NAMA KELOMPOK 5 :
KASWINDA SARI
KIKI
KIKI HERLINA
KURNIAWATI
LIA ANGGRAENI
LINDA NURFA
LUH IKA KASMIASIH
MARDIANA
MARIA NILUH SELVIANI
Semoga laporan PKL INDUTRI yang telah kami susun ini dapat
bermanfaat serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para
pembaca.
B.TUJUAN PKL
CPOB adalah bagian dari Manajemen Mutu yang memastikan obat dibuat
dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai
dengan tujuan penggunaan dan persyaratan Izin Edar, Persetujuan Uji Klinik
atau spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu.
Prinsip dasar CPOB adalah:
a) semua proses pembuatan obat ditetapkan secara jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu menghasilkan obat
yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang ditetapkan secara
konsisten;
prosedur dan instruksi yang disetujui sesuai Sistem Mutu Industri Farmasi;
dan
d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa jelas,
tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada fasilitas yang
tersedia;
i) Cara Distribusi Obat yang Baik memperkecil risiko yang berdampak pada
mutu obat;
1. Manajemen mutu
Mutu.
2. Personalia
Oleh karena itu alur produksi hanya bisa terjadi apabila personel yang
Sehat
Berpengalaman
berlebihan
Harus ada pelatihan secara berkala
dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak
pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang
bila perlu, didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Catatan pembersihan dan
bagi personel dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan
pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi
penerimaan bahan;
pengolahan;
pencucian peralatan;
penyimpanan peralatan;
pengemasan;
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta
seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
pemeliharaan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan
debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada
mutu produk.
6. Produksi
kompeten.
dilakukan sesuai prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
diperlukan.
seperti yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara rapi dan
bersamaan atau berurutan dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak
menyebabkan sensitisasi.
peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai
hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang
sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila perlu,
penyalur dan alat lain untuk transfer bahan dan produk dari satu ke
hendaklah ada
7. Pengawasan Mutu
memuaskan.
serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan pelabelan yang benar;
CPOB.
10. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari manajemen mutu. Setiap
dan jelas.
BAB III
Visi
Misi
- Pump/pompa
Berfungsi untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air kotor yang tidak merata
baik pada jam kerja ataupun di luar jam kerja serta mengalirkan air limbah
dari bak ekualisasi ke bak aerasi secara otomatis.
- Pengaduk
Fungsinya untuk mengaduk bahan-bahan organik agar tidak mengendap.
c. Bak Aerasi (Aeration Tank)
Pada Bak Aerasi terjadi proses biologi. Bak ini dilengkapi dengan dua
alat yaitu:
- Diffuser
Berfungsi untuk mengaduk air limbah supaya tidak ada yang mengendap
- Aerator
Berfungsi untuk memasukkan oksigen ke dalam air limbah dan juga ditanam
bakteri aerob (jenis SGP-50) yang berguna untuk dekomposisi limbah organik
dengan bantuan oksigen.Prosesnya 18-24 jam.Sebagai nutrisi berupa pupuk
NPK (urea).
d. Bak Clarifier (sedimentasi kedua)
Dasar bak ini bentuknya miring ke satu arah supaya memungkinkan
pengendapan lumpur yang terbawa atau tersuspensi dalam air limbah. Air
dari bak aerasi bila diffuser tidak aktif, air akan mengalir ke dalam
lubangdalam bentuk tersuspensi. Bila diffuser aktif, pengendapan atau
lumpur akan masuk kembali ke bak aerasi.
e. Bak Koagulasi
Pada bak ini terjadi proses kimia dimana terdapat dua alat yaitu:
- Dozing pump
Berfungsi untuk menambahkan koagulan PAC (Poli Ammonium Clorida) yang
berfungsi untuk mengikat protein rantai panjang yang masih ada dalam air
limbah.
- Pengaduk
f. Bak Flokulasi
Limbah yang berasal dari bak koagulasi mengalir ke bak flokulasi
melalui pipa besar. Pada bak flokulasi menggunakan zat kimia yaitu poli
elektrolit/polimer anionik dengan konsentrasi 25 gram polianionik dalam 50 L
air (0,05%). Dengan adanya polimer anionik, air akan mengendap dan bagian
yang bening/bersih akan mengalir ke bak kontrol melalui bidang miring dan
air yang masih mengandung endapan akan mengalir ke bak sedimentasi
ketiga.
g. Bak Sedimentasi Ketiga
Bagian bawahnya berbentuk kerucut dan ditambah saringan-saringan
yang berfungsi sebagai penyaring endapan kemudian cairan ini akan masuk
ke bak penampungan cairan lalu dipompa kembali ke bak ekualisasi.
h. Bak Kontrol
Air yang terdapat dalam bak ini diperiksa kadar COD (Chemical
Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen Demand) dan TDS (Total
Dissolve Solid)dan pH. Jika hasilnya memenuhi syarat, maka air dapat
dibuang ke saluran pembuangan air umum.Sebagai kontrol pada bak ini
dipelihara ikan bila ikannya mati berarti air belum bebas dari pencemar
sehingga harus diolah lagi.
6. Air Handling System (AHS)
Air Handling System (AHS) adalah sistem pengaturan udara yang berfungsi
mengkondisikan udara dalam ruangan produksi yang dilengkapi dengan
sarana pengatur suhu dan kelembaban. Parameter ini dapat mempengaruhi
kualitas produk dari industri farmasi, selain itu juga terdapat parameter
lainnya antara lain air change (pertukaran udara), tekanan udara,
kontaminasi mikroba dan cemaran partikel. Tujuan dari sistem ini adalah
untuk menyediakan aliran udara kering, bersih dan dingin yang tepat untuk
tiap-tiap ruangan produksi.
Pada ruang kelas C dan D terdapat prefilter dan medium filter,
sedangkan pada ruangan kelas A selain terdapat prefilter, medium filter dan
HEPA filter juga dilengkapi dengan LAF (Laminar Air Flow). Pengendalian
udara di kelas B sama dengan pengendalian di kelas A, namun tanpa
Laminar Air Flow.
Pada ruang produksi tablet dan sirup kering tekanan udara ruangan
akan lebih negatif dari tekanan udara pada koridor. Sebaliknya, untuk ruang
produksi sirup cair tekanan udara di ruang produksi akan lebih positif
dibandingkan koridor hal ini dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi,
karena aliran udara bergerak dari tekanan yang tinggi ke yang lebih rendah.
Pada ruang produksi Betalaktam, tekanan udara di dalam ruang produksi
haruslebih rendah daripada koridor supaya tidak terjadi pencemaran partikel
Betalaktam ke daerah koridor yang dilewati personil.
Pengumpul debu (dust collector) adalah suatu pembersih yang bekerja
dengan cara menghisap debu-debu yang terdapat pada ruang-ruang
produksi. Untuk wet dust collector (air washer) dilakukan pencampuran aliran
udara yang berdebu dengan air (Roto Klon). Hasil olahan air washer tersebut
selanjutnya dibawa ke IPAL untuk diolah lebih lanjut, khusus untuk hasil
olahan air washer dari produksi Betalaktam terlebih dahulu melewati
destruktor.
Berikut komponen dari Air Handling System (AHS) :
a. Cooling Coil
Berfingsi untuk mengontrol suhu dan kelembaban udara yang akan
didistribusikan ke ruangan produksi. Hal ini dimaksudkan agar dapat
dihasilkan output udara, sesuai dengan spesifikasi ruangan yang telah
ditetapkan.
b. Static Pressure Fan (blower)
Merupakan bagian dari AHU yang berfungsi untuk menggerakkan
udara disepanjang sistem distribusi yang terhubung dengannya
c. Filter
Filter berfungsi untuk mengendalikan dan mengontrol jumlah partikal
dan mikroorganisme (partikel asing) yang mengkontaminasi udara yang
masuk ke dalam ruang produksi. Filter biasanya ditempatkan di dalam rumah
filter (filter house) yang di desain sedemikian rupa agar mudah untuk
dibersihkan atau diganti. Filter yang digunakan untuk AHU dibagi
menjadibeberapa tipe yaitu pre- filter (efisiensi penyaringan 35%), medium
filter (efisiensi penyaringan 95%) dan HEPA (High Efficiency Particulat Air)
(efisiensi 99,997).
d. Ducting
Secara umum, ducting merupakan sebuah sistem saluran udara
tertutup yang meghubungkan blower dengan ruangan produksi yang terdiri
dari udara masuk (ducting supply) dan saluran udara yang keluar dari
ruangan produksi dan masuk kembali ke AHU (ducting return).
e. Dumper
Berfungsi untuk mengatur jumlah udara yang dipindahkan ke dalam
ruangan produksi.
Cara Kerja AHS, sistem tata udara secara umum dapat dijelaskan
secara singkat yaitu suplai udara dalam sistem tata udara berasal dari udara
luar (udara terbuka) dikenal istilah fresh air. Volume fresh air yang masuk ke
sistem ditentukan oleh volume damper yang telah terpasang. Udara tersebut
disaring pada saringan pertama / pre filter yang mampu menangkap partikel
yang berukuran ≥ 1 μm. Udara tersebut akan disaring kembali untuk yang
kedua kalinya oleh medium filter yang mampu menangkap partikel yang
berukuran ≥ 0.5 μm. Selanjutnya oleh Cooling Coil udara tersebut diatur
suhunya sesuai dengan yang dikehendaki. Tahap selanjutnya udara akan
melewati Heating Coil yang berfungsi untuk mengatur kelembaban sesuai
dengan yang dikehendaki. Udara yang sudah terkondisi tersebut akan
dihembuskan oleh fan coil ke kelas C dan D. Fan Coil berfungsi sebagai
pengatur jumlah sirkulasi udara (air change) yangdalam kerjanya
dikombinasikan dengan sistem damper. Udara bersih yang dihembuskan ke
kelas D 100 % berasal dari fresh air yang diproses. Suplai udara untuk ruang
kelas A dan B merupakan udara recycle yang bersirkulasi terus menerus
melalui filter-filter yang digunakan.
Untuk mencukupi suplai oksigen di kelas A dan B, dimasukkan udara
segar melalui damper yang dapat mencukupi suplai oksigen ± 20%. Sistem
ini dibuat dengan proses pengolahan seperti aliran udara untuk kelas D
kemudian langsung disalurkan melewati HEPA filter ke kelas A dan B.
5. Produksi
Proses produksi dimulai dari penimbangan bahan baku dan penyiapan
bahan kemas yang akan digunakan dan dikeluarkan dari Instal simpan
berdasarkan catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets untuk
setiap produk. Barang yang telah dikeluarkan dari Instalsimpan selanjutnya
memasuki tahap pengolahan pada masing-masing seksi produksi, yaitu seksi
sediaan Non Betalaktam, seksi sediaan Betalaktam, dan seksi sediaan
Sefalosporin
A. Seksi Sediaan Non Betalaktam
Seksi sediaan Non Betalaktam dikepalai oleh seorang kepala seksi
(Apoteker) yang bertanggung jawab kepada Kainstalprod.Pada seksi ini
dilakukan kegiatan produksi sediaan tablet, kapsul, sirop, cairan obat luar.
Kegiatan pada seksi ini meliputi penimbangan, pencampuran, pengeringan,
granulasi, pencetakan, penyalutan dan stripping. Hasil dari seksi ini kemudian
dikirim ke seksi kemas untuk dikemas.
1) Sediaan Tablet
Ruang produksi tablet terdiri dari ruang staging, ruang mucilago, ruang
campur, ruang granulator, ruang FBD (Fluid Bed Dryer), ruang oven, ruang
pengayakan, ruang cetak, ruang IPC, ruang penyalutan, ruang stripping,
ruang produk antara, ruang produk ruah, ruang cuci alat, ruang simpan alat,
dan ruang pengering. Ruangan – ruangan ini dilengkapi dengan lampu
penerangan yang memadai, HVAC dengan penghisap debu, dan lapisan
epoksi pada dinding dan lantai.
Metoda pembuatan tablet yang umum digunakan adalah metoda
granulasi basah. Tablet yang diproduksi adalah tablet biasa, tablet kunyah,
tablet dan tablet salut film.
Proses pembuatan tablet di Lafi Ditkesad sebagian besar menggunakan
metoda granulasi basah dan metoda cetak langsung.
- Proses produksi tablet dengan metoda granulasi basah terdiri dari
tahapan sebagai berikut :
a. Penimbangan bahan baku
Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif,
bahan pengisi, bahan pelincir, dilakukan di ruang kelas E dan
dilaksanakan oleh personil dari Instalsimpan.
b. Pencampuran bahan berkhasiat dengan fase dalam Setelah semua
bahan ditimbang, dilakukan proses pencampuran hingga homogen.
c. Granulasi basah
Setelah pencampuran dilakukan proses granulasi, dimana bahan
adonan dicampur dengan bahan pengikat. Adonan basah dikeringkan
sampai setengah kering dengan oven pengering kemudian dapat
dilewatkan pada mesh dengan ukuran tertentu sesuai ukuran tablet
yang akan dibuat.
d. Pengeringan
Granul setengah kering kemudian dikeringkan kembali dengan oven
pengering sehingga akan menghasilkan granul kering.
e. Pengayakan
Granul kering dilewatkan pada mesh sesuai ukuran tablet yang akan
dibuat.
f. Pengawasan mutu (In process control)
Sebelum dilakukan pencampuran, terlebih dahulu ditentukan kadar
airnya.
g. Pencampuran/massa cetak
Granul kering kemudian dicampur dengan fase luar, yakni dengan
penambahan bahan pelincir dan bahan penghancur luar.
h. Pengawasan mutu (In process control)
Sebelum proses pencetakan, dilakukan pemeriksaan homogenitas dan
kadar zat aktif.
i. Pencetakan
Campuran ini kemudian dicetak menjadi tablet.
j. Pengawasan mutu (In process control)
Sebelum dikemas primer, dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot,
tebal, diameter, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, kadar zat aktif
dan disolusi untuk tablet tertentu.
k. Penyalutan
Jika tablet memerlukan penyalutan, maka dapat dilakukan penyalutan.
l. Penyetripan
Setelah tablet selesai dicetak atau disalut (untuk tablet salut) maka
dilakukan proses pengemasan primer yakni penyetripan (stripping).
m. Pengawasan mutu (In process control)
Pada hasil penyetripan dilakukan uji mutu (IPC) meliputi tes kebocoran
strip. Tablet yang telah lulus uji mutu siap dikemas sekunder
(pengepakan) dan obat jadi dikirim ke Instalasi Simpan.
- Produksi tablet dengan metoda cetak langsung adalah sebagai
berikut:
a. Penimbangan bahan baku
Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif,
bahan pengisi, bahan pelincir, dilakukan di ruang kelas E dan
dilaksanakan oleh personil dari Instalasi Simpan.
b. Pengayakan
Beberapa bahan baku dilewatkan pada ayakan dengan ukuran mesh
tertentu. Dalam proses pencetakan langsung sifat alir dan
kompresibilitas bahan awal sangat menentukan tablet yang dihasilkan.
c. Pencampuran
Bahan aktif dan bahan tambahan dicampur homogen menggunakan
mixer.
d. Pengawasan mutu (In Process Control)
Sebelum proses pencetakan, dilakukan pemeriksaan homogenitas
kadar zat aktif.
e. Pencetakan
Bahan campuran kemudian dicetak menjadi tablet.
f. Pengawasan mutu (In Process Control)
Sebelum dikemas primer, dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot,
tebal, diameter, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, kadar zat aktif
dan uji disolusi untuk tablet tertentu.
g. Penyetripan
Setelah tablet selesai dicetak atau disalut (untuk tablet salut) maka
dilakukan proses pengemasan primer yakni penyetripan (stripping).
Pengawasan mutu (In Process Control)
h. Pada hasil penyetripan dilakukan uji mutu (IPC) meliputi tes kebocoran
strip. Tablet yang telah lulus uji mutu siap dikemas sekunder
(pengepakan) dan dikirim ke Instalasi Simpan.
2) Sediaan Kapsul
SEDIAAN TABLET
SEDIAAN KOMPOSISI
Buscofiad Hyoscine-N-butylbromide 10 mg
Clofenad Natrium Diklofenak 25 mg, 50 mg
Dexad / Dexamethasone Dexamethason 0,5 mg 0,75 mg
Dextro 5 Dextromethorhan HBr 15 mg
Fimol Parasetamol 500 mg
Ifenad -
Imodiad Loperamid Hcl 2 mg
Lafihistin Interhistin50 mg
Lafitens
Metron Metronidazole 250 mg, 500 mg
Neo lafimag
Neo diare Kaolin 550 mg, pectin 20 mg
Neo stop flu
Neurolagad Methampyrone 500 mg, Thiamine HCl
50 mg, Pyridoxine HCl 10 mg,
Cyanocobalami10 mg, Trimethyxanthine
50 mg.
Neurobiad Vitamin B1 (Thiamine Mononitrate) 100
mg. Vitamin 6 (Pyridoxol Hydrocholride)
100 mg,Vitamin 12 5000 mg.
Solvonad
Sultrim
SEDIAAN KAPLET
SEDIAAN KOMPOSISI
Amox 500 mg Amoxicillin 500 mg
Ampi 500 mg Ampicillin 500 mg
Floxad 500 mg Ciprofloxacin 500 mg
Ponstan Asam mefenamat 500 mg
Yudhavit
SEDIAAN KAPSUL
1. Sangobiad
Komposisi : Besi glukomat 250 mg, Mangan sulfat 0,2 mg,
Tembaga sulfat 0,2 mg, Vitamin C 50 mg, Asam folat 1 mg,
Vitamin B12 dengan faktor intrisik 7,5 mg, sorbitol 25
mg/kap.
2. Thiamfi 250 mg
Komposisi : Thiamfenicol 250 mg
6. Pengawasan mutu
Ada beberapa komponen penunjang dalam proses pengendalian
mutu diantaranya adalah :
Pengawasan Mutu
Personalia
Peralatan
Pada hasil penyetripan dilakukan uji mutu (IPC) meliputi tes kebocoran strip.
Tablet yang telah lulus uji mutu siap dikemas sekunder (pengepakan) dan
dikirim ke Instalasi Simpan.
7. distribusi
8. Pengolahan limbah
a. Sumber limbah
- Limbah padat, Terdiri dari Limbah :
1) Obat kadaluarsa
2) Kegiatan produksi meliputi debu bahan formulasi yang
terkumpul dariDust Collector dan Vaccum Cleaner, bekas
kemasan bahan baku, pembantu dan kemasan yang rusak
3) Kegiatan laboratorium meliputi sampah medis agar dan
sampel kadaluarsa
4) Kegiatan kantin karyawan berupa kotoran atau sampah
dapur
5) Kegiatan administrasi perkantoran berupa arsip-arsip
kadaluarsa
6) Sampah kebun atau halaman
- Limbah Cair, Terdiri dari limbah :
1) Kegiatan produksi meliputi pencucian mesin, alat-alat
produksi, pencucian kemasan, sanitasi kemasan, sanitasi
karyawan produksi.
2) Kegiatan laboratorium meliputi pencucian alat, sanitasi
ruangan,sanitasi karyawan, limbah cair sisa pembakaran dan
pelarut bekas reagen.
3) Kegiatan sarana penunjang berupa oli bekas mesin serta
solar bekas cucian alat atau mesin yang diperbaiki
4) Kegiatan sanitasi pabrik atau kantor
b. Pengolahan Limbah
Upaya pengolahan limbah atau cemaran yang dilakukan oleh
LAFIAD . Adalah sebagai berikut :
- Limbah cair selain B-3 diolah sendiri dalam Instalasi
Pembuangan Air Limbah (IPAL)
Proses yang diperlukan dalam pengelolahan limbah cair meliputi
proses fisika, kimia,dan biologi yaitu sebagai berikut :
Proses Fisika
Pada proses ini air limbah hanya dikenakan pada proses penyaringan
saja, yakni menyaring kotoran-kotoran kasar antara lain plastik, karet,
dan sebagainya.
Proses Kimia
Untuk limbah betalaktam setelah melalui proses fisika dilakukan
proses pembasaan untuk memecah cincin betalaktam dengan
menambahkan larutan kapur sampai mencapai pH diatas 11 kemudian
dilanjutkan proses pengendapan sebelum air limbah tersebut dialirkan
menuju pengolahan limbah induk untuk diproses secara bersama-
sama dengan limbah non betalaktam. Proses selanjutnya adalah
proses netralisasi dengan penambahan air kapur sampai mencapain
pH 7-8. Penambahan larutan kapur ini dengan cara memasukkan
dalam bak penampungan dan dilakukan sirkulasi terus menerus. Pada
waktu sirkulasi kran air limbah menuju bak anerob ditutup, setelah
diperkirakan air limbah di bak penampungan homogeny maka kran
menuju ke bak anerob dibuka dan diatur debitnya.
Proses Biologi
Proses ini merupakan penghilangan kontaminan-kontaminan
oleh adanya aktivitas biologis. Pengolahan secara biologis
dimaksudkan oleh adanya aktivitas biologis.Pengolahan secara
biologis dimaksud untuk menghilangkan zat-zat organik biodegradable
(mudah terurai secara biologi).Prinsip dari pengolahan dari biologi ini
adalah penguraian zat organik oleh mikroorganisme baik oleh bakteri
anaerobik maupun bakteri aerobik.Sebagai nutrien dipakai pupuk
NPK. Dalam proses biologi dibagi menjadi 2 yaitu : proses aerob dan
anaerob.
Proses Aerob
Overflow air limbah yang berasal dari proses anaerob akan mengalir
ke dalam bak aerob, sehingga zat organik yang masih ada diuraikan
kembali oleh bakteri aerobik. Sebagai nutrisi ditambahkan pupuk NPK
secara kontinu sesuai dengan kebutuhan. Proses aerobic dilakukan
pada bak terbuka dengan kedalaman kurang dari 3 m yang dilengkapi
dengan aerator tipe injection, dengan lumpur aktif sebanyak kurang
dari 20 % dari volume limbah dan proses berlangsung secara kontinu.
Proses anaerob
Air limbah setelah dinetralkan kemudian dipompakan ke bak
anaerobik, dalam proses ini melibatkan bakteri anaerob untuk
menguraikan zat-zat organik yang tekandung dalam air limbah
tersebut menjadi zat0zat yang sederhana. Proses anaerobik dilakukan
pada bak tertutup dengan kedalam >3m dan berjalan secara kontinu.
Sebagai nutrisi ditambahkan pupuk NPK secara kontinu sesuai
kebutuhan.
d. Proses Pengendapan
Proses ini bertujuan untuk mengendapkan partikel- partikel
yang berasal dari proses aerobik. Endapan yang terbentuk
dipompakan ke dalam bak aerasi yang bertujuan untuk
mempertahankan jumlah lumpur yang ada, sedangkan beningan
dialirkan ke bak biokontrol yang berfungsi sebagai pemantau sebelum
air limbah tersebut dibuang ke badan air.
e. Bak Biokontrol
Bak ini berfungsi sebagai pemantau sebelum air limbah tersebut
digunakan untuk menyiram tanaman dengan memelihara ikan mas
sebagai indikator. Air yang mengalir ke dalam bak biokontrol, diperiksa
secara rutin dua kali seminggu sesuai SK GUB. KDKI NO 582/1995
parameter yang diperiksa antara lain kendungan Chemical Oxygen
Demand (COD), BiologicalOxygen Demand (BOD), Total Solid
Suspensi (TSS), pH, phenol dan zat organik (KmnO4).
B. PT ULTRA JAYA MILK INDUSTRY Tbk
1. Sejarah Perusahaan
B. PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk dimulai dari pabrik susu rumahan
pada tahun 1958 di Bandung - Jawa Barat. Perusahaan multinasional yang
memproduksi minuman yang bermarkas di Padalarang, Kab. Bandung,
Indonesia. Beralamat di Jln. Raya Cimareme 131, Padalarang, Kab.
Bandung. Perusahaan ini awalnya merupakan industri rumah tangga,
kemudian menjadi suatu entitas perseroan terbatas pada tahun 1971.PT
Ultrajaya melebarkan sayap bisnisnya menjadi PT Ultrajaya Milk Industry &
Trading Company.Perusahaan ini merupakan pioner di bidang industri
minuman dalam kemasan di Indonesia, dan sekarang memiliki mesin
pemroses minuman tercanggih se-Asia Tenggara.
Visi
Misi
5. Produksi
d. Ultra mimi
2. Minuman teh UHT
a. Teh kotak jasmine tea
7. Distibusi
Kekuatan utama PT Ultrajaya terletak pada visi pemasaran yang
terfokus terus menerus membangun merek yang kuat dan memerlebar ragam
produk makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhan konsumen
Indonesia.Untuk melaksanakan hal ini, PT Ultrajaya telah melakukan
investasi yangsignifikan dalam aktivitas pemasaran, teknologi,
pengembangan produk dan yang paling penting, distribusi.Perusahaan ini
termasuk salah satu perusahaan di Indonesia yang memiliki jaringan
distribusi yang paling luas, mencakup seluruh daerah Indonesia, mulaidari
Sumatera di ujung Barat hingga Papua di ujung Timur. Hal ini dapat
dicapaioleh adanya sistem distribusi yang terdiri dari 2,500 grosir yang
bersama-samamelayani lebih dari 25,000 toko ritel (toko moderen dan
tradisional), hotel dan pelanggan komersial.Jaringan distribusi ini juga
didukung oleh jaringan penjualan PT Ultrajayayang terdiri dari lebih 300
tenaga penjual, lebih dari 100 kendaraan, serta 9 depodan kantor cabang di
kota-kota besar, ditambah lagi oleh beberapa distributor lokal.
Pasar utama PT Ultrajaya adalah Indonesia dengan populasi 200 juta
orangyang memiliki tingkat daya beli yang meningkat. Pasar domestik
mencapai 90 persen dari total produksi perusahaan ini. Namun sejak 1988,
perusahaan inimulai aktif memasuki pasar ekspor ke negara-negara tertentu.
8. Pengolahan limbah industri
Berawal dari keinginan pasangan suami istri Siem Thiam Hie yang
lahir pada tanggal 28 Januari 1897 dan wafat 12 April 1976 bersama
istrinya Ibu Rakhmat Sulistio yang terlahir pada tanggal 13 Agustus 1897
dengan nama Go Djing Nio dan wafat 14 Februari 1983, memulai usaha
pertamanya dengan membuka usaha Melkrey, yaitu usaha pemerahan
susu yang besar di Ambarawa.
Visi
Misi
3. Struktur organisasi
4. Sarana dan fasilitas
b. Lantai Bangunan
c. Ventilasi
d. Penerangan
a. Unclassified Area
b. Black Area
Area ini disebut juga area kelas E. Ruangan ataupun area yang
termasuk dalam kelas ini adalah koridor yang menghubungkan ruang
ganti dengan area produksi, area staging bahan kemas dan ruang
kemas sekunder.Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu
dan pakaian black area (dengan penutup kepala).
c. Grey Area
Area ini disebut juga area kelas D. Ruangan ataupun area yang
masuk dalam kelas ini adalah ruang produksi produk non steril,
ruang pengemasan primer, ruang timbang, laboratorium
mikrobiologi(ruang preparasi, ruang uji potensi dan inkubasi),ruang sa
mpling digudang. Setiap karyawan yang masuk ke area ini
wajib mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara
black area dan grey areadibatasi ruang ganti pakaian grey dan
airlock.
d. White Area
5. Produksi
Beverage & Confectionery (Minuman & Permen): Kopi Jahe Sido
Muncul, Kopi Jahe Sido Muncul RG, Kuku Bima Kopi Jahe, Kuku Bima
Kopi Ener-G, Permen Tolak Angin, Permen Kunyit Asam, dan Permen
Jahe Wangi.
Energy Drink (Minuman Energi): Colla Mill, Kuku Bima Ener-G! Vitamin
C, Kuku Bima Ener-G Botol, dan Kuku Bima Ener-G.
Healthy Drink (Minuman Kesehatan): Susu Jahe Sido Muncul, Sido
Muncul C 1000, ESTE-EMJE, Beras Kencur, dan Premium Produk.
Herbal Medicine (Obat Herbal): Anak Sehat, Jamu (Kuku Bima, Kuku
Bima Ginseng, Kuku Bima TL Ginseng Plus Kuda Laut, Kuku Bima TL
Plus Tribulus, Bancar Darah, Batuk, Bersalin, Cabe Puyang, Encok,
Galian Delima Putih, Galian Montok, Galian Parem, Galian Putri,
Galian Sepet Wangi, Galian Singset, Gatal, Gemuk Sehat, Hamil
Muda, Hamil Tua, Jampi Usus, Jerawat, Kencing Batu, Klingsir, Lancar
Seni, Mejen, Nifas, Param Tahun, Pa’Tani, Pegal Linu, Pegal Linu
Ginseng, Pewangi Bulan, Pria Perkasa, Raga Prima, Sakit Pinggang,
Resikda, Sakit Perut, Sariawan, Sari Turas, Sariawan Usus, Sawanan,
Segar Bugar, Sehat Pria, Sekalor, Sehat Wanita, Selesma, Selokarang
Sekalor, Sesak Napas, Tambah Darah, Tensi/Darah Tinggi, Tujuh
Angin, Ulu Hati, Wasir), Jamu Komplit (Jamu Kuku Bima Komplit,
Jamu Pegel Linu Komplit, Jamu Tolak Angin Komplit, Jamu Komplit
Sehat Wanita, Jamu Komplit Sehat Pria, Jamu Komplit Sakit
Pinggang), Tolak Angin (Tolak Angin Anak, Tolak Angin Flu, Tolak
Angin Cair, Tolak Angin Serbuk, Tolak Angin Tablet).
Supplement & Others: Sido Muncul Herbal (Sari Kulit Manggis, Sari
Daun Pepaya, Sari Daun Sirsak, Sari Kunyit).
6. Pengawasan mutu
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOTB yang
berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian,
serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah
dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan
serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum
mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri obat
tradisional hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Fungsi ini
hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai
hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi
Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat
diandalkan.
7. Distribusi
Beberapa produk unggulan dari PT. Sido Muncul antara lain
Tolak Angin dan Kuku Bima Ener-G .Tolak Angin kini lebih difokuskan
pada segmen menengah atas, setelah sebelumnya sukses membidik
segmen bawah. Hingga kini market share Tolak Angin di kelas obat
cair mendominasi hingga 70%. Penjualan Tolak Angin mencapai 3
juta sachet per bulan, lebih tinggi dibanding rata-rata penjualan pada
tahun 2008 sekitar 2,5 juta sachet per bualan. Variasi Produk dari
Tolak Angin sendiri antara lain adalah Tolak Angin Flu dan Permen
Tolak Angin. Diharapkan dari adanya variasi produk ini akan
meningkatkan penjualan produk unggulan dari PT. Sido Muncul ini.
8. Pengolahan limbah
Sebagai perusahaan yang bahan bakunya tanaman, PT. Sido
Muncul tidak ingin kehadirannya menghasilkan limbah yang dapat
merusak alam, sehingga berupaya untuk melestarikan aneka tanaman
obat yang ada di Indonesia.Perseroan mempunyai nilai-nilai yang
terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan dan sangat percaya
bahwa kemajuan perusahaan juga ditentukan oleh hal
tersebut.Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lngkungan, PT.
SdoMuncul telah melakukan uapaya untuk menangani limbah cair.
Untuk menangani limbah cair, di lokasi pabrik dipasang instalasi
pengolahan air limbah sehingga air limbah dapat diolah menjadi air
yang bisa digunakan untuk menyirami tanaman.
Sedangkan limbah padat dari buangan sisa ekstraksi akan
diolah menjadi pupuk organik, yang bisa digunakan untuk memupuk
tanaman. Dengan upaya penanganan limbah tersebut, diharapkan PT.
SidoMuncul menjadi perusahaan yang ramah lingkungan, dan lokasi
seputar pabrik menjadi asri karena tanaman tumbuh subur.
D. PT. VICTORIA CARE (HERBORIST)
1. Sejarah dan perkembangan
PT. Victoria care indonesia saat ini telah menjadi mitra kerja
Secret Garden Villa berada di daerah dataran tinggi di atas lahan sekitar
3,7 hektar dengan pemandangan alam pegunungan dengan udara sejuk,
memiliki bangunan dengan arsitektur yang unik dengan design kontemporer
yaitu design modern dipadukan dengan tradisional Bali. Saat anda berada di
destinasi wisata ini, anda bisa menjelajahi tiap ruang yang disediakan dengan
ciri khasnya masing – masing.
Misi
5. Produksi
a. Persiapan
Produk yang di proses disini adalah sabun, handbody dan sampo. Untuk
sabun dapat menampung sampai dengan 500 kg bahan baku untuk sekali
produksi, waktu yang dibutuhkan untuk sekali produksi kurang lebih 4-6 jam
kerja, sedangkan untuk cream kapasitasnya sampai 2 ton. Dari proses mixing
ini kemudian bahan setengah jadi akan di cetak di lantai 1.
Perusahaan ini sudah memiiki produk yang tersertifikasi halal MUI yaitu
produk daun sirih dan minyak zaitun.
Kapasitas produksi mesin ini hingga 2 ton dan dapat menghasilkan sampai
20.000 botol/ 10 ml .
4. Pengawasan mutu
Visi
Untuk mengatur penerapan CPOB dan melakukan inspeksi diri di PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk. dibentuk komisi khusus CPOB yang berada dibawah
bidang pemastian mutu.Di bidang ini juga membuat laporan validasi.Program
inspeksi diri dalam PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. terus dilaksanakan untuk
menilai apakah seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu selalu
memenuhi pedoman CPOB.Inspeksi diri dilakukan melalui Internal Quality
Audit (IQA) yang dilakukan setiap enam bulan dan bertujuan untuk menilai
seluruh kegiatan produksi yang berlangsung agar senantiasa memenuhi
CPOB dan ISO. IQA merupakan tanggung jawab bagian pemastian mutu dan
biasanya dilaksanakan melaui pembentukan tim inspeksi diri yang telah
diseleksi.
Dalam hal produktivitas kerja, disetiap proses produksi di PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk. dilakukan pengukuran man hours dengan tujuan mengetahui
kapasitas kerja karyawan sehingga dapat diperkirakan kapan dan berapa
lama suatu proses produksi dapat diselesaikan dengan jumlah karyawan dan
kapasitas mesin yang ada. Terdapat metode baru yang telah diterapkan oleh
PT. Indofarma (Persero) Tbk., yaitu teknik Line Balancing yang sampai saat
ini masih disesuaikan dengan situasi dan kondisi intern perusahaan. Maksud
dari teknik ini yaitu adanya penyesuaian antara volume pekerjaan, kinerja
mesin dan jumlah karyawan.
7. DISTRIBUSI
Kegiatan distribusi dilaksanakan oleh PT Kimia Farma Trading & Distribution
(KFTD), anak perusahaan yang bertugas untuk mendistribusikan produk-
produk farmasi yang diproduksi PT Kimia Farma (Persero) Tbk ke channel-
channel yang tersebar ke seluruh nusantara.
Dalam rangka memperluas pangsa di pasar farmasi nasional dan
internasional, Perseroan senantiasa memastikan bahwa seluruh cabang
memperoleh sertifikat dan memahami dengan baik Cara Distribusi Obat yang
Baik (CDOB), serta berupaya mengurangi terjadinya sales opportunity loss
yang saat ini masih berada di kisaran 26%
Jalur Distribusi
Jalur distribusi Kimia Farma diawali dari Pabrik Kimia Farma yang kemudian
disalurkan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF). Selanjutnya, PBF akan
menyalurkan atau mendistribusikan obat tersebut kepada Apotek, Instalasi
Farmasi Dumah Sakit, Balai Pengobatan dan Toko Obat
Khusus untuk sediaan farmasi berupa narkotika dan psikotropika memiliki
jalur distribusi khusus.Untuk narkotika hanya bisa disalurkan dari Industri
Farmasi kepada Pedagang Besar Farmasi tertentu, Apotek, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu, dan Rumah
Sakit.Kemudian dilanjutkan dari PBF disalurkan kepada PBF tertentu
lainnya, apotek, dan lembaga ilmu pengetahuan.
Sebagai upaya untuk melaksanakan aktivitas distribusi sebaik-baiknya serta
dalam menunjang program JKN, KFTD telah memperluas jaringan
distribusinya menjadi sebagai berikut :
47 Pedagang Besar Farmasi (PBF)
1 Gudang Logistik
8. PENGOLAHAN LIMBAH
Pengolahan limbah yang ada di Industri PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Medan diantaranya:1.Pengolahan Limbah Cair Sumber limbah
cair berasal dari air cucian atau bilasan di ruang produksi dan air
cucian atau bilasan alat-alat di laboratorium.
Proses pengolahan limbah cair yaitu:
a.Limbah cair yang dikeluarkan dari ruangan melalui Saluran Masuk
(A) ditampung dalam Bak Penampungan (B).
b.Selanjutnya dipompakan dengan Mesin Pompa (C) ke Bak Netralisasi
(D).
c.Pada Bak Netralisasi (D) bila perlu, ditambahkan air kapur untuk
menetralkan limbah cair yang dikeluarkan. Selanjutnya limbah cair yang telah
netral dialirkan ke Bak Aerasi I (E)
d.Pada Bak Aerasi I (E) dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator
yang bertujuan untuk menginjeksikan udara ke dalam bak tersebut
supaya bakteri aerob yang terdapat dalam bak tersebut dapat
melakukan penguraian bahan-bahan organik yang terdapat dalam
limbah cair tersebut. Selanjutnya juga dialirkan ke Bak Aerasi II (F).
e.Pada Bak Aerasi II (F) juga mendapat perlakuan yang sama dimana
dilakukan aerasi dengan menggunakan aerator yang bertujuan untuk
menginjeksikan udara ke dalam bak tersebut supaya bakteri aerob yang
terdapat dalam bak tersebut dapat melakukan penguraian bahan-bahan
organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut. Lalu dialirkan ke Bak
Sedimentasi (G).
f.Pada Bak Sedimentasi (G), limbah cair tersebut didiamkan atau
diendapkan beberapa hari selanjutnya dialirkan ke Bak Biokontrol (H).
g.Pada Bak Biokontrol (H), dilakukan pengujian terhadap hasil pengolahan
limbah cair tersebut berupa nilai BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD
(Chemical Oxygen Demand) bila telah memenuhi syarat nilai BOD.
F. MATERIA MEDICA BATU MALANG
Materia Medica Batu merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur yang berlokasi di Kota Batu. Tugas
pokok BMM adalah penyuluhan dan pengelolaan Tanaman Obat meliputi
Tanaman Obat Tradisional dan Tanaman Obat yang mengandung bahan
baku obat. Materia Medica Batu yang terletak di Jl. Lahor No. 87
Batu.Materia Medica Batu terletak di lingkungan Desa Pesanggrahan yang
letak lokasinya berbatasan dengan Kelurahan Ngaglik di wilayah Kota Batu.
Berdasarkan letak geografisnya Balai Materia Medica terletak pada
ketinggian ± 875 mdpl dengan suhu ± 20 – 25 C. Materia Medica Batu
memiliki luas tanah dan bangunan seluas 2.1 Ha. Selain itu, Materia Medika
Batu juga mempunyai dua lahan lain yang digunakan untuk penanaman
tanaman obat yaitu yang terletak di di belakang RS Paru Batu seluas satu
hektar dan di daerah Kejayan Pasuruan. Materia Medica didirikan sejak tahun
1960 oleh almarhum Bapak R.M.Santoso yang juga merupakan salah satu
pendiri Hortus Medikus Tawang Mangu yang sekarang berubah menjadi
Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional.
Berdirinya UPT Materia Medica diawali dari hasil pengamatan beliau bahwa
tidak semua tanaman obat yang ada di Indonesia dapat dikoleksi pada satu
daerah saja. Hal ini disebabkan karena adaptasi tanaman terhadap
lingkungannya terutama terhadap iklim sangatlah berbeda, mengingat bahwa
Indonesia secara garis besar terdiri dari tipe iklim basah, daerah sedang dan
daerah kering, maka kebun Tawang Mangu yang berdiri sejak tahun 1948
merupakan daerah iklim sedang sampai basah. Sedangkan untuk tanaman
daerah sedang sampai kering perlu adanya kebun koleksi lain yang bisa
mewakili tipe iklim tersebut.
Dari hasil pengamatan Beliau karesidenan Malang adalah daerah yang cocok
untuk didirikan kebun koleksi tanaman obat dari tipe iklim sedang sampai
kering. Sebagai realisasi dari gagasan beliau itu untuk mendirikan kebun
koleksi tanaman obat didaerah sedang dan kering di wilayah Batu dan
Nongko Jajar, karena waktu itu Nongkojajar adalah daerah yang sulit
transportasinya, maka ditetapkan Batu sebagi
kebun koleksi sampai sekarang dan dikenal sebagi Balai Materia Medica
Pengelolaan kebun percobaan ini dilakukan oleh yayasan Farmasi yang
bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur. Sebelum kebun
percobaan ini jadi, tahun1963 Bapak RM Santoso meninggal dunia.Untuk
kelangsungan Balai Materia Medica oleh Bapak Dr.Modarso selaku Inspektur
Kesehatan Jawa Timur ditunjuk Bapak R.Soehendro (Kepala Dinas
Perkebunana Rakyat Kab.Malang) sebagi pejabat sementara Pimpinan
Kebun Balai Materia Medica sampai mendapatkan pimpinan yang
baru.Tahun 1964 BMM mendapat pimpinan baru yaitu Ir.NV.Darmago, beliau
diangkat oleh Dinas Kesehatan Jawa Timur sebagi tenaga tetap di Kebun
Materia Medica hingga tahun 1970.Tahun 1970 atas permohonan sendiri
Ir.NV Darmago meletakan jabatannya, kemudian selaku pipmpinan kebun
Materia Medica dipegang oleh Ir.Wahyu Soeprapto.Pertengahan tahun 1970
terjadi perubahan status dari milik swasta menjadi milik pemerintah yaitu
Dinas Kesehatan daerah Tingkat I Jawa Timur Direktorat Farmasi Jawa
Timur.Tahun 2000 hingga April 2005 selaku Pelaksana Teknis Materia
Medica Batu dipegang oleh Dra.Hj. Siti Hidjrati Arlina. Selanjutnya April 2005
secara definititif Materia Medica dipimpin oleh Bapak B.Soegito,SKM.Kes
hingga 31 April 2008. Mulai 1 Mei 2008 hingga 31 Desember untuk
sementara kepala Materia Medica dipegang oleh Bu Etty Retno, Apt.
(Sebagai PLt). Sejak 1 Januari 2009 hingga sekarang yang mejadi kepala
UPT Materia Medica adalah Drs. Husin RM., Apt, Mkes. Setelah tahun 1978
dengan berfungsinya Direktorat Daerah Farmasi Jawa Timur menjadi sub
Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang sekarang menjadi
Badan POM, maka pengelolaan Materia Medica Batu diserahkan kepada
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur hingga sekarang.
MISI
5. Produksi
a. Alat:
b. Bahan
c. Cara membuat
Khasiat: Obat pencahar, rematik, penyakit kulit, batu ginjal, keputihan, wasir.
Khasiat: Obat cacing, tipus, obat haid tidak teratur, peluruh air seni, batuk.
- Sistem
Produk jadi yang masih berada dalam industri maupun yang ada di
peredaran hendaklah dipantau secara berkala.
- Tugas Pokok
Ikut serta dalam program inspeksi diri bersama bagian lain dalam industri.
7. Distribusi
Dengan adanya HERBAL MART, sebagai bagian dari UPT Materia Medica
Batu, masyarakat Indonesia pada umunya dan masyarakat jawa Timur pda
khususnya nantinya dapat dengan mudah memperoleh khasiat jamu maupun
berbagai produk olahan tanaman obat yang bisa dipertanggung jawabkan
dan di produksi secara baik dan benar.
8. Pengolahan limbah
Pupuk dicampur rata pada seluruh bagian dan ditutup dengan penutup
tertentu seperti tong atau tenda terpal. Hal ini bertujuan untuk menghindari
masuknya air kedalam campuran bahan baku pupuk tersebut. Biar air masuk
kedalam campuran tersebut maka dapat melarutkan atau menghilangkan
kandungan nutrisi tanaman tersebut.Selain itu, peletakan campuran pupuk
diolah dengan alas yang bukan tanah seperti semen maupun batako karena
bertujuan untuk mengurangi hilangnya kompenen nutrisi pupuk tersebut.
Pupuk yang telah ditutup akan mengoptimalkan proses fermentasi oleh
bakteri pengurai yang ada didalam pupuk sehingga di harapkan nutrisi mikro
yang diperlukan tanaman dapat terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Cara Pembuatan Obat Baru (CPOB). Depkes RI. Jakarta.
BPOM RI. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.
https://www.kintamani.id/secret-garden-village-bedugul-pilihan-wisata-
edukatif-kekinian-yang-ngehits-di-bali-006174.html
https://www.academia.edu/25885334/universitas_indonesia_konsep_herbal_i
ndonesia_pemastian_mutu_produk_herbal
http://id.wikipedia.org/wiki/Fakultas_Farmasi_Universitas_Indonesia
file:/// profile-pt.victoria-care-indonesia.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Sido_Muncul
http://lafi.kesad.mil.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Islam_Indonesia
http://materiamedicabatu.jatimprov.go.id/profile
https://materiamedicabatu.wordpress.com/fasilitas/
http://petaniberdasi-laporan-fieldtrip-materia-medica-batu.html
https://materiamedicabatu.wordpress.com/
https://www.scribd.com/pengolahanmateriamedica
www.ultrajaya.co.id
LAMPIRAN