sebesar 237.641.326 dan
sekitar 20 juta orang adalah penduduk usia lanjut.
Di Indonesia, jumlah populasi orang berusia lanjut ini akan mengalami
peningkatan yang luar biasa; terbesar di dunia (414%) pada tahun 2025. Hal ini
mendorong kita semua untuk siap menghadapinya, siap dalam menghadapi
konsekuensi logis akan adanya masalah-masalah yang muncul seiring dengan
ledakan populasi usia lanjut ini.
Keluhan pasien usia lanjut yang datang ke RS seringkali ternyata
disebabkan karena mereka tidak mengkonsumsi nutrisi dengan baik. Oleh
karena itu, penting untuk dilakukan perbaikan asupan nutrisi agar orang tua
dapat mengkonsumsi makanan yang berimbang dan memenuhi kebutuhan
tubuh.
Namun demikian, konsumsi nutrisi yang baik tidak hanya dilakukan pada
saat masa tua. Menabung cadangan nutrisi sejak dini perlu dilakukan untuk
mencegah timbulnya berbagai penyakit degeneratif serta menurunnya kualitas
hidup. Dengan adanya kesadaran akan pentingnya menjaga kebutuhan nutrisi
sejak usia tengah baya diharapkan dapat memiliki masa tua yang sehat baik
secara fisik dan mental.
Manusia Lanjut Usia (MANULA) atau yang sering disebut Lansia
dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi, meskipun tidak ada hubungannya
dengan pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi dan
degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi
disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya.
Gigi-geligi pada Lansia mungkin sudah banyak yang rusak bahkan copot,
sehingga memberikan kesulitan dalam mengunyah makanan. Maka makanan
harus diolah sehingga makanan tidak perlu digigit atau dikunyah keras-keras.
Makanan yang dipotong kecil-kecil, lunak dan mudah ditelan akan sangat
membantu para Lansia dalam mengkonsumsi makanannya.
Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun,
sehingga makanan harus yang mudah dicerna dan tidak memberatkan fungsi
kelenjar pencernaan.makanan yang tidak banyak mengandung lemak, pada
umumnya lebih mudah dicerna, tetapi harus cukup mengandung protein dan
karbohidrat. Kadar serat yang tidak dicerna jangan terlalu banyak, tetapi harus
cukup tersedia untuk melancarkan peristalsis dan dengan demikian
melancarkan pula defaecatie, dan menghindarkan obstipasi.
Patut diingat bahwa keperluan energi Lansia sudah menurun, jadi jangan di
sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga
jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita
berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi
obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular diseases
terdapat meningkat pada kelompok Lansia. Yang umum sangat ditakuti ialah
kemungkinan meningkat untuk mendapat penyakit kanker.
Mengingat banyaknya masalah-masalah kesehatan yang timbul pada usia
lanjut, maka penulis ingin mengangkat topik tentang Peran Nutrisi pada Lansia.
Tambahkan susu bubuk kering tanpa lemak pada makanan yang mengandung
banyak cairan (kaldu, kentang tumbuk, puding, sereal yang dimasak).
Berikan berbagai variasi makanan kecil di antara waktu makan, berbagai tekstur
dan rasa manis yang bervariasi.
Tawarkan makanan paling banyak pada siang hari ketika lansia merasa sangat
lapar (biasanya pada pagi hari).
Anjurkan pemberian makanan dengan ukuran kecil yang mudah di makan sendiri.
Tambahkan margarin tambahan pada sayur-sayuran, saus, dan makanan berkrim.
Sajikan suplemen nutrisi dalam keadaan dingin atau di siapkan dalam bentuk
shake.
Anjurkan keluarga untuk membawa makanan kesukaan klien.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu :
1. Kelompok zat energi.
a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung,
gandum, ubi, roti, singkong dll, selain itu dalam bentuk gula seperti gula,
sirup, madu, dll.
b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan,
mentega, margarine, susu dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan makanan yang banyak mengandung
protein, baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur,
kacang-kacangan dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin
dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan
kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan
berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena
berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah
walaupun disadari untuk mengurangi makan.Kegemukan merupakan salah
satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing
manis, dan darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social
ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu
rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal.
Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-
kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya
tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena
infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah
dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan
berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan
tidak bersemangat.
10 Langkah agar dapat hidup lebih lama, sehat, dan berarti untuk lansia
1. Menciptakan pola makan yang baik, kemudian bersahabat dengannya.
Cobalah menciptakan suasana yang menyenangkan di meja makan
semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan selera
2. Memperkuat daya tahan tubuh.
Makanlah makanan yang mengandung zat gizi yang mengandung zat gizi
yang penting untuk kekebalan, seperti : biji-bijian utuh, sayuran berdaun
hijau, makanan laut.
3. Mencegah tulang agar tidak menjadi keropos dan mengerut
Santaplah makanan yang mengandung vitamin D. Pada usia diatas 60
tahun kemampuan penyerapan kalsium menurun, vitamin D membantu
penyerapan kalsium dalam tubuh, contoh makanan sumber vitamin D
adalah susu
4. Memastikan agar saluran pencernaan tetap sehat, aktif dan teratur
Karena itu harus makan sedikitnya 20 gram makanan yang mengandung
serat, seperti biji-bijian, jeruk dan sayuran yang berdaun hijau tua
5. Menyelamatkan penglihatan dan mencegah terjadinya katarak
Santaplah makanan yang mengandung vitamin C, E dan B karoten
(antioksidan), seperti : sayuran berwarna kuning dan hijau, jeruk sitrun
dan buah lain
6. Mengurangi resiko penyakit jantung
Yaitu dengan membatasi makanan berlemak yang banyak mengandung
kolesterol dan natrium dan harus banyak makan makanan yang kaya
vitamin B6, B12, asam folat, serat yang larut, kalsium dan aklium, seperti
biji-bijian utuh, susu tanpa lemak, kacang kering daging tidak berlemak,
buah, termasuk nanas dan sayuran.
7. Agar ingatan tetap baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak
makan vitamin B6, B 12 dan asam folat
8. Mempertahankan berat badan ideal dengan jalan tetap aktif secara fisik,
makan rendah lemak dan kaya akan karbohidrat kompleks
9. Menjaga agar nafsu makan tetap baik dan otot tetap lentur
Dengan jalan melakukan olah raga aerobik (berjalan atau berenang). Olah
raga dilakukan menurut porsi masing-masing usia serta tingkat kebugaran
setiap orang
10. Tetaplah berlatih
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Status nutrisi seseorang akan berpengaruh terhadap setiap system tubuh.
Kebutuhan asupan kalori sehari-hari yang disarankan (Recommended Daily
Allowance [RDA]) pada lansia yang berusia 65 sampai 75 tahun 2300 kkal.
RDA untuk lansia di atas usia 75 tahun diturunkan menjadi 2050 kkal,
konsumsi kalori dari karbohidrat kompleks yang diharuskan sebanyak 55
sampai 65% dan kurang dari 30% lemak, serta porsi sisanya adalah protein.
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada
tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut.
3.2. Saran
Patut diingat bahwa keperluan energi Lansia sudah menurun, jadi jangan di
sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga
jangan sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita
berbagai kelainan atau penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi
obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular diseases
terdapat meningkat pada kelompok Lansia.
DAFTAR PUSTAKA
__________. Zat Gizi Dan Sistem Kekebalan Pada Usia Lanjut [online]. 2006.
Available at: www.univmed.org/2006/01/07/zat-gizi-dan-sistem-kekebalan-
pada-lanjut-usia. [cited : 23 Juli 2011]
__________. Nutrisi Seimbang Cegah Malnutrisi Pada Lansia [online]. 2011.
Available at: medicastore.com/berita/185/Nutrisi_Seimbang_Cegah_
Malnutrisi_pada_Lansia.html. [cited : 23 Juli 2011]
__________. Peran Terapi Nutrisi Dalam Proses Penyembuhan Dan Peningkatan
Kualitas Hidup Pasien Lansia [online]. 2010. Available at:
http://www.langsing-cepat.com/terapi-nutrisi.html. [cited : 23 Juli 2011]