Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS DENYUT NADI

Pada percobaan ketiga kali kelompok kami melakukan suatu percobaan untuk
mengetahui denyut nadi OP dengan cara palpasi. Untuk mengukur denyut nadi dapat
dilakukan pada beberapa tempat ; radialis, temporalis, carotid, brachialis, femoralis, popliteal,
tibia posterior, dan pedal. Tetapi pada percobaan kali ini dilakukan hanya pada denyut nadi
radialis karena radialis yang paling mudah diukur dibandingkan di tempat lain. Percobaan
kali ini dilakukan pada 5 OP yang berbeda, yang dilakukan dalam dua keadaan ; dalam
istirahat dan dalam keadaan setelah beraktivitas. Yang diamati pada percobaan kali ini yaitu
kecepatan, irama dan kekuatan denyut nadi OP.
Pada percobaan kali ini dilakukan dengan cara palpasi, yaitu dengan meraba langsung
denyut nadi radialis (pergelangan tangan) dengan menggunakan 2-3 jari (antar jari telunjuk,
jari tengah dan jari manis), karena untuk mengukur denyut nadi radialis dengan cara palpasi
tidak boleh menggunakan jari kelingking dan ibu jari, sebab pada ibu jari dan kelingking
terdapat perpanjangan arteri sehingga jika kita melakukan palpasi dengan ibu jari atau
kelingking tidak akurat, bisa saja denyutan yang terasa pada ibu jari atau kelingking berasal
dari ibu jari dan kelingking tersebut bukan dari radialis.
Pada percobaan yang pertama, OP diminta untuk duduk dengan tenang, tujuannya
adalah agar OP pada saat diukur denyut nadinya benar-benar dalam keadan istirahat total.
Pada percobaan yang kedua, OP diminta untuk berolahraga selama 10 menit, tujuannya
adalah agar dapat dibandingkan hasil pengukuran denyut nadi pada saat istirahat dan pada
saat setelah beraktivitas.
Sebelumnya, kami ingin menganalisis bagaimana dapat terjadinya suatu denyutan.
Darah yang terdorong ke dalam aorta selama sistolik tidak saja mendorong darah di dalam
pembuluh ke depan tetapi juga menimbulkan gelombang tekanan yang menjalar di sepanjang
arteri. Gelombang tekanan mengembangkan dinding arteri sewaktu gelombang tersebut
menjalar dan pengembangan ini terasa sebagai sebuah denyutan.
Pada percobaan ini didapatkan hasil pengukuran yang berbeda-beda pada setiap OP.
Pada OP 1 (Aulia), pada saat istirahat kecepatan denyut nadinya sebanyak 88 kali/menit dan
meningkat menjadi 92 kali/menit setelah beraktivitas. Dari hasil tersebut, dapat kita
simpulkan kecepatan denyut nadi OP1 normal karena deyut nadi normal antara 60 100
kali/menit. Irama deyut nadi pada saat istirahat tidak teratur sedangkan setelah beraktivitas,
iramanya teratur. Teratur disini maksudnya adalah iramanya konstan (stabil, tidak berubah-
ubah). Untuk kekuatannya, pada saat istirahat dan setelah beraktivitas denyut nadinya kuat.
Seharusnya pada keadaan istirahat OP denyut nadinya sedang, mungkin pada saat
pengukuran OP 1 sedang mengalami palpitasi, deg-degan. Denyut nadi kuat apabila isi
sekuncup besar, hal ini dapat terjadi oleh beberapa factor, misal setelah bekerja fisik atau
setelah pemberian histamine.
Pada OP2 (Disa), pada saat istirahat kecepatan denyut nadinya sebanyak 70 kali/menit,
dan meningkat menjadi 73 kali/menit setelah beraktivitas. Dapat terlihat, kecepatan denyut
nadinya sangat lemah hanya naik 3 denyutan. Seharusnya kecepatan denyut nadi dapat terjadi
peningkatan yang cukup besar karena OP baru saja berolahraga, melakukan kerja fisik. Hal
ini dapat terjadi mungkin pada saat itu Op mengalami syok sehingga denyut nadi melemah
(thready). Irama yang dihasilkan sama seperti OP1. Kekuatan denyut nadi pada istirahat
sedang, sedangkan pada aktivitas denyut nadinya menjadi kuat.
Pada OP3 (Kresna), pada saat istirahat kecepatan denyut nadinya sebanyak 73
kali/menit dan meningkat menjadi 103 kali/menit pada saat beraktivitas. Dapat terlihat disini,
OP3 mengalami kenaikan yang besar yaitu 30 denyut. Mungkin OP3 benar-benar melakukan
aktivitas yang maksimal. Iramanya masih sama seperti OP1 dan 2. Kekuatan denyut nadinya
sama dengan OP2.
Pada OP4 (Kholijah) pada saat istirahat kecepatan denyut nadinya sebanyak 80
kali/menit dan meningkat menjadi 90 kali/menit pada saat beraktivitas.Kenaikannya cukup
besar, tidak terjadi kenaikan yang drastic seperti pada OP3. Irama denyut nadinya juga sama
seperti OP1, OP2 dan OP3. Kekuatan denyut nadinya sama dengan OP1, mengalami denyut
nadi yang kuat pada saat istirahat.
Pada OP5, pada saat istirahat kecepatan denyut nadinya sebanyak 67 kali/menit dan
meningkat menjadi 79 kali/menit pada saat beraktivitas. Kenaikannya cukup besar
dibandingkan OP4. Iramanya sama seperti OP lainnya. Kekuatan denyut nadinya juga sama
seperti OP 2 dan OP3.
Dari data pengamatan di atas dapat terlihat hasil yang berbeda pada setiap OP. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya mungkin karena factor
umur.Karena seiring dengan pertambahan usia, arteri menjadi kaku dan gelombang denyut
bergerak lebih cepat.

Anda mungkin juga menyukai