Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proses pengujian suatu barang dan jasa dibutuhkan keterampilan
yang khusus untuk melakukannya misalnya keterampilan dalam melakukan
analisa suatu barang dan jasa baik melalui praktek maupun teori atau lisan
yang menjadi pedoman untuk menganalisa suatu produk agar pengujian suatu
produksi tidak terbantahkan oleh pihak lain. Hal ini tentunya didukung oleh
adanya sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan menganalisa produk
yang siap berkompetisi sehingga dapat bersaing dengan laboratorium lebih
baik maupun internasional.
Dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) maka
perlu adanya pengawasan dan sertifikasi terhadap mutu tiap-tiap jenis
produksi komoditi local. Karena mutu dan kualitas suatu produksi sangat
berpengaruh dalam penggunaan dan pemanfaatannya.
Pada pelaksanaan Praktek Kerja Industri di Balai Pengawasan dan
Pengendalian Mutu Barang ini, mahasiswa mengikuti segala kegiatan di
Laboratorium Balai Pengawasan dan Pengendalian Mutu Barang kemudian
membuat laporan kegiatan yang telah dilakukan sebagai bukti dan prasyarat
kelulusan.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


A. Tujuan Umum
1) Memberikan pengalaman praktis lapangan kepada mahasiswa dengan
cara ikut serta sehari-hari sebagai bagian integral organisasi dalam
suatu instansi atau unit kerja
2) Sebagai media pengenalan pengetahuan teoritis dan praktik dalam
pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada
masyarakat di perguruan tinggi.

1
2

3) Agar perguruan tinggi menghasilkan sarjana sebagai penerus


pembangunanyang dapat menghayati permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat.
4) Membantu pemerintah atau instansi terkait dalam mempercepat gerak
pembangunan nasional.
B. Tujuan Khusus
5) Merupakan salah satu program akademik yang mutlak harus
diselesaikan dalam lingkup Program studi Teknik Kimia Universitas Fajar
serta menambah wawasan dan pengembangan berfikir dan analisa melalui
proses sosialisasi kepribadian dan akademik serta proses menemukan masalah
dan penyelesaian masalah yang ditemukan di dunia kerja.
6)
1.3 Manfaat kerja praktek
A. Memperdalam pengertian mahasiswa tentang cara berpikir dan bekerja
serta dapat menambah pengetahuan akan proses analisa mutu pangan
terkhusus pada komoditi biji kakao dan juga dapat memberi pengalaman
belajar dan bekerja khususnya bidang ilmu yang sementara digeluti.
B. Memperkaya informasi bagi perguruan tinggi dalam hal ini jurusan Teknik
Kimia Universitas Fajar tentang dunia kerja disetiap instansi, baik itu
instansi pemerintahan maupun swasta yang menjadi tempat kerja praktek
mahasiswa
C. Memberikan sumbangsi bagi perusahaan dalam hal ini tempat kerja
praktek mahasiswa di UPTD BPPMB yaitu berupa bantuan tenaga dalam
melakukan analisa mutu pangan.

D. BAB II
E. GAMBARAN UMUM UPTD BPPMB
F. 2.1 Sejarah dan Perkembangan UPTD BPPMB PROV.
SULSEL

G. Balai
Pengawasan dan Pengendalian Mutu Barang Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan yang sebelumnya bernama Balai
Pengujian dan Sertifikasi Barang UPTD (BPSMB) berdiri sejak tahun 1987,
3

merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat di bawah naungan Departemen


Perdagangan yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan sertifikasi mutu
barang dalam rangka memperlancar arus barang ekspor maupun impor di daerah
Provinsi Sulawesi Selatan pada khususnya dan kawasan timur Indonesia pada
umumnya.
H. Pada tahun 1996, saat Departemen Perdagangan dan Departemen
Perindustrian digabung, maka UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Barang
(BPSMB) dan Pengendalian Mutu Barang secara teknis berada di bawah Pusat
Pengujian Mutu Barang Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
I. Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah,
sebagaimana telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 maka UPTD Pengujian
dan Sertifiasi Mutu Barang diserahkan kepada Pemerintah daerah Provinsi
Sulawesi Selatan.
J. Sesuai dengan surat keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No. 85 tahun
2001 unit pelaksana teknis Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPTD
BPSMB) merupakan unit pelaksana teknis Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Sulawesi Selatan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sertifikasi
mutu barang, weighing, foxing, inspeksi mutu barang, dan bimbingan teknis
kepada petani, pedagang, pengumpul dan eksportif, kalibrasi, fumigasi. Dan
dengan PP No. 41 Tahun 2008 maka Balai Pengujian dan Sertifikasi Barang
(UPTD BPSMB) berubah nama menjadi Balai Pengawasan dan Pengendalian
Mutu Barang (UPTD BPPMB) Provinsi Sulawesi Selatan sebagai nama
penetapannya jadi peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No. 93 Tahun 2009.

K. 2.2 Visi dan Misi UPTD BPPMB DISPERINDAG PROV.


SULSEL

Visi :
L. Terdepan dalam pengelolaan penilaian kesesuaian
mutu
Misi :
- Menerapkan sistem menejemen mutu ISO / IEC 17025 : 2005 :
persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan
4

laboratorium kalibrasi dan ISO / IEC 65 : 1996 : Persyaratan Umum


Lembaga Sertifikasi Produk secara konsisten dan berkelanjutan
- Mengembangkan dan memperkuat kelembagaan dan infrastruktur
standardisasi
- Mengembangkan dan mengkoordinasikan kebijakan pengwasan dan
pengendalian mutu barang yang efektif dan efisien
- Meningkatkan kerjasama dengan Lembaga Penilaian Kesesuaian di
dalam dan luar negeri
- Meningkatkan pembinaan terhadap pelaku usaha dalam menjamin
mutu barang sesuai dengan permintaan pasar
- Mewujudkan pelayanan publik yang baik (excellent service),
terpercaya dan transparan
- Mewujudkan sumber daya manusia (SDM) aparatur yang potensial,
integritas tinggi dan profesional serta membangun sistem kelembagaan
yang berbasis kompetensi
- Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang
profesional di bidang mutu barang.

M. 2.3 Perluasan Perusahaan


N. Kegiatan usaha UPTD BPPMB Disperindag Provinsi SulSel bergerak di
bidang industri dan perdagangan, analisa berbagai jenis komoditi pangan
yang akan ekspor serta kalibrasi alat laboratorium.
O.
P. 2.4 Lokasi Perusahaan
Q. Lokasi UPTD BPPM Disperindag Provinsi SulSel terletak di JL.
Andi Pangeran Pettarani No.4. Makassar Sulawesi Selatan. Pemilihan
letak lokasi instansi pemerintahan ini telah diatur oleh pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan.

R. 2.5 Struktur Organisasi

A. Susunan Organisasi UPTD Balai Pengawasan


dan Pengendalian Mutu Barang (BPPMB), terdiri atas:
1) Kepala
2) Sub Bagian Tata Usaha
3) Seksi Sertifikasi
4) Seksi Kalibrasi dan Standarisasi
5

B. Bagan Struktur Oganisasi yang dimaksud pada ayat (1), sebagaimana


tercantum pada lampiran dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
Peraturan Gubernur ini.

S. Berikut adalah bagan struktur unit pelaksana teknis Dinas (UPTD)


Balai Pengawasan Dan Pengendalian Mutu Barang (UPTD BPPMB) Provinsi
Sulawesi Selatan.

T. KEPALA UPTD

U.

V. SUB BAGIAN
TATA USAHA
W.

X.

SEKSI SEKSI KALIBRASI


Y. DAN
SERTIFIKASI STANDARISASI
Z.

AA. Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi UPTD BPPMB

AB. 2.6 Kegiatan Produksi (Barang/Jasa)


AC. Kegiatan produksi pada UPTD BPPMB merupakan
menyediakan jasa kalibrasi alat alat standard dan juga pengujian pada
komoditi barang ekspor hasil pertanian.
AD. 2.7 Peraturan-peraturan kerja terkait

AE. Pada garis besarnya ada tiga bagian tugas kerja :

1) Seksi Tata Usaha; bertugas mendokumentasikan file staf UPTD BPPMB


dan manajemen administrasi.

2) Seksi Kalibrasi dan Standardisasi; bertugas mengkalibrasi alat-alat standar.

3) Seksi Sertifikasi; bertugas melakukan pengujian komoditi barang ekspor


hasil pertanian.
6

AF. 2.8 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

AG. Mengenai keselamatan kerja sangat penting, baik untuk


melindungi keselamatan karyawan dan pegawai itu sendiri maupun untuk
kelangsungan perusahaan sendiri. Keselamatan kerja diatur dalam UUD
No.1 tahun 1970 yang menetapkan bahwa setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan perlindungan dan keselamatan dalam bekerja demi
kesejahteraan dalam hidup dan peningkatan produktivitas nasional
,karena itu UPTD BPPMB telah membentuk ketentuan dan peraturan
untuk memasuki area laboratorium pengujian ,sebagai berikut :
1) Memakai baju praktek laboratorium
2) Memakai masker saat berada diruang asam
3) Memakai sarung tangan karet saat bekerja diruang asam

AH. BAB III

AI. TINJAUAN PUSTAKA

AJ. 3.1 Tinjauan Umum

A. Kakao

AK. Kakao (theobroma Kakao Linn) merupakan tanaman yang


termasuk dalam diviso spermatofia, klas dikotiledonae, ordo marvalas,
family sterculiceae, genus therobrema dan termasuk tanaman tahunan.
Tanaman ini pertama kali ditemukan dari daerah aliran sungai Amazon
dan Drinico di kaki pegunungan Ande.

AL. Tanaman ini tumbuh di ketinggian 3,3 m-5,5 m pada


pertumbuhan normal, maka ketinggian 0,9 m-1,5 m (pada percabangan)
dari permukaan tanah. Batang pokoknya membentuk cabang diikuti
dengan cabang-cabang yang membentuk sistem dedaunan rimbun. Kakao
mulai berbunga pada umur 1 tahun.

AM. Tanaman kakao dibagi atas dua tipe besar, yaitu:


7

1) Cricolo : Mulia : Edel (Fine Cacao/F) yang terbagi atas cricolo Amerika
Tengah dan Cricolo Amerika Selatan.
2) Forester : Lindak (Bulk Cacao) yang terbagi atas Forester Amazone dan
Trinitario yang merupakan Hybrid Cricolo San Forastero

AN. Biji Kakao Mulia adalah biji kakao yang berasal dari tanaman
kakao jenis cricolo yang ditandai dengan biji segar berwarna putih atau
ungu muda sehingga setelah fermentasi akan berwarna cokelat muda.

AO. Biji Kakao Lindak adalah biji kakao yang berasal dari tanaman
kakao jenis forastero dan trinitario, jenis ini ditandai dengan biji segar
berwarna ungu tua sehingga setelah mengalami fermentasi dan
pengeringan akan berwarna cokelat tua.

B. Penggolongan kakao berdasarkan jenis:


1) Produktifitas.
2) Ketahanan Terhadap Hama dan Penyakit.
3) Serta Mutu dalam 3 kelompok, yaitu :
a) Cricolo (Mulia) dikenal dengan cita rasa yang enak tetapi
produktifitasnya dan ketahanan terhadap hama dan penyakit rendah.
b) Forastero, Kakao Lindak/Kakao Curah (Bulk Kakao) : cita rasa tidak
sama Mulia, tetapi daya tahan terhadap hama dan penyakit tinggi.
c) Trinitario : hasil persalingan antara Cricollo dan Forastero, cirri
mendekati Cricollo dan daya tahan terhadap hama dan penyakit
dominan Forastero.
C. Buah Kakao terdiri dari:
1) Kulit bawah : bagian terbesar dari 70% dari buah segarnya.
2) Plasenta : bagian dari buah kakao tempat melekatnya biji.
3) Pulp : yang membungkus biji yang terdiri atas gula, air, alkaloid, taurin,
pigmen.
4) Biji : terdiri dari kulit biji bertesta (10-14%), dan keping bij (86-90%)

AP. 3.2 Tujuan Pengolahan Biji Kakao

AQ. Tujuan pengolahan biji kakao untuk menghilangkan pulp


dan dilakukan pengeringan sehingga didapatkan biji kakao dengan sifat-
sifat yang dikehendaki dalam perdagangan yaitu antara lain :
8

A. Biji Kakao harus mempunyai warna cokelat, segar, merata, dan tidak
berkecambah.
B. Biji Kakao tidak pecah, tidak berkerut, besarnya harus seragam.
C. Biji Kakao harus mempunyai aroma yang kuat.
D. Keadaannya harus kering dan Kadar Air 6-7%.

AR. Untuk mencapai hal tersebut, perlu diperhatikan keadaan


buah, bawah buah kakao yang menghasilkan biji kakao bermutu baik
terutama buah yang masak optimal. Bila masak biji sudah berkecambah,
tetapi bila buah tidak masak (muda) menghasilkan biji kakao yang
bermutu rendah.

3.3 Proses Pengolahan

AS. Diagram alir pengolahan biji kakao:

AT.

AU. PEMETIKAN BUAH


AV.

AW. PEMERAMAN
AX.
AY.
AZ.
BA. PENGUPASAN
BB.
BC.
FERMENTASI
BD.
PENCUCIAN
BE.
BF.
BG.

BH. PENGERINGAN
BI. SORTASI
BJ.
BK.
BL.

PENYIMPANAN
9

BM.

BN. Gambar 3.1


Diagram alir pengolahan Biji Kakao

BO.

BP.

BQ.

A. Pemetikan Buah

BR. Buah Kakao dipetik pada saat yang tepat yaitu, masak
optimal yang dimasak optimal ditandai dengan:
1) Perubahan warna kulit buah, buah yang masak berwarna merah, terutama
jenis Forastero dan berwarna kuning untuk jenis cricollo dan trinitario.
2) Jika dilakukan pengetukan buah akan berbunyi nyaring. Buah yang belum
masak akan menghasilkan kakao kering yang keriput dan berwarna
cokelat tidak merata. Buah yang terlalu masak menghasilkan biji kakao
dengan rasa asam dan aroma kurang baik, bahkan biji mulia berkecambah.

BS. B. Pemeraman

BT.Pemeraman buah sebelum fermentasi akan berpengaruh pada


aroma buah. Buah yang masak optimal tidak dilakukan pemeraman karena
kadar gula yang dikandung dalam pulp sesuai untuk pertumbuhan
mikroba.

BU. Sedangkan buah kakao dipetik pada saat masih hijau


kemerahan dilakukan pemeraman karena kandungan dalam pulp belum
sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Pemeraman bertujuan untuk
mengubah pati dalam pulp menjadi gula sehingga lebih manis.

C. Pengupasan Buah
10

BV. Pengupasan kakao hendaknya segera dilakukan karena


buah yang masak optimal bila disimpan lebih dari 3 hari akan tumbuh
kecambah. Pengupasan diharapkan menggunakan alat dari kayu agar dapat
terhindar dari penyebab biji pecah dan pecah biji. Kemudian buah yang
sudah dilepas plasentanya siap difermentasi.

D. Fermentasi

BW. Tujuan fermentasi adalah untuk menghilangkan pulp dari


kulit, meniadakan adanya hidup biji dan memberikan kesempatan
terbentuknya calon rasa, aroma, warna, biji kakao serta menghilangkan
rasa pahit serta rasa sepat.

BX. Proses fermentasi sangat dipengaruhi oleh kondisi udara


setempat. Sulawesi Selatan memiliki jenis cocoa Forestero maka
fermentasi yang baik berlangsung 5-6 dengan suhu kurang lebih 45-50 C.

BY. Proses fermentasi ada 2 macam :

1) Fermentasi eksternal bertujuan untuk menghilangkan pulp dan


meniadakan daya hidup dari biji. Proses mikrobiologi dan kimia.
2) Fermentasi internal bertujuan untuk membentuk calon warna rasa dan
sepat. Proses yang terjadi adalah enzimatis yang dilanjutkan sampai
pengeringan.

BZ. Perubahan yang terjadi selama fermentasi eksternal terutama


penyongkong daging buah (pulp) menjadi cairan pada suhu tetap.

CA. Fermentasi dapat dilakukan antara lain memakai


kerangjang atau tumpuk sampai alas ditutup dengan daun pisang.
Fermentasi terhadap kakao mulia berlangsung selama 3-4 hari dan kakao
lindak berlangsung selama 6-7 hari. Untuk penyeragaman diaduk setiap
hari atau tidak sempurna akan menghasilkan biji slaty, karna fermentasi
hendaknya selesai pada waktunya agar dihasilkan biji kakao dengan rasa,
warna dan aroma yang bagus.
11

E. Pencucian

CB. Pencucian biji dapat memberikan dampak yang


menguntungkan dan dapat pula merugikan.

1) Keuntungan :
a) Warna buju kakao coklat dan bersih
b) Tidak mudah diserang jamur
c) Menimbulkan daya tarik pada konsumen
d) Mengurangi keasaman
2) Kekurangan :
a) Mudah pecah atau retak apabila terlalu kering
b) Bobotnya lebih rendah dibandingkan dengan kakao yang tidak dicuci
CC.
F. Pengeringan

CD. Pengeringan adalah suatu proses pengeluaran air dengan


menggunakan panas sampai kadar air dengan keadaan udara sekelilingnya
atau sampai tingkat kadar air yang akan mengakibatkan mutu dapat di
pertahankan dari serangga , jamur dan aktifitas serangga.

CE. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang


aman. Untuk menyimpan biasanya sekitar 7,5%. Bila kadar air diatas 8%
akan mudah terserang serangga dan jamur. Sedangkan kadar air dibawah
5% biji terlalu rapuh dan mudah pecah. Pengeringan biji kakao dilakukan
dengan 3 cara, yaitu:

1) Dengan panas matahari


2) Dengan panas buatan
3) Kombinasi antara panas matahari dengan panas buatan
CF.
G. Sortasi

CG. Sortasi biji yang sudah dikeringkan dilaksanakan atas dasar


berat biji, kemurnian, warna dan bahan ikurtan serta jamur. Dalam
menetapkan kulit biji, faktor-faktor seperti kulit ari, kadar lemak, kadar air
turut diperhatikan. Biji coklat mempunyai kadar kulit dari 11,5-12%,
12

kadar lemak 57-58%, dan kadar air maksimal 7,5% digolongkan bermutu
baik.

CH. Menurut ukuran biji yang dinyatakan dalam jumlah yaitu:


1) Golongan AA : maksimal 85 biji per 100 gram
2) Golongan A : maksimal 86-100 biji per 100 gram
3) Golongan B gram : maksimal 101-11- biji per 100 bij
4) Golongan C gram : maksimal 111-120 biji per 100
5) Golongan S : Maksimal >120 biji per 100

CI. Sortasi biji dilakukan secara visual, dengan memisahkan biji pipih,
biji dempet lebih dari dua (cluster), ranting, kulit biji pecah, plasenta, dan
benda-benda yang bukan berasal dari tanaman kakao seperti batu, pasir,
tanah dan sebagainya. Biji telah disortai dimasukkan kedalam karing koni
maksimal 62,5 kg.

H. Penyimpanan

CJ. Harus dilakukan secara tepat dan baik, mengingat sifat kakao yang
higroskopis, maka usahakan kadar airnya tidak melebihi 7,5%.
Persyaratan perlu diperhatikan agar terhindar dari kerusakan akibat:

1) Kelembaban tinggi
2) Serangga-serangga dan tikus
3) Tidak disimpan bersama-sama dengann produk lain minyak tanah, jahe,
kopra, dan sebagainya karna kakao mempunyai sifat higroskopis.

CK. 3.4 Daya Guna dan Manfaat Kakao

CL. Biji kakao merupakan bahan baku yang dapat digunakan


untuk pembuatan kembang gula, pencampuran susu bubuk coklat dan
sebagai sumber lemak coklat. Lemak coklat mengandung asam lemak
esensial yaitu asam linoleat (12%) dan vitamin E (toko ferol) sebesar 3-13
mg/100 gram bahan. Lemak coklat sebagai bahan dasar kembang gula
juga dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik antara lain
sebagai susu pembersi, krim penyerap, minyak rambut dan bahan dasar
obat-obatan.
13

CM. Inventarisasi meneliti bukti keuntungan-keuntungan dari


kakao terhadap penderita cardiovascular. Keuntungan-keuntungan
tersebut tidak hanya berasal dari kakao, tapi dalam biji kakao, karna biji
kakao mengandung sejumlah besar phytochemicals yang merupakan
komponen psikologi aktif yang dapat ditemukan pada tanam-tanaman,
seperti anggur, apel, the, buah-buahan, sayur dan lain-lain. Kelompok
tersebut disebut flavonoids. Ada hal lain yang membuktikan bahwa
flavonoids kakao dapat memberikan keuntungan dalam bidang kesehatan.
Disebut sebagai anti oksidan yang kuat dan dipercaya dapat membantu
daya tahan sel-sel tubuh pada kerusakan yang disebabkan oleh
serangkaian proses termasuk saat tubuh memerlukan oksigen untuk
menghasilkan energy. Hasil labolatorium dan penelitian telah
mengindikasiakan bahwa falvonoids kakao dapat mencegah oksidasi
kolestrol LDL yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Timbul juga
fakta bahwa kakao dan coklat dapat mengurangi resiko beberapa jeni
kanker. Keuntungan tersebut berasal dari phytochemicals yang terkandung
dalam kakao.

CN. 3.5 Standar Mutu Kakao Berdasarkan SNI 2323-2008/Amd


2010

A. Ruang Lingkup

CO. Standar ini menetapkan penggolongann, syarat mutu, cara


pengambilan contoh cara uji, syarat lulus, syarat penandaan, pengemasan
dan rekomendasi biji kakao.

B. Istilah Dan Defenisi


1) Biji kakao : biji tanaman kakao (theobromo coca linn) yang berasal dari biji
kakao mulia atau biji kakao lindak yang melalui proses pemeraman, dicuci
atau tanpa dicuci, dikeringkan proses pemeraman dan dibersihkan
2) Biji kakao mulia : biji kakao mulia berasal dari tanaman kakao criollo dan
trintario serta hasil persilangan.
3) Biji kakao lindak : biji kakao yang berasal dari tanaman kakao jenis forastero.
14

4) Biji pecah : biji kakao dengan bagian yang hilang berukuran setengah (1/20
atau kurang dari bagian biji kakao yang utuh.
5) Biji cacat : biji kakao yang berjamur, biji tidak terfermentasi (slaty), biji
berserangga, biji pipih, biji berkecambah.
6) Biji berjamur : biji kakao yang ditumbuhi kapang (jamur) dibagian dalamnya
dan apabila dibelah dapat terlihat dengan mata
7) Biji berserangga : biji kakao yang dibagian dalamnya terdapat serangga pada
stadia apapun atau terdapat bagian-bagian dari tubuh serangga atau yang
memperlihatkan kerusakan karna serangga yang dapat dilihat oleh mata.
8) Biji pipih : biji kakao yang tifak mengandung keeping biji atau keeping
bijinya tidak dapat di belah
9) Biji berkecambah : biji kakao yang telah berkecambah atau yang telah lepas
kecambanya dengan ditandai adanya lubang.
10) Biji terfermentasi : biji yang diperlihatan 3/4 atau lebih permukaan irisan
keeping, biji berwarna coklat, berongga dan beraroma khas untuk kakao
lindak.
11) Biji tidak terfermentasi (slaty) : pada kakao lindak, separuh atau lebih
permukaan irisan kepingan biji berwarna ungu, keabu-abuan seperti saba atau
biru keabu-abuan bertekstur padat serta pejal. Dan pada kakao permukaanya
berwarna putih kotor.
12) Pecahan kulit : bagian kulit kakao tanpa kepingan biji.
13) Benda-benda asing : benda-benda lain yang bukan berasal dari tanaman kakao
seperti batu, tanah, dan sebagainya.
14) Kotoran (waste) : benda-benda yang berupa plasenta, biji dempet lebih dari
dua (cluster), pecahan kulit, biji pipih, ranting dan benda lainya berasal dari
tanaman kakao.
15) Kepingan biji : biji kakao tanpa kulit
16) Biji berbau asap abnormal atau berbau asing : biji yang berbau asap, berbau
hammy, atau berbau asing lainya yang ditentukan metode uji.
17) Serangga hidup : serangga pada stadia apapun yang ditemukan dihidup pada
partai barang
18) Biji dempet (cluster) : biji kakao yang melengket (dempet0 tiga atau lebih
tidak dapat dipisahkan dengan satu tangan.
19) Plasenta : bagian dari buah kakao tempat melekatnya biji.
CP.
CQ.
CR.
15

C. Penggolongan
1) Menurut jenis tanaman, biji kakao digunakan dalam :
Jenis mulia (Fine Cocoa/F)
Jenis lindak (bulk cocoa)
2) Menurut jenis mutunya, biji kakao digolongkan dalam tiga jenis mutu :
Mutu 1
Mutu 2
Mutu 3
3) Menurut ukuran bijinya, yang dinyatakan dengan jumlah biji per 100 gram
contoh, biji kakao digolongkan dalam 5 goloongan dengan penandaan, yaitu:
AA : Maksimum 85 biji per 100 gr
A : 85 biji s/d 120 biji per 100 gr
B : 101 s/d 110 biji per 100 gr
C : 111 s/d 120 biji per 100 gr
S : lebih besar dari 120 biji per 100 gr
CS.
D. Syarat Mutu
1) SYARAT UMUM

CT. Tabel 3.5.1 Spesifikasi Persyaratan Umum

CU. CX. PERSYARAT


CV. JENIS UJI CW. SATUAN
NO. AN
CY. CZ. Serangga
DA. - DB. Tidak Ada
1 Hidup
DC. DE. % fraksi
DD. Kadar Air DF. Maks. 7,5
2 massa
DH. Biji berbau
DG.
asap atau hammy dan DI. - DJ. Tidak Ada
3
atau berbau asing
DK. DL. Kadar benda
DM. - DN. Tidak Ada
4 asing (b/b)
DO.

DP.

DQ.

DR.
16

2) SYARAT KHUSUS

DS. Tabel 3.5.2 Persyaratan Mutu

DT. Jenis
DU. Persyaratan
Mutu
DV. DX. DZ. EB. ED. EF. EH.
DW. K DY. K EA. K EC. K EE. Kad EG. K EI. Kad
akao akao adar Biji adar biji ar biji adar ar biji
Mulia Lindak Berjamur slaty berserangga Kotoran berkecamba
(Fine (Bulk (biji/biji) (biji/biji) (biji/biji)
Cocoa) Cocoa)
EJ. EL. EN. EP. ER. ET. EV.
EK. EM. I- EO. EQ. ES. M EU. M EW.
I-F B Maks.2 Maks.3 aks.1 aks.1,5 Maks.2
EX.
EY. FA. FC. FF. FH. FJ. FL.
EZ. FB. II- FD. Ma FG. Ma FI. Mak FK. M FM. Mak
II-F B ks.4 ks.8 s. 2 aks.2,0 s.3
FE.
FN. FP. FR. FT. FV. FX. GA.
FO. III- FQ. III- FS. Ma FU. M FW. Mak FY. M GB. Mak
F B ks.4 aks.20 s.2 aks.3,0 s.3
FZ.
GC. BAB IV

GD. TUGAS KHUSUS DAN PEMBAHASAN

GE. 4.1 Tugas Khusus

GF. Adapun kegiatan kerja praktek yang dilaksanakan pada UPTD BPPMB
Disperindag Provinsi Sulawesi Selatan antara lain yaitu :

A. Tanggal 15 Agustus 2016

GG. Saya sebagai mahasiswa diterima dengan baik di tempat kerja


praktek (KP) oleh kepala balai serta semua staf UPTD BPPMB
Disperindag Prov.SulSel yang kemudian saling berkenalan dengan staf
lainnya.
17

B. Tanggal 16 Agustus 2016

GH. Pengenalan laboratorium-laboratorium yang ada pada


UPTD BPPMB Disperindag Prov.SulSel. Sesuai jurusan mahasiswa kerja
praktek maka dipilih laboratorium pengujian sebagai sarana tempat
belajar mahasiswa.

C. Tanggal 18 s/d 19 Agustus 2016

GI. Pengenalan komoditi-komoditi apa saja yang terakreditasi oleh KAN


pada lab.pengujian BPPMB. Mengingat lebih banyak dan lebih seringnya
sampel biji kakao yang masuk dibanding komoditi lainnya, maka
mahasiswa kerja praktek (KP) lebih difokuskan mempelajari tentang biji
kakao, serta pemberian teori analisa komoditi biji kakao oleh
pembimbing lapangan.

D. Tanggal 22 Agustus s/d 15 September 2016.

GJ. Penentuan mutu biji kakao melalui pengujian karakteristik biji kakao
secara visual, dilanjutkan dengan pengujian kadar air sehingga dapat
diketahui mutu dari biji kakao tersebut. Selain itu, mahasiswa kerja
praktek (KP) juga di ajarkan bagaimana cara membuat dan mengolah data
laporan analisa serta pelaporan hasil analisa kepada kepala seksi
sertifikasi.

GK. 4.2 Hasil Identifikasi permasalahan

GL. Indonesia merupakan penghasil kakao namun dari segi


produktivitas masih rendah. Tersedianya lahan perkebunan kakao yang
telah ada seharusnya dapat memberikan peluang untuk menghasilkan
produksi kakao yang lebih besar lagi dengan pengelolaan tanaman yang
tepat dan pengolahan yang tepat sehingga menghasilkan biji kakao
dengan kualitas yang tinggi. Demikian pula dilihat dari segi pengolahan,
kakao yang dihasilkan oleh petani tidak diolah secara baik (difermentasi)
18

tetapi sebagian besar langsung diekspor dalam bentuk biji kakao sehingga
nilai tambah yang dihasilkan sedikit.

GM. 4.3 Teori dan Langkah-Langkah Pemecahan


Masalah

GN. Masalah turunnya mutu biji kakao dapat diatasi dengan


cara memberikan penyuluhan atau sosialiasi kepada petani tentang proses
pengolahan biji kakao pasca panen yang baik dan benar, yaitu:

A. Pemetikan buah yang tepat


B. Pemeraman buah sebelum fermentasi
C. Pengupasan buah
D. Fermentasi biji kakao
E. Pencucian biji kakao
F. Pengeringan biji kakao
G. Sortasi biji kakao
H. Penyimpanan biji kakao

GO. Adapun kendala dan faktor pendukung yang di hadapi dalam


pemecahan masalah antara lain :

1) Kendala
GP. Secara umum kendala dari pemecahan masalah di atas adalah
pengetahuan petani yang kurang untuk mengolahnya, petani hanya
bermodalkan pengalaman saja namun tidak berpacu kepada prosedur-prosedur
yang benar. Kurangnya pengetahuan kebanyakan petani ini disebabkan oleh
banyaknya kalangan petani yang latar belakangnya hanya lulusan SD, SMP,
dan SMA bahkan ada petani yang tidak merasakan jenjang persekolahan.
GQ. Mengingat mahasiswa Kerja Praktek hanya dipusatkan pada
lingkup laboratorium UPTD BPPMB, maka mahasiswa tidak dapat terjun
langsung ke petani-petani penghasil kakao di daerah.
2) Faktor Pendukung
a) Adanya pohon kakao yang tersedia di belakang kantor UPTD BPPMB
Disperindag Provinsi SulSel, yang sedianya mahasiswa KP akan diberikan
pengetahuan secara umum mengenai pengolahan biji kakao pasca panen
secara baik dan benar.
19

b) Adanya sampel biji kakao dari beberapa eksportir yang harus di uji
mutunya melalui pengawasan serta pengujiannya di UPTD BPPMB,
sehingga mahasiswa diberikan pengetahuan cara menentukan mutu biji
kakao tersebut berdasarkan SNI 2323:2008/Amd1:2010.

GR. 4.4 Metode Analisa Sampel Kakao

A. Penetuan Karakteristik Biji Kakao Secara Visual


1) Prinsip : Pengamatan secara visual dan penimbangan
2) Peralatan :
a. Neraca analitis dengan ketelitian 0,01gram
b. Kaca arloji/cawan
c. Ayakan dengan ukuran diameter lubang 6,5 mm
d. Kertas putih
e. Pisau/cutter yang tajam dan berujung tajam
f. Talenan
g. Blanko
3) Prosedur :
a. Pertama-tama sampel diambil dan kemasan contoh uji terbuka ,
lalu ditimbang dan cacat berat total sampel. Amati dengan seksama
adanya serangga hidup dan benda asing pada saat kemasan contoh
uji dibuka.
b. Kemudian lakukan proses pengayakan, agar mempermudah
lolosnya kotoran (waste) halus dari ayakan.
c. Pisahkan waste berupa plasenta , biji dampet (culester), pecahan
biji, pecahan kulit biji pipih dan ranting kedalam kaca arloji/cawan
yang telah diketahui bobotnya , lalu timbang masing-masing kaca
arloji/cawan yang berisi kotoran tersebut.
d. Sampel yang telah berisi (bebas waste) dibagi menjadi 4 bagian,
lalu diambil secara diagonal , kemudian dipilih bagian sampel
yang mewakili.
e. Sampel yang mewakili tersebut ditimbang sebanyak 100 gr.
Setelah ditimbang, pisahkan biji pecah kedalam kaca arloji/cawan
yang telah diketahui bobotnya, lalu ditimbang.
f. Sampel yang telah bebas biji pecah kemudian ditimbang kembali.
Tambahkan
g. Potonglah 300 biji kakao tersebut secara horizontal dengan
pisau/cutter melalui bagian sisi tipis pada talenan. Amati satu
20

persatu adanya biji fermentasi. Biji berkapang, biji berserangga,


biji berkecambah dan biji slaty sesuai defenisi SNI
2323:2008/Amd1:2010
h. pisahkan biji-biji cacat (biji berkapang, biji slaty, biji berserangga,
dan biji berkecambah) menurut jenis cacatnya dan hitunglah
jumlahnya.
GS.
4) Cara Menyatakan Hasil :
a. Apabila tidak ditemukan adanya serangga hidup, benda asing, bau
asap abnormal san bau asing lainnya maka contoh uji dinyatakan
tidak ada. Apabila ditemukan adanya serangga hidup, benda
asing ,bau asap abnormal dan asap lainnya maka contoh uji
dinyatakan ada.
b. Kadar kotoran (waste) dan kotoran benda asing, masing-masing
dinyatakan dalam persentase bobot per bobot dengan perhitungan
sebagai berikut:
M 2M 1
GT. M0 X 100%

.. (IV.1)

GU. Keterangan :
a) M0 adalah bobot contoh uji, dinyatakan dalam gram.
b) M1 adalah kaca arloji/cawan kosong , dinyatakan gram.
c) M2 adalah bobot kaca arloji/cawan kotoran
GV.
c. Kadar biji pecah dinyatakan dalam presentase bobot dengan
perhitungan sebagai berikut :
M 2M 1
GW. M0 X 100%

.. (IV.2)
GX. Keterangan :
a) M0 adalah bobot uji, dinyatakan dalam gram.
b) M1 adalah bobot kaca arloji/cawan kosong, dinyatakan dalam
gram.
c) M2 adalah bobot kaca arloji/cawan dan biji pecah.
GY.
21

GZ.
d. Kadar biji cacat dinyatakan dalam persentasi biji perbiji dengan
perhitungan sesuai berikut :
M1
HA. M0 X 100%

.. (IV.3)

HB. Keterangan :
a) M0 adalah jumlah contoh uji (300 biji kakao).
b) M1 adalah jumlah masing-masing biji cacat.
HC.

B. Penentuan Kadar Air


1) Prinsip : Pengurangan bobot selama 16 pengeringan dalam oven yang
terkontrol pada suhu (1032)C.
2) Peralatan :
a. Mortar dan lumping atau blender yang dapat digunakan untuk
memecahakan biji kakao tanpa menimbulkan panas.
b. Oven yang mempunyai ventilasi, yang dapat mempertahankan
suhu pada suhu (1032)
c. Cawan dan penutup terbuat dari logam yang tidak menjadi karat
apabila digunakan dalam suasana tertentu selama analisis atau
terbuat dari kaca dengan permukaan efektif sekurang-kurang
35cm2 dan kedalaman 20 cm sampai dengan 30 cm.
d. Neraca analisis kapasitas 200 gr, ketelitian 0,1 mg.
3) Prosedur :
a. Ambilah contoh laboratorium yang telah tercampur dengan baik
sebanyak 12 gram.
b. Pecahkan dengan mortar atau blender selama kurang dari 1 menit,
sehingga ukuran partikel yang terbesar tidak melebihi 5 mm.
Hindarkan terbentuknya bubur coklat (pasta).
c. Timbang segera contoh uji yang telah dipecahkan sebanyak 10 gr
ke dalam cawan tertutup yang telah ditetapkan bobotnya.
d. Tempatkan cawan beserta isinya di dalam oven pada suhu (103
2)C. (Cawan dalam keadaan terbuka). Selama 16 jam, cawan
ditutup menggunakan penutupnya dan keluarkan dengan segera
untuk masukkan kedalam eksikator.
22

e. Timbang cawan bertutup beserta isisnya


f. Lakukan penetapan duplo
4) Cara menyatakan hasil :
HD. Kadar air yang dinyatakan dalam persentase bobot sama
dengan :

M 1M 2
HE. M0 X 100%

.. (IV.3)

HF.Keterangan :
a. M0 adalah bobot contoh penimbangan, dinyatakan dalam gram.
b. M1 adalah bobot cawan, tutup dan contoh uji sebelum pengeringan
dinyatakan dalam gram.
c. M2 adalah bobot cawan, tutup dan contoh uji sesudah pengeringan,
dinyatakan dalam gram.

HG. 4.5 Evaluasi dan Hasil Analisa yang diperoleh

HH. Dari hasil pengerjaan 100 sampel, bila dibandingkan dengan


persyaratan mutu seperti tercantum dalam SNI 2323:2008/Amd1:2010, biji kakao
yang dianalisa termasuk dalam golongan Out of Standar, merupakan golongan
yang keluar dari syarat mutu SNI 2323:2008/Amd1:2010. Hasil analisa dari 100
sampel tersebut maka diperoleh Rata-rata :
1) Adanya serangga hidup, sebanyak 72%.
2) Kadar air yang memenuhi standar, sebesar 7,4%.
3) Adanya biji berbau asap dan atau berbau asing sebanyak 10%.
4) Adanya benda asing sebanyak 68%.
5) Kadar kotoran (waste) yang tidak memenuhi standar sebanyak 4%.
6) Kadar biji pecah yang tidak memenuhi standar sebanyak 1,0%.
7) Kadar biji berjamur yang tidak memenuhi standar sebanyak 5,7%.
8) Kadar biji slaty yang tidak memenuhi standar sebanyak 32,6%.
9) Kadar biji berserangga yang tidak memenuhi standar sebanyak 3,1%.
10) Kadar biji berkecambah yang tidak memenuhi standar sebanyak 2,2%

HI. BAB V

HJ. KESIMPULAN DAN SARAN


23

HK. 5.1 Kesimpulan

HL. Dari analisa selama dilaksanakannya Kerja Praktek (KP), penyusun


menarik kesimpulan bahwa 100% biji kakao yang dianalisa termasuk dalam
golongan Out of Standar, merupakan golongan yang keluar dari syarat mutu SNI
2323:2008/Amd1:2010. Turunnya mutu kakao disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :

1) Adanya serangga hidup. Hal ini disebabkan karena tempat penyimpanan


kakao tidak dirawat dengan baik, seperti ventilasi yang tidak cukup, kotor, dan
tidak dilakukannya fumigasi dengan spiyrain secara berkesinambungan.
2) Kadar air yang diperoleh memenuhi mutu umum, yaitu 7,4%.
3) Adanya biji berbau asap dan atau berbau asing. Hal ini disebabkan karena biji
kakao dikeringkan dengan menggunakan proses pengasapan, sehingga biji
kakao tersebut berbau asap. Selain itu biji kakao tidak bisa disimpan di
gudang yang sama dengan komoditi lain, karena kakao bersifat higroskopis.
4) Adanya benda asing. Hal ini disebabkan karena sortasi belum dilakukan secara
maksimal. Selain itu penjemuran sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
pengalas, hal ini dilakukan untuk menghindari masuknya benda asing lain
ketika kakao di jemur.
5) Kadar kotoran (waste) yang keluar dari syarat mutu khusus, yaitu lebih dari
3,0%. Hal ini disebabkan oleh sortasi yang kurang baik.
6) Kadar biji pecah yang keluar dari syarat mutu umum, yaitu lebih dari 2%. Hal
ini disebabkan oleh pengupasan buah yang menggunakan benda tajam,
pengeringan yang terlalu lama sehingga biji kakao menjadi kering, dan
penjemuran di pinggir jalan yang dapat menyebabkan biji kakao di injak.
7) Kadar biji berjamur yang keluar dari syarat mutu khusus, yaitu lebih dari 4%.
Hal ini disebabkan oleh penyimpanan biji kakao dengan kadar air yang masih
tinggi, sehingga kakao menjadi lembab. Selain itu juga karena ventilasi
gudang penyimpanan yang kurang memadai.
8) Kadar biji slaty yang keluar dari syarat mutu khusus, yaitu lebih dari 20%. Hal
ini disebabkan oleh fermentasi yang tidak sempurna.
9) Kadar biji berserangga yang keluar dari syarat mutu khusus, yaitu lebih dari
2%. Hal ini disebabkan oleh penyimpanan biji kakao dengan kadar air yang
24

masih tinggi, sehingga kakao menjadi lembab. Selain itu juga karena ventilasi
gudang penyimpanan yang kurang memadai.
10) Kadar biji berkecambah memenuhi syarat mutu khusus, yaitu berkisar 2,2%.

HM. 5.2 Saran


HN. Untuk mencapai standar biji kakao berdasarkan SNI
2323:2008/Amd1:2010, diharapkan kepada para petani dan eksportir kakao untuk
memperhatikan proses pengolahan biji kakao, yaitu :

1) Biji kakao harus di fermentasi


HO. Fermentasi dimaksudkan untuk menumbuhkan cita rasa, aroma dan
warna yang baik, karena selama proses fermentasi berlangsung beberapa
perubahan fisika, kimia dan biologi pada biji. Selama fermentasi terjadi
penguraian senyawa polifenol, protein dan gula oleh enzim yang menghasilkan
senyawa calon aroma, perbaikan rasa dan perubahan warna. Perubahan biokimia
yang terjadi tergantung pada lama fermentasi yang dialami oleh biji dan jenis
buah kakao.
2) Menurunkan kadar air biji kakao.
HP. Kadar air merupakan sifat fisik yang sangat penting dan sangat
diperhatikan oleh pembeli. Selain sangat berpengaruh terhadap randemen hasil
(yield), kadar air berpengaruh pada daya tahan biji kakao terhadap kerusakan
terutama saat penggudangan dan pengangkutan. Biji kakao yang mempunyai
kadar air tinggi, sangat rentan terhadap serangan jamur dan serangga. Maka dari
itu kadar air sebaiknya rendah.
HQ.
HR.

HS. DAFTAR PUSTAKA

HT. MM Mahendrajaya Drs. I Dewa Nyoman, (2000). Arsip Balai Pengawasan


Dan Pengendalian Mutu Barang (UPTD BPPMB) Dinas Perindustrian Dan
Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan.

HU. Spillane James,J, (1995). Komoditi Kakao dan Peranannya Dalam


Perekonomian Indonesia. Yogyakarta.
25

HV. Badan Standarisasi Nasional BSN. Biji Kakao. Standar Nasional


Indonesia
SNI 2323:2008/Amd1:2010

HW. Sir Osiris Home Site. 2011.


http://lordbroken.wordpress.com/Pengendalian-mutu-kakao-coklat.html
HX. (diakses 18 Agustus 2016)

HY. Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian 2016.


http://www.depperin.go.id./ Gambaran-sekilas-industri-biji-kakao.html
HZ. (diakses 19 Agustus 2016)
IA.

IB.

IC.

ID.

IE.

IF.

IG.

IH.

II.

IJ.

IK. LAMPIRAN

LAPORAN HASIL ANALISA PENGUJIAN KAKAO

IL.

IM.
26

IN.

IO.

IP.

IQ.

IR.

IS.

IT.

IU.

IV.

IW.

IX.

IY.

IZ.

JA.

JB.

JC.

JD.

JE.

JF.

JG.

JH.
27

JI.

JJ.

JK.

JL.

JM.

JN.

JO.

JP.

JQ.

JR.

JS.

JT.

JU.

JV.

JW.

JX.

JY.

JZ.

KA.

KB.

KC.
28

KD.

KE.

KF.

KG.

KH.

KI.

KJ.

KK.

KL.

KM.

KN.

KO.

KP.

KQ.

KR.

KS.

KT.

KU.

KV.

KW.

KX.
29

KY.

KZ.

LA.

LB.

LC.

LD.

LE.

LF.

LG.

LH.

LI.

LJ.

LK.

LL.

LM.

LN.

LO.

LP.

LQ.

LR.

LS.
30

LT.

LU.

LV.

LW.

LX.

LY.

LZ.

MA.

MB.

MC.

MD.

ME.

MF.

MG.

MH.

MI.

MJ.

MK.

ML.

MM.

MN.
31

MO.

MP.

MQ.

MR.

MS.

MT.

MU.

MV.

MW.

MX.

MY.

MZ.

NA.

NB.

NC.

ND.

NE.

NF.

NG.

NH.

NI.
32

NJ.

NK.

NL.

NM.

NN.

NO.

NP.

NQ.

NR.

NS.

NT.

NU.

NV.

NW.

NX.

NY.

NZ.

OA.

OB.

OC.

OD.
33

OE.

OF.

OG.

OH.

OI.

OJ.

OK.

OL.

OM.

ON.

OO.

OP.

OQ.

OR.

OS.

OT.

OU.

OV.

OW.

OX.

OY.
34

OZ.

PA.

PB.

PC.

PD.

PE.

PF.

PG.

PH.

PI.

PJ.

PK.

PL.

PM.

PN.

PO.

PP.

PQ.

PR.

PS.

PT.
35

PU.

PV.

PW.

PX.

PY.

PZ.

QA.

QB.

QC.

QD.

QE.

QF.

QG.

QH.

QI.

QJ.

QK.

QL.

QM.

QN.

QO.
36

QP.

QQ.

QR.

QS.

QT.

QU.

QV.

QW.

QX.

QY.

QZ.

RA.

RB.

RC.

RD.

RE.

RF.

RG. SURAT PERNYATAAN

RH.
Dengan ini kami menyatakan bahwa dalam mengerjakan laporan KP ini
kami tidak melakukan pemalsuan (fabricating) data dan tidak menjiplak
karya orang lain. Semua materi dalam laporan KP ini merupakan hasil
37

karya kami sendiri, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika di kemudian hari terbukti
terdapat plagiat dalam laporan KP, maka kami bersedia menerima sanksi
sesuai ketentuan.

RI.

RJ.

RK. Makassar, .......


...............

RL. Mahasiswa

RM.
Mater

RN. ai
6000
RO. (Roby
Handris)

RP.NIM: 1320422010

RQ.

RR.

RS.

RT.

RU.

RV.

RW. SURAT KETERANGAN TELAH MENYELASAIKAN


KERJA PRAKTEK (KP)

RX.
38

RY.Yang bertanda tangan di bawah ini :

RZ. Nama mahasiswa : Roby Handris

SA. NIM : 1320422010

SB.Alamat : Jl. Toa Daeng II. No.4

SC.Nomor hp : 085299901676

SD. Telah melaksanakan kerja praktek (KP) di UPTD Balai Pengawasan dan
Pengendalian Mutu Barang (BPPMB), yang di mulai pada tanggal 15 Agustus s/d
15 September 2016. Dan telah menyelesaikan seluruh administrasi yang terkait
dangen perusahaan.

SE. Demikian surat ini di buat dengan sebenarnya.

SF.

SG. Makassar,

SH. Menyetujui :

SI. Pembimbing Lapangan Mahasiswa

SJ.

SK.

SL. (Hj. Farida, STP) (Roby


Handris)

SM.

SN.

SO. LAPORAN KEGIATAN HARIAN


KERJA PRAKTEK

SP. Nama mahasiswa : Roby Handris


39

SQ. Nama pembimbing lapangan : Hj. Farida, STP

SR. Tempat KP : UPTD Balai Pengawasan


dan Pengendalian

SS. Mutu Barang (BPPMB)

ST. Waktu pelaksanaan KP : 15 Agustus s/d 15 September 2016.

SW. Tanda tangan


SU. SZ. Pembi
SV. Uraian kegiatan TA. Mah
Tanggal mbing
asiswa
lapangan
TC. Penerimaan mahasiswa
TB. 15 Ags
KP oleh kepala balai dan juga TD. TE.
2016
pengenalan dengan staf BPPMB
TG. Pengenalan lokasi balai
TF. 16 Ags dan pengenalan laboratorium
TH. TI.
2016 serta alat alat dan bahan yang
dipakai dalam pengujian.
TJ. 18 Ags TK. Pengenalan komoditi TM.
TL.
2016 yang terakreditasi pada BPPMB
TN. 19 Ags TO. Pemberian teori TQ.
TP.
2016 mengenai analisa kakao.
TS. Analisa kadar air dan
TR. 22 visual sampel kakao dengan kode TU.
TT.
23 Ags 2016 contoh 1 10 dan juga pelaporan
hasil analisa.
TW. Analisa kadar air dan
TV. 24 visual sampel kakao dengan kode
TX. TY.
25 Ags 2016 contoh 11 21 dan juga
pelaporan hasil analisa.
UA. Analisa kadar air dan
TZ. 26 visual sampel kakao dengan kode UC.
UB.
27 Ags 2016 contoh 22 32 dan juga
pelaporan hasil analisa.
40

UE. Analisa kadar air dan


UD. 29 Ags visual sampel kakao dengan kode UG.
UF.
2016 contoh 33 36 dan juga
pelaporan hasil analisa.
UI. Analisa kadar air dan
UH. 30 visual sampel kakao dengan kode UK.
UJ.
31 Ags 2016 contoh 37 47 dan juga
pelaporan hasil analisa.
UM. Analisa kadar air dan
UL. 1 - 2 visual sampel kakao dengan kode UO.
UN.
Sep 2016 contoh 48 58 dan juga
pelaporan hasil analisa.
UQ. Analisa kadar air dan
UP. 5 - 6 visual sampel kakao dengan kode US.
UR.
Sep 2016 contoh 59 68 dan juga
pelaporan hasil analisa.
UU. Analisa kadar air dan
UT. 7 - 8 visual sampel kakao dengan kode UW.
UV.
Sep 2016 contoh 69 75 dan juga
pelaporan hasil analisa.
UY. Analisa kadar air dan
UX. 9-10 visual sampel kakao dengan kode VA.
UZ.
Sep 2016 contoh 76 86 dan juga
pelaporan hasil analisa.
VD.
VB. VE. Analisa kadar air dan
VG.
VC. 13 visual sampel kakao dengan kode VF.
14 Sep 2016 contoh 87 97 dan juga
pelaporan hasil analisa.
VH. 15 Sep VI. Analisa kadar air dan VK. VL.
2016 visual sampel kakao dengan kode
contoh 98 100 dan dan juga
pelaporan hasil analisa.
41

VJ. Serta penarikan


mahasiswa KP dari BPPMB.
VM.
VN.
VO. Mengetahui ,
VP. Pembimbing
lapangan
VQ.

VR.

VS. (Hj. Farida,


STP)

VT.

VU.

VV.

VW.

VX.

VY.

VZ.

WA.

WB.

WC. KARTU KONSULTASI DOSEN PEMBIMBING

WD. Nama mahasiswa : Roby Handris

WE. Nama pembimbing lapangan : Hj. Farida, STP

WF. Tempat KP : UPTD Balai Pengawasan


dan Pengendalian
42

WG. Mutu Barang (BPPMB)

WH. Waktu pelaksanaan KP : 15 Agustus s/d 15


September 2016.

WK.
WI. WO. Tanda tangan
WM.
WJ.
WL. Tan WN. Materi bimbingan WS. Dos WT. Mah
No.
ggal en asiswa
WU. WV. WW. WX. WY.

WZ. XA. XB. XC. XD.

XE. XF. XG. XH. XI.

XJ.
XK. Makassar,
XL. Dosen Pembimbing
XM.

XN. (Dr. Hj. Sinardi, ST,.


M.Si)

Anda mungkin juga menyukai