Anda di halaman 1dari 119

LAPORAN PKL INDUSTRI FARMASI

NAMA KELOMPOK 5 :

 KASWINDA SARI
 KIKI
 KIKI HERLINA
 KURNIAWATI
 LIA ANGGRAENI
 LINDA NURFA
 LUH IKA KASMIASIH
 MARDIANA
 MARIA NILUH SELVIANI

STIKES BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO


PROGRAM STUDI DIII FARMASI
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


yang telah melimpahkan nikmat,taufik serta hidayah-Nya yang sangat
besar sehingga pada akhirnya bisa menyelesaikan pelaksanaan ( PKL
INDUSTRI) Praktek Kerja Lapangan.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing


yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga
pelaksanaan PKL INDUSTRI ini dapat disusun dengan baik.

Semoga laporan PKL INDUTRI yang telah kami susun ini dapat
bermanfaat serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para
pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu


yang sempurna.kami juga menyadari bahwa laporan PKL INDUSTRI ini
juga masih memilihki banyak kekurangan.Maka dari itu,kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi
penyusunan penyusunan laporan PKL INDUSTRI.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PKL
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI
A. PENGERTIAN INDUSTRI FARMASI
B. CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK
1. Manejemen mutu
2. Personalia
3. Bangunan & fasilitas
4. Peralatan
5. Sanitasi & higiene
6. Produksi
7. Pengawasan mutu
8. Inspeksi diri dan audit mutu
9. Penanganan keluhan terhadap produk,penarikan
kembali produk & produk kembalian
10. Dokumentasi
11. Pembuatan & Analisis Berdasarkan Kontrak
12. Sanitasi & Valida
BAB III TINJAUAN INDUSTRI FARMASI
A. Lembaga farmasi direktorat angkatan darat (LAFIAD)
1. Sejarah & Perkembangan
2. Visi & Misi
3. Struktur organisasi
4. Saran & Fasilitas Produk
5. Produksi
6. Pengawasan mutu (Bagian pengujian & pengembang)
7. Distribusi
8. Pengelolaan Limba industri
B. PT. ULTRA JAYA MILK
1. Sejarah & Perkembangan
2. Visi & Misi
3. Struktur organisasi
4. Saran & Fasilitas Produk
5. Produksi
6. Pengawasan mutu (Bagian pengujian & pengembang)
7. Distribusi
8. Pengelolaan Limba industri
C. PT. JAMU DAN FARMASI SIDOMUNCUL,Tbk
1. Sejarah & Perkembangan
2. Visi & Misi
3. Struktur organisasi
4. Saran & Fasilitas Produk
5. Produksi
6. Pengawasan mutu (Bagian pengujian & pengembang)
7. Distribusi
8. Pengelolaan Limba industri
D. PT. VICTORIA CARE (HERBORIST)
1. Sejarah & Perkembangan
2. Visi & Misi
3. Struktur organisasi
4. Saran & Fasilitas Produk
5. Produksi
6. Pengawasan mutu (Bagian pengujian & pengembang)
7. Distribusi
8. Pengelolaan Limba industri

E. PT.KIMIA FARMA (persero), Tbk


1. Sejarah & Perkembangan
2. Visi & Misi
3. Struktur organisasi
4. Saran & Fasilitas Produk
5. Produksi
6. Pengawasan mutu (Bagian pengujian & pengembang)
7. Distribusi
8. Pengelolaan Limba industri
F. PT.UPTD MATERIA MEDIKA
9. Sejarah & Perkembangan
10. Visi & Misi
11. Struktur organisasi
12. Saran & Fasilitas Produk
13. Produksi
14. Pengawasan mutu (Bagian pengujian &
pengembang)
15. Distribusi
16. Pengelolaan Limba industri

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A.KESIMPULAN
B.SARAN
DAFTAR PUSTAKAN
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG

Pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian integral dari


pembangunan Nasional Bidang Kesehatan yang diarahkan untuk mendukung
upaya pencapaiyan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Dalam
kaitan ini pendidikan tenaga kesehatan di selenggarakan untuk memperboleh
tenaga kesehatan yang bermutu yang mampu mengemban tugas untuk
mengujudkan perubahan , pertumbuhan dan pembangunan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.

Salah satu institusi pendidikan yang menyediakan tenaga kesehatan


adalah STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo yang menghasilkan tenag
kesehatan di bidang farmasi tingkat ahli madya yang mampu bekerja dalam
sistem pelayanan kesehatan secara terpadu . Oleh karena itu luaran akademi
ini harus terampil, terlatih dan dapat mengembangkan diri baik sebagai
pribadi mupun sebagai pribadi maupun tenaga kesehatan yang terprofesional
berdasarkan nilai-nilai yang dapat menunjang upaya pembangunan di bidang
kesehatan.

Untuk menghasilkan tenaga kesehatan di bidang farmasi yang


memenuhi kualitas tersebut, maka penyelenggaraan pendidikanterutama
proses belajar mengajar harus di tingkatkan secara terus menerus.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk memberikan bekal


pengalaman kepada peserta didik adalah mengikutsertakan mahasiswa
dalam praktek kerja lapangan yang disingkat dengan PKL. Hal ini dipilih
karena praktek kerja lapangan dianggap cara terbaik untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya selama mengikuti
pendidikan.

Selain itu, pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan merupakan sarana


pengenalan lapangan kerja bagi peserta didik karena dapat melihat,
mengetahui, menerima dan menyerapkan teknologi kesehatan yang ada di
masyarakat sehingga hal tersebut menjadi orientasi bagi peserta didik
sebelum langsung bekerja dimasyarakat. Untuk menunjang tercapainya
tujUan PKL tersebut, maka dianggap perlu menerbitkan buku panduan
sebagai petunjuk bagi peserta , pembimbing dan semua pihak yang terkait
dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan tersebut.

B.TUJUAN PKL

1. Meningkatkan,memperluas dan menetapkan keterampilan peserta


didik sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan
kebutuhan pogram pendidikan yang di tetapkan
2. Mengenal kegiatan penyelenggaraan pogram kesehatan masyarakat
secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi,teknis maupun
sosial budaya.
3. Memberikan kesempatan kunjungan industri farmasi kepada
mahasiswa untuk melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan diindustri
farmasi.Memperoleh masukan dan umpan balik,guna memperbaiki
dan mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan
pendidikan Akademik Farmasi.
4. Memperoleh masukan dan umpan balik,guna memerbaiki dan
mengenbamgkan serta meningkatkan penyelengaraan pendidikan
Akademi Farmasi memenuhi kebutuhan masyarakat.
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mensosialisasikan diri pada lingkungan kerja dan sebagainya.
BAB II

TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI

2.1.Pengertian Industri Farmasi

Industri farmasi menurut peraturan Mentri Kesehatan RI


No.1799/Menkes/Per/XII/2010 Tentang industry farmasi adalah badan usaha
yang memiliki izin dari Mentri Kesehatan untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat.Industri Farmasi,sebagai industri penghasil
obat di tuntut untuk mendapatkan obat yang harus memenuhi persyaratan
khasiat (efficacy),keamanan(safety),dan mutu (quality)dalam dosis siang
digunakan untuk tujuan kesehatan (priambodo,2007),

2.2 Cara Pembuatan Obat Yang Baik

Cara pembuatan obat yang baik (CPOB) Bertujuan untuk menjamin


obat di buat secaa konsisten,memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai
dengan penggunaannya CPOB mencakup aspek produksi,Pengendalian
mutu,personalia,bangunan dan fasilitas
,peralatan,sanitasi,higyene,produksi,pengawasam mutu,inspek diri dan audid
mutu,penanganan keluan terhadap produk,penarikan kembali produk dan
produk kembali,dokumentasi,pembuatan dan analisis berdasarkan
kontrak,serta kualifikasi dan validasi(anonym 2006.

CPOB adalah bagian dari Manajemen Mutu yang memastikan obat dibuat
dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai
dengan tujuan penggunaan dan persyaratan Izin Edar, Persetujuan Uji Klinik
atau spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu.
Prinsip dasar CPOB adalah:
a) semua proses pembuatan obat ditetapkan secara jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu menghasilkan obat
yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang ditetapkan secara
konsisten;

b) tahap kritis dalam proses pembuatan, dan perubahan signifikan dalam


proses divalidasi;

c) tersedia semua fasilitas CPOB yang diperlukan mencakup:

personel terkualifikasi dan terlatih;

bangunan-fasilitas dengan luas yang memadai;

peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;

bahan, wadah dan label yang benar;

prosedur dan instruksi yang disetujui sesuai Sistem Mutu Industri Farmasi;
dan

tempat penyimpanan dan transportasi memadai.

d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa jelas,
tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada fasilitas yang
tersedia;

e) prosedur dan instruksi dilaksanakan dengan benar dan operator diberi


pelatihan untuk menerapkannya;

f) pencatatan dilakukan selama pembuatan baik secara manual dan/atau


dengan alat pencatat yang menunjukkan bahwa semua langkah pembuatan
dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan
bahwa jumlah serta mutu produk sesuai yang diharapkan;
g) setiap penyimpangan signifikan dicatat dengan lengkap, diinvestigasi
dengan tujuan untuk menentukan akar masalah dan pelaksanaan tindakan
korektif dan tindakan pencegahan yang tepat;

h) catatan pembuatan termasuk distribusi obat yang memungkinkan


ketertelusuran riwayat bets, disimpan dalam bentuk yang komprehensif dan
mudah diakses;

i) Cara Distribusi Obat yang Baik memperkecil risiko yang berdampak pada
mutu obat;

j) sistem penarikan bets obat dari peredaran tersedia; dan

k) keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu


diinvestigasi serta tindakan tepat diambil terkait cacat produk dan
pencegahan keberulangan keluhan.

1. Manajemen mutu

Manajemen puncak bertanggung jawab untuk pencapaian sasaran

mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari personel pada

semua tingkat di berbagai departemen dalam perusahaan, juga

pemasok dan distributor. Untuk mencapai sasaran mutu yang handal,

diperlukan Sistem Mutu yang didesain secara komprehensif dan

diterapkan secara benar serta mencakup Cara Pembuatan Obat yang

Baik dan Manajemen Risiko Mutu. Pelaksanaan sistem ini hendaklah

didokumentasi lengkap dan dimonitor dipantau efektivitasnya. Semua

bagian Sistem Mutu hendaklah didukung ketersediaan personel yang

kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan


memadai. Tambahan tanggung jawab legal diberikan kepada

pemegang Izin Industri Farmasi (IIF) dan kepada Pemastian Mutu.

Konsep dasar Manajemen Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik

(CPOB), dan Manajemen Risiko Mutu adalah saling terkait.

Konsep dasar yang diuraikan di sini menekankan kepentingan

hubungan konsep tersebut dalam produksi dan pengawasan obat.

Unsur dasar manajemen mutu adalah:

a) suatu infrastruktur atau sistem mutu Industri Farmasi yang tepat

mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya; dan

b) tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian

dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa

pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang

telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian

Mutu.

Semua bagian Sistem Mutu Industri Farmasi hendaklah didukung

dengan ketersediaan personel yang kompeten, bangunan dan sarana


serta peralatan yang cukup dan memadai. Kepala Bagian Pemastian

Mutu memiliki tambahan tanggung jawab secara hukum.

2. Personalia

Kualitas sediaan obat yang dihasilkan ditentukan oleh beberapa

faktor penunjang, salah satu faktor terpenting adalah faktor manuasia.

Oleh karena itu alur produksi hanya bisa terjadi apabila personel yang

mengerjakan mempunyai kualitas yang sesuai dengan tingkat

pendidikan dan pengalamannya. Seluruh personil hendaklah

memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan

berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai hygiene yang

berkaitan dengan pekerjannya.

Personel yang bekerja di industri farmasi harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

 Sehat

 Kualifikasi sesuai dengan pendidikan

 Berpengalaman

 Jumlah karyawan harus sesuai / mandiri

 Setiap karyawan tidak dibebani tanggung jawab yang

berlebihan
 Harus ada pelatihan secara berkala

3. Bangunan dan sarana penunjang

Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain,

konstruksi dan letak yang memadai, serta dirawat kondisinya untuk

kemudahan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain

ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi

ketidakjelasan, kontaminasi silang dan kesalahan lain, serta

memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk

menghindarkan kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran,

dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.

1. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan

kontaminasi dari lingkungan sekitar, seperti kontaminasi dari udara, tanah

dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak

bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif

terhadap kontaminasi tersebut.

2. Bangunan-fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan

dipelihara sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap

pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang

serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah

tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama.


3. Bangunan-fasilitas hendaklah dipelihara dengan cermat, dibersihkan dan,

bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Catatan pembersihan dan

disinfeksi hendaklah dikelola.

4. Seluruh bangunan-fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area

penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah

dipelihara dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah

ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan serta

pemeliharaan bangunan-fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan

tersebut tidak merugikan mutu obat.

5. Pasokan listrik, pencahayaan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah

tepat agar tidak mengakibatkan dampak merugikan baik secara langsung

maupun tidak langsung terhadap obat selama proses pembuatan dan

penyimpanan, atau terhadap keakuratan fungsi dari peralatan.

6. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan:

a. kompatibilitas dengan kegiatan pengolahan lain yang mungkin dilakukan

di dalam fasilitas yang sama atau fasilitas yang berdampingan; dan

b. pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum

bagi personel dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan

bahan atau produk selain yang sedang diproses.


7. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personel yang

tidak berkepentingan masuk. Area produksi, area penyimpanan dan area

pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi

personel yang tidak bekerja di area tersebut.

8. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan:

penerimaan bahan;

karantina barang masuk;

penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas;

penimbangan dan penyerahan bahan atau produk;

pengolahan;

pencucian peralatan;

penyimpanan peralatan;

penyimpanan produk ruahan;

pengemasan;

karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir;

pengiriman produk; dan


laboratorium pengawasan mutu.

4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta
seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
pemeliharaan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan
debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada
mutu produk.

5. Sanitasi dan higiene

Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, alat produksi beserta

wadahnya, dan setiap hal yang dapat merupakan sumber pencemaran

produk. Sumber pencemaran hendaklah dihilangkan melalui suatu

program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.

Sanitasi merupakan segala usaha yang dapat dilakukan untuk

menjaga kesehatan lingkungan sekitar, dengan tujuan agar tidak

timbul penyakit yang pada akhirnya akan merugikan manusia.

Higiene merupakan upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan individu.

6. Produksi

Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang

telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin


senantiasa menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu

serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.

1. Produksi hendaklah dilakukan dan disupervisi oleh personel yang

kompeten.

2. Seluruh penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan

dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan,

penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah

dilakukan sesuai prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.

3. Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk

memastikan kesesuaiannya dengan pesanan. Wadah hendaklah

dibersihkan di mana perlu dan diberi penandaan dengan data yang

diperlukan.

4. Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak

merugikan terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan

dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu.

5. Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara

fisik atau administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai

dinyatakan lulus untuk pemakaian atau distribusi.

6. Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah

ditangani seperti penerimaan bahan awal.


7. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan pada kondisi

seperti yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara rapi dan

teratur untuk memudahkan segregasi antar bets dan rotasi stok.

8. Pemeriksaan hasil nyata dan rekonsiliasi jumlah hendaklah

dilakukan sedemikian rupa untuk memastikan tidak ada penyimpangan

dari batas yang telah ditetapkan.

9. Pengolahan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan secara

bersamaan atau berurutan dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak

ada risiko terjadi kecampurbauran ataupun kontaminasi silang.

1.0 Produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap kontaminasi

mikroba atau kontaminasi lain pada tiap tahap pengolahan.

1.1 Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, hendaklah

dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta

penyebarannya. Hal ini terutama dilakukan pada penanganan bahan

yang sangat berbahaya, mencakup bahan yang sangat aktif atau

menyebabkan sensitisasi.

12. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan,

peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai

hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang

sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila perlu,

penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahap proses produksi.


13. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti

ganda dan dengan format yang telah ditetapkan. Label berwarna

sering kali sangat membantu untuk menandakan status (misal:

karantina, diluluskan, ditolak, bersih dan lain-lain).

14. Pemeriksaan hendaklah dilakukan untuk memastikan pipa

penyalur dan alat lain untuk transfer bahan dan produk dari satu ke

tempat lain telah terhubung dengan benar.

15. Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur hendaklah

sedapat mungkin dihindarkan. Bila terjadi penyimpangan maka

hendaklah ada

persetujuan tertulis dari kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian

Mutu) dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.

16. Akses ke bangunan-fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya

untuk personel yang berwenang.

7. Pengawasan Mutu

Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup

pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta mencakup

organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan


bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan. Bahan

tidak boleh diluluskan untuk digunakan dan produk tidak boleh

diluluskan untuk dijual atau didistribusi sampai mutunya dinilai

memuaskan.

Prinsip dasar Pengawasan Mutu adalah:

a) fasilitas memadai, personel terlatih dan tersedia prosedur yang

disetujui untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian

bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan

produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan kondisi lingkungan

sesuai tujuan CPOB;

b) pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara,

produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personel yang

ditetapkan dan menggunakan metode yang disetujui;

c) metode pengujian telah tervalidasi;

d) pencatatan dilakukan secara manual dan/atau dengan alat

pencatat selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua

langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur pengambilan sampel,

pemeriksaan dan pengujian benar-benar telah dilaksanakan. Tiap

penyimpangan dicatat lengkap dan diinvestigasi;


e) produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan

kuantitatif sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau

Persetujuan Uji Klinik, memiliki derajat kemurnian yang dipersyaratkan

serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan pelabelan yang benar;

f) dibuat catatan hasil pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan

pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang

secara formal dinilai terhadap spesifikasi; dan

g) sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam

jumlah yang cukup sesuai Aneks 11 Sampel Pembanding dan Sampel

Pertinggal, untuk pengujian ulang di kemudian hari bila perlu. Sampel

produk jadi disimpan dalam kemasan akhir.

8. Inspeksi diri dan audit mutu

Inspeksi diri bertujuan untuk melakukan penilaian apakah

seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu selalu memenuhi

CPOB.

9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk

dan Produk Kembalian

10. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari manajemen mutu. Setiap

hal yang di kerjakan selalu terdokumentasi. Dan setiap hal yang

dikerjakan selalu mengacu pada SOP (Standar Operating Procedure).

11. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat

secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari

kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan

dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pembuat

Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas karena

menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.

12. Sanitasi dan validasi

Seluruh kegiatan validasi hendaknya direncanakan. Unsur

utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan

didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau

dokumen yang setara. RIV hendaklah dokumen yang singkat, tepat

dan jelas.
BAB III

TINJAUAN INDUSTRI FARMASI

1. Lembaga farmasi direktorat angkatan darat (LAFIAD)


1. Sejarah dan perkembangan
Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi
Ditkesad), atau yang dahulu bernama Militaire Scheikundig
Laboratorium (MSL), merupakan lembaga yang didirikan oleh
Pemerintah Belanda yang berfungsi sebagai tempat pemeriksaan
obat-obatan yang dibutuhkan oleh tentara Belanda, didirikan pada
tahun 1818 di Jakarta dan tanggal 28 Oktober 1928 pindah ke
Bandung.
Pada tanggal 23 Januari 1950 dibentuk panitia pengalihan dari
MSL kepada TNI AD, pada tanggal 1 Juni 1950 dilaksanakan serah
terima MSL berdasarkan telegrafisch order No. 13579 tanggal 8 Mei
1950 dari chief generale staf van de nederlandse strijdkratchten in
Indonesia, yang menjadi dasar dalam penetapan hari jadi Lafi
Ditkesad. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Dirkesad Nomor :
Skep/23/I/1997 tanggal 31 Januari 1997 ditetapkan tanggal 1 Juni
sebagai hari jadi Lafi Ditkesad.
Berdasarkan SK Ditkesad No. Kep/61/10/IX/1960 tanggal 13
September 1960 terhitung mulai tanggal 8 Juni 1960 LKAD dan DOAD
disatukan menjadi Lembaga Farmasi Angkatan Darat (Lafiad).
Kemudian pada tanggal 15 Oktober 1970 Lafiad dipisah kembali
menjadi:
1. Lembaga Farmasi Angkatan Darat (LFAD), selanjutnya menjadi
Lafiad dan kemudian menjadi Lembaga Farmasi Jawatan Kesehatan
Angkatan Darat (Lafi Jankesad).

2. Depot Obat Angkatan Darat (DOAD), selanjutnya menjadi Depot


Alat Peralatan Kesehatan (Dopalkes) dan kemudian menjadi Depot
Pusat Perbekalan Kesehatan Jawatan Kesehatan Angkatan Darat
(Dopusbekkes Jankesad).
Pada tahun 1985 antara Lafi Jankesad dan Dopusbekkes Jankesad
disatukan kembali menjadi Lafi Ditkesad. Terhitung mulai tanggal 30 Januari
2004 Lafi Ditkesad dipisah kembali menjadi Lembaga Farmasi Ditkesad (Lafi
Ditkesad) dan Gudang Pusat II Ditkesad (Gupus II Ditkesad).
Pada awalnya, kegiatan produksi Lafi Ditkesad dilakukan di Jl. Gudang
Utara No. 25 Bandung dengan luas tanah 6.562 m2 dan luas bangunan
3.382 m2.Namun berdasarkan hasil evaluasi Direktur Jenderal Balai
Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, sarana fasilitas produksi di tempat tersebut belum memenuhi
persyaratan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
43/MENKES/SK/II/1988 tentang pedoman CPOB dan Surat Keputusan Dirjen
POM No. 544/A/SK/XII/1989 tentang penerapan CPOB. Oleh sebab itu, pada
tahun 1995 diajukanlah Rencana Induk Perbaikan (RIP) Lafi Ditkesad dengan
lokasi di Jl. Gudang Utara No. 26 Bandung dengan luas tanah 12.152 m2 dan
luas bangunan 6.087,25 m2. Gedung baru Lafi Ditkesad dirancang sesuai
dengan persyaratan CPOB.Pada tanggal 28 Februari 1996, RIP tersebut
mendapat persetujuan dari Dirjen POM Depkes RI.
Pada tahun 1997, pembangunan sarana fasilitas Lafi Ditkesad dimulai
sesuai dengan RIP (Rencana Induk Perbaikan) yang sudah disetujui Dirjen
POM Depkes untuk 21 sertifikat CPOB dengan cara bertahap.
2. Visi dan misi

Visi

Lafi Ditkesad adalah menjadi satu-satunya lembaga produksi


yang mampu memenuhi kebutuhan obat bermutu bagi TNI

Misi

Mampu memenuhi kebutuhan obat dukes dan yankes TNI


AD,Pusat litbang dan informasi obat TNI AD,dan mampu menjadi mitra
industry farmasi dalam memenuhi kebutuhan obat nasional

3. Struktur organisasi Lafi Ditkesad


Susunan organisasi Lafi Ditkesad berdasarkan Peraturan Kasad
Nomor Perkasad/219/XII/2007, tanggal 10 Desember 2007 adalah sebagai
berikut:
 Eselon Pimpinan
1. Kepala Lembaga Farmasi, disingkat Kalafi
Kalafi dijabat oleh seorang Perwira Menengah (Pamen) Angkatan Darat
berpangkat Kolonel Ckm. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
bertanggung jawab kepada Dirkesad.
2. Wakil Kepala Lembaga Farmasi, disingkat Wakalafi
Wakalafi dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat, berpangkat Letnan
Kolonel Ckm, dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggung
jawab langsung kepada Kalafi.
 Eselon Pembantu Pimpinan
1. Perwira Ahli Lembaga Farmasi, disingkat Pa Ahli Lafi.
Pa Ahli Lafi dijabat oleh 3 (tiga) orang Pamen Angkatan Darat berpangkat
Letnan Kolonel Ckm. Para Ahli terdiri dari:

a. Perwira Ahli Madya Manajemen Mutu, disingkat Pa Ahli Madya


Jemen Mutu

b. Perwira Ahli Madya Teknologi Farmasi, disingkat Pa Ahli Madya


Tekfi

c. Perwira Ahli Madya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,


disingkat Pa Ahli Madya Amdal.

2. Bagian Administrasi Logistik, disingkat Kabagminlog.

Kabagminlog dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan


Kolonel Ckm, dalam pelaksanaaan tugas kewajibannya bertanggung jawab
kepada Kalafi. Dalam melaksanakan tugasnya Kabagminlog dibantu oleh 2
(dua) Kepala Seksi yang masing-masing

dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat berpangkat Mayor Ckm,


terdiri dari:
a. Kepala Seksi Perencanaan Program dan Anggaran, disingkat
Kasirenprogar \
b. Kepala Seksi Pengendalian Materil, disingkat Kasidalmat.
 Eselon Pelayanan yakni Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam
Kepala Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam (Kasituud) dijabat oleh seorang
Pamen Angkatan Darat berpangkat Mayor Ckm yang dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab kepada Kalafi.Kasituud merupakan unsur
pelayanan Lafi Ditkesad yang bertanggung jawab menyelenggarakan
kegiatan di bidang pengamanan, administrasi personil, logistik, tata usaha,
dan urusan dalam.
Kasituud dibantu oleh tiga kepala urusan yang masing-masing dijabat oleh
dua orang Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten Ckm, satu orang PNS
golongan III dan satu Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama Angkatan
Darat berpangkat Letnan Ckm. Kepala dan Perwira Urusan tersebut, yakni:
1. Kepala Urusan Administrasi Personil dan Logistik disingkat Kaurminperslog

2. Kepala Urusan Dalam disingkat Kaurdal

3. Kepala Urusan Tata Usaha disingkat Kaurtu

4. Perwira Urusan Pengamanan disingkat Paurpam


 Eselon Pelaksana
Eselon pelaksana dijabat oleh lima Kepala Instalasi (Kainstal), yaitu:
1. Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan disingkat Kainstallitbang,
dijabat oleh seorang Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan Kolonel Ckm
yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua Kepala Seksi (Kasi)
yang masing-masing dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Mayor
Ckm, yaitu:

a. Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Produksi, disingkat


Kasilitbangprod.

b. Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Sistem Metoda dan Personel,


disingkat Kasilitbangsistodapers.

2. Kepala Instalasi Produksi, disingkat Kainstalprod dijabat oleh seorang


Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan Kolonel Ckm berkualifikasi
apoteker. Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab
kepada Kalafi dan dibantu oleh empat Kepala Seksi yang masing-masing
dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Mayor Ckm, terdiri dari:

a. Kepala Seksi Sediaan Non Betalaktam, disingkat Kasidia Non Betalaktam


b. Kepala Seksi Sediaan Betalaktam, disingkat Kasidia Betalaktam

c. Kepala Seksi Sediaan Sefalosporin, disingkat Kasidia Sefalosporin

d. Kepala Seksi Kemas, disingkat Kasikemas


3. Kepala Instalasi Pengawasan Mutu, disingkat Kainstalwastu dijabat oleh
seorang Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan Kolonel Ckm
berkualifikasi apoteker. Kainstalwastu dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh dua Kepala Seksi yang masing-masing dijabat oleh Pamen Angkatan
Darat berpangkat Mayor Ckm, terdiri dari:

a. Kepala Seksi Pengujian Kimia, Fisika, dan Mikrobiologi disingkat Kasiuji


Kifis dan Mikro.

b. Kepala Seksi inspeksi, disingkat Kasiinspek.


Kainstalwastu dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya bertanggung
jawab kepada Kalafi.
4. Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang, disingkat
Kainstalhar & Sisjang dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Mayor
Ckm. Kainstalhar & Sisjang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua
Kepala Urusan yang masing-masing dijabat oleh Pamen Angkatan Darat
berpangkat Kapten Ckm, terdiri dari:

a. Kepala Urusan Pemeliharaan, disingkat Kaurhar

b. Kepala Urusan Sistem penunjang, disingkat Kaursisjang


Kainstalhar & Sisjang dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya
bertanggung jawab kepada Kalafi.
5. Kepala Instalasi Simpan, disingkat Kainstalsimpan dijabat oleh Pamen
Angkatan Darat berpangkat Mayor Ckm. Kainstalsimpan dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh satu Kepala Urusan yang dijabat oleh
Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten Ckm dan satu Perwira Urusan
yang dijabat oleh Pama Angkatan Darat berpangkatLetnan Ckm, terdiri dari:
a. Kepala Urusan Penyimpanan Material Produksi, disingkat
Kaursimpanmatprod.

b. Perwira Urusan Penyimpanan Obat Jadi, disingkat Paursimpan Obat Jadi.


Kainstalsimpan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya
bertanggung jawab kepada Kalafi, dalam melaksanakan tugas sehari-hari
dikoordinasikan oleh Wakalafi.

4. Sarana dan fasilitas produksi


pendukung (utility) yang ada di Lafi Ditkesad adalah: Pengolahan air
baku farmasi, instalasi listrik, instalasi boiler (steam), instalasi udara
bertekanan, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan sistem pengaturan
udara (AHS).
Penanggung jawab pengolahan fasilitas utility ini adalah Kepala Instalasi
Pemeliharaan dan Sistem Penunjang (Kainstalhar & Sisjang). Fasilitas utility
terdiri dari:
1. Listrik
Sumber listrik Lafi Ditkesad berasal dari PLN dengan daya sebesar
1000 kW.Pada saat ini belum digunakan generator.Tetapi pada
produksi steril diperlukan adanya aliran listrik secara terus-menerus
sehingga dipertimbangkan untuk menggunakan generator.
2. Pengolahan Air
Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam pelaksanaan
CPOB. Hal tersebut disebabkan karena air merupakan bahan baku
dalam jumlah besar, terutama untk produk sirup, obat suntik cair,
cairan infus dan lain-lain. Tujuan dari sistem pengolahan air untuk
produksi adalah menghilangkan cemaran sesuai dengan standar
kualitas air yang telah ditetapkan (priyambodo, 2007).
Kualifikasi air terdiri atas:
a. Grade I : Raw Water
Fungsi : Untuk Pemadam Kebakaran, menyiram tanaman dan lain-
lain, contoh: air sumur, PDAM
b. Grade II : Potable Water (PW)
Fungsi : Cuci pakaian, cuci alat non steril, pembersihan ruangan,
cuci tangan, kamar mandi.
c. Grade III : Purified Water/ Aquademineralisata
Fungsi : Cuci akhir container, produksi sirup/tablet/coating
d. Grade IV : Water for injection
Fungsi : Cuci akhir container steril, cuci vial/ampul, produksi
steril dan laboratorium
Air yang digunakan di Lafi Ditkesad yaitu sumber air bersih yang
didapat dari suplai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang kemudian
diolah menjadi air baku farmasi melalui instalasi pengolahan air. Air baku
farmasi adalah air yang telah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
bahan baku air untuk produksi steril maupun nonsteril.
Pemilihan PDAM sebagai sumber air oleh Lafi Ditkesad adalah karena
banyaknya kandungan logam pada air tanah.
a. Pengolahan Air Demineralisata
Sumber air bersih berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
kemudian diolah menjadi air baku farmasi melalui instalasi pengolahan air.
Air yang berasal dari PDAM terlebih dahulu ditampung pada tangki yang
tertanam di dalam tanah (ground tank) kemudian dialirkan melalui pipa ke
dalam suatu alat filtrasi. Air yang diolah menjadi air demineralisata
mengalami beberapa tahap:
1) Saringan Pasir (sand filter)
Menyaring secara fisik menggunakan pasir silika dan berfungsi untuk
mengikat partikel-partikel yang terbawa oleh air selama pengolahan air
di PDAM.
2) Saringan Karbon (carbon filter)
Saringan karbon berfungsi untuk menyerap bau, rasa, warna,
kontaminan organik dan unsur klor yang ditambahkan pada
pengolahan air di PDAM.
3) Resin Kation
Resin kation berfungsi untuk menghilangkan ion-ion positif pada air
dan kemudian akan digantikan dengan ion hidrogen.
4) Resin Anion
Resin anion berfungsi untuk menghilangkan ion-ion negatif dan
ditukardengan ion hidroksida, sehingga menghasilkan air dengankandungan
Total Dissolved Solid (TDS) kurang dari 8 ppm dan silika kurang dari 0,1
ppm. Setelah mengalami beberapa tahap pemurnian, air demineralisata
ditampung dan dialirkan ke ruangan- ruangan produksi dan laboratorium
untuk digunakan.
a. Tanki penampung
Air demineralisata ditampung dalam tangki penampung untuk dialirkan ke
ruangan-ruangan produksi untuk digunakan sesuai dengan keperluan.Partikel
yang lolos pada penyaringan sebelumnya akan tertahan pada filter 0,2 μm.
b. Air Suling
Instalasi air suling merupakan kelanjutan dari instalasi air demineralisata
yang dihubungkan dengan alat pemroses aquadest, dengan alat ini
dihasilkan air suling.
3. Boiller (Steam)
Proses pemanasan pada produksi Lafi Ditkesad digunakan uap panas
yang berasal dari steam atau boiller. Penggunaan uap panas lebih dipilih
daripada penggunaan api untuk pemanasan. Hal ini dipertimbangkan karena
banyaknya penggunaan pelarut organik yang mudah menguap dan terbakar,
dengan penggunaan uap panas resiko bahaya kebakaran lebih kecil.
Air baku untuk menghasilkan uap panas adalah aqua demineralisata
yang diberi tekanan melalui pompa air masuk ke filter kemudian ditampung di
dalam tangki stainless steel untuk mensuplai steam. Air dipanaskan melalui
boiler hingga menjadi uap.Alat ini bekerja secara semi otomatik dengan alat-
alat pengaman yang lengkap.Udara panas yang dihasilkan dialirkan melalui
pipa ke ruang-ruang produksi yang membutuhkannya.
4. Udara Bertekanan
Udara bertekanan diperoleh dengan menggunakan alat kompresor
yang bekerja secara otomatis dengan alat pressure switch.Kompresor juga
dilengkapi dengan air dryer, main line filter, mist separator dan micro mist
separator.Instalasi kompresor ini digunakan hanya pada peralatan yang
memerlukan udara bertekanan seperti mesin stripping (udara bertekanan
digunakan untuk menggerakkan pisau pemotong strip).
5. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Limbah dari industri farmasi harus diolah sedemikian rupa sehingga
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak mencemari
lingkungan di sekitar industri tersebut. Limbah Lafi Ditkesad berasal dari
proses produksi dan proses pengujian yang terbagi atas limbah padat dan
limbah cair.
Pada produksi obat Non Betalaktam, pengolahan limbah padat dilakukan
dengan menggunakan dust collector dimana limbah berupa debu disedot dari
ruang produksi dengan blower kemudian dikumpulkan dalam kantong
penampung dan dibakar. Khusus untuk limbah dari proses penyalutan tablet,
terlebih dahulu diolah dengan air washer. Sedangkan limbah cair produksi
Non Betalaktam langsung dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL).
Pada produksi Betalaktam, pengolahan limbah terlebih dahulu diolah
melalui air washer, dimana limbah padat (debu-debu) disedot oleh blower
dari ruangan yang berdebu seperti ruang strip, isi kapsul, cetak, coating,
campur dan ruang isi sirup kering, kemudian disemprot dengan air
bertekanan 4 bar sehinggadebu akan jatuh di bak penampungan. Air dialirkan
ke bak destruksi yang dilengkapi dengan dozing pump dan pH meter. Cairan
ini didestruksi untuk memecah cincin Betalaktam dengan menggunakan
larutan NaOH 0,1 N yang diteteskan secara otomatis sampai diperoleh pH 9,
kemudian dinetralkan dengan penambahan HCl. Sedangkan limbah cair
produksi obat Non Betalaktam tidak mengalami proses destruksi.
Selanjutnya, limbah hasil produksi Betalaktam dialirkan ke IPAL untuk
dilakukan pengolahan lebih lanjut.
Pengolahan limbah pada IPAL menggunakan prinsip fisika, kimia dan
mikrobiologi. Cara fisika dilakukan dengan cara mengendapkan kotoran pada
bak sedimentasi. Cara kimia dilakukan dengan menambahkan koagulan PAC
(Poly Alumunium Chloride) dengan kekuatan 50 kg/1000 L pada bak
koagulan dan polimer elektrolit dan poli anionik dengan kekuatan 1 kg/1000L
pada bak flokulasi. Cara mikrobiologi dilakukan pada bak aerasi dengan cara
mengembangbiakkan bakteri aerob SGP 50 di dalamnya agar dapat
menghancurkan zat-zat organik. Untuk menjaga pertumbuhan bakteri
ditambahkan pupuk urea atau NPK sebagai nutrisi untuk bakteri. Tahapan
pengolahan air limbah di IPAL meliputi beberapa tahap sebagai berikut :
a. Bak Sedimentasi Awal
Air limbah yang masuk dari produksi β-laktam (dari bak destruksi)
maupun non β-laktam dan laboratorium akan ditampung dan pengotornya
diendapkan dalam bak sedimentasi pertama. Pada bak sedimentasi pertama
terjadi proses pengendapan kembali dengan proses fisika. Air limbah dari bak
ini akan mengalir ke bak ekualisasi.
b. Bak Ekualisasi
Bak penampungan air limbah yang mengalir dari bak sedimentasi
awal, di bak ini mengalami proses fisika atau pencampuran endapan air
limbah. Bak equalisasi dipasang dua alat:

- Pump/pompa
Berfungsi untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air kotor yang tidak merata
baik pada jam kerja ataupun di luar jam kerja serta mengalirkan air limbah
dari bak ekualisasi ke bak aerasi secara otomatis.

- Pengaduk
Fungsinya untuk mengaduk bahan-bahan organik agar tidak mengendap.
c. Bak Aerasi (Aeration Tank)
Pada Bak Aerasi terjadi proses biologi. Bak ini dilengkapi dengan dua
alat yaitu:

- Diffuser
Berfungsi untuk mengaduk air limbah supaya tidak ada yang mengendap

- Aerator
Berfungsi untuk memasukkan oksigen ke dalam air limbah dan juga ditanam
bakteri aerob (jenis SGP-50) yang berguna untuk dekomposisi limbah organik
dengan bantuan oksigen.Prosesnya 18-24 jam.Sebagai nutrisi berupa pupuk
NPK (urea).
d. Bak Clarifier (sedimentasi kedua)
Dasar bak ini bentuknya miring ke satu arah supaya memungkinkan
pengendapan lumpur yang terbawa atau tersuspensi dalam air limbah. Air
dari bak aerasi bila diffuser tidak aktif, air akan mengalir ke dalam
lubangdalam bentuk tersuspensi. Bila diffuser aktif, pengendapan atau
lumpur akan masuk kembali ke bak aerasi.
e. Bak Koagulasi
Pada bak ini terjadi proses kimia dimana terdapat dua alat yaitu:
- Dozing pump
Berfungsi untuk menambahkan koagulan PAC (Poli Ammonium Clorida) yang
berfungsi untuk mengikat protein rantai panjang yang masih ada dalam air
limbah.
- Pengaduk
f. Bak Flokulasi
Limbah yang berasal dari bak koagulasi mengalir ke bak flokulasi
melalui pipa besar. Pada bak flokulasi menggunakan zat kimia yaitu poli
elektrolit/polimer anionik dengan konsentrasi 25 gram polianionik dalam 50 L
air (0,05%). Dengan adanya polimer anionik, air akan mengendap dan bagian
yang bening/bersih akan mengalir ke bak kontrol melalui bidang miring dan
air yang masih mengandung endapan akan mengalir ke bak sedimentasi
ketiga.
g. Bak Sedimentasi Ketiga
Bagian bawahnya berbentuk kerucut dan ditambah saringan-saringan
yang berfungsi sebagai penyaring endapan kemudian cairan ini akan masuk
ke bak penampungan cairan lalu dipompa kembali ke bak ekualisasi.
h. Bak Kontrol
Air yang terdapat dalam bak ini diperiksa kadar COD (Chemical
Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen Demand) dan TDS (Total
Dissolve Solid)dan pH. Jika hasilnya memenuhi syarat, maka air dapat
dibuang ke saluran pembuangan air umum.Sebagai kontrol pada bak ini
dipelihara ikan bila ikannya mati berarti air belum bebas dari pencemar
sehingga harus diolah lagi.
6. Air Handling System (AHS)
Air Handling System (AHS) adalah sistem pengaturan udara yang berfungsi
mengkondisikan udara dalam ruangan produksi yang dilengkapi dengan
sarana pengatur suhu dan kelembaban. Parameter ini dapat mempengaruhi
kualitas produk dari industri farmasi, selain itu juga terdapat parameter
lainnya antara lain air change (pertukaran udara), tekanan udara,
kontaminasi mikroba dan cemaran partikel. Tujuan dari sistem ini adalah
untuk menyediakan aliran udara kering, bersih dan dingin yang tepat untuk
tiap-tiap ruangan produksi.
Pada ruang kelas C dan D terdapat prefilter dan medium filter,
sedangkan pada ruangan kelas A selain terdapat prefilter, medium filter dan
HEPA filter juga dilengkapi dengan LAF (Laminar Air Flow). Pengendalian
udara di kelas B sama dengan pengendalian di kelas A, namun tanpa
Laminar Air Flow.
Pada ruang produksi tablet dan sirup kering tekanan udara ruangan
akan lebih negatif dari tekanan udara pada koridor. Sebaliknya, untuk ruang
produksi sirup cair tekanan udara di ruang produksi akan lebih positif
dibandingkan koridor hal ini dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi,
karena aliran udara bergerak dari tekanan yang tinggi ke yang lebih rendah.
Pada ruang produksi Betalaktam, tekanan udara di dalam ruang produksi
haruslebih rendah daripada koridor supaya tidak terjadi pencemaran partikel
Betalaktam ke daerah koridor yang dilewati personil.
Pengumpul debu (dust collector) adalah suatu pembersih yang bekerja
dengan cara menghisap debu-debu yang terdapat pada ruang-ruang
produksi. Untuk wet dust collector (air washer) dilakukan pencampuran aliran
udara yang berdebu dengan air (Roto Klon). Hasil olahan air washer tersebut
selanjutnya dibawa ke IPAL untuk diolah lebih lanjut, khusus untuk hasil
olahan air washer dari produksi Betalaktam terlebih dahulu melewati
destruktor.
Berikut komponen dari Air Handling System (AHS) :
a. Cooling Coil
Berfingsi untuk mengontrol suhu dan kelembaban udara yang akan
didistribusikan ke ruangan produksi. Hal ini dimaksudkan agar dapat
dihasilkan output udara, sesuai dengan spesifikasi ruangan yang telah
ditetapkan.
b. Static Pressure Fan (blower)
Merupakan bagian dari AHU yang berfungsi untuk menggerakkan
udara disepanjang sistem distribusi yang terhubung dengannya
c. Filter
Filter berfungsi untuk mengendalikan dan mengontrol jumlah partikal
dan mikroorganisme (partikel asing) yang mengkontaminasi udara yang
masuk ke dalam ruang produksi. Filter biasanya ditempatkan di dalam rumah
filter (filter house) yang di desain sedemikian rupa agar mudah untuk
dibersihkan atau diganti. Filter yang digunakan untuk AHU dibagi
menjadibeberapa tipe yaitu pre- filter (efisiensi penyaringan 35%), medium
filter (efisiensi penyaringan 95%) dan HEPA (High Efficiency Particulat Air)
(efisiensi 99,997).
d. Ducting
Secara umum, ducting merupakan sebuah sistem saluran udara
tertutup yang meghubungkan blower dengan ruangan produksi yang terdiri
dari udara masuk (ducting supply) dan saluran udara yang keluar dari
ruangan produksi dan masuk kembali ke AHU (ducting return).
e. Dumper
Berfungsi untuk mengatur jumlah udara yang dipindahkan ke dalam
ruangan produksi.
Cara Kerja AHS, sistem tata udara secara umum dapat dijelaskan
secara singkat yaitu suplai udara dalam sistem tata udara berasal dari udara
luar (udara terbuka) dikenal istilah fresh air. Volume fresh air yang masuk ke
sistem ditentukan oleh volume damper yang telah terpasang. Udara tersebut
disaring pada saringan pertama / pre filter yang mampu menangkap partikel
yang berukuran ≥ 1 μm. Udara tersebut akan disaring kembali untuk yang
kedua kalinya oleh medium filter yang mampu menangkap partikel yang
berukuran ≥ 0.5 μm. Selanjutnya oleh Cooling Coil udara tersebut diatur
suhunya sesuai dengan yang dikehendaki. Tahap selanjutnya udara akan
melewati Heating Coil yang berfungsi untuk mengatur kelembaban sesuai
dengan yang dikehendaki. Udara yang sudah terkondisi tersebut akan
dihembuskan oleh fan coil ke kelas C dan D. Fan Coil berfungsi sebagai
pengatur jumlah sirkulasi udara (air change) yangdalam kerjanya
dikombinasikan dengan sistem damper. Udara bersih yang dihembuskan ke
kelas D 100 % berasal dari fresh air yang diproses. Suplai udara untuk ruang
kelas A dan B merupakan udara recycle yang bersirkulasi terus menerus
melalui filter-filter yang digunakan.
Untuk mencukupi suplai oksigen di kelas A dan B, dimasukkan udara
segar melalui damper yang dapat mencukupi suplai oksigen ± 20%. Sistem
ini dibuat dengan proses pengolahan seperti aliran udara untuk kelas D
kemudian langsung disalurkan melewati HEPA filter ke kelas A dan B.

5. Produksi
Proses produksi dimulai dari penimbangan bahan baku dan penyiapan
bahan kemas yang akan digunakan dan dikeluarkan dari Instal simpan
berdasarkan catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets untuk
setiap produk. Barang yang telah dikeluarkan dari Instalsimpan selanjutnya
memasuki tahap pengolahan pada masing-masing seksi produksi, yaitu seksi
sediaan Non Betalaktam, seksi sediaan Betalaktam, dan seksi sediaan
Sefalosporin
A. Seksi Sediaan Non Betalaktam
Seksi sediaan Non Betalaktam dikepalai oleh seorang kepala seksi
(Apoteker) yang bertanggung jawab kepada Kainstalprod.Pada seksi ini
dilakukan kegiatan produksi sediaan tablet, kapsul, sirop, cairan obat luar.
Kegiatan pada seksi ini meliputi penimbangan, pencampuran, pengeringan,
granulasi, pencetakan, penyalutan dan stripping. Hasil dari seksi ini kemudian
dikirim ke seksi kemas untuk dikemas.

1) Sediaan Tablet
Ruang produksi tablet terdiri dari ruang staging, ruang mucilago, ruang
campur, ruang granulator, ruang FBD (Fluid Bed Dryer), ruang oven, ruang
pengayakan, ruang cetak, ruang IPC, ruang penyalutan, ruang stripping,
ruang produk antara, ruang produk ruah, ruang cuci alat, ruang simpan alat,
dan ruang pengering. Ruangan – ruangan ini dilengkapi dengan lampu
penerangan yang memadai, HVAC dengan penghisap debu, dan lapisan
epoksi pada dinding dan lantai.
Metoda pembuatan tablet yang umum digunakan adalah metoda
granulasi basah. Tablet yang diproduksi adalah tablet biasa, tablet kunyah,
tablet dan tablet salut film.
Proses pembuatan tablet di Lafi Ditkesad sebagian besar menggunakan
metoda granulasi basah dan metoda cetak langsung.
- Proses produksi tablet dengan metoda granulasi basah terdiri dari
tahapan sebagai berikut :
a. Penimbangan bahan baku
Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif,
bahan pengisi, bahan pelincir, dilakukan di ruang kelas E dan
dilaksanakan oleh personil dari Instalsimpan.
b. Pencampuran bahan berkhasiat dengan fase dalam Setelah semua
bahan ditimbang, dilakukan proses pencampuran hingga homogen.
c. Granulasi basah
Setelah pencampuran dilakukan proses granulasi, dimana bahan
adonan dicampur dengan bahan pengikat. Adonan basah dikeringkan
sampai setengah kering dengan oven pengering kemudian dapat
dilewatkan pada mesh dengan ukuran tertentu sesuai ukuran tablet
yang akan dibuat.
d. Pengeringan
Granul setengah kering kemudian dikeringkan kembali dengan oven
pengering sehingga akan menghasilkan granul kering.
e. Pengayakan
Granul kering dilewatkan pada mesh sesuai ukuran tablet yang akan
dibuat.
f. Pengawasan mutu (In process control)
Sebelum dilakukan pencampuran, terlebih dahulu ditentukan kadar
airnya.
g. Pencampuran/massa cetak
Granul kering kemudian dicampur dengan fase luar, yakni dengan
penambahan bahan pelincir dan bahan penghancur luar.
h. Pengawasan mutu (In process control)
Sebelum proses pencetakan, dilakukan pemeriksaan homogenitas dan
kadar zat aktif.
i. Pencetakan
Campuran ini kemudian dicetak menjadi tablet.
j. Pengawasan mutu (In process control)
Sebelum dikemas primer, dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot,
tebal, diameter, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, kadar zat aktif
dan disolusi untuk tablet tertentu.
k. Penyalutan
Jika tablet memerlukan penyalutan, maka dapat dilakukan penyalutan.
l. Penyetripan
Setelah tablet selesai dicetak atau disalut (untuk tablet salut) maka
dilakukan proses pengemasan primer yakni penyetripan (stripping).
m. Pengawasan mutu (In process control)
Pada hasil penyetripan dilakukan uji mutu (IPC) meliputi tes kebocoran
strip. Tablet yang telah lulus uji mutu siap dikemas sekunder
(pengepakan) dan obat jadi dikirim ke Instalasi Simpan.
- Produksi tablet dengan metoda cetak langsung adalah sebagai
berikut:
a. Penimbangan bahan baku
Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif,
bahan pengisi, bahan pelincir, dilakukan di ruang kelas E dan
dilaksanakan oleh personil dari Instalasi Simpan.
b. Pengayakan
Beberapa bahan baku dilewatkan pada ayakan dengan ukuran mesh
tertentu. Dalam proses pencetakan langsung sifat alir dan
kompresibilitas bahan awal sangat menentukan tablet yang dihasilkan.
c. Pencampuran
Bahan aktif dan bahan tambahan dicampur homogen menggunakan
mixer.
d. Pengawasan mutu (In Process Control)
Sebelum proses pencetakan, dilakukan pemeriksaan homogenitas
kadar zat aktif.
e. Pencetakan
Bahan campuran kemudian dicetak menjadi tablet.
f. Pengawasan mutu (In Process Control)
Sebelum dikemas primer, dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot,
tebal, diameter, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, kadar zat aktif
dan uji disolusi untuk tablet tertentu.
g. Penyetripan
Setelah tablet selesai dicetak atau disalut (untuk tablet salut) maka
dilakukan proses pengemasan primer yakni penyetripan (stripping).
Pengawasan mutu (In Process Control)
h. Pada hasil penyetripan dilakukan uji mutu (IPC) meliputi tes kebocoran
strip. Tablet yang telah lulus uji mutu siap dikemas sekunder
(pengepakan) dan dikirim ke Instalasi Simpan.
2) Sediaan Kapsul

Ruang produksi kapsul terdiri dari ruang pencampuran, ruang pengisian


dan polishing, serta ruang stripping. Peralatan yang digunakan untuk
pembuatan kapsul diantaranya adalah mesin pencampur, mesin pengisi
kapsul, mesin polishing dan mesin strip. Proses produksi kapsul terdiri dari
tahapan sebagai berikut:

a. Penimbangan bahan baku


Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif,
bahan pengisi, bahan pelincir. Penimbangan Penimbangan bahan
baku dilakukan di ruang kelas E umum dan ditimbang oleh personil
Instalsimpan.
b. Pencampuran
Semua bahan yang telah ditimbang kemudian dicampur hingga
homogen. Bahan yang diisikan ke dalam cangkang kapsul ada yang
harus digranulasi terlebih dahulu untuk memperbaiki sifat alirnya
sedangkan untuk bahan yang tidak digranulasi dapat langsung diisikan
ke dalam cangkang kapsul.
c. Pengawasan mutu dan In Process Control
Sebelum diisikan ke dalam cangkang kapsul, dilakukan pemeriksaan
homogenitas kadar zat aktif.
d. Pengisian kapsul
Setelah massa kapsul diluluskan oleh Instalwastu maka massa kapsul
diisikan ke dalam cangkang kapsul. Selama pengisian, dilakukan uji
mutu (IPC) terhadap keseragaman bobot.
e. Polishing
Sebelum kapsul distrip, kapsul dipolishing terlebih dahulu untuk
menghilangkan debu-debu yang menempel pada bagian luar
cangkang kapsul.
f. Pengawasan mutu dan In Process Control
Sebelum kapsul distrip dilakukan uji mutu (IPC) yang meliputi kadar
zat aktif, keseragaman bobot dan waktu hancur.
g. Penyetripan
Setelah dipolishing maka kapsul siap distrip dengan cara yang sama
seperti pada proses stripping tablet.
h. Pengawasan mutu dan In Process Control
Pada hasil penyetripan dilakukan uji mutu (IPC) meliputi tes kebocoran
strip.Kapsul yang telah lulus uji mutu siap dikemas dan dikirim ke
Instalasi Simpan.
i. Sediaan Sirup
Ruang produksi sirup terdiri dari ruang pencampuran dan ruang
pengisian. Peralatan yang digunakan antara lain mixer, colloid mill,
tangki pemanas (double jacket), filter, drum stainless, mesin pengisi
sirup, penutup botol dan pemasangan etiket yang merupakan satu
rangkaian (In Line Process). Proses pembuatan sirup diawali dengan :
j. Penimbangan bahan baku dilakukan di ruang kelas E dan yang
melaksanakannya adalah personil dari Instalsimpan.
k. Pembuatan larutan gula pekat (Syrupus Simplex). Pembuatan larutan
gula pekat dilakukan pada tangki pemanas (double jacket).
Pemanasan menggunakan uap air yang dihasilkan oleh ketel uap
(Steam Boiller).
l. Pencampuran
Zat aktif dan zat tambahan lain (zat pewarna dan pengawet) yang
telah ditimbang masing-masing dilarutkan dalam pelarut yang sesuai
sampai larut sempurna, kemudian dicampur dengan larutan gula
pekat. Essence dapat ditambahkan jika diperlukan dan volume
ditambahkan sampai tanda batas yang telah ditentukan.
m. Pengawasan mutu dan In Process Control
Pada saat pencampuran dilakukan uji mutu (IPC) terhadap
homogenitas, kadar zat aktif, pH larutan dan bobot jenis.
n. Pengisian, penutupan dan labelling
Setelah lulus uji mutu dilakukan pengisian, penutupan dan pemberian
etiket atau label dilakukan dengan mesin ban berjalan yang bekerja
secara semiotomatis. Pada proses ini dilakukan kontrol setiap 15 menit
terhadap keseragaman volume, hasil penutupan dan pemasangan
label.
o. Pengawasan mutu dan In Process Control
Pada produk yang telah dikemas dilakukan pengambilan sampel untuk
dilakukan pemeriksaan mutu meliputi keseragaman isi/volume, kadar
zat aktif, pH larutan dan bobot jenis. Setelah lulus uji mutu dilakukan
pengemasan sekunder (pengepakan) dan kemudian diserahkan ke
Instalasi Simpan.

B. Seksi Sediaan Betalaktam


Seksi sediaan Betalaktam dikepalai oleh seorang Apoteker.
Proses produksi Betalaktam dilakukan di gedung yang terpisah
dengan produksi Non Betalaktam untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang. Gedung produksi Betalaktam telah dilengkapi
dengan sistem pengaturan udara (Air Handling System), air washer,
air shower, dan ruang penyangga. Lantai, dinding dan langit-langit
dilapisi oleh bahan epoksi untuk memudahkan pembersihan.
Pembagian ruangan berdasarkan tingkat kebersihan juga telah
dilakukan, yaitu ruang kelas E, F dan G.
Sistem pengaturan udara (AHS atau AHU) di ruang produksi
produk steril injeksi terpisah dari AHS atau AHU untuk sediaan
produksi peroral. Tekanan udara di ruangan dengan tingkat
kebersihan lebih tinggi (ruang produksi steril) memiliki tekanan udara
lebih positif dari ruang dengan tingkat kebersihan yang lebih rendah.
C. Seksi Sefalosporin
Produksi Sefalosporin belum dimulai karena bangunan produksi
untuk sefalosporin belum siap untuk melaksanakan kegiatan
produksi.
D. Seksi Kemas
Kasi kemas Lafi Ditkesad dijabat seorang apoteker yang
bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Produksi. Pengemasan
dilakukan pada produk ruahan tablet, kapsul, sirup dan salep.
Pengemasan tablet dan kapsul dilakukan setelah proses stripping,
menggunakan bahan pengemas polycellonium. Tablet yang sudah
distrip, dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam sak plastik
dilengkapi dengan brosur lalu diseal, setiap sak plastik berisi 25 strip,
tiap-tiap strip berisi 10 tablet. Hasil seal kemudian dimasukkan ke
dalam dus yang dilengkapi dengan slip pak dimana setiap dus isinya
berbeda sesuai dengan ukuran diameter tablet. Untuk tablet dengan
diameter 6,5-7,5 mm, setiap dus berisi 50 sak plastik. Untuk tablet
dengan diameter 10-13 mm, setiap dus berisi 30 sak plastik. Untuk
kaplet setiap dus berisi 20 sak plastik.
Untuk sediaan kapsul, setelah kapsul distrip, dipilih yang baik
kemudian dimasukkan ke dalam sak plastik dilengkapi dengan brosur
lalu diseal. Hasil seal kemudian dimasukkan ke dalam dus yang
dilengkapi dengan slip pak dimana tiap dus berisi 20 sak plastik, setiap
sak plastik berisi 25 strip dan setiap strip berisi 10 kapsul.
Untuk sirup dipak ke dalam dus. Tiap dus berisi 25 botol dilengkapi
dengan brosur, sendok takar dan slip pak. Pengemasan cairan obat
luar, pengemasan menggunakan dus, dimana tiap dus berisi 36 botol
untuk botol bervolume 60 ml, dan 10 botol untuk bervolume 1 Bila
pengemasan selesai, dilakukan pemeriksaan QC oleh Instalwastu.
Setelah diperiksa oleh Instalwastu, hasil pengemasan diberi label
“Diluluskan” kemudian seksi kemas membuat laporan administrasi
yang terdiri dari laporan bulanan untuk dilaporkan ke KaLafi dan bukti
penyerahan obat ke Instalsimpan, selanjutnya obat dikirim ke Instalasi
Simpan.
 BERIKUT INI MERUPAKAN OBAT-OBATAN YANG
DIPRODUKSI Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan
Angkatan Darat (LAFIAD)

SEDIAAN TABLET
SEDIAAN KOMPOSISI

Buscofiad Hyoscine-N-butylbromide 10 mg
Clofenad Natrium Diklofenak 25 mg, 50 mg
Dexad / Dexamethasone Dexamethason 0,5 mg 0,75 mg
Dextro 5 Dextromethorhan HBr 15 mg
Fimol Parasetamol 500 mg
Ifenad -
Imodiad Loperamid Hcl 2 mg
Lafihistin Interhistin50 mg
Lafitens
Metron Metronidazole 250 mg, 500 mg
Neo lafimag
Neo diare Kaolin 550 mg, pectin 20 mg
Neo stop flu
Neurolagad Methampyrone 500 mg, Thiamine HCl
50 mg, Pyridoxine HCl 10 mg,
Cyanocobalami10 mg, Trimethyxanthine
50 mg.
Neurobiad Vitamin B1 (Thiamine Mononitrate) 100
mg. Vitamin 6 (Pyridoxol Hydrocholride)
100 mg,Vitamin 12 5000 mg.
Solvonad
Sultrim
SEDIAAN KAPLET
SEDIAAN KOMPOSISI
Amox 500 mg Amoxicillin 500 mg
Ampi 500 mg Ampicillin 500 mg
Floxad 500 mg Ciprofloxacin 500 mg
Ponstan Asam mefenamat 500 mg
Yudhavit

SEDIAAN KAPSUL
1. Sangobiad
Komposisi : Besi glukomat 250 mg, Mangan sulfat 0,2 mg,
Tembaga sulfat 0,2 mg, Vitamin C 50 mg, Asam folat 1 mg,
Vitamin B12 dengan faktor intrisik 7,5 mg, sorbitol 25
mg/kap.
2. Thiamfi 250 mg
Komposisi : Thiamfenicol 250 mg

OBAT TETES MATA

1. Lafodine sol 10% 60 ml

2. Lafodine sol 10% 1000 ml


SEDIAAN SIRUP
1. Amox 125 mg/ 5 ml
Komposisi : Amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilin anhidrat
125 mg
2. Ampi 125 mg/ 5 ml
Komposisi : Ampicillin trihydrate
3. Lafodil DMP
Komposisi : Dextromethorphan HBr 10 mg, diphenhydramin HCl 12,5
mg, ammon Cl 100 mg, Na citrate 50 mg, menthol 1 mg.
4. Sultrim

6. Pengawasan mutu
Ada beberapa komponen penunjang dalam proses pengendalian
mutu diantaranya adalah :
 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah


kebijakan dalam hal mutu (standar) dapat tercermi dalam hasil akhir dengan
kata lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan atau
kwalitas dari arang yangdihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk
yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan. Dengan
demikian dalam hal pengawasan mutu semua produk harus diawasi dengan
standar dengan penyimpangan yang terjadi harus dicatat serta dianalisis agar
dpat digunakan untuk tidakan-tindakan perbaikan pada masa yang akan
datang.

Setiap Industri Farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan


mutu, pengawasan mutu adalah agian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dengan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur, pelulusannya memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan da relefan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum
diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual
atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap
semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor dengan tujuan untuk
membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal,
bahan pengemas dan obat jadi untuk melihat trend dan mengidentifikasi
perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.

 Personalia

Jumlah personil pada tiap tingkatan harus memadai dan memiliki


pengetahuan, keterampilan serta kemampuan sesuai dengan
tugasnya.Personil juga harus memilki kesehatan mental dan fisik, sehingga
mampu menyelesaikan tugasnya secara profesional, memiliki sifat dan
kesadaran yang tinggi untuk mewujudkan CPOB.Aspek personalia meliputi
organisasi, kualifikasi, tanggung jawab dan pelatihan.

 Bangunan Dan Fasilitas

Bangunan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki ukuran dan


rancang bangun kontruksi serta letak yang memadai agar memudahkan
dalam pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan yang baik. Tiap
sarana kerja hendaklah memadai sehingga setiap resiko terjadinya
kekeliruan, pencemaran silang dan berbagai kesalahan lain yang dapat
menurunkan mutu obat dapat dihindarkan

 Peralatan

Peralatan yang dipergunakan dalam pembuatan obat hendaklah


memiliki rancang bangun dan kontruksi yang tepat, ukuran yang memadai
serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap
produk obat terjamin secara seragam dari bets ke batch serta untuk
memudahkan pembersihan dan perawatannya.

 Sanitasi dan Higiene


Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada
setiap aspek pembuatan obat.Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi
personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta
wadahnya dan setiap hal yang dapat menjadi sumber pencemaran produk.

Pengawasan mutu (In Process Control)

Pada hasil penyetripan dilakukan uji mutu (IPC) meliputi tes kebocoran strip.
Tablet yang telah lulus uji mutu siap dikemas sekunder (pengepakan) dan
dikirim ke Instalasi Simpan.

7. distribusi

Distribusi di LAFI AD untuk sementara hanya di distribusikan di


LEMDIK TNI saja.

8. Pengolahan limbah
a. Sumber limbah
- Limbah padat, Terdiri dari Limbah :
1) Obat kadaluarsa
2) Kegiatan produksi meliputi debu bahan formulasi yang
terkumpul dariDust Collector dan Vaccum Cleaner, bekas
kemasan bahan baku, pembantu dan kemasan yang rusak
3) Kegiatan laboratorium meliputi sampah medis agar dan
sampel kadaluarsa
4) Kegiatan kantin karyawan berupa kotoran atau sampah
dapur
5) Kegiatan administrasi perkantoran berupa arsip-arsip
kadaluarsa
6) Sampah kebun atau halaman
- Limbah Cair, Terdiri dari limbah :
1) Kegiatan produksi meliputi pencucian mesin, alat-alat
produksi, pencucian kemasan, sanitasi kemasan, sanitasi
karyawan produksi.
2) Kegiatan laboratorium meliputi pencucian alat, sanitasi
ruangan,sanitasi karyawan, limbah cair sisa pembakaran dan
pelarut bekas reagen.
3) Kegiatan sarana penunjang berupa oli bekas mesin serta
solar bekas cucian alat atau mesin yang diperbaiki
4) Kegiatan sanitasi pabrik atau kantor

- Cemaran debu atau gas, Terdiri atas limbah:


1) Kegiatan sarana penunjang berupa gas yang berasal dari
sisa pembakaran bahan bakar
2) Kegiatan produksi meliputi debu yang berasal dari
kegiatan proses produksi antara lain terdiri dari proses
granulasi, proses massa kapsul, proses pencetakn tablet dan
proses penyalutan Buangan gas atau debu tersebut akan
menyebabkan meningkatnya kadar debu dan gas pencemar di
udara, hal ini akan mempengaruhi komponen
komponenkomponenlingkungan disekitarnya seperti manusia,
binatang, dan makhluk hidup lainnya.

b. Pengolahan Limbah
Upaya pengolahan limbah atau cemaran yang dilakukan oleh
LAFIAD . Adalah sebagai berikut :
- Limbah cair selain B-3 diolah sendiri dalam Instalasi
Pembuangan Air Limbah (IPAL)
Proses yang diperlukan dalam pengelolahan limbah cair meliputi
proses fisika, kimia,dan biologi yaitu sebagai berikut :
 Proses Fisika
Pada proses ini air limbah hanya dikenakan pada proses penyaringan
saja, yakni menyaring kotoran-kotoran kasar antara lain plastik, karet,
dan sebagainya.
 Proses Kimia
Untuk limbah betalaktam setelah melalui proses fisika dilakukan
proses pembasaan untuk memecah cincin betalaktam dengan
menambahkan larutan kapur sampai mencapai pH diatas 11 kemudian
dilanjutkan proses pengendapan sebelum air limbah tersebut dialirkan
menuju pengolahan limbah induk untuk diproses secara bersama-
sama dengan limbah non betalaktam. Proses selanjutnya adalah
proses netralisasi dengan penambahan air kapur sampai mencapain
pH 7-8. Penambahan larutan kapur ini dengan cara memasukkan
dalam bak penampungan dan dilakukan sirkulasi terus menerus. Pada
waktu sirkulasi kran air limbah menuju bak anerob ditutup, setelah
diperkirakan air limbah di bak penampungan homogeny maka kran
menuju ke bak anerob dibuka dan diatur debitnya.
 Proses Biologi
Proses ini merupakan penghilangan kontaminan-kontaminan
oleh adanya aktivitas biologis. Pengolahan secara biologis
dimaksudkan oleh adanya aktivitas biologis.Pengolahan secara
biologis dimaksud untuk menghilangkan zat-zat organik biodegradable
(mudah terurai secara biologi).Prinsip dari pengolahan dari biologi ini
adalah penguraian zat organik oleh mikroorganisme baik oleh bakteri
anaerobik maupun bakteri aerobik.Sebagai nutrien dipakai pupuk
NPK. Dalam proses biologi dibagi menjadi 2 yaitu : proses aerob dan
anaerob.
 Proses Aerob
Overflow air limbah yang berasal dari proses anaerob akan mengalir
ke dalam bak aerob, sehingga zat organik yang masih ada diuraikan
kembali oleh bakteri aerobik. Sebagai nutrisi ditambahkan pupuk NPK
secara kontinu sesuai dengan kebutuhan. Proses aerobic dilakukan
pada bak terbuka dengan kedalaman kurang dari 3 m yang dilengkapi
dengan aerator tipe injection, dengan lumpur aktif sebanyak kurang
dari 20 % dari volume limbah dan proses berlangsung secara kontinu.
 Proses anaerob
Air limbah setelah dinetralkan kemudian dipompakan ke bak
anaerobik, dalam proses ini melibatkan bakteri anaerob untuk
menguraikan zat-zat organik yang tekandung dalam air limbah
tersebut menjadi zat0zat yang sederhana. Proses anaerobik dilakukan
pada bak tertutup dengan kedalam >3m dan berjalan secara kontinu.
Sebagai nutrisi ditambahkan pupuk NPK secara kontinu sesuai
kebutuhan.

d. Proses Pengendapan
Proses ini bertujuan untuk mengendapkan partikel- partikel
yang berasal dari proses aerobik. Endapan yang terbentuk
dipompakan ke dalam bak aerasi yang bertujuan untuk
mempertahankan jumlah lumpur yang ada, sedangkan beningan
dialirkan ke bak biokontrol yang berfungsi sebagai pemantau sebelum
air limbah tersebut dibuang ke badan air.
e. Bak Biokontrol
Bak ini berfungsi sebagai pemantau sebelum air limbah tersebut
digunakan untuk menyiram tanaman dengan memelihara ikan mas
sebagai indikator. Air yang mengalir ke dalam bak biokontrol, diperiksa
secara rutin dua kali seminggu sesuai SK GUB. KDKI NO 582/1995
parameter yang diperiksa antara lain kendungan Chemical Oxygen
Demand (COD), BiologicalOxygen Demand (BOD), Total Solid
Suspensi (TSS), pH, phenol dan zat organik (KmnO4).
B. PT ULTRA JAYA MILK INDUSTRY Tbk

1. Sejarah Perusahaan

B. PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk dimulai dari pabrik susu rumahan
pada tahun 1958 di Bandung - Jawa Barat. Perusahaan multinasional yang
memproduksi minuman yang bermarkas di Padalarang, Kab. Bandung,
Indonesia. Beralamat di Jln. Raya Cimareme 131, Padalarang, Kab.
Bandung. Perusahaan ini awalnya merupakan industri rumah tangga,
kemudian menjadi suatu entitas perseroan terbatas pada tahun 1971.PT
Ultrajaya melebarkan sayap bisnisnya menjadi PT Ultrajaya Milk Industry &
Trading Company.Perusahaan ini merupakan pioner di bidang industri
minuman dalam kemasan di Indonesia, dan sekarang memiliki mesin
pemroses minuman tercanggih se-Asia Tenggara.

Pada awalnya perusahaan yg berawal dari sebuah rumah di Jln.


Tamblong Dalam, Bandung, ini hanya memproduksi susu. Namun seiring
perkembangannya, dia juga memproduksi juice dalam kemasan bermerek
Buavita dan Gogo serta memproduksi Teh Kotak, Sari Asem Asli dan Sari
Kacang Ijo. Sejak tahun 2008 merek Buavita dan Gogo dibeli oleh PT.
Unilever Indonesia Tbk. sehingga PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk. bisa
kembali ke bisnis utamanya, yaitu produksi susu. Perusahaan yang didirikan
oleh Ahmad Prawirawidjaja ini, seorang pengusaha Tionghoa yg sudah
bermukim di Bandung, sekarang dikomandani oleh generasi kedua, yaitu
Sabana Prawirawidjaja, dan siap-siap diteruskan kepada generasi ketiga,
Samudera Prawirawidjaja.

Dan hingga kini, brand unggulan, UltraMilk, masih tetap unggul di


antara segmen susu cair. Lahan peternakan berlokasi di tengan lahan
perkebunan di dataran tinggi Bandung, dimana tersedia sumber daya alam
alami berkualitas baik, sebagai bahan baku produk kami. Kesegaran bahan
baku serta semua nutrisi yang terkandung di dalamnya kemudian kami
proses dengan teknologi Ultra High Temperature ( UHT ) digabungan dengan
teknologi pengemasan aseptik.

Kini, hampir 90% total produksi, kami distribusikan ke seluruh


konsumen di seluruh pelosok Indonesai, sementara kurang lebih 10%
produksi, kami ekspor ke beberapa negara di Benua Asia, Eropa, Timur
Tengah, Australia, dan Amerika

2. Visi dan Misi

Visi

Menjadi perusahaan industry makanan dan minuman yang terbaik


dan terbesar di Indonesia,dengan senantiasa mengutamakan kepuasan
konsumen,dan menjunjung tinggi kepercayaan para pemegang saham
serta mitra kerja perusahaan.

Misi

Menjalankan usaha yang dilandasi dengan kepekaan yang tinggi


untuk senantiasa berorientasi kepada pasar atau konsumen,dan
kepekaan serta kepedulian untuk senantiasa memperhatikan lingkungan
yang dilakukan secara optimal agar dapat memberikan nilai tambahan
sebagai wujud pertanggung jawaban kepada pemegang saham
3. Struktur organisasi

Secara umum setiap bagian pada struktur organisasi memiliki


kewajibanyaitu melaksanakan kepatuhan terhadap sistem dan prosedur
adapun tugas darimasing-masing departemen dari struktur organisasi diatas,
diantaranya :
1. Board of Directors
a. Menetapkan strategi perusahaan yang harus dilaksanakan oleh
setiapdepartemen dan perusahaan.
b. Mengawasi dan mengevaluasi kinerja dari setiap karyawan
dandepartemen.
2. Corpurate Secretary
a. Bertanggung jawab untuk penyediaan dan penyebaran informasi
kepadacalon investor dan investor.
b. Membina hubungan kepada pihak-pihak terkait dalam hal investasi.
3. Internal Audit
a. Melakukan pengawasan internal kepada seluruh departemen dan
karyawan secara rutin dan melaporkan kepada dewan direksi.
4. Sales and Distributor
a. Bertanggungjawab penuh dalam hal penjualan distibusi produk-
produk PT.Ultrajaya ke seluruh Indonesia pada target Outlet yang
ditetapkan.
b. Membina hubungan baik dengan semua pelanggan PT Ultrajaya.
5. Marketing
a. Menyusun rencana pemasaran untuk semua produk PT Ultrajaya.
b. Melakukan evaluasi aktivitas pemasaran sesuai dengan strategi
perusahaan yang telah ditetapkan.
c. Berkerja sama dengan pihak lain seperti biro iklan atau
Departemen lain seperti bagian produksi untuk memastikan
aktivitas pemasaran dapatdi lakukan dengan baik.
6. Manufacturing
a. Bertanggung jawab penuh dalam hal produksi semua produk.
b. PT Ultrajaya sesuai dengan jumlah dan kualitas yang sudah
ditetapkan. Bertanggung jawab penuh dalam hal kelancaran
produksi dan perawatan mesin-mesin yang digunakan dalam
proses produksi.
7. Personal and General Affairs
a. Bertanggungjawab penuh dalam hal penerimaan karyawan
pelatihan hingga pembuatan peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan ketenagakerjaan.
8. Finance and Accounting
a. Bertanggung jawab penuh dalam hal pelaporan keuangan dan
akuntansi PT Ultrajaya sesuai dengan prosedur yang sudah
ditetapkan.
b. Menyusun laporan rutin dan melaporkan kepada dewan direksi.
9. MIS (Management Information Sistem)
a. Bertanggung jawab penuh dalam hal penyusunan dan
pengendalian sistem informasi di PT Ultrajaya.
b. Membantu setiap unit kerja di PT Ultrajaya demi kelancaran
penyediaan informasi untuk dewan direksi.
10. Engineering
a. Membantu departemen manfacturing dalam hal pemeliharaan
perbaikandan pengawasan mesin-mesin produksi yang digunakan.

4. Sarana dan fasilitas produksi


Penggunaan teknologi yang paling mutakhir di industri ini, PT Ultrajaya
telah melakukan investasi yang sangat besar dalam sistem pengolahan dan
pengemasannya.Pabriknya yang serba otomatis diakui sebagai salah satu
mesin pengolahan makanan dan minuman yang paling canggih di Indonesia.
Mesin yang paling moderen dan berteknologi canggih ini digunakan untuk
memertahankan kesegaran dan nilai gizi dari bahan baku yang sudah terpilih
untuk menghasilkan produk berkualitas terbaik bagi konsumen.PT Ultrajaya
yang pertama kali menggunakan teknologi UHT (Ultra HighTemperature) dan
pengemasan aseptik di Indonesia untuk memroduksi produk yang dapat
disimpan dalam jangka waktu panjang. Pengalamannya di bidang initelah
mencapai lebih dari 3 dekade dan memberikan posisi kuat sebagai pemimpin
pasar di industri ini.PT Ultrajaya saat ini merupakan salah satu produsen
terbesar.

5. Produksi

PT Ultrajaya bergerak dalam industri makanan dan minuman. Dibidang


makanan perseroan memproduksi rupa-rupa mentega(butter), susu bubuk
(powder milk),dan susu kental manis (sweetened condensed milk).
Di bidang minuman perseroan memproduksi minuman aseptic yang diproses
dengan teknologi UHT (Ultra High Temperatur)dan dikemas dalam kemasan
karton seperti minuman susu,sari buah, the minuman tradisional dan
minuman untuk kesehatan. Perseroan juga memproduksi teh celup(tea bags)
dan konsentrat buah-buahan tropis (tropical fruit juice concentrate).
Dalam melakukan kegiatan usahanya perseroan melakukankerjasama
dengan beberapa perusahaan yang memiliki reputasi internasional antaralain
dengan Morrinoga-Jepang untuk memproduksi susu formula. Selain itu
perseroanmenjalin kerjasama dengan Kraft Foods Internasional Inc., USA,
dengan mendirikan perusahaan patungan PT Kraft Ultrajaya Indonesia,
perusahaan yang bergerak dalam bidang industri keju.

 Produk yang di produksi PT. Ultra jaya milk industry tbk


1. Susu segar uht
a. Ultra milk full cream
b. Ultra milk low fat hi calcium

c. Ultra milk varian rasa

d. Ultra mimi
2. Minuman teh UHT
a. Teh kotak jasmine tea

b. Teh kotak flavored tea

3. Minuman kesehatan UHT


a. Ultra sari kacang ijo
b. Ultra sari asem asli

4. Krimer kental manis


a. cap sapi
6. Pengawasan Mutu

PT Ultrajaya selalu berusaha untuk tetap berada di baris terdepan


untuk kegiatan penelitian, pengembangan dan pengawasan mutu.Melalui
penelitian yang berkesinambungan terhadap kebutuhan pasar dan
perubahan permintaan konsumen, perusahaan ini telah mengembangkan
produk- produk baru yang mampu memertahankan posisinya sebagai
pemimpin pasar dengan cepat dan sebagai hasilnya, perusahaan ini sudah
mengembangkan jumlah ragam produknya dari produk tunggal pada tahun
1975 menjadi lebih 60 produk saat ini yang mana sebagian besar adalah
pemimpin pasar.PT Ultrajaya sangat bertekad penuh akan kualitas produk.
Mulai dari bahan baku hingga produk jadi, sistem pengawasan mutu
dijalankan dengan ketat, tidak hanya pada produknya saja, tapi juga pada
proses produksi dan penyimpanannya.Di samping itu, mengingat sebagian
besar konsumen Indonesia beragamaIslam, kami pun bertekad bulat
memenuhi semua persyaratan kualitas produk halal. Semua produk PT
Ultrajaya sudah mendapatkan Sertifikat Halal yang resmidikeluarkan oleh
MUI (Majelis Ulama Indonesia).Keseluruhan sistem kualitas PT Ultrajaya ini
telah mendapatkan reputasi terbaik dari semua konsumen.

7. Distibusi
Kekuatan utama PT Ultrajaya terletak pada visi pemasaran yang
terfokus terus menerus membangun merek yang kuat dan memerlebar ragam
produk makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhan konsumen
Indonesia.Untuk melaksanakan hal ini, PT Ultrajaya telah melakukan
investasi yangsignifikan dalam aktivitas pemasaran, teknologi,
pengembangan produk dan yang paling penting, distribusi.Perusahaan ini
termasuk salah satu perusahaan di Indonesia yang memiliki jaringan
distribusi yang paling luas, mencakup seluruh daerah Indonesia, mulaidari
Sumatera di ujung Barat hingga Papua di ujung Timur. Hal ini dapat
dicapaioleh adanya sistem distribusi yang terdiri dari 2,500 grosir yang
bersama-samamelayani lebih dari 25,000 toko ritel (toko moderen dan
tradisional), hotel dan pelanggan komersial.Jaringan distribusi ini juga
didukung oleh jaringan penjualan PT Ultrajayayang terdiri dari lebih 300
tenaga penjual, lebih dari 100 kendaraan, serta 9 depodan kantor cabang di
kota-kota besar, ditambah lagi oleh beberapa distributor lokal.
Pasar utama PT Ultrajaya adalah Indonesia dengan populasi 200 juta
orangyang memiliki tingkat daya beli yang meningkat. Pasar domestik
mencapai 90 persen dari total produksi perusahaan ini. Namun sejak 1988,
perusahaan inimulai aktif memasuki pasar ekspor ke negara-negara tertentu.
8. Pengolahan limbah industri

Perseroan bergerak dalam bidang industri makanan dan


minuman.Melindungi lingkungan hidup merupakan salah satu dari tujuan
jangka panjang tanggung jawab sosial Perseroan sebagai produsen
makanan dan minuman.Perseroan selalu mentaati berbagai perundangan
dan peraturan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, dan Perseroan
selalu memenuhi kesepakatan-kesepakatan tertentu sesuai dengan perizinan
yang ada.Perseroan yakin bahwa kegiatan operasi yang Perseroan lakukan
telah mematuhi segala hal yang signifikan terkait peraturan-peraturan tentang
lingkungan hidup.

Perseroan melengkapi fasilitas produksi dengan peralatan pengolahan


limbah yang dibutuhkan dan mempekerjakan personal untuk memantau
kepatuhan terhadap standar lingkungan hidup yang ditetapkan.Kegiatan
pengelolaan limbah terutama sekali melibatkan pemantauan dan
pembuangan limbah padat dan limbah cair.

Di bidang produksi, sudah sejak didirikan Perseroan menggunakan


kemasan karton yang ramah lingkungan. Perseroan juga turut aktif
berperanserta dan bertindak sebagai sponsor dalam program Thanks To
Nature, program yang mengajak seluruh masyarakat untuk lebih mencintai
dan turut memelihara lingkungan hidup dengan tidak membuang sampah
dimana saja, menghemat penggunaan air dan enerji listrik, turut menanam
berjuta pohon di seluruh Indonesia, dan lain-lain.

C. PT.JAMU DAN FARMASI SIDOMUNCUL, Tbk


1. Sejarah dan perkembangan

Berawal dari keinginan pasangan suami istri Siem Thiam Hie yang
lahir pada tanggal 28 Januari 1897 dan wafat 12 April 1976 bersama
istrinya Ibu Rakhmat Sulistio yang terlahir pada tanggal 13 Agustus 1897
dengan nama Go Djing Nio dan wafat 14 Februari 1983, memulai usaha
pertamanya dengan membuka usaha Melkrey, yaitu usaha pemerahan
susu yang besar di Ambarawa.

Pada tahun 1928, terjadi perang Malese yang melanda dunia.Akibat


perang ini, usaha Melkrey yang mereka rintis terpaksa gulung tikar dan
mengharuskan mereka pindah ke Solo, pada 1930. Tanpa menyerah,
pasangan ini kemudian memulai usaha toko roti dengan nama Roti
Muncul. Lima tahun kemudian, berbekal kemahiran Ibu Rakhmat Sulistio
(Go Djing Nio) dalam mengolah jamu dan rempah-rempah, pasangan ini
memutuskan untuk membuka usaha jamu di Yogyakarta.

Tahun 1941, mereka memformulasikan Jamu Tolak Angin yang saat


itu menggunakan nama Jamu Tujuh Angin. Ketika perang kolonial
Belanda yang kedua di tahun 1949, mereka mengungsi ke Semarang dan
mendirikan usaha jamu dengan nama Sido Muncul, yang artinya “ impian
yang terwujud”. Di Jalan Mlaten Trenggulun No. 104 itulah, usaha jamu
rumahan dimulai dengan dibantu oleh tiga orang karyawan.
Banyaknya permintaan terhadap kemasan jamu yang lebih praktis,
mendorong beliau memproduksi jamu Tolak Angin dalam bentuk
serbuk.Produk ini mendapat tempat di hati masyarakat sekitar dan
permintaannya pun terus meningkat.
Pada tahun 1970, dibentuk persekutuan komanditer dengan nama CV
Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul. Kemudian pada 1975, bentuk
usaha industri jamu pun berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan
nama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, dimana seluruh usaha
dan aset dari CV Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul digabungkan,
dan dilanjutkan oleh perseroan terbatas ini.
Dalam perkembangannya, pabrik yang terletak di Jl.Mlaten Trenggulun
ternyata tidak mampu lagi memenuhi kapasitas produksi yang semakin
besar. Oleh sebab permintaan pasar yang semakin tinggi , membuat
generasi kedua dari pendiri PT Sido Muncul Desy Sulistio, memutuskan
untuk memindahkan pabrik ke Lingkungan Industri Kecil di Jalan Kaligawe
Semarang pada tahun 1984.
Kemudian dimulailah pembangunan pabrik yang dilengkapi dengan
fasilitas modern, hingga dapat berkembang pesat seperti saat ini, dan
menjadi pelopor perusahaan jamu dengan standar farmasi.
Demi mengantisipasi kemajuan masa mendatang, Sido Muncul
merasa perlu untuk membangun pabrik yang lebih besar dan modern,
maka pada tahun 1997 diadakan peletakan batu pertama pembangunan
pabrik baru di Klepu, Ungaran, oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dan
disaksikan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan saat itu.
Pabrik baru yang berlokasi di Klepu, kecamatan Bergas, Ungaran
dengan luas sekitar 30 hektar tersebut diresmikan oleh Menteri
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, pada 11
November 2000. Saat peresmian pabrik, Sido Muncul menerima dua
sertifikat sekaligus, yaitu Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
(CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).Sertifikat inilah
yang menjadikan Sido Muncul sebagai satu-satunya pabrik jamu
berstandar farmasi.Lokasi pabrik sendiri terdiri dari bangunan pabrik
seluas sekitar 8 hektar dan sisanya menjadi kawasan pendukung
lingkungan pabrik.
Sebagai perusahaan yang telah berdiri sejak 1951, Sido Muncul yang
kini merupakan perusahaan herbal bertaraf modern senantiasa berupaya
untuk memberikan produk-produk yang baik dan menyehatkan bagi
seluruh konsumennya, dan dengan demikian memberikan nilai positif bagi
masyarakat.
Seiring waktu berjalan Sido Muncul mulai mengembangkan bisnisnya
yang awalnya hanya berkonsentrasi di bidang jamu (herbal), maka pada
tahun 2004 Sido Muncul membuat divisi baru yaitu “Divisi Food”.
Produk pertama yang dibuat adalah minuman energi “Kuku Bima
Energi” dengan rasa original.Kemudian produk berikutnya adalah permen
yaitu Permen Tolak Angin, Permen Jahe Wangi dan Permen Kunyit
Asam.Disusul dengan minuman kesehatan seperti Sido Muncul VitaminC-
1000, Kuku Bima Kopi Ginseng, Kopi Jahe Sido Muncul.Susu Jahe, Alang
Sari Plus, Colla Mill. Untuk minuman energi “Kuku Bima Energi” Sido
Muncul mengeluarkan beberapa varian rasa yaitu rasa Anggur, Jambu,
Jeruk, Nanas, Kopi, Mangga, Susu Soda serta Kuku Bima Energi Plus
Vitamin C.
Produk-produk yang telah di produksi sampai saat ini oleh Sido Muncul
ada lebih dari 250 jenis produk dengan produk unggulan Tolak Angin,
Kuku Bima Energi, Alang Sari Plus, Kopi Jahe Sido Muncul, Kuku Bima
Kopi Ginseng, Susu Jahe, Jamu Komplit dan Kunyit Asam.
Kini, produk-produk Sido Muncul telah berhasil di ekspor ke beberapa
negara Asia Tenggara (Malaysia, Singapore, Brunei dan lain-lain),
Australia, Korea, Nigeria, Algeria, Hong Kong, USA, Saudi Arabia,
Mongolia dan Rusia. Saat ini perseroan juga tengah melakukan
penjajakan dengan distributor dan perusahaan asal Thailand, Vietnam
dan Jepang.
Tepat tanggal 18 November 2013, Sido Muncul yang memiliki 109
distributor di seluruh Indonesia kembali melakukan
perubahan.Perusahaan keluarga ini memilih naik kelas menjadi
perusahaan terbuka dengan tujuan agar perusahaan ini langgeng dan
dipercaya oleh masyarakat. Saat ini PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido
Muncul, Tbk. telah menjadi Pabrik Jamu terbesar di Indonesia dan masih
akan terus berkembang dan kini tercatat dengan Kode saham dari
Perseroan SIDO di Bursa Efek Indonesia.

2. Visi dan Misi

Visi

Menjadi perusahaan obat herbal, makanan minuman kesehatan


dan pengolahan bahan baku herbal yang dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

Misi

a. Mengembangkan produk-produk berbahan baku herbal yang


rasional, aman dan jujur berdasarkan penelitian.

b. Mengembangkan penelitian obat-obat herbal secara


berkesinambungan.
c. Membantu dan mendorong pemerintah, institusi pendidikan,
dunia kedokteran agar lebih berperan dalam penelitian dan
pengembangan obat dan pengobatan herbal.

d. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya


membina kesehatan melalui pola hidup sehat, pemakaian
bahan-bahan alami, dan pengobatan secara naturopathy.

e. Melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) yang intensif.

f. Mengelola perusahaan yang berorientasi ramah lingkungan.

Menjadi perusahaan obat herbal yang mendunia.

3. Struktur organisasi
4. Sarana dan fasilitas

Saatini PT. IndustriJamudanFarmasiSidoMunculTbkdidukunglebihdari


3000karyawandengantingkatpendidikanbervariasidanditempatkansesuaideng
ankeahlian, kemampuandankapasitasnyamasing-masing.
Sebagaipendukungperusahaaninijugamemilikitenagaahlidariberbagaidisiplinil
mu, sepertibiologi, ekonomi, farmasi, pertanian, hukum, teknologipangan,
teknikkimia, teknik elektro, dan lain-lain.
Untuk mengembangkan kemampuan, pada waktu-waktu tertentu kepada
karyawan diberikan kesempatan mengikuti pelatihan, kursus, maupun
seminar.Untuk mendukung pengembangan perusahaan juga merekrut
tenaga konsultan yang ahli di bidangnya.
Laboratorium yang tersedia yaitu laboratoium instrumentasi, laboratorium
farmakologi, laboratorium farmakognosi, laboratorium mikrobiologi,
laboratorium stabilitas, laboratorium kimia dan laboratorium formulasi.
Bangunan yang sesuai dengan pengertian sanitasi adalah
bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, higienis sesuai dengan
produk yang dihasilkan, mudah dibersihkan dan mudah dilakukan
tindakan sanitasi.

Berdasarkan fungsi tersebut, bangunan pada PT. Sido Muncul Tbk


sudah memberikan perlindungan baik bagi karyawan maupun perlindungan
terhadap sarana dan prasarana dalam perusahaan karena terbuat dari bahan
yang kuat dan kokoh.Bangunan gedung tersebut selalu terlihat lebih
bersihseperti bangunan baru.

Hal ini disebabkan setiap tahun sekali, dinding-dindingnya selalu dicat


ulang agar terlihat lebih bersih.Bangunan tersebut dibagi menjadi beberapa
ruang yang dibagi menurut fungsinya. Setiap orang mempunyai luas yang
disesuaikan denganke butuhan serta kegiatan yang dijalankan sehingga
memberikan suasana keluasan dan kenyamanan saat kerja.Bagian-bagian
dari bangunan perusahaan yang berkaitan dengan sanitasi meliputi:

a. Dinding dan Atap

Dinding bangunan terbuat dari batako dengan tinggi 10 m, keuntungan


yang diperoleh dari penggunaan batako adalah sifatnya yang kuat dan kokoh
sehingga mampu memberikan perlindungan yang maksimal.Selain itu juga
mempunyai daya tahan yang lebih lama jika dibandingkan dengan kayu,
triplek, dan sejenisnya.Dinding bersifat rata dan halus sehingga mudah
dibersihkan.Selain itu dinding yang tidak rata merupakan sarang tumbuhnya
mikroorganisme patogen, karena termpat tersebut umumnya lembab.

Disamping itu, dinding tempat produksi juga dicat ulang secara


rutinsetiap 1 tahun sekali.Sebab hal ini diharapkan dapat memberikan kesan
yang lebih bersih dan dapat meningkatkan semangat kerja para
karyawannya.

Sedangkan atap terbuat dari seng


dengansusunan bertingkat, yang juga berfungsi sebagai ventilasi. Keuntunga
n dari penggunaan bahan tersebut adalah ringan dan tahan lama. Namun pe
nggunaan bahan tersebut menimbulkan panas dalam ruangan, karena
bahan tersebut tidak menimbulkan panas dari udara luar secara maksimal.
Selain itu pada saat hujan menimbulkan bunyi berisik sehingga mengganggu
suasana bekerja.

b. Lantai Bangunan

Lantai bangunan berbeda-beda ditiap ruangan. Untuk ruang kantor


terbuat dari keramik, sedangkan pada pabrik/ produksi terbuat dariteraso.
Untuk bangunan lantai antar ruang produksi pun juga dibagi menjadi 2
bagian, yaitu lantai antar ruang produksi pada umumnyadibuat miring seperti
punggung sapi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya kontaminasi,
sehingga kotoran-
kotoranatau benda asing yang terjadi selama proses produksi dapat terbuang
dengan sendirinya. Sedangkan Lantai produksi pada umumnya di buat datar,
sebab pembangunan lantai di PT. Sido Muncul Tbk di sesuaikan dengan
bentuk topografi tanahnya.Lantai antar ruang produksi dipisahkan dengan
jalan setapak yang tidak terlalu lebar dan cukup untuk lewatnya traktor
pengangkut barang dan jalan ini di tutup dengan kanopi sehingga terasa lebih
teduh.Lantai di ruang produksi biasanya dibuat lebih tinggi dari pada lantai
antar ruang produksi.Hal ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi.

c. Ventilasi

Ventilasi berguna untuk mengatasi sirkulasi udara, uap air dan


panas.Di PT. Sido Muncul Tbk ventilasi berasal dari atap yang bertingkat
sehingga memudahkan hembusan udara dari luar. Ventilasi
berupa jendela terdapat pada gudang/ruang penyimpanan produk jadi siap p
asar. Pada umumnya jendela diberi jala dengan tujuan agar serangga tidak
masuk.

d. Penerangan

Penerangan merupakan faktor yang cukup penting dalam


pelaksanaan pekerjaan. Penerangan yang kurang baik memungkinkan pekerj
aan kurang sempurna dalam melihat obyek yang sedang dikerjakan,sehingga
dapat mengganggu pekerjaan. Bila pekerja kurang optimal dalam melakukan
pekerjaan, pekerja akan mudah mengalami lelah fisik terutama organ mata.
Hal ini memungkinkan pekerja menjadi kurang hati-hati dalam melaksanakan
pekerjaan dan dapat berakibat terjadinya kecelakaan. Pada siang hari
penerangan perusahaan berasal dari sinar matahari yang masuk melalui
penggunaan atap yang bertingkat. Sedangkan penerangan dengan
menggunakan lampu listrik berwarna putih hanya digunakan untuk
penerangan di malam hari saja.Penerangan juga dipengaruhi oleh warna cat
yang digunakan padaruang produksi.Pada PT. Sido Muncul Tbk cat pada
dinding berwarna kuning, sehingga memberikan kesan terang dan bersih.

(Gambar. Lay Out Bangunan tampak atas)

Area pabrik dibagi menjadi 4 zona dimana masing-masing zonamemiliki


spesifikasi tertentu. Empat zona tersebut meliputi :

a. Unclassified Area

Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified


area) tetapi untuk kepentingan tertentu ada beberapa parameter yang
dipantau. Termasuk didalamnya adalah laboratorium kimia (suhu
terkontrol), gudang (suhu terkontrol untuk cold storage dan cool room),
kantor,kantin, ruang ganti dan ruang teknik.

b. Black Area
Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang
termasuk dalam kelas ini adalah koridor yang menghubungkan ruang
ganti dengan area produksi, area staging bahan kemas dan ruang
kemas sekunder.Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu
dan pakaian black area (dengan penutup kepala).

c. Grey Area

Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang
masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk non steril,
ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium
mikrobiologi(ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi),ruang sa
mpling digudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini
wajib mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara
black area dan grey areadibatasi ruang ganti pakaian grey dan
airlock.

d. White Area

Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah


LAF).Ruangan yang masuk dalam area ini adalah ruangan yang
digunakanuntuk penimbangan bahan baku produksi steril, ruang mixin
g untuk produksi steril ,Background ruang filling, laboratorium
mikrobiologi(ruang uji sterilitas). Setiap karyawan yang akan memasuki
area iniwajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang
tidakmelepas partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan
olehruang ganti pakaian white dan
airlock. Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang den
gankelas kebersihan yang berbeda untuk mencegah terjadinya
kontaminasi dari ruangan dengan kelas kebersihan lebih rendah
keruang dengan kelas kebersihan lebih tinggi. Berdasarkan CPOB,
ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap
kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba,
tekanan,kelembaban udara dan air change.

5. Produksi
 Beverage & Confectionery (Minuman & Permen): Kopi Jahe Sido
Muncul, Kopi Jahe Sido Muncul RG, Kuku Bima Kopi Jahe, Kuku Bima
Kopi Ener-G, Permen Tolak Angin, Permen Kunyit Asam, dan Permen
Jahe Wangi.
 Energy Drink (Minuman Energi): Colla Mill, Kuku Bima Ener-G! Vitamin
C, Kuku Bima Ener-G Botol, dan Kuku Bima Ener-G.
 Healthy Drink (Minuman Kesehatan): Susu Jahe Sido Muncul, Sido
Muncul C 1000, ESTE-EMJE, Beras Kencur, dan Premium Produk.
 Herbal Medicine (Obat Herbal): Anak Sehat, Jamu (Kuku Bima, Kuku
Bima Ginseng, Kuku Bima TL Ginseng Plus Kuda Laut, Kuku Bima TL
Plus Tribulus, Bancar Darah, Batuk, Bersalin, Cabe Puyang, Encok,
Galian Delima Putih, Galian Montok, Galian Parem, Galian Putri,
Galian Sepet Wangi, Galian Singset, Gatal, Gemuk Sehat, Hamil
Muda, Hamil Tua, Jampi Usus, Jerawat, Kencing Batu, Klingsir, Lancar
Seni, Mejen, Nifas, Param Tahun, Pa’Tani, Pegal Linu, Pegal Linu
Ginseng, Pewangi Bulan, Pria Perkasa, Raga Prima, Sakit Pinggang,
Resikda, Sakit Perut, Sariawan, Sari Turas, Sariawan Usus, Sawanan,
Segar Bugar, Sehat Pria, Sekalor, Sehat Wanita, Selesma, Selokarang
Sekalor, Sesak Napas, Tambah Darah, Tensi/Darah Tinggi, Tujuh
Angin, Ulu Hati, Wasir), Jamu Komplit (Jamu Kuku Bima Komplit,
Jamu Pegel Linu Komplit, Jamu Tolak Angin Komplit, Jamu Komplit
Sehat Wanita, Jamu Komplit Sehat Pria, Jamu Komplit Sakit
Pinggang), Tolak Angin (Tolak Angin Anak, Tolak Angin Flu, Tolak
Angin Cair, Tolak Angin Serbuk, Tolak Angin Tablet).
 Supplement & Others: Sido Muncul Herbal (Sari Kulit Manggis, Sari
Daun Pepaya, Sari Daun Sirsak, Sari Kunyit).

6. Pengawasan mutu
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOTB yang
berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian,
serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah
dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan
serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum
mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri obat
tradisional hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Fungsi ini
hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai
hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi
Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat
diandalkan.
7. Distribusi
Beberapa produk unggulan dari PT. Sido Muncul antara lain
Tolak Angin dan Kuku Bima Ener-G .Tolak Angin kini lebih difokuskan
pada segmen menengah atas, setelah sebelumnya sukses membidik
segmen bawah. Hingga kini market share Tolak Angin di kelas obat
cair mendominasi hingga 70%. Penjualan Tolak Angin mencapai 3
juta sachet per bulan, lebih tinggi dibanding rata-rata penjualan pada
tahun 2008 sekitar 2,5 juta sachet per bualan. Variasi Produk dari
Tolak Angin sendiri antara lain adalah Tolak Angin Flu dan Permen
Tolak Angin. Diharapkan dari adanya variasi produk ini akan
meningkatkan penjualan produk unggulan dari PT. Sido Muncul ini.
8. Pengolahan limbah
Sebagai perusahaan yang bahan bakunya tanaman, PT. Sido
Muncul tidak ingin kehadirannya menghasilkan limbah yang dapat
merusak alam, sehingga berupaya untuk melestarikan aneka tanaman
obat yang ada di Indonesia.Perseroan mempunyai nilai-nilai yang
terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan dan sangat percaya
bahwa kemajuan perusahaan juga ditentukan oleh hal
tersebut.Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lngkungan, PT.
SdoMuncul telah melakukan uapaya untuk menangani limbah cair.
Untuk menangani limbah cair, di lokasi pabrik dipasang instalasi
pengolahan air limbah sehingga air limbah dapat diolah menjadi air
yang bisa digunakan untuk menyirami tanaman.
Sedangkan limbah padat dari buangan sisa ekstraksi akan
diolah menjadi pupuk organik, yang bisa digunakan untuk memupuk
tanaman. Dengan upaya penanganan limbah tersebut, diharapkan PT.
SidoMuncul menjadi perusahaan yang ramah lingkungan, dan lokasi
seputar pabrik menjadi asri karena tanaman tumbuh subur.
D. PT. VICTORIA CARE (HERBORIST)
1. Sejarah dan perkembangan

PT. Victoria care indonesia saat ini telah menjadi mitra kerja

terpercaya bagi banyak perusahaan ritel besar di tanah air. Kepercayaan


yang telah di raih ini tak lain karena PT. Victoria Care Indonesia senantiasa
inovatif dan selalu menjaga mutu produknya. Perusahaan lokal bertaraf
internasional ini berhasil menempatkan diri pada posisi terbaik sebagai
produsen kosmetik, perlengkapan toilet, dan perawatan kesehatan. Selain itu,
produknya juga aman dipakai serta cocok untuk kebutuhan dan kulit wanita
asia. Khususnya Indonesia .

Secret Garden Villa berada di daerah dataran tinggi di atas lahan sekitar
3,7 hektar dengan pemandangan alam pegunungan dengan udara sejuk,
memiliki bangunan dengan arsitektur yang unik dengan design kontemporer
yaitu design modern dipadukan dengan tradisional Bali. Saat anda berada di
destinasi wisata ini, anda bisa menjelajahi tiap ruang yang disediakan dengan
ciri khasnya masing – masing.

Secret Garden Village memiliki bangunan mewah dan megah yang


berlantai 2 dirancang oleh Andra Martin seorang arsitektur ternama.Di sini
anda bisa menikmati berbagai aktivitas dan produk unggulan yang dimiliki
Secret Garden Villa.

Saat memasuki area Secret Garden Village, anda akan disambut


pemandu tempat ini untuk memulai dan mengantar dalam tour edukasi
ini.Aktivitas pertama yaitu anda akan mengunjungi Beauty Heritage Museum
yang menjadi bagi Oemah Herborist Beauty Factory Outlet di lantai 2 yang
menyuguhkan sejarah rahasia kosmetik kecantikan Indonesia dari masa
lampau hingga modern saat ini.Terdapat sekitar 20 benda yang dipamerkan
yaitu peralatan antik untuk meracik jamu dan produk kecantikan zaman dulu.

Tujuan berikutnya yaitu pabrik mini produk perawatan tubuh dan


kecantikan Oemah Herborist menyuguhkan cara pembuatan kosmetik
dengan bahan alami termasuk juga meracik jamu tradisional, anda bisa
melihat proses pembuatan sampai pengemasan produk Oemah Herborist.
Pabrik mini ini adalah replika dari pabrik Oemah Herborist yang ada di
Semarang.Selanjutnya menuju beauty outlet yang menjual semua produk
Oemah Herborist yang bisa anda beli.Terdapat Fragrance Bar yaitu tempat
untuk meracil parfum dengan bahan – bahan alami.

2. Visi dan misi


Visi
Memimpin proses pengembangan produk baru, dan
memastikan dikembangkan sesuai dengan kualitas standar yang
sudah ditentukan
Memimpin program efesiensi terhadap produk yang di buat.
Menjadi perusahaan yang unggul dalam industri kosmetik,
toileteris, dan perawatan kesehatan di Indonesia

Misi

Meningkatkan kualitas hidup dengan menyediakan produk-


produk kosmetik, tiloteries dan perawatan kesehatan yang
bermutu tinggi.
4. Sarana dan fasilitas
- Lokasi : bebas banjir, tidak berdekatan dengan sumber
cemaran baik mikroorganisme/kimia (timbunan sampah, rumah
sakit, industri)
- Memiliki Rencana Induk Pembangunan (RIP) yang telah
disetujui Badan POM
- Ada pemisahan fisik (betalaktam & non-betalaktam. Juga ada
fasilitas tersendiri untuk pengolahan bahan beracun/toksik,
hormon, sitostatik dan immunosupresif
- Memiliki fasilitas water treatment yang dapat menjamin air yang
dihasilkan setara dengan city water serta bebas kuman
patogen, lumut & jamur
- Ukuran dan rancang bangun harus memadai serta dapat
menunjang seluruh aktivitas dan kegiatan yang ada
- Memiliki AHU yang menyaring udara sebelum dialirkan ke ruang
pengolahan (ruang kelas A, B, C, D, E)

di bagian bangunan( Memiliki fasilitas water treatment yang dapat


menjamin air yang dihasilkan setara dengan city water serta bebas kuman
patogen, lumut & jamur) dan di kedua industri ini memiliki fasilitas water
treatment seperti di bagian kegiatan kunjungan di herborist menggunakan air
RU air steril yang digunakan untuk bahan baku dan untuk minum karyawan.

5. Produksi
a. Persiapan

Sebelum masuk ke dalam ruangan produksi, karyawan diharuskan


menggunakan masker, jas laboratotium, head cap, shoes cap serta harus
mencuci tangan menggunakan sabun antibakteri untuk menghindari
masuknya bakteri. Mencuci peralatan yang akan digunakan.
Terdapat 2 lantai area industri, lantai pertama untuk proses filling,
pelabelan produk dan juga area packing serta gudang, dan lantai 2 adalah
tempat produksi skala besar. Hampir 90% proses produksi sudah otomatis
menggunakan mesin, tetapi tetap membutuhkan SDM sebagai operatornya.
Dilantai 2 terdapat 3 ruangan utama yaitu :

1. Ruang Mixing Produk Padat dan Cream

Produk yang di proses disini adalah sabun, handbody dan sampo. Untuk
sabun dapat menampung sampai dengan 500 kg bahan baku untuk sekali
produksi, waktu yang dibutuhkan untuk sekali produksi kurang lebih 4-6 jam
kerja, sedangkan untuk cream kapasitasnya sampai 2 ton. Dari proses mixing
ini kemudian bahan setengah jadi akan di cetak di lantai 1.

2. Ruang Produksi Produk Halal

Perusahaan ini sudah memiiki produk yang tersertifikasi halal MUI yaitu
produk daun sirih dan minyak zaitun.

3. Ruang Produksi Cair

Kapasitas produksi mesin ini hingga 2 ton dan dapat menghasilkan sampai
20.000 botol/ 10 ml .

Ruangan-ruangan yang berada dilantai 1 yaitu ruangan yang


digunakanuntuk proses memasukkan produk kedalam wadah dan labelling.
Di akhir proseslabelling, akan ada staf yang bertugas untuk mengecek
kembali produk-produktersebut. Jika ada label yang terlipat atau miring maka
akan dipisahkan dandilakukan labelling ulang. Untuk produk liquid, produk
akan dikemas terlebihdahulu kemudian baru diberi label. Sebaliknya untuk
produk liquid dan semisolid,wadah akan diberi label terlebih dahulu
selanjutnya diisi dengan produk. Hal ini bertujuan agar tidak
terjadi tumpahnya produk liquid dan semisolid ketika proseslabelling.

Proses Packaging merupakan proses selanjutnya yang akan dilakukan


diarea packing. Sebelum produk dimasukkan dalam wadah tersier (kardus)
akan adastaf yang bertugas untuk mengecek kembali produk tersebut
apakah sudah layakdipasarkan atau belum. Jika ada kesalahan, maka
produk tersebut akan dipisahkanuntuk dibenahi terlebih dahulu. Begitu pula
pada proses-proses sebelumnya, bahwa dalam setiap akhir proses akan ada
bagian QC (Quality Control) yang akanmemeriksa produk-produk tersebut
sebelum melanjutkan ke proses selanjutnya.Hal ini bertujuan untuk
meminimalkan kesalahan yang terjadi.Setelah produk selesai diproduksi,
selanjutnya produk telah siapuntuk didistribusikan, sebelumnya produk akan
disimpan terlebih dahulu digudang penyimpanan. Ketinggian digudang
penyimpanan ini mencapai 12 meter.

Produk akan ditata dengan cara diurutkan sesuai abjad untuk


mempermudah proses pengambilan. Proses pengambilan ini dengan
menggunakan metode FIFO (First in First Out) untuk mencegah adanya
produk yang kadaluwarsa karena terlalu lama berada di gudang
penyimpanan.

b. Pemeriksaan akhir pada tahap produksi


- Melakukan pengecekkan setelah pengepakkan produk
apakah kesalahan dalam memasang label ( label yang
miring )
- Pengecekkan dengan menggunakan metal detector
c. Pada tahap produk jadi
- Menimbang berat produk yang sudah siap dikirim
- Pengaturan suhu pada saat penyimpanan barang di gudang
- Transportasi yang digunakan untuk pengiriman barang
menggunakan mobil box yang tertutup agar tidak terkena
sinar matahari langsung.
1. Spesifikasi Produk
- Jenis dan Merk Produk :
NO. PRODUK NO. PRODUK
1. For Him Body Spray 16. Herborist Aromatherapy
2. For Him Edt 17. Herborist Sabun Sere
3. Ja Hwa Whitening Cream 18. Herborist Sabun Beras

4. Ja Hwa Transparent 19. Herborist Sabun Soap


Soap
5. Ja Hwa Clarifying Toner 20. Herborist Message Oil

6. Ja Hwa Cleansing Milk 21. Herborist Olive Oil


7. Ja Hwa Freckle Solution 22. Six Sence K-Pop
Serum
8. Ja Hwa Two Way Cake 23. Six Sence Whitening
Body Lotion
9. Ja Hwa Acne Cream 24. Nu Face Mask
10. Miranda Hair Color 25. Nu Fack Facial Cotton
11. Miranda Hair Vitamin 26. Iria Goats Milk Hand &
Body Lotion
12. Victoria Body Scent 27. Hand & Body Lotion
13. Victoria Edt 28. Whitening Face Soap
14. Herborist Feminime 29. Whitening Shower Cream
Wash
15. Herborist Lulur 30. 1221 Man
- kapasitas produk
PRODUK KAPASITAS
Liquid Soap 6 juta pcs/th
Roll On 3 juta pcs/th
Lipstik 3 juta pcs/th
Talc 3 juta pcs/th
Facial 3 juta pcs/th
Bar Soap 3 juta pcs/th
Body Scrub 3 juta pcs/th
Cream 3 juta pcs/th
Perfume Cologne 72 juta pcs/th
12 juta pcs/th

4. Pengawasan mutu

Untuk pengawasan mutu selama proses produksi / Process Quality


Control (PQC) dilakukan pada setiap tahapan proses yang berlangsung,
dimana pengawasan mutu proses produksi ini sangat penting untuk dilakukan
karena mencakup semua proses awal pengolahan bahan baku hingga
akhirnya menghasilkan produk jadi atau produk akhir dengan kualitas yang
baik dan terjamin.

Pengawasan mutu pada proses produksi dilakukan oleh divisi QC


bagian proses produksi berdasarkan SOP. Seorang QC di proses produksi
bertugas untuk melakukan pengamatan untuk setiap tahapan proses
produksi sehingga tidak akan terjadi penyimpangan dari standart yang telah
ditetapkan. Divisi QC proses produksi akan melakukan pengamatan
sebanyak dua kali pada tiap shift produksi.
Laboratorium yang digunakan dalam melakukan pengawasan mutu
dibagi menjadi beberapa bagian, ada yang bersekat/ruangan khusus dan ada
yang hanya dibatasi menggunakan garis berwarna kuning. Bagian yang
pertama adalah ruang fisika, disinilah proses pembuatan produk pertama kali
dimulai yaitu proses penimbangan. Proses penimbangan sendiri ada dua
yaitu penimbangan kecil menggunakan timbangan analitik, biasanya
dilakukan untuk sampling atau percobaan pembuatan sediaan, yang kedua
adalah penimbangan besar yaitu proses penimbangan berskala produksi, di
ruang fisika hanya mengkonversikan jumlah dari bahan yang harus
ditimbang, sedangkan untuk penimbangan bahan skala produksi terdapat
tempat yang terpisah. Selain itu diruang fisika juga dilakukan pengukuran pH
menggunakan pH meter, pengukuran kekentalan/viscositas dengan
viscometer khususnya untuk sediaan lulur dan handbody.

Selanjutnya yaitu ruang kimia, disinilah semua sediaan yang


diproduksi diolah dan di uji secara kimiawi diantara uji tersebut yaitu
penggunaan string hot plate yang digunakan untuk melelehkan padatan skala
kecil, alat untuk menguji kelembaban produk pada kulit, alat untuk uji
saponifikasi untuk herborist sampo zaitun. Ruang ketiga yaitu rak standar
bahan baku, sampel bahan baku yang digunakan untuk produksi di letakkan
pada temapt kusus dan disimpan dalam rak/lemari standar bahan baku,
begitu juga dengan sampel seluruh produk jadi, fungsi dari ruangan ini adalah
untuk mengontrol mutu produk apabila sewaktu-waktu diperlukan pengujian
ulang, standar bahan baku diantaranya ekstrak sabun sere, bibit parfum, dan
lain lain. Terdapat beberapa ruang lain seperti ruang uji mikrobiologi, R&D
dan ruang standar bahan kemas.
5. Distribusi

Untuk pemasaran Produk PT.Victoria Care Indonesia sepenuhnya


sudah diserahkan kepada salah satu perusahaan dari SSS Grup yakni PT.
Suka Sukses Sejati (3S) sebagai distributor eksklusif Indonesia.PT. Suka
Sukses Sejati adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan,
yang berlokasi di Jalan Daan Mogot km 11, Jakarta. PT. Suka Sukses.Sejati
menjual kosmetik, perlengkapan mandi dan perawatan kesehatan.sekitar 500
pekerja terdiri dari Produksi, R & D dan QC didukung oleh mesin-mesin
produksi terbaru dengan kapasitas produksi tinggi, pabrik bertujuan untuk
memenuhi permintaan pasar dan juga sebagai batu loncatan untuk mencapai
visi masa depan.

6. Pengolahan limbah industri

Dalam pengolahan limbah ini akan dipisahkan antara limbah padat


dan cair. PT.Victoria Care tidak mengolah limbah padat, melainkan akan
diberikan kepada pihak yang berwenang dan dipercaya serta telah
bersertifikasi untuk mengolahlimbah padat tersebutSedangkan untuk limbah
cair akan diolah oleh IPAL(Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang berada di
PT. Victoria Care itu sendiri.Air limbah ini tidak akan langsung dibuang,
melainkan akan diuji terlebih dahuludengan 2 cara. Cara pertama yaitu
setelah air limbah ini diolah kemudian akandisiramkan pada tanaman.
Selanjutnya tanaman akan dicek secara berkala apakahada tanaman yang
mati dan layu setelah pemberian air limbah ini. Cara keduayaitu akan
dialirkan ke kolam ikan lalu diperiksa kesehatan ikan tersebut secara berkala.
Jika kedua pengujian air limbah ini telah selesai, barulah air limbah
akandibuang ke sungai. Pengujian-pengujian ini perlu dilakukan agar tidak
mencemarilingkungan dan membahayakan masyarakat
E. PT. KIMIA FARMA Tbk Plant Jakarta

1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN

Kimia farma merupakan pioner dalam industri Farmasi Indonesia.Cikal bakal


perusahaan dirunut balik ke tahun 1917 ketika NV Chemicalien Handle
Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur, didirikan.
Dalam perkembanganny, Pemerintah Indonesia memiliki empat Perusahaan
Negara Farmasi dan Alat – alat Kesehatan yang dikoordinir oleh B.P.U
Farmasi Negara dibawah naungan Departemen Kesehatan RI, yaitu P.N.F
“RADJA FARMA“, Jakarta, P.N.F “NAKULA FARMA“, Jakarta, P.N.F
“BHINNEKA KINA FARMA”, Bandung, dan P.N. “SARI HUSADA”, Jogjakarta.
Kemudian menjelang pengalihan bentuk perusahaan negara farmasi menjadi
PT. Persero, keempat perusahaan Negara itu bersama B.P.U. Farmasi
Negara dilebu kedalam P.N. Farmasi dan Alat – alat Kesehatan “Bhinneka
Kimia Farma” dan perusahaan negara inilah yang kemudian dialihkan
bentuknya menjadi PT.(Persero) Kimia Farma.

Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi perusahaan – perusahaan Belanda,


pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi
PNF Bhinneka Kimia Farma dialih bentuk dan diganti namanya dengan PT.
Kimia Farma yang kemudian mendapatkan pengesahan Menteri Kehakiman
dengan Surat Penetapan no. J.A. 5/184/21 tanggal 14 Oktober 1971.

Sebagai perusahaan milik pemerintah, Kimia Farma mempunyai dua fungsi


utama, yaitu menjadi salah satu sumber penghasilan negara dan arena itu
berkewajiban menjamin kesinambungan dan pengembangan usahanya
dengan memupuk laba dan sebagai aparat pemerintah menjadi penunjang
bagi setiap kebijaksanaan pemerintah dalam rangka system kesehatan
nasional.Mengemban kedua fungsi itu merupakan kekuatan bagi Kimia
Farma, karena saling berkaitan, salin mempengaruhi dan menguatkan.
Selanjutnya PT. Kimia Farma Tbk, berkembang menjadi sebuah perusahaan
pelayaan kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hilu ke hilir, yaitu :
industri, marketing, distribusi, ritel, laboratrium klinik, klinik kesehatan dan
apotek.

Dengan dukungan kuat riset dan pengembangan, segmen usaha yang


dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat
tradisional, yodium, kina, dan produk – produk turunannya, serta minyak
nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota – kota besar di Indonesia
merupakan tulang punggung dari segmen indutri, dimana kelimanya telah
mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan
sertifikat ISO 9001, ISO 9002, dan ISO 14001 dari institusi luar negeri
(Llyod’s, SGS, TUV).

B. SEJARAH BERDIRINYA PT.INDOFARMA

PT Indofarma merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada


dibawah Departemen Kesehatan, berdiri pada tahun 1918 dengan nama
Pabrik Obat Manggarai pada zaman kolonial Belanda dengan kegiatan
pembuatan salep dan pemotongan kain kasa pembalut yang dilakukan di
Centrale Burgelijke Zienkeninrichring (CBZ), yang sekarang dikenal dengan
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta. Pada tahun 1931 pabrik
berkembang dengan jenis produk yang bertambah yaitu obat suntik dan
tablet, sedangkan lokasi pabrik dipindahkan ke Jalan Tambak No. 2
Manggarai, Jakarta.Pabrik obat tersebut di bawah pemerintahan Belanda
hingga tahun 1942, kemudian diserahkan kepada Perusahaan Farmasi
Jepang Takeda.Selama masa itu kegiatan produksi tetap berjalan hingga
tidak mengalami banyak perubahan.
Tahun 1950 (saat penyerahan kedaulatan Republik Indonesia) Pabrik Obat
Manggarai diambil alih oleh pemerintah Indonesia melalui Jendral Farmasi.
Pada tahun 1960 – 1967, pabrik tersebut dibawah naungan Departemen
Perlengkapan Kesehatan (Baperkes), di samping dua badan lain yaitu Depo
Farmasi Pusat dan Lembaga Farmakoterapi, pada perkembangan
selanjutnya disebut Lembaga Nasional, kemudian menjadi Pusat Penelitian
Obat dan Makanan.

Tanggal 14 Februari 1967 dengan surat Keputusan Mentri Kesehatan RI


No.008/111/Am/67, nama Pabrik Obat Manggarai diubah menjadi Pusat
Produksi Farmasi Departemen Kesehatan dan ditetapkan sebagai unit
operatif Direktorat Jendral Farmasi. Tugas pokok pabrik ini adalah membuat
obat-obatan berdasarkan pesanan Departemen Kesehatan RI.Tahun 1969 –
1975 pabrik direnovasi, dan tahun 1979 ditetapkan Sebagai Pusat Produksi
Farmasi Departemen Kesehatan.Pada tahun 1975 dikeluarkan SK Menteri
Kesehatan RI No.125/VI/KAB/B/75 tentang Struktur Organisasi Departemen
Kesehatan yang merupakan pelaksana lebih lanjut dari Keputusan Presiden
RI No.44 dan 45 tahun 1974.Namun pabrik farmasi ini tidak tercakup dalam
keputusan tersebut sehingga statusnya tidak jelas, hal ini berlanjut hingga
tahun 1978.

Tanggal 11 Juli 1981 berdasarkan PP No. 20 tahun 1981, diubah menjadi


Perusahaan Umum Indonesia Farma (Perum Indofarma) yang diwujudkan
tanggal 1 April 1981 dengan dibangun pabrik baru yang modern sampai
dengan konsep dan persyaratan CPOB yang berlokasi di Desa Gandasari,
Cibitung, Bekasi dengan bantuan alat dan teknologi dari Italia. Pertengahan
tahun 1991 hampir seluruh kegiatan produksi telah menempati lokasi di
Cibitung, kecuali sediaan steril. Tanggal 31 Januari 1995 fasilitas produksi
steril diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI dengan dana pembangunan
seluruhnya ditanggung oleh PT Indofarma.
Pada tanggal 2 Januari 1996, Perum Indonesia Farma diubah menjadi
Perseroan Terbatas Indofarma (PT Indofarma). Perubahan ini bertujuan
untuk mengantisipasi perubahan dan daya saing, pada tahun ini dilakukan
akuisisi PT Riasima Abadi Farma, yang merupakan produsen bahan baku
farmasi, dilakukan renovasi pada bagian Litbang pada tahun 1996-1997.
Tahun 1999 dibangun extraction plant dan selesai awal tahun 2000, serta
pendirian anak perusahaan PT Indofarma Global Medika (PT IGM) sebagai
distributor dan pemasaran produksi farmasi termasuk alat
kesehatan.Sekarang IGM memiliki 28 cabang diseluruh Indonesia.Tahun
2000 dibangun perusahaan makanan di Lippo Cikarang Industrial Estate
Jawa Barat. PT Indofarma mendapat sertifikat ISO-9002 untuk unit produksi
steril termasuk unit steril yang tahun 2001 ditingkatkan menjadi ISO-9001
untuk seluruh unit produksi termasuk unit produksi herbal medicine dan
Litbang. Tanggal 17 April 2001, PT Indofarma melakukan penawaran saham
perdana kepada masyarakat dan mendaftarkan seluruh saham perseroan di
Bursa Efek Surabaya. Status Indofarma Berubah menjadi PT Indofarma
(Persero) Tbk. Meningkatkan investasi penyertaan modalnya pada PT
Riasima Abadi Farma dari 43,5% menjadi 50,8% sebagai pemegang saham
mayoritas. Pada bulan Mei 2002, bisnis retail apotik yang dirintis sejak
Oktober 2001 telah mengembangkan 14 apotek di Jawa dan Bali dan akan
terus di tingkatkan penyebarannya diseluruh indonesia.

2. VISI DAN MISI PABRIK


A. PT.KIMIA FARMA Tbk , PLANT JAKARTA
VISI
Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu
menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui
konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis.
MISI
1) Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha dibidang-
bidang .
2) Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan perkembangan
produk yang inovatif
3) Perdagangan dan jaringan distribusi
4) Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan fitel farmasi dan jaringan
pelayanan kesehatan lainya.
5) Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha
perusahaan.
B. PT. INDOFARMA Tbk

Visi

Menjadi perusahaan yang berperan signifikan dalam perbaikan


kualitas hidup manusia dengan memberi solusi dalam masalah
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Misi
PT Indofarma (Persero) Tbk memiliki misi antara lain :
a. Menyediakan produk dan layanan yang berkualitas dengan harga
yang terjangkau oleh masyarakat.
b. Melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif
dengan prioritas untuk mengobati penyakit dengan tingkat
revalensi tinggi.
c. Mengembangkan potensi sumber daya manusia sehingga memiliki
kepedulian profesionalisme dan kewirausahaan tinggi.
3. STRUKTUR ORGANISASI
Dalam melaksanakan kegiatanya PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Medan menggunakan struktur organisasi yang disusun
sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batas-batas tugas,
wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi.
Dimana di dalamnya mencakup tingkat manager sampai pada tingkat
asisten manager dantingkat supervisor, sedangkan untuk level
karyawan tidak digambarkan.
4. Sarana dan fasilitas produksi
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat di PT.Kimia Farma
(Persero) Tbk telah memiliki desain, konstruksi dan letak yang
memadai, dirawat dengan baik serta disesuaikan kondisinya sehingga
cukup memudahkan dalam pelaksanaan operasi yang benar. Tata
letak dan desain ruangan di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk juga
telah diatur sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya
kekeliruan, kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan
dampak lain yang dapat menurunkan mutu.
Lokasi Bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. terletak di daerah
didekat permukiman penduduk, namun walaupun demikian PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk telah melakukan pencegahan terjadinya
pencemaran terhadap lingkungan sekitar seperti pencemaran udara
dan air, dengan telah dilakukannya pengelolaan masing-masing
limbah atau cemaran yang dihasilkan.
Bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk telah dirancang dengan
baik, dengan dibuatnya permukaan bagian dalam yang licin, bebas
dari keretakan dan sambungan yang terbuka serta mudah
dibersihakan dan didesinfeksi, lantai terbuat dari bahan kedap air,
permukaan rata dan memungkinkan pembersihan secara cepat dan
efisien, dimana lantai dan langit-langit bangun juga berbentuk
lengkungan.Penerangan di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk cukup
efektif.
Penataan ruangan di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk disesuaikan
dengan tujuan penggunaannya, dimana beberapa kegiatan masing-
masing telah dilakukan di ruangan telah dibuat terpisah, seperti
kegiatan pergudangan,penimbangan,pencampuran dan penggranulan,
pengeringan, pencetakan, pengemasan.Untuk Produksi obat β-Laktam
dengan non β-Laktam dilakukan dalam bangunan yang terpisah
dengan sistem pengelolaan udara yang berbeda, sehingga terdapat
perbedaan tingkatan kebersihan ruang di dalam bangunan produksi,
misalnya ruang untuk bahan baku, kamar ganti pakaian, dan
pengelolaan produksi.Tekanan udara pada ruangan β-laktam lebih
negatif dari ruangan di sekitarnya untuk menghindari kontaminasi
silang. Terdapat suatu ruangan buffer yang berfungsi untuk mencegah
β-laktam yang keluar dari ruangan akan langsung ke lingkungan.
Karyawan produksi β-laktam disarankan untuk melakukan rotasi
dengan karyawan produksi lain sehingga dapat mengurangi resiko
terjadinya resistensi. Selain itu PT. Kimia Farma (Persero) Tbk juga
sudah memisahkan ruang produksi Sefalosforin dengan produksi
lainnya.
Bangunan/ ruangan produksi telah dilengkapi dengan sistem tata
udara yaitu AHU (Air Handling Unit) sehingga diperoleh kualifikasi
ruangan produksi yang memenuhi CPOB yaitu untuk persyaratan
suhu, kelembapan, jumlah partikel dan perbedaan tekanan. Ruang
pada produk steril dibagi dalam empat kelas yaitu ruang kelas A, kelas
B, kelas C, kelas D dan Kelas E, masing–masing dipisahkan dengan
ruang anatara dan dilengkapi dengan sistem air lock, air shower, pass
box, dan sistem AHU (Air Handling Unit). Aliran udara diatur
berdasarkan perbedaan tekanan dimana ruangan dengan kelas yang
lebih tinggi (kelas A dan B) memiliki tekanan udara yang lebih tinggi
dari kelas yang lebih rendah (kelas B dan D), demikian pula
sebaliknya.Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bangunan dan
fasilitas di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk secara umum telah
memenuhi persyaratan CPOB.
Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat harus memiliki desain dan konstruksi
yang tepat. Hampir semua peralatan produksi yang berhubungan
dengan bahan awal, produk antara dan produk jadi PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk terbuat dari stainless steel sehingga tidak menimbulkan
reaksi, adisi atau absopsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu
atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. Pembersihan peralatan
di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk telah dilakukan sesuai prosedur
yang ditetapkan sehingga tidak menjadi sumber pencemaran.
Peralatan dan mesin yang ada di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
dikalibrasi dan dikualifikasi secara berkala untuk memastikan bahwa
peralatan dan mesin tersebut dalam keadaan baik dan selalu siap
digunakan, sehingga dapat menjamin proses produksi tetap berjalan
dengan baik dan lancar serta tetap mampu menghasilkan produk
dengan kualitas yang terjamin
5. PRODUKSI
Produksi dilaksanakan sesuai dengan pedoman CPOB yang tetap
ditetapkan sehingga menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu dan memenuhi ketentuan izin edar (registrasi).
Proses produksi dilakukan setelah adanya Perintah Pengolahan (PP)
dan Catatan Produksi Bets (CPB) yang dikeluarkan oleh PPPP,
dimana formula dan proses telah divalidasi oleh bagian pemastian
mutu. Setiap proses mengikuti prosedur yang tercantum dalam CPB
(Catatan Produksi Bets) dan setiap hasil proses didokumentasikan
dalam CPB, kemudian setiap peralatan yang digunakan akan
mengalami proses verifikasi terlebih dahulu oleh petugas IPC dan
setiap hasil proses akan direkonsiliasi. Sebelum proses produksi
dilaksanakan akan dilakukan line clearance dengan tujuan
memastikan bahwa lini atau jalur produksi yang akan digunakan sudah
dalam kondisi bersih, baik itu bebas dari sisa bahan baku produksi
sebelumnya terutama untuk bahan baku yang berbeda jenis maupun
dari sisa pengemasan atau etiket dari produksi sebelumnya, tujuan
dilaksanakan line clearance ini adalah untuk mencegah terjadinya
kontaminasi silang antar produk. Sistem penomoran batch dan lot
diterapkan untuk memudahkan pengendalian selama produksi
berlangsung dan penelusuran kembali apabila ada keluhan produk
dari konsumen.
a. Bidang PPPP
Bidang Perencanaan Pengendalian Produksi dan Persediaan (PPPP)
melakukan perencanaan produksi dengan mempertimbangkan
variabel-variabel yang mempengaruhi (anggaran, persediaan bahan
baku, jadwal, kapasitas produksi dan peralatan yang tersedia)
sehingga tidak terjadi penimbunan dan kekurangan stok barang. Dasar
pertimbangannya adalah forecast dari Marketing yang dibuat menjadi
rencana produksi tahunan, bulanan, dan mingguan.
b. Bidang Produksi I
Pelaksanaan proses produksi di bidang produksi I menggunakan
vertical closed system dengan tujuan mencegah terjadinya
kontaminasi silang hasil produk. Seluruh proses produksi
terdokumentasikam di dalam CPB meliputi semua prosedur dan
persyaratan dan segala sesuatu yang menyimpang dapat teramati dan
dicatat pada dokumen tersebut, kemudian setiap peralatan yang akan
digunakan akan mengalami proses verifikasi terlebih dahulu oleh
petugas IPC dan setiap hasil proses akan direkonsiliasi.
c. Bidang Produksi II
Pelaksanaan proses produksi di bidang produksi di bidang Produksi II
menggunakan vertical closed system dimana sistem ini diterapkan
untuk produksi oralit. Sedangkan untuk produksi sediaan β-laktam,
salep dan sirup menggunakan horizontal closed
system.Keuntungannya adalah tidak terjadinya penumpukan produk
ruah karena PP dan PK dikeluarkan bersama-sama.Jadi mulai dari
bahan awal sampai menjadi produk dalam kemasan akhir, proses tidak
putus.Pada non in line proses, PP dan PK tidak dikeluarkan bersama-
sama. Setelah PP dikeluarkan dimulailah proses penyiapan bahan
awal sampai menjadi produk siap kemas.
d. Bidang Litbang
Bidang litbang di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. dituntut untuk
melakukan efisiensi formula yang meliputi proses pembuatan,
stabilitas sediaan, penampilan fisik, dan bentuk kemasan sehingga
dapat bersaing dengan produk lain dan oPT.imasi atau
pengembangan metode analisis bahan awal dan produk.
Peran Bidang Litbang sangat penting dalam mendukung kegiatan
operasional dan pengembangan perusahaan baik dalam produk
generiknya maupun produk branded/OTC/me too.Penelitian dan trial
terus dilakukan untuk menciptakan.akan inovasi baru maupun untuk
PT Kimia Farma Tbk. Litbang dituntut untuk mampu memecahkan
setiap persoalan yang berkaitan dengan formulasi maupun metode
analisis. Apabila terdapat hambatan dalam proses produksi maka
Litbang juga ikut bertanggung jawab memikirkan solusi yang tepat
untuk mengatasi hambatan tersebut tentunya secara efektif dan
efisien.
6. Pengawasan mutu
Kegiatan pengawasan mutu di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk mencakup
semua kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium,IPC, dan produksi
termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal,
produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga
program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka
validasi, dan penanganan sampel pertinggal (retained sample).

Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan


mutu dilakukan untuk menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah
dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan menghasilkan
produk yang sesuai dengan spesifikasi.Adapun tiap personil yang melakukan
supervisi atau melakukan kegiatan di laboratorium PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk harus memiliki pendidikan, mendapat pelatihan dan pengalaman yang
sesuai atau kombinasinya untuk memungkinkan pelaksanaan tugas dengan
baik.Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab tiap personil telah dirinci
dengan jelas dalam uraian tugas yang telah disepakati.

Apabila melihat dari struktur organisasi yang ada maka departemen


pengawasan mutubertanggung jawab terhadap direktur pabrik melalui
pengawasan dari departemen pemastian mutu sehingga ruang gerak dari
departemen pengawasan mutu harus selalu mendapat pengawasan dari
departemen pemastian mutu.Dengan demikian, setiap prosedur tetap yang
ada di departemen ini dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Pada
pelaksanaannya departemen pengawasan mutu selalu melakukan
pengecekan terhadap berbagai uji yang telah ditetapkan kapan dan
bagaimana cara uji sampai pada standar yang sesuai. Kegiatan ini dilakukan
oleh tim dari departemen pengawasan mutu yang dikepalai oleh seorang
Apoteker penanggung jawab.

Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Untuk mengatur penerapan CPOB dan melakukan inspeksi diri di PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. dibentuk komisi khusus CPOB yang berada dibawah
bidang pemastian mutu.Di bidang ini juga membuat laporan validasi.Program
inspeksi diri dalam PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. terus dilaksanakan untuk
menilai apakah seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu selalu
memenuhi pedoman CPOB.Inspeksi diri dilakukan melalui Internal Quality
Audit (IQA) yang dilakukan setiap enam bulan dan bertujuan untuk menilai
seluruh kegiatan produksi yang berlangsung agar senantiasa memenuhi
CPOB dan ISO. IQA merupakan tanggung jawab bagian pemastian mutu dan
biasanya dilaksanakan melaui pembentukan tim inspeksi diri yang telah
diseleksi.

Dalam hal produktivitas kerja, disetiap proses produksi di PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. dilakukan pengukuran man hours dengan tujuan mengetahui
kapasitas kerja karyawan sehingga dapat diperkirakan kapan dan berapa
lama suatu proses produksi dapat diselesaikan dengan jumlah karyawan dan
kapasitas mesin yang ada. Terdapat metode baru yang telah diterapkan oleh
PT. Indofarma (Persero) Tbk., yaitu teknik Line Balancing yang sampai saat
ini masih disesuaikan dengan situasi dan kondisi intern perusahaan. Maksud
dari teknik ini yaitu adanya penyesuaian antara volume pekerjaan, kinerja
mesin dan jumlah karyawan.

7. DISTRIBUSI
Kegiatan distribusi dilaksanakan oleh PT Kimia Farma Trading & Distribution
(KFTD), anak perusahaan yang bertugas untuk mendistribusikan produk-
produk farmasi yang diproduksi PT Kimia Farma (Persero) Tbk ke channel-
channel yang tersebar ke seluruh nusantara.
Dalam rangka memperluas pangsa di pasar farmasi nasional dan
internasional, Perseroan senantiasa memastikan bahwa seluruh cabang
memperoleh sertifikat dan memahami dengan baik Cara Distribusi Obat yang
Baik (CDOB), serta berupaya mengurangi terjadinya sales opportunity loss
yang saat ini masih berada di kisaran 26%

Jalur Distribusi
Jalur distribusi Kimia Farma diawali dari Pabrik Kimia Farma yang kemudian
disalurkan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF). Selanjutnya, PBF akan
menyalurkan atau mendistribusikan obat tersebut kepada Apotek, Instalasi
Farmasi Dumah Sakit, Balai Pengobatan dan Toko Obat
Khusus untuk sediaan farmasi berupa narkotika dan psikotropika memiliki
jalur distribusi khusus.Untuk narkotika hanya bisa disalurkan dari Industri
Farmasi kepada Pedagang Besar Farmasi tertentu, Apotek, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu, dan Rumah
Sakit.Kemudian dilanjutkan dari PBF disalurkan kepada PBF tertentu
lainnya, apotek, dan lembaga ilmu pengetahuan.
Sebagai upaya untuk melaksanakan aktivitas distribusi sebaik-baiknya serta
dalam menunjang program JKN, KFTD telah memperluas jaringan
distribusinya menjadi sebagai berikut :
 47 Pedagang Besar Farmasi (PBF)
 1 Gudang Logistik
8. PENGOLAHAN LIMBAH
Pengolahan limbah yang ada di Industri PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Medan diantaranya:1.Pengolahan Limbah Cair Sumber limbah
cair berasal dari air cucian atau bilasan di ruang produksi dan air
cucian atau bilasan alat-alat di laboratorium.
Proses pengolahan limbah cair yaitu:
a.Limbah cair yang dikeluarkan dari ruangan melalui Saluran Masuk
(A) ditampung dalam Bak Penampungan (B).
b.Selanjutnya dipompakan dengan Mesin Pompa (C) ke Bak Netralisasi
(D).
c.Pada Bak Netralisasi (D) bila perlu, ditambahkan air kapur untuk
menetralkan limbah cair yang dikeluarkan. Selanjutnya limbah cair yang telah
netral dialirkan ke Bak Aerasi I (E)
d.Pada Bak Aerasi I (E) dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator
yang bertujuan untuk menginjeksikan udara ke dalam bak tersebut
supaya bakteri aerob yang terdapat dalam bak tersebut dapat
melakukan penguraian bahan-bahan organik yang terdapat dalam
limbah cair tersebut. Selanjutnya juga dialirkan ke Bak Aerasi II (F).
e.Pada Bak Aerasi II (F) juga mendapat perlakuan yang sama dimana
dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang bertujuan untuk
menginjeksikan udara ke dalam bak tersebut supaya bakteri aerob yang
terdapat dalam bak tersebut dapat melakukan penguraian bahan-bahan
organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut. Lalu dialirkan ke Bak
Sedimentasi (G).
f.Pada Bak Sedimentasi (G), limbah cair tersebut didiamkan atau
diendapkan beberapa hari selanjutnya dialirkan ke Bak Biokontrol (H).
g.Pada Bak Biokontrol (H), dilakukan pengujian terhadap hasil pengolahan
limbah cair tersebut berupa nilai BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD
(Chemical Oxygen Demand) bila telah memenuhi syarat nilai BOD.
F. MATERIA MEDICA BATU MALANG

1. Sejarah dan perkembangan

Materia Medica Batu merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur yang berlokasi di Kota Batu. Tugas
pokok BMM adalah penyuluhan dan pengelolaan Tanaman Obat meliputi
Tanaman Obat Tradisional dan Tanaman Obat yang mengandung bahan
baku obat. Materia Medica Batu yang terletak di Jl. Lahor No. 87
Batu.Materia Medica Batu terletak di lingkungan Desa Pesanggrahan yang
letak lokasinya berbatasan dengan Kelurahan Ngaglik di wilayah Kota Batu.
Berdasarkan letak geografisnya Balai Materia Medica terletak pada
ketinggian ± 875 mdpl dengan suhu ± 20 – 25 C. Materia Medica Batu
memiliki luas tanah dan bangunan seluas 2.1 Ha. Selain itu, Materia Medika
Batu juga mempunyai dua lahan lain yang digunakan untuk penanaman
tanaman obat yaitu yang terletak di di belakang RS Paru Batu seluas satu
hektar dan di daerah Kejayan Pasuruan. Materia Medica didirikan sejak tahun
1960 oleh almarhum Bapak R.M.Santoso yang juga merupakan salah satu
pendiri Hortus Medikus Tawang Mangu yang sekarang berubah menjadi
Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional.
Berdirinya UPT Materia Medica diawali dari hasil pengamatan beliau bahwa
tidak semua tanaman obat yang ada di Indonesia dapat dikoleksi pada satu
daerah saja. Hal ini disebabkan karena adaptasi tanaman terhadap
lingkungannya terutama terhadap iklim sangatlah berbeda, mengingat bahwa
Indonesia secara garis besar terdiri dari tipe iklim basah, daerah sedang dan
daerah kering, maka kebun Tawang Mangu yang berdiri sejak tahun 1948
merupakan daerah iklim sedang sampai basah. Sedangkan untuk tanaman
daerah sedang sampai kering perlu adanya kebun koleksi lain yang bisa
mewakili tipe iklim tersebut.
Dari hasil pengamatan Beliau karesidenan Malang adalah daerah yang cocok
untuk didirikan kebun koleksi tanaman obat dari tipe iklim sedang sampai
kering. Sebagai realisasi dari gagasan beliau itu untuk mendirikan kebun
koleksi tanaman obat didaerah sedang dan kering di wilayah Batu dan
Nongko Jajar, karena waktu itu Nongkojajar adalah daerah yang sulit
transportasinya, maka ditetapkan Batu sebagi

kebun koleksi sampai sekarang dan dikenal sebagi Balai Materia Medica
Pengelolaan kebun percobaan ini dilakukan oleh yayasan Farmasi yang
bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur. Sebelum kebun
percobaan ini jadi, tahun1963 Bapak RM Santoso meninggal dunia.Untuk
kelangsungan Balai Materia Medica oleh Bapak Dr.Modarso selaku Inspektur
Kesehatan Jawa Timur ditunjuk Bapak R.Soehendro (Kepala Dinas
Perkebunana Rakyat Kab.Malang) sebagi pejabat sementara Pimpinan
Kebun Balai Materia Medica sampai mendapatkan pimpinan yang
baru.Tahun 1964 BMM mendapat pimpinan baru yaitu Ir.NV.Darmago, beliau
diangkat oleh Dinas Kesehatan Jawa Timur sebagi tenaga tetap di Kebun
Materia Medica hingga tahun 1970.Tahun 1970 atas permohonan sendiri
Ir.NV Darmago meletakan jabatannya, kemudian selaku pipmpinan kebun
Materia Medica dipegang oleh Ir.Wahyu Soeprapto.Pertengahan tahun 1970
terjadi perubahan status dari milik swasta menjadi milik pemerintah yaitu
Dinas Kesehatan daerah Tingkat I Jawa Timur Direktorat Farmasi Jawa
Timur.Tahun 2000 hingga April 2005 selaku Pelaksana Teknis Materia
Medica Batu dipegang oleh Dra.Hj. Siti Hidjrati Arlina. Selanjutnya April 2005
secara definititif Materia Medica dipimpin oleh Bapak B.Soegito,SKM.Kes
hingga 31 April 2008. Mulai 1 Mei 2008 hingga 31 Desember untuk
sementara kepala Materia Medica dipegang oleh Bu Etty Retno, Apt.
(Sebagai PLt). Sejak 1 Januari 2009 hingga sekarang yang mejadi kepala
UPT Materia Medica adalah Drs. Husin RM., Apt, Mkes. Setelah tahun 1978
dengan berfungsinya Direktorat Daerah Farmasi Jawa Timur menjadi sub
Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang sekarang menjadi
Badan POM, maka pengelolaan Materia Medica Batu diserahkan kepada
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur hingga sekarang.

3. VISI DAN MISI


VISI
Visi: “Menjadikan UPT Materia Medica terdepan dalam
bidang pengembangan Tanaman Obat Asli Indonesia (TOI),
khususnya di Jawa Timur dan umumnya di Indonesia Timur”.

MISI

Meningkatkan promosi pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku


obat alam Indonesia.

• Mengembangkan monografi dan standart mutu, baik simplisia


maupun ekstrak.

• Membantu penyusunan farmakope herbal Indonesia.

• Mengembangkan penelitian dasar tanaman obat alam Indonesia.

• Memperkokoh jaringan kerjasama antar lembaga penelitian dan


industri terkait.
3. struktur organisasi

4. Sarana dan fasilitas

Museum dan etalase tanaman obat Indonesia, seperti tanaman obat


yang hampir punah atau langka, tanaman obat yang telah dilakukan
penelitian secara ilmiah terbukti khasiatnya

Sarana untuk melakukan applied research seperti penelitian budidaya


tanaman obat baik secara in-situ atau ex-situ sehingga dapat menghasilkan
tanaman obat dengan mutu, khasiat dan keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, penelitian budidaya tanaman obat
yang terbukti kemanfaatannya dan tanaman obat tersebut mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi,

Tempat dan alat untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan


pelatihan di bidang obat bahan alam seperti pelatihan budi daya tanaman
obat bagi calon pelatih di Daerah, produsen/petani tanaman obat dan pihak
lain yang berminat, pelatihan teknologi ekstraksi, meracik, dan sebagainya,

5. Produksi

Pembuatan instan Kunyit

a. Alat:

1) Panci (Untuk wadah ketika memasak dan mengaduk sari


kunyit.)

2) Blender (Untuk menghaluskan kunyit.)

3) Pisau (Untuk memotong kunyit.)

4) Saringan (Untuk menyaring hasil adukan sari kunyit).

5) Kompor (Untuk memanaskan panci dan membantu proses


memasak sari kunyit)

b. Bahan

1) ½ kg kunyit (Bahan utama dalam membuat instan kunyit)

2) Daun pandan wangi (Untuk memberi aroma pada instan kunyit)


3) 1 kg gula pasir (Untuk memberikan rasa manis dan membantu
menghomogenkan sari kunyit agar mengkristal)

4) 800cc air (Untuk membantu proses pemanasan.)

c. Cara membuat

1) Menyiapkan sari kunyit.

2) Mencampur gula dengan sari kunyit.

3) Mengaduk campuran agar homogen selama kurang lebih 45 menit


(dalam proses ini perlu diperhatikan suhu kompor).

4) Menyaring campuran dan memasukkannya ke dalam panci lain.

5) Mengaduk campuran hingga berbusa dan mengkristal.

6) Memindahkan instan kunyit ke wadah kering.

7) Memasukkan instan kunyit ke dalam kemasan.

 Tanaman obat yang ada di materia medica

Nama daerah : Sambiloto

Nama latin : Andrographis paniculata

Bagian yang digunakan : daun

Khasiat : diare, nyeri perut, radang tenggorokan

Prospek : sebagai tanaman obat berkhasiat

Nama daerah: Nagasari


Nama latin: Messua ferra L

Bagian yang digunakan: Kayu.

Khasiat: Mengobati bisul, koreng, rematik, batuk.

Prospek: Sebagai tanaman obat berkhasiat

Nama daerah: Pronojiwo

Nama latin: Euchresta horsfieldii (Lesch) Benn.

Bagian yang digunakan: Biji, buah.

Khasiat: Penguat stamina, obat batuk, muntah darah.

Prospek: Sebagai tanaman obat berkhasiat.

Nama daerah: Gowok

Nama latin: Eugenla polycephala

Bagian yang digunakan: Buah.

Khasiat: Mengobati diare, bahan penyamak kulit.

Prospek: Sebagai tanaman obat berkhasiat

Nama daerah: Nyamplung

Nama latin: Canophyllum inophyllum L.

Bagian yang digunakan: Biji, kulit kayu.

Khasiat: Obat pencahar, rematik, penyakit kulit, batu ginjal, keputihan, wasir.

Prospek: Sebagai tanaman obat berkhasiat.


Nama daerah: Sembung legi

Nama latin: Blumea balsamifera L.

Bagian yang digunakan: Daun.

Khasiat: Obat rematik, hipertensi.

Prospek: Sebagai tanaman obat berkhasiat

Nama daerah: Pandan wangi

Nama latin: Pandanus amaryllifollus

Bagian yang digunakan: Daun.

Khasiat: Obat pegal linu, rematik.

Prospek: Sebagai tanaman obat berkhasiat, sebagai bumbu tambahan dalam


masakan

Nama daerah: Dempul lelet

Nama latin: Glocidion rubrum

Bagian yang digunakan: Daun, kulit batang.

Khasiat: Obat disentri, batuk, demam nifas.

Prospek: Sebagai tanaman obat berkhasiat

Nama daerah : Lidah buaya

Nama latin : aloe vera

Bagian yang digunakan : getah

Khasiat : penyembuhan luka luar, detokk, plak gigi


Prospek : sebagai tanaman obat berkhasiat

Nama daerah: Kluwek

Nama latin: Pangium edule

Bagian yang digunakan: Biji, daun.

Khasiat: Menurunkan kolesterol, obat cacing kremi dan penawar keracunan


makanan.

Prospek: Sebagai tanaman obat berkhasiat, sebagai bumbu tambahan dalam


masakan

Nama daerah: Sintok

Nama latin: Cinnamomum sintok

Bagian yang digunakan: Batang, daun.

Khasiat: Peluruh kentut.

Prospek: Sebagai tanaman obat berkhasiat.

Nama daerah: Legundi

Nama latin: Vitex trifolla L.

Bagian yang digunakan: Daun, akar, buah, batang.

Khasiat: Obat cacing, tipus, obat haid tidak teratur, peluruh air seni, batuk.

Prospek: Sebagai tanaman obat berkhasiat


6. Pengawasan mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan


obat tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung jawab semua
unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk menghasilkan
produk yang bermutu mulai dari bahan awal sampai pada produk jadi. Untuk
keperluan tersebut bagian pengawasan mutu hendaklah merupakan bagian
yang tersendiri

- Sistem

Sistem pengawasan mutu hendaklah dirancang dengan tepat untuk


menjamin bahwa tiap produk mengandung bahan dengan mutu yang benar
dan dibuat pada kondisi yang tepat serta mengikuti prosedur standar
sehingga produk tersebut senantiasa memenuhi persyaratan produk jadi
yang berlaku.

Pengawasan mutu hendaklah dilakukan terhadap bahan baku, bahan

pengemas, proses pembuatan, produk antara, produk ruahan dan produk


jadi.

Pemeriksaan dan pengujian secara berkala hendaklah dilakukan terhadap


bahan baku dalam persediaan, untuk memberikan keyakinan bahwa
penyimpanan, wadah dan bahannya dalam kondisi yang baik.

Produk jadi yang masih berada dalam industri maupun yang ada di
peredaran hendaklah dipantau secara berkala.
- Tugas Pokok

 Menyusun dan merevisi prosedur pengawasan mutu dan spesifikasi.


 Menyiapkan instruksi tertulis yang rinci untuk tiap pengujian yang akan
dilaksanakan.
 Menyusun rencana dan prosedur tertulis mengenai pengambilan
contoh untuk pengujian.
 Menyimpan contoh pertinggal untuk rujukan di masa mendatang
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan setelah batas kadaluwarsa.
 Meluluskan atau menolak tiap bets bahan baku, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi serta hal yang telah ditentukan,
sekurangkurangnya berdasarkan pengujian secara kualitatif.

Meneliti catatan yang berhubungan dengan pengolahan, pengemasan dan


pengujian produk jadi dari bets yang bersangkutan sebelum meluluskan
untuk didistribusikan.

Mengevaluasi stabilitas semua produk jadi secara berlanjut, bahan baku


jika diperlukan dan menyiapkan instruksi mengenai penyimpanan bahan baku
dan produk jadi di industri berdasarkan data stabilitas yang ada,sekurang-
kurangnya stabilitas fisik.

Menetapkan tanggal kadaluwarsa bahan baku dan produk jadi berdasarkan


data stabilitas dan kondisi penyimpanannya, sebagaimana dimaksud pada
butir
Mengevaluasi semua keluhan yang diterima atau kekurangan yang
ditemukan mengenai sesuatu bets, dan bila perlu bekerja sama dengan

bagian lain untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

Menyediakan baku pembanding, sesuai persyaratan yang terdapat pada


prosedur pengujian yang berlaku dan menyimpan baku pembanding ini pada
kondisi yang tepat. Khusus untuk bahan baku segar sekurangkurangnya
menyimpan diskripsi dari bahan yang bersangkutan

Menyimpan catatan pemeriksaan dan pengujian semua contoh yang


diambil.Mengevaluasi produk jadi yang dikembalikan dan menetapkan
apakah produk tersebut dapat diedarkan kembali atau diproses ulang atau
hendaklah dimusnahkan.

Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama bagian lain dalam industri.

Menyediakan pereaksi dan media pembiakan untuk laboratorium.

a. Penerimaan dan pembuatan pereaksi dan media pembiakan hendaklah


dicatat;

b. Pereaksi yang dibuat di laboratorium hendaklah mengikuti prosedur


pembuatan tertulis dan diberi label yang sesuai;

c. Jenis dan jumlah pereaksi disesuaikan dengan pengujian mutu yang


dilakukan.

7. Distribusi

Materia medica telah mendirikan gedung baru yang menyediakan berbagai


produk olahan tanaman obat untuk pencegahan dan pengobatan penyakit
yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas.Pusat penyedia produk olahan
tanaman obat ini dinamakan “HERBAL MART”.
HERBAL MART berlokasi didalam kompleks kantor metria medica Batu yang
terletak di desa Pesangrahan, tepatnya di Jl. Lahor No. 87 Batu.

HERBAL MART menyediakan berbagai jenis jamu, instan, simplisia, kapsul,


permen, dan sabun yang terbuat dari tanaman obat, yang telah terbukti
secara empiris, maupun jamu hasil penelitian klinis yang telah ter-saintifikasi,
hingga posisi jamu bisa sejajar dengan obat keluaran pabrik farmasi.

Dengan adanya HERBAL MART, sebagai bagian dari UPT Materia Medica
Batu, masyarakat Indonesia pada umunya dan masyarakat jawa Timur pda
khususnya nantinya dapat dengan mudah memperoleh khasiat jamu maupun
berbagai produk olahan tanaman obat yang bisa dipertanggung jawabkan
dan di produksi secara baik dan benar.

Masyarakat bisa membeli produk olahan dengan cara mengunjungi HERBAL


MART tersebut.

8. Pengolahan limbah

Pemusnahan dan daur ulang merupakan kegiatan untu menghancurkan dan


menghilangkan simplisia maupun serbuk simplisia disertai dengan
pemenfaatan kombinasi hasil pemusnahan tersebut sebagai kompenen
pupuk tanaman. Pemusnahan diawali dengan pemisahan bentuk simplisia
tanaman yang akan dimusnahkan. Pemisihan tersebut bertujuan untuk
memudahkan dalam pengolahan atau penghancuran simplisia tersebut.
Simplisia dengan tekstur ysng lebih kasar maka akan dibakar akan menjadi
abu yang dapat dicampurkan kedalam campuran pembuatan pupuk, dan
simplisia yang tekstur lunak maka akan dapat dihancur menggunakan alat
penghancur sampah kemudian dicampurkan kedalam campuran penghancur
pupuk. Simplisia serbuk dan simplisia yang telah melewati jangka waktu layak
pakai yaitu maksimal 2 tahun setelah tanggal pembuatan. Maka akan
dilakukakn tahap pemusnahan. Simplisia serbuk dapat langsung
dicampurkan dengan campuran kompenen pembuat pupuk dan dapat pula
langsung ditaburkan ketanaman yang masih hidup sebagai pupuk kompos.

Pencampuran bahan pupuk dimulai dari pengumpulan bahan yang akan


dibuat menjadi pupuk seperti dekomposer, pestisida, sampah atau bahan
yang akan didaur ulang dan tanah. Dekomposer merupakan bahan pengurai
sampah untuk menjadi bentuk sederhana seperti pupuk.Dekomposer dapat
berupa dari bahan kimia yang memiliki bakteri pengurai, dan dapat berupa
dari bahan alamai seperti urin kelinci dan urin sapi. Pestisida merupakan
bahan yang digunakan untuk membunuh bakteri, jamur, hama penyakit yang
dapat tumbuh pada pupuk tanaman. Pestisida yang digunakan di Materia
Medika Batu berupa bahan tanaman dengan komposisi nasturtuim, akar
tuba, singowalang, dan cengkeh masing-masing 250gr dan dicampurkan
dengan 25 liter air. Pestisida kimiawi tidak digunakan karena dikonsumsi
manusia hingga berbahaya jika sampai masuk kedalam tubuh.

Pupuk dicampur rata pada seluruh bagian dan ditutup dengan penutup
tertentu seperti tong atau tenda terpal. Hal ini bertujuan untuk menghindari
masuknya air kedalam campuran bahan baku pupuk tersebut. Biar air masuk
kedalam campuran tersebut maka dapat melarutkan atau menghilangkan
kandungan nutrisi tanaman tersebut.Selain itu, peletakan campuran pupuk
diolah dengan alas yang bukan tanah seperti semen maupun batako karena
bertujuan untuk mengurangi hilangnya kompenen nutrisi pupuk tersebut.
Pupuk yang telah ditutup akan mengoptimalkan proses fermentasi oleh
bakteri pengurai yang ada didalam pupuk sehingga di harapkan nutrisi mikro
yang diperlukan tanaman dapat terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Cara Pembuatan Obat Baru (CPOB). Depkes RI. Jakarta.

BPOM RI. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.

https://www.kintamani.id/secret-garden-village-bedugul-pilihan-wisata-
edukatif-kekinian-yang-ngehits-di-bali-006174.html

https://www.academia.edu/25885334/universitas_indonesia_konsep_herbal_i
ndonesia_pemastian_mutu_produk_herbal

file:/// Perancangan ulang dengan penerapan prinsip konservasi air.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Fakultas_Farmasi_Universitas_Indonesia

file:/// profile-pt.victoria-care-indonesia.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Sido_Muncul

http://lafi.kesad.mil.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Islam_Indonesia

http://materiamedicabatu.jatimprov.go.id/profile

https://materiamedicabatu.wordpress.com/fasilitas/

http://petaniberdasi-laporan-fieldtrip-materia-medica-batu.html

https://materiamedicabatu.wordpress.com/

https://www.scribd.com/pengolahanmateriamedica
www.ultrajaya.co.id

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai