Anda di halaman 1dari 48

PERBEKALAN KESEHATAN

RUMAH TANGGA (PKRT)

By : Syafdal Farisi, S.Fam., Apt


NPM : 260120160026

FAKULTAS FARMASI
MAGISTER FARMASI KONSENTRASI AFKM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH
TANGGA (PKRT)

PKRT adalah alat, bahan, atau


campuran bahan untuk
pemeliharaan dan perawatan
kesehatan untuk manusia,
pengendali kutu hewan
peliharaan, rumah tangga dan
tempat umum.
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH
TANGGA (PKRT)

Kelas I (Resiko Rendah)


PKRT yang pada penggunaannya
tidak menimbulkan akibat yang berarti
seperti iritasi, korosif, karsinogenik.
PKRT ini sebelum beredar perlu
mengisi formulir pendaftaran tanpa
harus disertai hasil pengujian
laboratorium.
Contoh: kapas , tissue.
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH
TANGGA (PKRT)
Kelas II (Resiko Sedang)
PKRT yang pada penggunaannya dapat
menimbulkan akibat seperti iritasi, korosif
tapi tidak menimbulkan akibat serius seperti
karsinogenik. PKRT ini sebelum beredar perlu
mengisi formulir pendaftaran dan memenuhi
persyaratan disertai hasil pengujian
laboratorium.
Contoh: Deterjen, Alkohol.
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH
TANGGA (PKRT)
Kelas III (Resiko Tinggi)
PKRT yang mengandung Pestisida dimana
pada penggunaannya dapat menimbulkan
akibat serius seperti karsinogenik. PKRT ini
sebelum beredar perlu mengisi formulir
pendaftaran dan memenuhi persyaratan,
melakukan pengujian pada laboratorium yang
telah ditentukan serta telah mendapatkan
persetujuan dan KOMISI PESTISIDA.
Contoh: Anti nyamuk bakar, repelan.
Sertifikat produksi PKRT
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
kelas meliputi :
a. Sertifikat Produksi PKRT Kelas A, yaitu sertifikat yang
diberikan kepada pabrik yang telah menerapkan Cara
Pembuatan PKRT yang Baik secara keseluruhan
sehingga diizinkan untuk memproduksi PKRT kelas I,
kelas II, dan kelas III;
b. Sertifikat Produksi PKRT Kelas B, yaitu sertifikat yang
diberikan kepada pabrik yang telah layak memproduksi
PKRT kelas I dan kelas II, sesuai ketentuan Cara
Pembuatan PKRT yang Baik; dan
c. Sertifikat Produksi PKRT Kelas C, yaitu sertifikat yang
diberikan kepada pabrik yang telah layak memproduksi
PKRT kelas I dan kelas II tertentu, sesuai ketentuan
Cara Pembuatan PKRT yang Baik.
KATEGORI DAN SUB KATEGORI
PKRT
1. TISSUE DAN KAPAS
a. Kapas kecantikan
b. Facial tissue
c. Toilet tissue
d. Tissue basah
e. Tissue makan
f. Cotton bud
g. Paper towel
h. Tissue dan kapas lainnya
KATEGORI DAN SUB KATEGORI
PKRT
2. SEDIAAN UNTUK MENCUCI
a. Sabun cuci
b. Deterjen
c. Pelembut cucian
d. Pemutih
e. Enzim pencuci
f. Pewangi pakaian
g. Sabun cuci tangan
h. Sediaan untuk mencuci lainnya
KATEGORI DAN SUB KATEGORI
PKRT
3. PEMBERSIH
a. Pembersih peralatan dapur
b. Pembersih kaca
c. Pembersih lantai
d. Pembersih porselen
e. Pembersih kloset
f. Pembersih mebel
g. Pembersih karpet
h. Pembersih mobil
i. Pembersih sepatu
j. Penjernih air
k. Pembersih Iainnya
KATEGORI DAN SUB KATEGORI
PKRT

4. ALAT PERAWATAN BAYI


a. Dot dan sejenisnya
b. Popok bayi
c. Botol susu
d. AIat perawatan bayi lainnya
KATEGORI DAN SUB KATEGORI
PKRT

5. ANTISEPTIKA DAN DESINFEKTAN


a. Antiseptika
b. Disinfektan
c. Antiseptika dan disinfektan
Iainnya
KATEGORI DAN SUB KATEGORI
PKRT

6. PEWANGI
a. Pewangi ruangan
b. Pewangi telepon
c. Pewangi mobil
d. Pewangi kulkas
e. Pewangi lainnya
KATEGORI DAN SUB KATEGORI
PKRT

7. PESTISIDA RUMAH TANGGA


a. Pengendali serangga
b. Pencegah serangga
c. Pengendali kutu rambut
d. Pengendali kutu binatang
peliharaan (bukan ternak)
e. Pengendali tikus rumah
f. Pestisida rumah tangga Iainnya
PERUNDANG-UNDANGAN
PKRT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1190/MENKES/PER/VIII/2010

TENTANG

IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN


PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH
TANGGA
IZIN EDAR

Izin yang di berikan kepada perusahaan untuk


produk alat kesehatan atau perbekalan kesehatan
rumah tangga, yang akan diimpor, digunakan
dan/atau diedarkan di wilayah Republik
Indonesia, berdasarkan penilaian terhadap mutu,
keamanan, dan kemanfaatan.
KRITERIA UNTUK MEMPEROLEH
IZIN EDAR
a. keamanan dan kemanfaatan alat kesehatan,
yang dibuktikan dengan melakukan uji klinis
dan/atau bukti-bukti lain yang diperlukan;
b. keamanan dan kemanfaatan PKRT dibuktikan
dengan menggunakan bahan yang tidak
dilarang dan tidak melebihi batas kadar yang
telah ditentukan sesuai peraturan dan/atau
data klinis atau data lain yang diperlukan; dan
c. mutu, yang dinilai dari cara pembuatan yang
baik dan menggunakan bahan dengan
spesifikasi yang sesuai dan memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
PEMBINAAN PKRT

Pemerintah, pemerintah daerah


provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota melakukan pembinaan
secara berjenjang terhadap segala
kegiatan yang berhubungan dengan
peredaran alat kesehatan dan PKRT.
PEMBINAAN PKRT

Pembinaan sebagaimana dimaksud diarahkan


untuk :
a. memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat
kesehatan dan/atau PKRT yang memenuhi
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan;
b. melindungi masyarakat dari bahaya
penggunaan Alat Kesehatan dan PKRT yang tidak
tepat dan/atau tidak memenuhi persyaratan
mutu, keamanan, dan kemanfaatan; dan
c. menjamin terpenuhinya atau terpeliharanya
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan
alat kesehatan dan/atau PKRT yang diedarkan.
PEMBINAAN PKRT

Pembinaan sebagaimana dimaksud diarahkan


untuk :
a. memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat
kesehatan dan/atau PKRT yang memenuhi
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan;
b. melindungi masyarakat dari bahaya
penggunaan Alat Kesehatan dan PKRT yang tidak
tepat dan/atau tidak memenuhi persyaratan
mutu, keamanan, dan kemanfaatan; dan
c. menjamin terpenuhinya atau terpeliharanya
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan
alat kesehatan dan/atau PKRT yang diedarkan.
PEMBINAAN PKRT

Pembinaan dilaksanakan dalam bidang:


a. informasi produk;
b. perdagangan;
c. sumber daya manusia;
d. pelayanan kesehatan; dan
e. periklanan.
PENGAWASAN PKRT

Pemerintah, pemerintah daerah


provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota melakukan
pengawasan secara berjenjang dengan
melibatkan produsen dan distributor
alat kesehatan dan/atau PKRT sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-
masing.
PENGAWASAN PKRT

Pengawasan sebagaimana dimaksud


dilaksanakan melalui :
a. pengawasan oleh
produsen/distributor;
b. pengawasan oleh pemerintah;
c. pengawasan oleh masyarakat; dan
d. tanggung jawab.
PENGAWASAN PKRT

Pengawasan oleh Pemerintah, pemerintah


daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota dilakukan berupa:
a. audit terhadap informasi teknis dan
klinik;
b. pemeriksaan terhadap sarana produksi
dan distribusi;
c. sampling dan pengujian; dan
d. pengawasan penandaan dan iklan.
PENGAWASAN PKRT

Pengawasan oleh produsen/penyalur/importir


dilakukan berupa :
a. audit terhadap informasi alat kesehatan
dan/atau PKRT yang didapat dari sarana
distribusi/penyalur;
b. pemeriksaan kembali terhadap produk untuk
mengetahui kejadian yang tidak diinginkan; dan
c. melaporkan kepada Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota tentang kejadian yang tidak
diinginkan.
TISU
SEJARAH TENTANG TISU
Jepang merupakan negara pertama yang
menggunakan tisu yang dikenal dengan
nama washi, semacam kertas tipis. Pada
Tahun 1942, tisu mulai popular di
Amerika digunakan untuk membersihkan
make-up oleh tata rias Hollywood.
Semakin berkembangnya zaman, tisu
sudah diproduksi dalam berbagai
macam bentuk disesuaikan dengan
fungsinya.
TISU
Tisu merupakan produk yang berbahan
dasar selulosa atau kertas bekas yang
diolah kembali (recycling). Produk dari
kertas tisu bisa terdiri dari satu atau
beberapa lapis yang dikemas dalam
bentuk lembaran / gulungan / lipatan
dengan atau tanpa laminasi, cetakan,
berbagai perlakukan setelah proses
produksi selesai (penambahan pewangi,
dll).
PEMBUATAN TISU
Tisu dan produk higiene lainnya
mengandung selulosa sampai 99%.
Sedangkan selulosa sendiri bahan bakunya
dari kayu. Pada prosedur sulfit digunakan
larutan sulfit atau hidrogensulfit, sedangkan
pada prosedur sulfat digunakan campuran
natrium hidroksida, natrium sulfida, natrium
karbonat, natrium sulfat, dan natrium sulfit.
Penggunaan kedua prosedur tersebut
dimaksudkan untuk melarutkan lignin yang
mengikat serat kayu.
PEMBUATAN TISU
Serat selulosa yang diperoleh
dipisahkan dan dicuci sampai semua
bahan kimia tersebut terbilas bersih dari
serat selulosa. Setelah dilakukan
pengolahan tersebut serat selulosa yang
diperoleh masih berwarna gelap karena
masih mengandung lignin.
PEMBUATAN TISU
Bleaching agents yang digunakan bisa
mencapai 30 kg per ton serat selulosa.
Namun demikian, bahan kimia tersebut
hampir seluruhnya terbuang selama
proses pencucian. Residu yang masih
ada pada produk akhir sudah tidak aktif.
PEMBUATAN TISU
Untuk menghilangkan warna, dilakukan
proses bleaching menggunakan
oksidator. Pada cara lama digunakan klor
elemental (Cl2), sedangkan pada cara
baru, digunakan prosedur bleaching-
oksigen dimana klordioksida, hidrogen
peroksida, atau ozon berfungsi sebagai
oksidator. Saat ini dikenal metode
bleaching ECF (Elemental Chlor Free)
dan TCF (Total Chlor Free), tergantung
oksidator yang digunakan.
PEMBUATAN TISU
Bahan-bahan yang perlu diperhatikan (selain
bleaching pada proses pembuatan) :
1. Bahan mentah
Bahan mentah yang digunakan untuk pembuatan
tisu bisa berasal dari serat asli (yang sebelumnya
belum pernah digunakan), serat daur ulang (yang
sudah digunakan sebelumnya), atau campuran
keduanya. Apabila menggunakan serat daur ulang,
harus memperhatikan klasifikasi bahan-bahan apa
saja yang boleh digunakan dan tidak boleh
digunakan, perlakuan untuk daur ulang, tes produk
akhir setelah daur ulang, proses
penggabungan/pencampuran dengan matriks.
PEMBUATAN TISU
Bahan-bahan yang perlu diperhatikan (selain
bleaching pada proses pembuatan) :
2. Bahan penguat keadaan kering
Bahan penguat yang dibatasi penggunaannya
adalah glyoxylated polyacrylamide, kopolimer
dari asam akrilat dan akrilamida, serta
modifikasi dari poliakrilamida.
3. Bahan laminasi
Bahan yang dibatasi secara spesifik
penggunaannya adalah kopolimer etilen adan
asam akrilat, poliuretan, dan kopolimer dari
stiren dan asam akrilat.
PEMBUATAN TISU
Bahan-bahan yang perlu diperhatikan (selain
bleaching pada proses pembuatan) :
4. Bahan lainnya
Penggunaan polietilen glikol (PEG) hanya diijinkan
apabila monoetilen glikol yang ada kurang dari 0,2
% dari total PEG dan total PEG yang ada kurang dari
7 % dari kertas tisu. Bahan pemutih/fluorosens yang
boleh digunakan dalam kertas tisu dan serbet
maksimum 0,3 %. Selain itu, penggunaan diester
dari garam amonium kuarterner hanya diijinkan
apabila jumlahnya kurang dari 0,1 % total produk
dan penggunaan senyawa asam butandioat, sulfo,
1,4-bis(2-etilheksil)ester, garam sodium tidak
melebihi 0,8 mg/dm2 dari total produk.
JENIS DAN FUNGSI TISU
Tisu wajah, dibuat dengan tekstur yang
lembut khusus untuk membersihkan wajah
dari debu dan kotoran
Tisu toilet, digunakan sebagai pembersih
ketika berada di toilet, biasanya tisu toilet
juga disebut dengan tisu roll. Tisu roll ini ada
dua macam jenis, core (karton dibagian
tengah) dan coreless (tanpa karton dibagian
tengah)
Tisu pocket, bahan sama dengan tisu facial
namun dikemas dengan kemasan lebih kecil
agar praktis, dapat ditaruh di saku celana
JENIS DAN FUNGSI TISU
Travel pack, bahan sama dengan tisu facial
namun dikemas dengan kemasan sedang agar
lebih praktis, dapat ditaruh dalam tas dibawa
saat bepergian
Hand towel, digunakan sebagai pembersih
setelah cuci tangan, tisu ini ditempatkan
dikamar mandi dan biasanya dekat dengan
wastafel. Tisu ini sering digunakan oleh
perusahaan dan mall.
Tisu pop up, tisu ini biasanya ditempatkan
pada meja makan, untuk membersihkan sisa
makanan di mulut dan dikemas dengan tujuan
agar pengambilannya mudah.
JENIS DAN FUNGSI TISU
Kitchen towel, tisu ini biasanya digunakan
sebagai serbet, membersihkan lemak, juga
dapat digunakan sebagai tatakan makanan
dipiring. Tisu ini aman bersentuhan dengan
makanan
Tisu napkin, tisu ini biasanya digunakan
sebagai pembungkus alat makan seperti
sendok, garpu dan pisau. Banyak digunakan
pada catering.
Tisu basah, teksturnya yang lembut dan
basah biasanya digunakan untuk wajah yang
lembab juga dapat digunakan untuk bayi.
TISU MUKA, TISU MAKAN,
TISU TOILET
TISU MUKA
SNI 14-0173-2002
Persyaratan mutu kertas tisu muka
No Jenis Uji Satua Persyaratan
. n
1 Komposisi pulp - Pulp kimia putih dapat dicampur
dengan pulp mekanis putih dan atau
kertas bekas tisu muka pra pakai
2 Gramatur g/m2 12,5 18
3 Ketahanan tarik kN/m Min. 0,11
kering
4 Ketahanan tarik N/m Min. 10
basah
5 Ketahanan sobek Gr Min. 6,4
6 pH - 6,4 7,5
7 Kadar abu % Maks. 2
8 Daya serap air Mm Min. 10
9 Derajat putih % Min. 88
TISU MUKA
SNI 14-0173-2002

hanan Tarik Basah adalah daya tahan maksimum jalur ke


telah dibasahi air, terhadap gaya tarik yang bekerja pada
a
TISU MUKA
SNI 14-0173-2002

hanan Tarik adalah daya tahan maksimum jalur pulp, kert


karton terhadap gaya tarik yang bekerja pada kedua ujung
tersebut sampai putus dinyatakan dalam satuan gaya
atuan lebar jalur uji, diukur pada kondisi standar.
TISU TOILET
SNI 0103:2008
TISU TOILET
SNI 0103:2008

Cara uji keadaan


lembaran : (Bersih, lembut dan tidak
- Penampakan
berlubang):
Lihat, raba dan terawang lembaran kertas
kemudian amati.
- Perforasi:
Ukur dua garis perforasi yang berdekatan dalam
gulungan
dengan mistar standar.
- Mudah hancur dalam air:
Masukkan kertas dalam air kemudian kocok atau
aduk selama
kurang lebih 60 detik,
bila terurai berarti mudah hancur.
TISU TOILET
SNI 0103:2008

Gramatur adalah massa lembaran kertas dalam


gram dibagi dengan satuan luas kertas dalam
meter persegi, diukur pada kondisi standar.

Cara uji Gramatur :


Dilakukan sesuai dengan SNI 0439, Cara uji
gramatur kertas dan karton.
TISU TOILET
SNI 0103:2008

Cara uji Daya Serap Air (Cara


Klemm) : kertas dengan lebar 15 mm dan
- Siapkan jalur
panjang minimal
200 mm sesuai dengan arah mesin.
- Gantungkan jalur kertas tersebut tegak lurus
permukaan air
suling (23 1) C dengan salah satu ujungnya
tercelup sedalam
10 mm.
- Setelah 10 menit, baca tinggi kenaikan air yang
meresap pada
kertas dalam milimeter.
- Pengujian dilakukan pada kondisi standar sesuai
dengan SNI 14-
TISU TOILET
SNI 0103:2008

Pelabelan :
Pada setiap gulungan sekurang-kurangnya
tercantum:
- Pabrik pembuat atau nama dagang;
- Kata-kata Kertas tisu toilet;
- Ukuran lebar;
- Kode produksi.
TISU TOILET
SNI 0103:2008

Pengemasan :

Kertas tisu toilet dikemas dalam bentuk gulungan


(rol). Dalam satu gulungan tidak boleh terdapat
sambungan.

Ukuran gulungan:
- Diameter gulungan, mm : 100 - 110
- Diameter dalam sumbu, mm : 40 - 45
- Lebar gulungan, mm : 100 - 110
- Jarak perforasi, mm : minimal 100
Hygieneprodukte unentbehrlich im
tglichen Leben, Industrieverband
Krperpflege-und Waschmittel e.V.,
Karlstrae 21, 60329 Frankfurt am
Main, 1. Auflage, Mrz 2002 (1.
Nachdruck), S. 34 38
Public Health Committee, Policy
Statement concerning Tissue Paper
Kitchen Towels and Napkins version 1-
22.09.2004., Council of Europe

Anda mungkin juga menyukai