Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

HASIL PRAKTIK PASANGAN BATA

OLEH 1F :

Armansyah Kuasa / 1531310039

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2015

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, para instruktur atau pembimbing yang memberikan
persetujuan atas laporan peraktek kerja batu yang disusun oleh :

Nama : Armansyah Kuasa


NIM : 1531310039
Kelas : 1F

Malang, 6 November 2015

Menyetujui,

Instruktur I Instruktur II

Johanes Asdhi P., St., Mt Suselo Utoyo, ST., MMT


195712201985031001 1961312011990031002

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga tugas ini dapat diselesaikan. Saya ucapkan terima kasih kepada para instruktur dan
pembimbing yang telah mengajarkan cara praktek batu dan teori praktek batu di bengkel
maupun dikelas.

Laporan ini dibuat agar dapat melengkapi tugas praktek batu dan untuk memberikan
informasi dan pengetahuan terutama pada para pembaca, semoga dapat menjadi pengetahuan
bermanfaat dalam melaksanakan kerja dilapangan.

Demikian laporan yang saya tulis, saya menyadari bahwa laporan ini kurang
sempuran, oleh karena itu saya mohon saran dan kritik dari instruktu untuk kelancaran dalam
pembuatan laporan berikutnya dan juga untuk menambah wawasan saya sebagai penulis dan
semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga bagi para
pembaca serta teman teman pada umumnya.

Malang, 6 November 2015

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada zaman yang serba maju ini,banyak sekali tempat-tempat yang akan digunakan
untuk pembangunan sehingga banyak membutuhkan tenaga professional. Namun fakta
dilapangan masih banyak pengawas, mandor maupun pekerja yang masih belum memahami
tentang Mansory (Kerja Batu) dari segi pemahaman materi maupun cara mempraktikan
dilapangan. Maka dari itu sejak sekarang para mahasiswa dilatih untuk menjadi seorang
konstruksi bangunan yang professional dan handal. Dengan melalui peraktek dibengkel ini
para mahasiswa diajarkan untuk melatih ketrampilan para mahasiswa.

1.2 Tujuan peraktek

1. Dapat memasang ikatan bata dengan baik dan benar.


2. Mengetahui dan menggunakan alat dengan baik dan benar.
3. Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa kerja di lapangan.
4. Memberi pengajaran tentang kerja di lapangan
5. Mengetahui keselamatan kerja

1.3 Manfaat praktek


1. Mengetahui teknik pemasangan batu bata,plesteran,pasang keramik dengan
baik dan benar.
2. Dapat mengetahui nama alat dan cara memakainya.
3. Dapat mengetahui cara memilih bahan bangunan yang baik dan bermutu.
4. Mengetahui cara membuat bangunan yang baik,benar dan kuat.

1.4 Metode yang digunakan

Dalam praktek berikut dengan menggunakan metode manual yaitu yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa kemampuan kita dalam pemasangan batu bata secara manual sehingga
kita dapat mengerjakan dengan baik dan benar.

1
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian, Bahan dan Peralatan Kerja Batu (Masonry)


2.1.1 Pengertian
Kerja Batu (Masonry) merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan
pekerjaan pemasangan batu kali (Stone Work) sebagai pondasi rumah atau bangunan
lainnya seperti pasangan batu kali untuk saluran atau dinding penahan tanah atau
pekerjaan pasangan batu kali untuk fungsi lainnya, pekerjaan pasangan batu bata
(bricks Laying) untuk dinding/tembok bangunan rumah tinggal/gedung atau bangunan
lainnya, pekerjaan plesteran dinding/tembok bata (Wall Plastering), plesteran lantai
(Floor Plastering), pekerjaan benangan, setrekan pasangan batu kali (nat/siar pasangan
batu kali), pasangan tegel lantai/keramik lantai (Floor Tiling), tegel dinding/keramik
dinding, pemasangan batu hias/batu lapis/batu tempel/finier (Vineer), pemasangan
glass block, pemasangan super bata (super bricks), batako/bataton, paving block
untuk perkerasan jalan, Flag Stone (batu bendera/batu pipih lembaran), batu tempel
jenis lainnya seperti marmer/marbel, granit, batu hias untuk pertamanan dan lainnya.

2.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk kerja batu adalah bahan yang diambil dari alam,
seperti pasir yang diambil dari sungai atau dari sedimen/endapan di lereng gunung,
batu kali jenis andesit, yang didapatkan dari kali/sungai dengan ukuran tertentu atau
batu gunung jenis andesit beku luar atau beku dalam yang dipecah/dibelah atau
marmer, granit dan jenis batu lainnya, sedangkan bahan yang dibuat dan diolah
dimana bahan dasarnya diambil dari alam adalah batu kapur yang dibakar dengan
suhu tertentu sehingga menjadi kapur tohor/kapur hidup, batu bata atau batu merah
buatan lokal, batu bata atau batu merah buatan pabrik/industri yang dikenal sebagai
super bata, batako/bataton dimana nama tersebut adalah penamaan bata kongkret
(concrete) atau bata beton, keramik lantai/keramik dinding, glass block, paving
stone/pavior, Portland Cement (PC/Semen Blauw) yang di Indonesia sudah
diproduksi mulai tahun 1960 an oleh pabrik-pabrik besar, baik oleh BUMN maupun
oleh Industri besar swasta lainnya, Kapur, Semen Merah/Trass/Pozzolan, Pasir dan
Air yang memenuhi syarat.

2
2.1.3 Fungsi Bahan
Portland Cement (PC) bila dicampur dengan pasir dan air akan segera
mengeras, dimana PC sebagai bahan pengikat/perekat, sedangkan pasir sebagai bahan
pengisi. Bilamana PC ditambah kapur, pasir dan air akan juga mengeras, akan tetapi
waktu pengerasan akan lebih lambat, dimana kapur sebagai bahan untuk
mempermudah pengadukan yang biasa dinamakan workability material. Bila kapur
ditambah dengan pasir dan air akan juga mengeras, tetapi tingkat kekerasannya akan
lebih tinggi campuran antara PC dan Pasir serta air. Bilamana Kapur dicampur dengan
Pasir dan Semen Merah serta Air akan juga mengeras. Dalam hal ini Semen Merah
sebagai bahan untuk mempermudah pengadukan (Workability material).
Campuran bahan-bahan diatas disebut mortar, adukan, luluh atau spesi
bilamana dicampur dengan air sampai merata. Fungsi mortar adalah untuk mengikat
antara batu bata satu dengan lainnya, batu bata dengan batu kali, batu kali dengan batu
kali, batu bata dengan glass block, batu bata dengan tegel, keramik, batu pelapis
(veneer), kaca bahkan dengan kayu.

2.1.4 Alat - Alat


Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan batu adalah alat ukur jarak/meteran
lipat/meteran gulung, pensil tukang, drum, ember, bak adukan/kotak spesi, gerobak
dorong, gerobak bata, ayakan pasir, cangkul, skop, waterpass/slang air waterpass,
unting-unting (lot), sendok spesi, jointer, line bobbyn, palu pemotong bata, tongkat
ukur, jidar, ruskam kayu, ruskam plat, kwas serta ayakan pasir, gerobak dorong dan
andang (scaffold) bila diperlukan, kwas, sikat lantai serta sapu lidi maupun sapu ijuk.

3
Peralatan Kerja Batu
Peralatan yang digunakan pada kerja batu sangat beragam sesuai dengan
kebutuhandan fungsinya masing-masing, dalam pengerjaan kerja batu, peralatan
menjadi alatvital untuk menunjang pekerjaan menjadi lebih baik, selain cara
penggunaan yangharus diperhatikan serta perawatannya. Dibawah ini adalah alat
peralatan yang digunakan pada untuk kerja batu, diantaranya :

NO. GAMBAR NAMA ALAT DAN KETERANGAN


1. Waterpass: alat yang digunakan untuk
mengukur atau menentukan sebuah benda
ataupun garis dalam posisi rata baik
pengukuran secara vertikal maupun
horisontal. Jika posisi gelembung air sudah
tepat ditengah tengah garis hitam maka
benda tersebut sudah dalam keadaan rata atau
lurus.
2. Bak spesi: bak spesi ini digunakan untuk
mngaduk atau membuat spesi yang akan
digunakan untuk kerja batu. Bak spesi juga
digunakan untuk merendam bata sebelum
digunakan

3. Sendok spesi : digunakan untuk mengambil


spesi untuk memudahkan dalam pemasangan
bata. Sendok spesi terdapat 2 macam yaitu
dengan penampang oval dan segitiga,
keduanya memiliki kelebihan, masing
masing

4.
Penyiku kayu : digunakan untuk melihat
posisi pasangan batu bata apakah sudah siku
atau belum

4
5. Meteran : alat yang sangat penting dalam
proses pasang bata, karena berperan untuk
mengukur berapa panjang yang harus kita
pasangi bata. Alat yang digunakan paling
awal dalam proses pasang bata ini

6. Palu pemotong bata : digunakan untuk


memotong bata secara manual

7. Benang kain : berfungsi sebagai tanda setelah


pengukuran dilaksanakan, yang nantinya
benang tersebut digunakan sebagai acuan
dalam proses pasang bata. Dalam
pemasangan keramik benang juga digunakan
sebagai acuan, agar proses pemasangan
keramik lurus

Cangkul : berfungsi untuk mengaduk spesi,


sehingga spesi tercampur merata

8. Sekop : digunakan untuk mengambil pasir


dan bahan yang akan digunakan untuk spesi,
sekop juga dapat berfungsi seperti cangkul
yaitu untuk mengaduk bahan yang akan
digunakan untuk spesi

5
9. Ayakan pasir : alat yang berfungsi untuk
mengayak pasir agar pasir yang digunakan
untuk spesi tidak mengandung kerikil yang
lumayan besar

10. Line Bobbyn : alat yang terbuat dari besi dan


benang serta penampangnya berbentuk
segitiga, dan berfungsi sebagai acuan dalam
proses pemasangan batu bata agar
menghasilkan pasangan yang lurus dan
seragam

11. Paku : paku dalam praktek batu ini berfungsi


sebagai pengganti line bobbyn, jika dalam
proses pemasangan batu kekurangan line
bobbyn

12. Ember : berfungsi untuk tempat air, juga


dapat digunakan untuk tempat spesi agar
memudahakan proses pemasangan bata

13. Unting unting : berfungsi untuk melihat /


mengetahui ketegakan bata yang telah
terpasang, sehingga dalam proses plasteran
kita dapat mengetahui mana yang harus
diplaster lebih tebal dan mana yang tipis
14. Jointer : alat dari besi yang berbentuk siku,
berguna untuk membentuk dinding siku(agar
dinding terlihat menyiku) setelah proses
acian, ataupun plesteran

6
15. Jidar : alat yang terbuat dari kayu yang
memiliki panjang yang berfungsi untuk
pekerjaan plesteran dinding supaya rata dan
datar

16. Roll meter saku : untuk mengukur


bidangkerja dilapangan untuk mencapai
kesempurnaan dalam pelaksanaan

17. Ruskam : adalah alat yang terbuat dari kayu


denga panjang 50 cm, dan berfungsi
untuk pekerjaan plesteran agar tercipta rata
dan rapih
18. Roskam besi : alat ini juga terbuat dari plat
tipis dan diberi tinkai kayu dibelakangnya.
Berguna untuk mendrop mortar pada saat
memplester dinding dan juga
untukmenghaluskan permukaan plesteran

19. Meteran lipat : meteran yang terbuat dari


kayu dan dapat dilipat, berfungsi untuk
mengukur lebar anjang dan tinggi

20. Pensil : digunakan untuk menandai tempat


yang telah diukur

7
21. Gerobak dorong : berfungsi untuk
mengangkut pasir, bata, maupun kapur

22. Selang level: selang kecil berwarna putih


yang berfungsi untuk memudahkan mengukur
beda ketinggian pada kerja batu, bisa
digunakan untuk mengukur ketinggian
sebelum memasang keramik dinding

23. Kuas : Kuas terbuat dari bulu halus dan kayu


sebagai pegangan.
Fungsi : untuk merapikan acian.

8
2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Batu (Masonry)
2.2.1 Pengertian
Keselamatan dan kesehatan kerja batu (masonry) sangat dibutuhkan bagi para
praktikan kerja batu. Hal ini merupakan harga mati, mengingat pekerjaan ini
membutuhkan kedisiplinan yang tinggi bagi para praktikan di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Di Negara-negara maju, hal ini adalah merupakan
kebiasaan (habit) dan hak individu yang mesti didapatkan. Contoh dari suatu
lingkungan kerja proyek dimana praktikan kerja batu sedang bekerja penuh dengan
debu, maka dengan sendirinya praktikan akan mengenakan masker pelindung
pernapasan untuk melindungi dirinya sendiri dari gangguan pernapasan, sehingga
kesehatan diri sendiri terjaga dalam jangka panjang dan berkelanjutan (sustainability).
Dalam lingkungan kerja batu pada suatu proyek dimana angin selalu membawa
material berdebu, kebutuhan akan mengenakan kacamata kerja sangat diperlukan agar
tidak mengganggu praktikan kerja batu menyelesaikan pekerjaannya. Kebutuhan
konsentrasi praktikan kerja batu sangat tinggi sehingga harus
menggunakan/mengenakan/memakai topi kerja (hard hat), agar material yang jatuh
tidak mengenahi kepala dan terik matahari tidak menyebabkan pusing. Begitu pula
umumnya pada lingkungan proyek adakalanya paku, kerikil tajam serta material
lainnya dapat mengganggu kaki praktikan kerja batu saat berlalu lalang. Bila pada
lingkungan proyek dimana mesin-mesin yang dibutuhkan beroperasi yang
menyebabkan bising suara, praktikan kerja batu harus mengenakan pelindung telinga,
baik penyumbat telinga ataupun alat pelindung yang menyerupai headphone yang
dinamakan ear-protector.

2.2.2 Pentingnya Membiasakan Diri Aman dalam Bekerja


Memperhatikan peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang
konstruksi, merupakan hal penting bagi perusahaan-perusahaan konstruksi. Kondisi-
kondisi dibawah ini dimana seorang praktikan kerja batu (masonry) yang sedang
bekerja, bahaya tidak dapat diketahui lebih dahulu.
Banyak pekerja pada perusahaan-perusahaan mempelajari dan memperhatikan tentang
keselamatan kerja melalui pengalaman-pengalaman yang dialami maupun yang

9
diperolehnya. Tetapi praktikan memiliki kesempatan untuk mempelajarinya dari
Instruktur dan buku diktat sebelum kecelakaan terjadi. Jika praktikan mempelajari
tentang keselamatan kerja lebih dini, tidak akan mengalami hal-hal yang tidak
diinginkan. Suatu sikap kerja yang aman akan secara otomatis terjadi, tetapi untuk
meningkatkan atau mengembangkan sikap tersebut, praktikan pertama-tama harus
sadar untuk mematuhi peraturan-peraturan keselamatan kerja yang berlaku. Ingat
bahwa pada perusahaan-perusahaan konstruksi, kecelakaan secara fisik dapat dicegah
oleh setiap pekerja pada pekerjaannya sehari-hari.

2.2.3 Peralatan
Peliharalah peralatan dengan baik, bersih, bebas karat dan tajam. Jangan
menggunakan perkakas yang sudah rusak/tumpul. Alat tersebut bisa patah dan mungkin akan
melukai, misalnya : sebuah kepala martil yang lepas dari tangkainya akan dapat pengenai
pekerja itu sendiri atau mengenai pekerja lainnya. Jika peralatan kotor, berminyak atau
berkarat, sulit dibayangkan apakah peralatan tersebut aman digunakan.

Peralatan Keselamatan Kerja


Teori yang digunakan dalam kerja bengkel adalah teori keselamatan kerja.
Pengertiandari keselamatan kerja itu sendiri adalah tata cara bagaimana kita dapat
menjagakeselamatan kerja diri maupun berkelompok pada saat melaksanakan kerja.
Perlangkapan yang dapat digunakan untuk melindungi diri pada saat bekerja antara lain:
a. Safety Helmet
Safety helmet berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang
bisamengenai kepal
secara langsung.

b. Safety Shoes
Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa
kakikarena benda
tajam atau berat, benda
panas, cairan kimia dan
sebagainya.

c. Sepatu Boot
Sepatu karet
(sepatu boot) adalah
sepatu yang didesain

10
khusus untuk pekerjayang berada di
area basah (becek atau berlumpur).
Kebanyakan sepatu karet dilapisi
dengan metal untuk melindungi kaki
dari benda tajam atau berat,
benda panas, cairan kimia, dsb.

d. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung
tangan pada saat bekerja di tempat
atausituasi yang dapat
mengakibatkan cedera tangan.
Bahan dan bentuk sarungtangan di
sesuaikan dengan fungsi masing-
masing pekerjaan.

e. Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring
udara yang dihirup saat bekerja di
tempat dengankualitas udara buruk
(misal berdebu, beracun, dsb).

f. Baju Praktek.
Pakaian yang digunakan agar
badan terlindung dari kotoran kotoran
saat berkerja.

11
g. Sabun tangan dan Handbody
Digunakan untuk membersihkan
tangan supaya tidak kasar dan
berlubanApabila sewaktu-waktu
terjadi kecelakaan yang dapat
dilakukan yaitu dengan melakukan
P3K dan melaporkan kepada
instruktur.

Apabila terjadi kebakaran yang dapat dilakukan adalah:


Padamkan api dengan tabung pemadam kebakaran yang telah disediakan.
Padamkan api dengan karung basah.
Padamkan api dengan air.

2.2.4 Peralatan Mesin


Peralatan mesin yang berputar, seperti mesin pengaduk mortar, mesin gerinda,
mesin pemotong bata, mesin bor, peralatan mesin yang bergetar, seperti mesin pahat
beton, mesin pemadat tanah (compactor), mesin pengangkat material (lift), mesin
menara pengangkat material (tower crane), pembangkit listrik (genset) maupun
kompresor, dan lain-lain menimbulkan suatu kemungkinan kecelakaan yang tinggi.
1. Praktikan yang melakukan praktek kerja batu harus menjalankan peralatan mesin,
hanya setelah mendapatkan instruksi untuk keselamatan pengoperasian peralatan
tersebut.

2. Pakaian kerja yang terlalu longgar jangan dipakai jika akan menngoperasikan mesin
tersebut.
3. Rambut yang panjang dapat tergulung pada peralatan yang berputar dan dapat
mencelakainya.
4. Cincin dan perhiasan lainnya merupakan sesuatu yang berbahaya terhadap mesin yang
berputar dan juga berbahaya jika melakukan pekerjaan pengeboran dinding, lantai
serta pemotongan bata dengan alat circle.

12
5. Peralatan gerinda harus memiliki tudung pengaman. Kaca peralatan gerinda harus
dipasang. Kaus tangan harus dilepas saat mengoperasikan peralatan gerinda. Kaus
tangan kadang-kadang menyentuh antara tudung pengaman dan roda gerinda, yang
dapat menyebabkan luka pada tangan.
6. Pakailah kacamata pengaman bilamana tempat berdebu dan angin, kenakan masker
pernapasan untuk melindungi hidung dari debu, pakailah pelindung telinga bila
bekerja pada tempat yang bising oleh suara mesin yang beroperasi dan pakailah topi
kerja bila sedang bekerja.

2.2.5 Kewajiban Praktikan Kerja Batu

1. Selalu memakai sepatu kerja.


2. Selalu memakai topi kerja.
3. Selalu memakai kacamata kerja bila tempat berdebu.
4. Selalu mengenakan masker pengaman bila tempat berdebu.
5. Selalu mengenakan kaos tangan kerja bila mengangkat/memindah bata.
6. Selalu mengenakan kaos tangan karet atau pasang isolatip pada jari-jari kiri bila
memasang bata.
7. Selalu membersihkan peralatan setelah selesai bekerja.
8. Selalu membersihkan tempat kerja bila selesai bekerja.
9. Selalu mencuci tangan hingga bersih bila istirahat maupun selesai bekerja.
10. Selalu memasang dan menyetel tangga atau scaffold dengan aman.
11. Selalu mengenakan sabuk pengaman (harness) bila bekerja pada ketinggian.

2.2.6 Tanggung Jawab


Praktikan yang melaksanakan praktek kerja batu harus selalu ingat
tanggungjawab terhadap teman lainnya. Praktikan yang melaksanakan praktek harus
mengingatkan teman lain disekitarnya, jika dapat menyebabkan kemungkinan bahaya
terhadap dirinya, misalnya :

13
Jika memulai pekerjaan di lapangan/lahan yang masih terdapat semak-semak,
harus berhati-hati terhadap gigitan hewan berbisa, seperti ular weling, kolojengking,
maupun hewan yang hanya menimbulkan iritasi/gatal-gatal pada kulit seperti ulat api,
ulat kuda maupun tawon / sekawanan tawon.

2.2.7 Tempat Kerja yang Bersih


Tempat kerja yang berserakan peralatan, material dan lainnya, sungguh
merupakan suatu hal yang sangat membahayakan. Seorang ahli tentang keselamatan
kerja menyebutnya sebagai bahaya gelincir, sandungan atau peluncuran. Seseorang
yang penglihatannya terbatas dan rabun, jika membawa barang-barang yang berat,
merupakan sasaran yang empuk bagi kecelakaan. Jangan biarkan benda-benda
berserakan, segera atur dan amankan. Tidak dapat dibayangkan jika lantai kerja
berserakan paku-paku yang masih menancap pada kayu-kayu atau papan-papan, jika
terinjak kaki, akan memperlambat kinerja.

1. Pakailah Kacamata Pelindung dan Sepatu Kulit.


2. Lokasi Pekerjaan Usahakan Selalu Bersih.
3. Jangan Bekerja Pada Lokasi Dimana Ada Genangan Air, Lantai Berminyak,
Segeralah Bersihkan.
4. Bersihkan Peralatan Dan Lokasi Praktek Setelah Pekerjaan Selesai.
5. Mintalah Pertolongan Untuk Mengangkat material yang berat.
6. Gunakan Peralatan hanya untuk yang dibutuhkan.
7. Bekerjalah Pada Ruang Yang Tidak Terlalu Sempit, apalagi bergerombol
8. Laporkan Semua Kecelakaan Walaupun Kecil.
9. Pasang Dengan Aman Perlengkapan Tangga Diatas Dan Dibawah
10.Pasang Dengan Aman Perlengkapan Andang (Scaffold), bila perlu pasang jaring
pengaman.
11. Ketahuilah Dimana Perlengkapan Pemadam Kebakaran Terdekat Berada.
12. Jangan Berlarian Didalam Bengkel.
13. Jangan Memindahkan Barang/Peralatan/Bahan Dengan Cara Dilempar.
14. Jangan Memakai Kaus Tangan Jika Menggerinda Benda Kerja.
15. Jangan Menatap Pada Nyala Las Listrik.
16. Jangan Menaruh Peralatan Pada Saku Belakang.
17. Jangan Sekali-kali Memukulkan Logam Keras-keras Satu Dengan Lainnya.

14
2.3 Ikatan Batu Bata (Bricks Bond)
2.3.1 Pengertian
Ikatan batu bata diperlukan agar konstruksi kuat, tahan lama serta memenuhi
syarat sisi estetika arsitektural. Ikatan batu bata dapat disusun dalam ketebalan 1 bata,
bata maupun bata. Pada umumnya, ikatan batu bata dengan ketebalan 1 batu
dibangun pada daerah yang memiliki musim dingin, seperti di Eropa dan Amerika
serta di Negara-negara lainnya. Akan tetapi di Indonesia, seperti yang banyak ditemui
pada kota-kota besar, sedang, maupun kota-kota kecil dimana bangunan-bangunan
kurun waktu hingga tahun tujuh puluhan, masih ada yang menggunakan dinding batu
bata dengan ketebalan 1 batu, terutama untuk bangunan rumah induk. Sedangkan
untuk dinding lainnya menggunakan ikatan batu bata dengan ketebalan bata dan
atau bata. Di Indonesia dan Negara berkembang lainnya, syarat suatu bangunan,
salah satunya adalah hemat biaya, sehingga kurun waktu tersebut dan oleh karena
perkembangan teknologi, hingga sekarang, bangunan rumah tinggal dan gedung-
gedung lainnya, membangun dinding-dinding batu batanya menggunakan ketebalan
bata. Saat ini di Negara-negara maju telah menggunakandinding batu bata ketebalan
batu yang mereka sebut sebagai ikatan modern oleh karena akibat resesi ekonomi
pada Negara-negara maju, sehingga ikatan batu bata dengan ketebalan batu adalah
yang paling ekonomis diantara jeis-jenis ikatan lainnya.

2.3.2 Posisi Batu Bata dalam Dinding


Sebuah batu bata memiliki tiga dimensi yaitu lebarnya (kadangkala dianggap
sebagai ketebalannya), ketinggiannya dan posisi panjangnya. Meskipun batu bata
dapat dipasang dalam enam macam posisi berbeda (lihat gambar), dimensi-dimensi
ini sebagai patokan dalam pelaksanaan pemasangan batu bata adalah memanjang
(membujur). Tebal dan panjang batu bata disebut rupa (face dimension), sebab
dimensi-dimensi ini terlihat ketika batu bata dipasang membujur.

15
2.3.3 Jenis-Jenis Ikatan Batu Bata
Berbagai macam jenis ikatan batu bata telah diperkenalkan dan
dibuat/dipasang terutama oleh Negara-negara maju. Ikata-ikatan batu bata yang telah
dikenal dan pernah digunakan pada bangunan-bangunan gedung di Indonesia, antara
lain adalah :
1. Stretcher Bond
2. Header Bond
3. Facing Bond
4. English Bond
5. Flemish Bond
6. Dutch Bond
7. English Cross Bond
8. Brick on Edge Bond
9. Raking Bond
10. Zigzag Bond
11. Garden Wall Bond
Beberapa contoh ikatan dibawah ini diperlihatkan,

2.3.4 Strercher Bond atau Running Bond atau Ikatan Biasa


Ikatan jenis ini adalah ikatan yang paling mudah dilaksanakan diantara ikatan
batu bata yang ada, membutuhkan sedikit jumlah batu bata yang dipotong kurang atau
lebih dari setengah panjang bata. Siar tegak tidak akan segaris pada lapisan yang
berurutan.

2.3.5 English Bond

16
Ikatan jenis ini adalah suatu pilihan (alternative) lapisan ikatan header dan
ikatan stretcher. Merupakan salah satu ikatan batu bata yang kuat bila dinding
tebalnya 1 batu atau lebih.

PASANGAN DALAM POSISI MEMANJANG

17
PASANGAN DALAM POSISI SIKU

2.3.6 Flemish bond

2.3.7 Dutch Bond

2.3.8 English Garden Wall Bond/ American Bond/ common Bond

18
2.3.9 Garden Wall Bond

2.4 Persiapan Memasang Batu Bata (Preparation For Bricks Laying)


2.4.1 Pengertian
Mempersiapkan bahan untuk pekerjaan pemasangan bata dilapangan adalah
sangat penting dilakukan demi memperlancar pekerjaan selanjutnya. Timbunan batu
bata, pasir, PC bahkan kapur, serta air bersih, perlu dipersiapkan sedekat mungkin di
lokasi pekerjaan.
okasi pengadukan spesi/mortar dilakukan dekat dengan penimbunan pasir
yang telah diayak, PC (gudang PC) serta kapur bilamana diperlukan. Drum-drum
penampung air bersih dapat diletakkan dekat dengan tempat pengadukan spesi/mortar.
Peralatan yang diperlukan untuk mengayak pasir disiapkan seperti ayakan pasir,
cangkul atau skop. Peralatan yang digunakan memindah pasir yang telah diayak ke
dalam bak adukan besar seperti ember untuk menentukan perbandingan komposisi
adukan dan gerobak dorong atau kotak adukan untuk memindah adukan yang telah
siap digunakan untuk didistribusikan ke dalam kotak adukan tukang pasang bata.
Gerobak dorong bata untuk memindah bata dari tempat penimbunan bata menuju
lokasi pemasangan bata. Kotak adukan beserta sendok spesi, skop, cangkul, line
bobbyn, meteran, tongkat ukur, palu pemotong bata, ember berisi air bersih, waterpas
dan jointer perlu dipersiapkan dalam pemasangan dinding bata. Dibawah ini adalah
gambaran situasi lapangan pekerjaan pemasangan dinding bata.

2.5 Memasang Batu Bata (Bricks Laying)


2.5.1 Pengertian

19
Memasang dinding bata membutuhkan pengetahuan dan kondisi fisik yang
cukup prima agar hasil yang dicapai sesuai standard. Standard dalam arti memenuhi
syarat kekuatan dan kerapian, ketegakan dan kelurusan serta ergonomic sesuai yang
direncanakan. Seperti telah diketahui, syarat batu bata adalah kepadatan, warna
diharapkan sama (matang bakar), ke enam sisinya siku-siku satu dengan lainnya,
ukuran sama, daya serap terhadap air rendah. Syarat bata yang telah dipasang adalah
tidak retak, apalagi pecah. Syarat adukan/mortar/spesi yang telah dipasang dengan
bata adalah setelah adukan/mortar/spesi kering beberapa hari, kekerasannya setidak-
tidaknya sama dengan batu bata yang terpasang. Syarat adukan yang dipasang, siar-
siarnya (nat-nya) baik siar datar maupun tegak harus padat (tidak keropos) yang
mengakibatkan berkurangnya kekuatan konstruksi dinding bata.

2.5.2 Memasang Dinding Bata


Dalam memasang bata sebagai dinding, hal yang pertama dilakukan adalah
memastikan bahwa kondisi adukan adalah plastis, tidak terlalu kering atau encer yang
dapat mengakibatkan kesulitan dalam memasang bata. Bata yang telah dicelup ke
dalam air dengan kondisi Saturated Surface Dry (SSD) artinya kondisi bata jenuh air
permukaan kering yang berfungsi agar air semen yang terserap bata tidak berlebihan
yang mengakibatkan ikatan antara permukaan bata dengan adukan cepat kering
sehingga tidak memberi kesempatan adukan mongering secara normal.
Sering kita melihat para tukang bata selalu memasang bata dengan cara memukul
permukaan bata yang mengakibatkan bata dalam kondisi retak sebelum dinding jadi.
Hal ini dapat mengurangi kualitas dinding bata secara keseluruhan. Begitu pula, cara
ini dapat melepas ikatan yang sempurna antara permukaan bata bagian bawah dengan
spesi dimana air semen yang mulai naik keatas (kapiler) akan terlepas.

2.5.3 Langkah Memasang Dinding Bata


1. Pasang batu bata diatas lantai pada kedua ujung (A & B) dengan menggunakan spesi /
adukan / luluh setebal 1 cm 2mm

2. Ukur kedataran kedua permukaan pasangan bata dengan menggu-nakan tongkat ukur
dan waterpass

20
3. Pasang Line-Bobbyn pada kedua ujung pasangan dengan keadaan benang regang
(lurus)

4. Pasang batu bata dengan adukan selurus dan sedatar benang dengan siar / nat (jarak
antara) setebal 1 cm

5. Selanjutnya pasang batu bata seperti diatas hingga pasangan penuh.

6. Setelah pasangan penuh, Line-Bobbyn dapat dilepas.

7. Lapisan selanjutnya (lapisan ke II) memasang batu bata ukuran 1/2 batu pada kedua
ujungnya dan diukur tegak lurus kedua sisi dan datar dengan waterpass seperti pada
langkah ke 2 (tersebut diatas).

8. Setelah pasangan dalam keadaan datar, lepaskan waterpass dan tongkat ukur, pasang
Line-Bobbyn seperti langkah ke 3.

9. Pasang batu bata utuh dengan spesi hingga penuh seperti syarat diatas.

21
10. Pasang batu bata utuh dengan spesi hingga penuh seperti syarat diatas.

2.6 Plesteran Dinding ( Wall Plastering )


2.6.1 Fungsi dan Manfaat
Plesteran dinding dalam hal ini dinding bata lokal berfungsi untuk
memperindah permukaan dinding bata, agar permukaan rata dan dapat dicat sesuai
warna selera. Selain untuk memperindah permukaan dinding bata, juga berfungsi
untuk melindungi dinding bata dari benturan benda lainnya seperti meja, kursi atau
perabot rumah tangga lainnya dan yang tak kalah pentingnya adalah untuk melindungi
dinding bata dari pengaruh cuaca, baik panas maupun hujan yang dapat berakibat
timbulnya lumut maupun tumbuhan lainnya. Plesteran dinding juga dapat
dimaksudkan untuk memperkokoh dinding secara keseluruhan dan mempermudah
perawatan.
Plesteran dinding bata dapat dipasang pada dinding bagian luar
ruangan/bangunan maupun didalam ruangan, misalnya dinding pada ruang tamu,
ruang makan, ruang keluarga, ruang dapur, kamar tidur, kamar mandi maupun dinding
ruang gudang.
Pada umumnya kualitas kekedapan (water resist) plesteran dinding bagian luar
(1 PC : 5 Pasir) lebih baik dibandingkan dengan kualitas plesteran di dalam ruangan
(1 PC : 7 Pasir), akan tetapi kualitas plesteran didalam ruangan dapat dibuat laksana
plesteran di luar ruangan, kecuali plesteran pada trasraam (dinding setinggi 30 cm dari
lantai), plesteran pada dinding dapur, plesteran pada dinding kamar mandi maupun
plesteran dinding saluran dan kolam harus benar-benar kedap air (1 PC : 3 Pasir).
Bahan Plesteran dinding bata dapat dibuat dari campuran 1 PC : 3 Pasir atau 1
PC : 5 Pasir atau 1 PC : 7 Pasir atau 1 KP : 3 Pasir atau 1 KP : 5 Pasir atau 1 KP :
Semen Merah : 4 Pasir. Sebaiknya, untuk pekerjaan Plesteran saluran, apakah saluran
drainase maupun saluran irigasi yang mana selalu berhubungan dengan air, disarankan
menggunakan pasir beton, bukan pasir pasang apalagi pasir urug.

22
Tebal plesteran dinding dapat dibuat 1 cm, adakalanya dibuat lebih tebal yang
biasanya karena pasangan dinding bata yang dikerjakan tidak begitu rapi atau tidak
tegak lurus. Akan tetapi seorang engineer akan lebih teliti untuk mengawasi
pelaksanaan pemasangan dinding bata agar penggunaan bahan plesteran lebih hemat.
Plesteran dinding bata dapat dibuat 1 (satu) lapis yang artinya adalah setelah
dinding bata dibasahi dengan air bersih, dilakukan pemasangan/penempelan bahan
plesteran ke permukaan dinding bata lalu diratakan, setelah dibiarkan kering selama 2
atau 3 hari, selanjutnya dihaluskan dengan bahan finishing yang dikehendaki yang
biasa dikenal sebagai lapisan acian, misalnya dilapisi dengan pasta semen (PC+Air
bersih), PC+kapur halus+air (1PC : Kapur), Bahan Epoxy untuk finishing plesteran
yang dijual umum maupun Kapur halus+Semen merah halus (1 KP: SM).
Plesteran dinding bata dapat pula dibuat 2 lapis, yaitu lapisan pertama setebal
1 mm sampai 3 mm dengan komposisi 1 PC : 2 sampai 3 Pasir ayak halus. Lapisan ini
dikerjakan dengan cara dikemprot pada permukaan dinding bata hingga rata. Lapisan
pertama dimaksudkan sebagai selimut kedap air terhadap permukaan bata dan lapisan
kedua setebal 7 mm sampai 1 cm (10 mm) sebagai lapisan isian.

2.6.2 Langkah Langkah Pemasangan Plesteran Dinding Bata


1. Bersihkan permukaan dinding dengan sikat ijuk dari kotoran yang mudah lepas,
siapkan Peralatan, Bahan dan Ukur Ruangan terhadap ketepatan ruangan (siku-siku
=> diagonal) dengan meteran. (lihat denah ruangan dibawah ini)

2. Periksa ketegakan pasangan dinding dengan unting-unting (lot / plumb bob) dan
tandai dengan memasang benang lurus (ujung-ujungnya dipasang paku).
3. Pasang kepala plesteran dengan permukaan tegak lurus benang unting-unting selebar
2 - 5 (umumnya 3 cm), setebal 1 - 2 cm, setinggi dari lantai (boleh dari plint) hingga
setinggi dinding yang dipasang, bila untuk ruangan, kepala plesteran dari sudut
dinding dengan jarak 20 cm, dan jarak interval 1 - 1,5 m.

23
4. Pasang kepala plesteran 3 selurus kepala plesteran 1 & 2 dengan menarik benang
lurus.
5. Perciki permukaan dinding yang akan diplester dengan air, isikan bahan plesteran
(adukan) dengan komposisi adukan yang dikehendaki, pada permukaan dinding
dengan ketebalan lebih sedikit dari pada kepala plesteran.

6. Ratakan dan potong permukaan plesteran dengan menggunakan jidar atau tongkat
kayu yang lurus dengan berpedoman pada permukaan kepala plesteran 1 & 3.

24
7. Isikan plesteran dari bidang kepala plesteran 3 & 2, ratakan dan potong permukaan
plesteran dengan menggunakan jidar atau tongkat kayu yang lurus dengan
berpedoman pada permukaan kepala plesteran 3 & 2.

8. Isikan plesteran dari bidang kedua tepi kepala plesteran 1 & 2, ratakan dan potong
permukaan plesteran dengan menggunakan jidar atau tongkat kayu yang lurus
dengan berpedoman pada permukaan kepala plesteran 1 & 3 serta 3 & 2.

9. Ulangi langkah ke-7 seperti tersebut diatas, sehingga seluruh plesteran terisi dan
diratakan yang berpedoman dengan kepala plesteran.

25
BAB III

PROSEDUR DAN HASIL PRAKTEK

3.1 Pemasangan Rollag

3.1.1 Tujuan
Memasang dinding batu bata dengan baik dan benar
Mengukur kedataran dan ketegakan dengan menggunakan waterpass
Meningkatkan pengetahuan dan skill tentang cara pemasangan pasangantegak
muka (Rollag miring)
3.1.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Pemasangan Rollag adalah :
1.Sendok Spesi
2.Waterpass
3.Skop
4.Penadah Semen
5.Ayakan
6. Geregaji
7. Meteran
8. Ember
Bahan yang digunakan dalam Pemasangan Rollag adalah :
1. Pasir
2. Batu Bata
3. Kapur
4. Air

3.1.3 Langkah Kerja


Pembuatan Spesi

Langkah langkah pembuatan spesi

1. Membuat campuran pasir dan kapur dengan perbandingan 1kapur : 5pasir


2. Mengayak campuran pasir dan kapur menggunakan ayakan yang telah
tersedia
3. Memindahkan campuran pasir dan kapur yang telah diayak ke dalam bak
spesi

26
4. Menambahkan air secukupnya ke dalam campuran pasir dan kapur
tersebut
5. Mengaduknya dengan sekop hingga mencapai kekentalan yang sesuai

Pemasangan Rolag
1. Mengukur tempat yang akan digunakan praktek bata menggunakan roll
meter berentuk L
2. Menyiapkan batu bata yang akan digunakan untuk rolag dan merendamnya
dengan air bersih.

3. Memasang bata dengan susunan tegak/ miring diujung ujung tempat


yang telah diukur menggunakan roll meter dengan spesi setebal 1 2 cm

4. Mengukur bata yang telah dipasang dengan menggunakan waterpass


untuk mengetahui rata tidaknya bata yang telah terpasang, jika waterpass
tidak mencapai ujung ujung, menggunakan jidar untuk memudahkan
5. Memasang line bobbyn pada ujung ujung bata dengan keadaan benang
terbentang lurus bertujuan untuk memudahkan pemasangan bata yang lain
agar lurus dan rata
6. Memasang bata yang lain dengan susunan tegak seperti ujung ujung
dengan spesi 1 2 cm hingga selesai dengan acuan desain yang telah
dibuat
7. Melepas line bobbyn jika pasangan bata untuk rolag telah selesai

3.2 Pemasangan Dinding Setengah Bata

3.2.1 Tujuan
Mahasiswa mampu memasang dinding setengah bata dan mencetaknya.
Mahasiswa mampu melakukan pemasangan bata dengan sudut siku di pertemuan
dinding.
Mahasiswa dapat membuat sudut siku-siku dilapangan dengan alat sederhana
Mahasiswa dapat membuat konstruksi sambungan sudut siku dengan benar
Mahasiswa dapat memasang batu bata pada sudut pertemuan dinding dengan tegak
dan datar

3.2.2 Instruksi Umum

Teknik perletakan batu dan mortar harus benar


Setiap lapisan batu bata harus dicek kedatarannya dan kelurusannya
Setiap pengambilan mortar dengan sendok spesi harus pas untuk memasang batu
bata.

27
3.2.3 Alat
Sendok spesi
Ember
Ayakan pasir
Line bobbyn
Water pass
Meteran
Skop
Gerobak dorong

3.2.4 Bahan

Pasir
Kapur
Batu bata
Air

3.2.5 Langkah Kerja


1. Merendam bata pada air.
2. Memasang bata ukuran penuh dengan susunan horisontal pada ujung ujung
atas rolag dengan spesi 1 2 cm yang nantinya digunakan sebagai acuan
pasangan bata yang lain seperti saat memasang ujung rolag
3. Mengukur kerataan bata yang telah dipasang dengan waterpass
4. Memasang line bobbyn pada ujung pasangan bata dengan keadaan benang
terbentang lurus untuk memudahkan pemasangan bata yang lain agar lurus
satu sama lain
5. Memasang bata yang lain sama seperti bata ujung yang digunakan sebagai
acuan dengan spesi 1 2 cm
6. Memasang bata yang lain hingga penuh
7. Untuk lapisan ke 2, memasang bata ukuran pada ke dua ujung dan diukur
tegak lurus kedua sisi dan datar menggunakan waterpass seperti langkah 2
8. Memasang line bobbyn pada ke 2 ujung yang telah diukur menggunakan
waterpass
9. Memasang bata yang lain hingga penuh
10. Untuk lapisan ke 3, memasang bata ukuran penuh pada ke 2 ujung yang
nantinya akan digunakan sebagai acuan
11. Mengukur kerataan dan tegak lurus menggunakan waterpass
12. Memasang line bobbyn pada ke 2 ujung bata yang telah terpasang dengan
keadaan benang terbentang lurus
13. Memasang bata yang lain hingga penuh
14. Dan memasang bata seterusnya hingga mencapai ketinggian yang diinginkan

3.2.6 Analisis Bahan

28
Diketahui :
Ukuran batu bata : 23 x 11 x 5 cm
Tebal siar datar : 1cm + 2mm
Panjang pasangan : 130 cm
Tinggi pasangan : 105
Komposisi campuran : 1 kapur : 5 pasir
Luas dinding segi empat
= 1,30 x 0,76
= 0,988 m2
Jumlah bata
Horizontal = 6 biji
Vertikal = 11 biji
Jumlah total
6 x 11 = 66 biji
Jika 0,988 m2 memerlukan bata sebanyak 66 biji maka :
Setiap 1 m2 = 1/ 0,988 x 70 = 66,81 biji bata = 67 biji bata
66,81 + 8.5 biji bata (pilar) =75.31 = 76 biji bata
3.3 Plester
3.3.1 Tujuan
Mahasiswa mampu memplester dinding batu bata dengan baik dan benar, serta
rata.
Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan bahan yang dipakai.
Dapat menggunakan alat dengan baik dan benar.

3.3.2 Instruksi Umum


Pleteran dilakukan bertujuan untuk menutupi ketidak seragaman
bentuk batu bata. Plesteran juga berfungsi untuk melindungi dinding dari
pengaruh cuaca, serta memberikan permukaan yang rata dan halus pada
dinding.

3.3.3 Keselamatan Kerja


Memakai pakaian kerja
Memakai masker dan sepatu pengaman
Memakai sarung tangan
Mengutamakan keamanan dalam bekerja
Bekerja sesuai dengan langkah kerja

29
3.3.4 Alat dan bahan
Alat:
Sendok spasi
Sekop
Ember
Ayakan pasir
Waterpass
Benang
Ruskam kayu
Bahan:
Pasir
Kapur
Air

3.3.5 Prosedur Pelaksanaan / Langkah Kerja


1. Sebelum melakukan pekerjaan periksa kelurusan dan ketegakan dinding
menggunakan waterpass.
2. Kotoran yang menempel didinding dibersihkan dengan sikat, lap, atau
semacamnya
3. Sebelum melakukan plesteran, terlebih dahulu dipercikan air untuk
melembabkan dinding agar ikatan yang terjadi antara dinding dengan
mortar sempura.
4. Menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan pada lokasi
pekerjaan
5. Tebal plesteran untuk lapisan adalah 1 cm dengan komposisi 1 kapur : 3
pasir.
6. Mengambil Pasir dan kapur yang ingin digunakan
7. Pasir dan kapur di ayak sebelum di aduk
9. Bahan di aduk dengan cara memindahkan pasir dan kapur dengan sekop
dari ujung yang satu keujung yang lainnya hingga bahan tersebut tercampur
dengan rata.
10.Bahan yang sudah diaduk di kumpulkan ditengah-tengah lalu diatasnya
diberi lubang. Kemudian pada lubang tersebut diberi air sebanyak yang
dibutuhkan.

30
11. Bahan tersebut kemudian diaduk dengan cara membolak balikkan dengan
menggunakan sekop serta memindahkannya dari ujung yang satu keujung
lainnya sampai tercampur rata.
12. Plesteran dimulai dari pemasangan papan kayu/klos setebal 1 cm untuk
membuat kepala plesteran, setelah itu ratakan plester dengan tebal sesuai
kepala plester.
13. Plester setiap sisi dinding dengan menambahkan campuran.
14. Untuk sedikit menghaluskan dan meratakan permukaan maka kita gosok
dengan ruskam, dengan cara digosok dengan arah melingkar berulang kali,
sebaiknya ruskam dibasahi air lalu gosok lagi.

3.3.6 Analisa Perhitungan

Tinggi bidang kerja = (luas dinding) x (tebal spesi x 14)


= ( 0,05 x 11) + (0,01 m x 11)
= (0,55 + 0,11) m
= 0,66 m
Lebar bidang kerja = 1,30 m
Luas Bidang Kerja = (1,30x 0,66) m2 = 0,858 m2
Volume Plesteran = Luas x Tebal Plesteran
= (0,858) x (0,01) m3
= 0, 00858 m3
Kebutuhan bahan =
1
x 0,00858=0,002145
- Kapur : 4
3
x 0,00882=0,006435
- Pasir : 4

3.4 Pengacian
3.4.1 Tujuan
Dapat melaksanakan pengacian dengan baik dan benar sesuai instruksi
Mampu mengetahui alat dan bahan yang dibutuhkan
Memahami tata cara pelaksanaan dan mengetahui dasar-dasar pengacian

31
3.4.2 Instruksi Umum
Pahami gambar kerja
Gunakan alat sesuai dengan fungsinya agar pekerjaan job cepat terlaksana
Setelah melaksanakan pekerjaan bersihkan lokasi dan alat

3.4.3 Keselamatan Kerja


Memakai pakaian kerja
Memakai masker dan sepatu pengaman
Mengutamakan keamanan dalam bekerja
Bekerja sesuai dengan langkah kerja
3.4.4 Alat dan bahan
Alat:
Sendok spasi
Sekop
Ember
Gerobak Dorong
Bahan :
Kapur
Air

3.4.5 Prosedur Pelaksanaan / Langkah Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Bidang muka plesteran dibersihkan
3. Bidang muka plesteran disiram air sedikit demi sedikit agar nantinya acian
mudah melekat pada permukaan plesteran
4. Plesteran disiram dengan air kapur dengan ketentuan tahap 1 lapisan acian agak
tipis
5. Ketebalan acian ditambah dengan menempelkan acian pada lapisan tipis
sebelumnya dengan menggunakan skrap.
6. Lakukan pengacian dengan teknik skrap ditekan keatas pada permukaan
plesteran. Hal ini untuk memudahkan proses melekatnya acian pada plesteran
7. Basahi skrap dengan air untuk memperhalus permukaan acian
8. Lakukan pengacian hingga seluruh permukaan plesteran tertutupi oleh acian

3.4.6 Analisa Perhitungan


L = 0,858 m2
Tebal acian = 5 mm = 0,005 m

32
Volume acian = L x tebal acian
= 0,858 m2x 0,005 m
= 0,00429 m3

Kebutuhan kapur = 2 plastik

33
BAB IV

PROSEDUR DAN HASIL APLIKASI

4.1 Pemasangan Bata

4.1.1 Tujuan
Memasang batu bata dengan baik dan benar
Mengukur kedataran dan ketegakan dengan menggunakan waterpass
Memasang beton dengan baik dan benar
4.1.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Pengaplikasian adalah :
1.Sendok Spesi
2.Waterpass
3.Skop
4.Penadah Semen
5.Ayakan
6. Palu
7. Meteran
8. Ember
9. Linggis
10. Benang
11. Paku
Bahan yang digunakan dalam Pengaplikasian adalah :
1. Pasir
2. Batu Bata
3. Semen
4. Air
5. Beton

4.1.3 Langkah Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan serta tempat yang akan
dipakai untuk praktek
2. Melakukan pencampuran semen dan pasir dengan perbandingan 1:
4 dan menambahkan air secukupnya.

34
3. Mengambil spesi menggunakan sendok spesi kemudian meletakkannya
pada bata

4. Menyusun bata
5. Mengecek kedataran dengan menggunakan waterpass.
6. Setelah pemasangan bata selesai melanjutkan pemasangan beton
diatasny yang sudah dilapisi spesi
7. Menutup rongga antara pasangan beton dengan spesi
8. Jika pemasangan sudah selsei lakukan pekerjaan finishing dengan
memlester bagian depan pasangan beton dengan perbandingan 1 : 4
9. Setelah itu lakukan pengacian dengan semen

4.2 Plester
4.2.1 Tujuan
Mahasiswa mampu memplester dengan baik dan benar, serta rata.
Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan bahan yang dipakai.
Dapat menggunakan alat dengan baik dan benar.

4.2.2 Instruksi Umum


Pleteran dilakukan bertujuan untuk menutupi ketidak seragaman
bentuk batu bata. Plesteran juga berfungsi untuk melindungi dinding dari
pengaruh cuaca, serta memberikan permukaan yang rata dan halus pada
dinding.

4.2.3 Keselamatan Kerja


Memakai pakaian kerja
Memakai masker dan sepatu pengaman
Memakai sarung tangan
Mengutamakan keamanan dalam bekerja
Bekerja sesuai dengan langkah kerja

4.2.4 Alat dan bahan


Alat:
Sendok spasi
Sekop

35
Ember
Ayakan pasir
Waterpass
Benang
Ruskam kayu
Bahan:
Pasir
Semen
Air

4.2.5 Instruksi Umum


Pahami gambar kerja
Gunakan alat sesuai dengan fungsinya agar pekerjaan job cepat terlaksana
Setelah melaksanakan pekerjaan bersihkan lokasi dan alat

36
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Kesimpulan Job Pemasangan Rollag
Dalam pemasangan Rollag sangat perlu memperhatikan kesikuan dan
kedataran-
Pemasangan Rollag harus berjumlah ganjil-
Dalam pemasangan rollag batu tengah dipasang terakhir sebagai pengunci
Pemasangan rollag akan rapi bila pemasangannya dipasang tepat pada garis
pertemuan dua sisi pasangan batu yang menjadi dasar pada pemasangan rollag
dan papan penyangga ditopang kayu yang kuat

5.1.2 Kesimpulan Job Memasang Dinding Setengah Bata


Pada pekerjaan job memasang dinding setengah bata membentuk sudut siku
diperoleh kesimpulan :
Jumlah bata yang digunakan sebanyak 70 buah
Setiap 1 m2 membutuhkan bata sebanyak 79 buah
Kapur yang digunakan sebanyak 4 ember
Pasir yang digunakan 20 ember

5.1.3 Kesimpulan Job Plester


Memplester dinding dilakukan untuk membuat ketebalan bata / dinding menjadi
sama, serta melindungi dari panas matahari.
Plesteran digunakan untuk menutupi permukaan dinding agar terlihat rapi.
Plesteran juga berguna untuk memperkokoh bangunan agar tidak cepat runtuh
Kapur yang digunakan sebanyak 2 ember
Pasir yang digunakan sebanyak 6 ember
Perbandingan Campuran 1: 3

5.1.4 Kesimpulan Job Pengacian


Setelah melaksanakan praktikum ini kita dapat mengetahui cara pengacian yang
benar dan sesuai dengan tingkat kerataan, kedataran serta keseimbangan dan
juga mengetahui kekentalan campuran mortar yang digunakan untuk pengacian.
Kapur yang digunakan sebanyak 2 plastik

37
5.2 Saran
Pastikan pasangan dinding batu benar benar siku pada sudut pertemuannya
Siar tegak yang terdapat pada dinding itu tidak boleh sejajar
Usahakan line bobbyn tidak boleh kendor
Melakukan pengecekan untuk tiap lapisan bata agar hasil lebih maksimal serta
tidak menjadi hambatan nantinya
Penempatan alat dan bahan kiranya ditempatkan yang muda dijangkau serta tidak
menghalangi orang lain.
Pada saat melakukan plesteran dimulai dari permukaan dinding yang paling
menonjol sebagai acuan.
Usahakan ketebalan plesteran tidak melebihi standar yang ditentukan (1 1,5)
cm.
Sebelum menutupi dengan pasangan bata dengan plesteran harus di basahi dahulu
agar plesteran dapat menempel pada pasangan bata.
Plesteran tidak boleh terlalu kering atau berair agar dapat menepel dengan mudah
Sebaiknya pengacian yang berhadapan dengan tembok harus memperhatikan
kesikuan bidang pasangan sebab bidang pasangan tersebut tidak selamannya
benar-benar siku maka pengacian pada ujung bidang harus di sesuaikan
ketebalan aciannya.

38
BAB VI

GAMBAR KERJA

6.1 Pemasangan Rollag

6.2 Pemasangan Dinding

39
6.3 Plesteran

40
6.4 Gambar Hasil

41
6.5 Gambar Pengaplikasian

42

Anda mungkin juga menyukai