OLEH 1F :
1
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, para instruktur atau pembimbing yang memberikan
persetujuan atas laporan peraktek kerja batu yang disusun oleh :
Menyetujui,
Instruktur I Instruktur II
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga tugas ini dapat diselesaikan. Saya ucapkan terima kasih kepada para instruktur dan
pembimbing yang telah mengajarkan cara praktek batu dan teori praktek batu di bengkel
maupun dikelas.
Laporan ini dibuat agar dapat melengkapi tugas praktek batu dan untuk memberikan
informasi dan pengetahuan terutama pada para pembaca, semoga dapat menjadi pengetahuan
bermanfaat dalam melaksanakan kerja dilapangan.
Demikian laporan yang saya tulis, saya menyadari bahwa laporan ini kurang
sempuran, oleh karena itu saya mohon saran dan kritik dari instruktu untuk kelancaran dalam
pembuatan laporan berikutnya dan juga untuk menambah wawasan saya sebagai penulis dan
semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga bagi para
pembaca serta teman teman pada umumnya.
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada zaman yang serba maju ini,banyak sekali tempat-tempat yang akan digunakan
untuk pembangunan sehingga banyak membutuhkan tenaga professional. Namun fakta
dilapangan masih banyak pengawas, mandor maupun pekerja yang masih belum memahami
tentang Mansory (Kerja Batu) dari segi pemahaman materi maupun cara mempraktikan
dilapangan. Maka dari itu sejak sekarang para mahasiswa dilatih untuk menjadi seorang
konstruksi bangunan yang professional dan handal. Dengan melalui peraktek dibengkel ini
para mahasiswa diajarkan untuk melatih ketrampilan para mahasiswa.
Dalam praktek berikut dengan menggunakan metode manual yaitu yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa kemampuan kita dalam pemasangan batu bata secara manual sehingga
kita dapat mengerjakan dengan baik dan benar.
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk kerja batu adalah bahan yang diambil dari alam,
seperti pasir yang diambil dari sungai atau dari sedimen/endapan di lereng gunung,
batu kali jenis andesit, yang didapatkan dari kali/sungai dengan ukuran tertentu atau
batu gunung jenis andesit beku luar atau beku dalam yang dipecah/dibelah atau
marmer, granit dan jenis batu lainnya, sedangkan bahan yang dibuat dan diolah
dimana bahan dasarnya diambil dari alam adalah batu kapur yang dibakar dengan
suhu tertentu sehingga menjadi kapur tohor/kapur hidup, batu bata atau batu merah
buatan lokal, batu bata atau batu merah buatan pabrik/industri yang dikenal sebagai
super bata, batako/bataton dimana nama tersebut adalah penamaan bata kongkret
(concrete) atau bata beton, keramik lantai/keramik dinding, glass block, paving
stone/pavior, Portland Cement (PC/Semen Blauw) yang di Indonesia sudah
diproduksi mulai tahun 1960 an oleh pabrik-pabrik besar, baik oleh BUMN maupun
oleh Industri besar swasta lainnya, Kapur, Semen Merah/Trass/Pozzolan, Pasir dan
Air yang memenuhi syarat.
2
2.1.3 Fungsi Bahan
Portland Cement (PC) bila dicampur dengan pasir dan air akan segera
mengeras, dimana PC sebagai bahan pengikat/perekat, sedangkan pasir sebagai bahan
pengisi. Bilamana PC ditambah kapur, pasir dan air akan juga mengeras, akan tetapi
waktu pengerasan akan lebih lambat, dimana kapur sebagai bahan untuk
mempermudah pengadukan yang biasa dinamakan workability material. Bila kapur
ditambah dengan pasir dan air akan juga mengeras, tetapi tingkat kekerasannya akan
lebih tinggi campuran antara PC dan Pasir serta air. Bilamana Kapur dicampur dengan
Pasir dan Semen Merah serta Air akan juga mengeras. Dalam hal ini Semen Merah
sebagai bahan untuk mempermudah pengadukan (Workability material).
Campuran bahan-bahan diatas disebut mortar, adukan, luluh atau spesi
bilamana dicampur dengan air sampai merata. Fungsi mortar adalah untuk mengikat
antara batu bata satu dengan lainnya, batu bata dengan batu kali, batu kali dengan batu
kali, batu bata dengan glass block, batu bata dengan tegel, keramik, batu pelapis
(veneer), kaca bahkan dengan kayu.
3
Peralatan Kerja Batu
Peralatan yang digunakan pada kerja batu sangat beragam sesuai dengan
kebutuhandan fungsinya masing-masing, dalam pengerjaan kerja batu, peralatan
menjadi alatvital untuk menunjang pekerjaan menjadi lebih baik, selain cara
penggunaan yangharus diperhatikan serta perawatannya. Dibawah ini adalah alat
peralatan yang digunakan pada untuk kerja batu, diantaranya :
4.
Penyiku kayu : digunakan untuk melihat
posisi pasangan batu bata apakah sudah siku
atau belum
4
5. Meteran : alat yang sangat penting dalam
proses pasang bata, karena berperan untuk
mengukur berapa panjang yang harus kita
pasangi bata. Alat yang digunakan paling
awal dalam proses pasang bata ini
5
9. Ayakan pasir : alat yang berfungsi untuk
mengayak pasir agar pasir yang digunakan
untuk spesi tidak mengandung kerikil yang
lumayan besar
6
15. Jidar : alat yang terbuat dari kayu yang
memiliki panjang yang berfungsi untuk
pekerjaan plesteran dinding supaya rata dan
datar
7
21. Gerobak dorong : berfungsi untuk
mengangkut pasir, bata, maupun kapur
8
2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Batu (Masonry)
2.2.1 Pengertian
Keselamatan dan kesehatan kerja batu (masonry) sangat dibutuhkan bagi para
praktikan kerja batu. Hal ini merupakan harga mati, mengingat pekerjaan ini
membutuhkan kedisiplinan yang tinggi bagi para praktikan di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Di Negara-negara maju, hal ini adalah merupakan
kebiasaan (habit) dan hak individu yang mesti didapatkan. Contoh dari suatu
lingkungan kerja proyek dimana praktikan kerja batu sedang bekerja penuh dengan
debu, maka dengan sendirinya praktikan akan mengenakan masker pelindung
pernapasan untuk melindungi dirinya sendiri dari gangguan pernapasan, sehingga
kesehatan diri sendiri terjaga dalam jangka panjang dan berkelanjutan (sustainability).
Dalam lingkungan kerja batu pada suatu proyek dimana angin selalu membawa
material berdebu, kebutuhan akan mengenakan kacamata kerja sangat diperlukan agar
tidak mengganggu praktikan kerja batu menyelesaikan pekerjaannya. Kebutuhan
konsentrasi praktikan kerja batu sangat tinggi sehingga harus
menggunakan/mengenakan/memakai topi kerja (hard hat), agar material yang jatuh
tidak mengenahi kepala dan terik matahari tidak menyebabkan pusing. Begitu pula
umumnya pada lingkungan proyek adakalanya paku, kerikil tajam serta material
lainnya dapat mengganggu kaki praktikan kerja batu saat berlalu lalang. Bila pada
lingkungan proyek dimana mesin-mesin yang dibutuhkan beroperasi yang
menyebabkan bising suara, praktikan kerja batu harus mengenakan pelindung telinga,
baik penyumbat telinga ataupun alat pelindung yang menyerupai headphone yang
dinamakan ear-protector.
9
diperolehnya. Tetapi praktikan memiliki kesempatan untuk mempelajarinya dari
Instruktur dan buku diktat sebelum kecelakaan terjadi. Jika praktikan mempelajari
tentang keselamatan kerja lebih dini, tidak akan mengalami hal-hal yang tidak
diinginkan. Suatu sikap kerja yang aman akan secara otomatis terjadi, tetapi untuk
meningkatkan atau mengembangkan sikap tersebut, praktikan pertama-tama harus
sadar untuk mematuhi peraturan-peraturan keselamatan kerja yang berlaku. Ingat
bahwa pada perusahaan-perusahaan konstruksi, kecelakaan secara fisik dapat dicegah
oleh setiap pekerja pada pekerjaannya sehari-hari.
2.2.3 Peralatan
Peliharalah peralatan dengan baik, bersih, bebas karat dan tajam. Jangan
menggunakan perkakas yang sudah rusak/tumpul. Alat tersebut bisa patah dan mungkin akan
melukai, misalnya : sebuah kepala martil yang lepas dari tangkainya akan dapat pengenai
pekerja itu sendiri atau mengenai pekerja lainnya. Jika peralatan kotor, berminyak atau
berkarat, sulit dibayangkan apakah peralatan tersebut aman digunakan.
b. Safety Shoes
Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa
kakikarena benda
tajam atau berat, benda
panas, cairan kimia dan
sebagainya.
c. Sepatu Boot
Sepatu karet
(sepatu boot) adalah
sepatu yang didesain
10
khusus untuk pekerjayang berada di
area basah (becek atau berlumpur).
Kebanyakan sepatu karet dilapisi
dengan metal untuk melindungi kaki
dari benda tajam atau berat,
benda panas, cairan kimia, dsb.
d. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung
tangan pada saat bekerja di tempat
atausituasi yang dapat
mengakibatkan cedera tangan.
Bahan dan bentuk sarungtangan di
sesuaikan dengan fungsi masing-
masing pekerjaan.
e. Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring
udara yang dihirup saat bekerja di
tempat dengankualitas udara buruk
(misal berdebu, beracun, dsb).
f. Baju Praktek.
Pakaian yang digunakan agar
badan terlindung dari kotoran kotoran
saat berkerja.
11
g. Sabun tangan dan Handbody
Digunakan untuk membersihkan
tangan supaya tidak kasar dan
berlubanApabila sewaktu-waktu
terjadi kecelakaan yang dapat
dilakukan yaitu dengan melakukan
P3K dan melaporkan kepada
instruktur.
2. Pakaian kerja yang terlalu longgar jangan dipakai jika akan menngoperasikan mesin
tersebut.
3. Rambut yang panjang dapat tergulung pada peralatan yang berputar dan dapat
mencelakainya.
4. Cincin dan perhiasan lainnya merupakan sesuatu yang berbahaya terhadap mesin yang
berputar dan juga berbahaya jika melakukan pekerjaan pengeboran dinding, lantai
serta pemotongan bata dengan alat circle.
12
5. Peralatan gerinda harus memiliki tudung pengaman. Kaca peralatan gerinda harus
dipasang. Kaus tangan harus dilepas saat mengoperasikan peralatan gerinda. Kaus
tangan kadang-kadang menyentuh antara tudung pengaman dan roda gerinda, yang
dapat menyebabkan luka pada tangan.
6. Pakailah kacamata pengaman bilamana tempat berdebu dan angin, kenakan masker
pernapasan untuk melindungi hidung dari debu, pakailah pelindung telinga bila
bekerja pada tempat yang bising oleh suara mesin yang beroperasi dan pakailah topi
kerja bila sedang bekerja.
13
Jika memulai pekerjaan di lapangan/lahan yang masih terdapat semak-semak,
harus berhati-hati terhadap gigitan hewan berbisa, seperti ular weling, kolojengking,
maupun hewan yang hanya menimbulkan iritasi/gatal-gatal pada kulit seperti ulat api,
ulat kuda maupun tawon / sekawanan tawon.
14
2.3 Ikatan Batu Bata (Bricks Bond)
2.3.1 Pengertian
Ikatan batu bata diperlukan agar konstruksi kuat, tahan lama serta memenuhi
syarat sisi estetika arsitektural. Ikatan batu bata dapat disusun dalam ketebalan 1 bata,
bata maupun bata. Pada umumnya, ikatan batu bata dengan ketebalan 1 batu
dibangun pada daerah yang memiliki musim dingin, seperti di Eropa dan Amerika
serta di Negara-negara lainnya. Akan tetapi di Indonesia, seperti yang banyak ditemui
pada kota-kota besar, sedang, maupun kota-kota kecil dimana bangunan-bangunan
kurun waktu hingga tahun tujuh puluhan, masih ada yang menggunakan dinding batu
bata dengan ketebalan 1 batu, terutama untuk bangunan rumah induk. Sedangkan
untuk dinding lainnya menggunakan ikatan batu bata dengan ketebalan bata dan
atau bata. Di Indonesia dan Negara berkembang lainnya, syarat suatu bangunan,
salah satunya adalah hemat biaya, sehingga kurun waktu tersebut dan oleh karena
perkembangan teknologi, hingga sekarang, bangunan rumah tinggal dan gedung-
gedung lainnya, membangun dinding-dinding batu batanya menggunakan ketebalan
bata. Saat ini di Negara-negara maju telah menggunakandinding batu bata ketebalan
batu yang mereka sebut sebagai ikatan modern oleh karena akibat resesi ekonomi
pada Negara-negara maju, sehingga ikatan batu bata dengan ketebalan batu adalah
yang paling ekonomis diantara jeis-jenis ikatan lainnya.
15
2.3.3 Jenis-Jenis Ikatan Batu Bata
Berbagai macam jenis ikatan batu bata telah diperkenalkan dan
dibuat/dipasang terutama oleh Negara-negara maju. Ikata-ikatan batu bata yang telah
dikenal dan pernah digunakan pada bangunan-bangunan gedung di Indonesia, antara
lain adalah :
1. Stretcher Bond
2. Header Bond
3. Facing Bond
4. English Bond
5. Flemish Bond
6. Dutch Bond
7. English Cross Bond
8. Brick on Edge Bond
9. Raking Bond
10. Zigzag Bond
11. Garden Wall Bond
Beberapa contoh ikatan dibawah ini diperlihatkan,
16
Ikatan jenis ini adalah suatu pilihan (alternative) lapisan ikatan header dan
ikatan stretcher. Merupakan salah satu ikatan batu bata yang kuat bila dinding
tebalnya 1 batu atau lebih.
17
PASANGAN DALAM POSISI SIKU
18
2.3.9 Garden Wall Bond
19
Memasang dinding bata membutuhkan pengetahuan dan kondisi fisik yang
cukup prima agar hasil yang dicapai sesuai standard. Standard dalam arti memenuhi
syarat kekuatan dan kerapian, ketegakan dan kelurusan serta ergonomic sesuai yang
direncanakan. Seperti telah diketahui, syarat batu bata adalah kepadatan, warna
diharapkan sama (matang bakar), ke enam sisinya siku-siku satu dengan lainnya,
ukuran sama, daya serap terhadap air rendah. Syarat bata yang telah dipasang adalah
tidak retak, apalagi pecah. Syarat adukan/mortar/spesi yang telah dipasang dengan
bata adalah setelah adukan/mortar/spesi kering beberapa hari, kekerasannya setidak-
tidaknya sama dengan batu bata yang terpasang. Syarat adukan yang dipasang, siar-
siarnya (nat-nya) baik siar datar maupun tegak harus padat (tidak keropos) yang
mengakibatkan berkurangnya kekuatan konstruksi dinding bata.
2. Ukur kedataran kedua permukaan pasangan bata dengan menggu-nakan tongkat ukur
dan waterpass
20
3. Pasang Line-Bobbyn pada kedua ujung pasangan dengan keadaan benang regang
(lurus)
4. Pasang batu bata dengan adukan selurus dan sedatar benang dengan siar / nat (jarak
antara) setebal 1 cm
7. Lapisan selanjutnya (lapisan ke II) memasang batu bata ukuran 1/2 batu pada kedua
ujungnya dan diukur tegak lurus kedua sisi dan datar dengan waterpass seperti pada
langkah ke 2 (tersebut diatas).
8. Setelah pasangan dalam keadaan datar, lepaskan waterpass dan tongkat ukur, pasang
Line-Bobbyn seperti langkah ke 3.
9. Pasang batu bata utuh dengan spesi hingga penuh seperti syarat diatas.
21
10. Pasang batu bata utuh dengan spesi hingga penuh seperti syarat diatas.
22
Tebal plesteran dinding dapat dibuat 1 cm, adakalanya dibuat lebih tebal yang
biasanya karena pasangan dinding bata yang dikerjakan tidak begitu rapi atau tidak
tegak lurus. Akan tetapi seorang engineer akan lebih teliti untuk mengawasi
pelaksanaan pemasangan dinding bata agar penggunaan bahan plesteran lebih hemat.
Plesteran dinding bata dapat dibuat 1 (satu) lapis yang artinya adalah setelah
dinding bata dibasahi dengan air bersih, dilakukan pemasangan/penempelan bahan
plesteran ke permukaan dinding bata lalu diratakan, setelah dibiarkan kering selama 2
atau 3 hari, selanjutnya dihaluskan dengan bahan finishing yang dikehendaki yang
biasa dikenal sebagai lapisan acian, misalnya dilapisi dengan pasta semen (PC+Air
bersih), PC+kapur halus+air (1PC : Kapur), Bahan Epoxy untuk finishing plesteran
yang dijual umum maupun Kapur halus+Semen merah halus (1 KP: SM).
Plesteran dinding bata dapat pula dibuat 2 lapis, yaitu lapisan pertama setebal
1 mm sampai 3 mm dengan komposisi 1 PC : 2 sampai 3 Pasir ayak halus. Lapisan ini
dikerjakan dengan cara dikemprot pada permukaan dinding bata hingga rata. Lapisan
pertama dimaksudkan sebagai selimut kedap air terhadap permukaan bata dan lapisan
kedua setebal 7 mm sampai 1 cm (10 mm) sebagai lapisan isian.
2. Periksa ketegakan pasangan dinding dengan unting-unting (lot / plumb bob) dan
tandai dengan memasang benang lurus (ujung-ujungnya dipasang paku).
3. Pasang kepala plesteran dengan permukaan tegak lurus benang unting-unting selebar
2 - 5 (umumnya 3 cm), setebal 1 - 2 cm, setinggi dari lantai (boleh dari plint) hingga
setinggi dinding yang dipasang, bila untuk ruangan, kepala plesteran dari sudut
dinding dengan jarak 20 cm, dan jarak interval 1 - 1,5 m.
23
4. Pasang kepala plesteran 3 selurus kepala plesteran 1 & 2 dengan menarik benang
lurus.
5. Perciki permukaan dinding yang akan diplester dengan air, isikan bahan plesteran
(adukan) dengan komposisi adukan yang dikehendaki, pada permukaan dinding
dengan ketebalan lebih sedikit dari pada kepala plesteran.
6. Ratakan dan potong permukaan plesteran dengan menggunakan jidar atau tongkat
kayu yang lurus dengan berpedoman pada permukaan kepala plesteran 1 & 3.
24
7. Isikan plesteran dari bidang kepala plesteran 3 & 2, ratakan dan potong permukaan
plesteran dengan menggunakan jidar atau tongkat kayu yang lurus dengan
berpedoman pada permukaan kepala plesteran 3 & 2.
8. Isikan plesteran dari bidang kedua tepi kepala plesteran 1 & 2, ratakan dan potong
permukaan plesteran dengan menggunakan jidar atau tongkat kayu yang lurus
dengan berpedoman pada permukaan kepala plesteran 1 & 3 serta 3 & 2.
9. Ulangi langkah ke-7 seperti tersebut diatas, sehingga seluruh plesteran terisi dan
diratakan yang berpedoman dengan kepala plesteran.
25
BAB III
3.1.1 Tujuan
Memasang dinding batu bata dengan baik dan benar
Mengukur kedataran dan ketegakan dengan menggunakan waterpass
Meningkatkan pengetahuan dan skill tentang cara pemasangan pasangantegak
muka (Rollag miring)
3.1.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Pemasangan Rollag adalah :
1.Sendok Spesi
2.Waterpass
3.Skop
4.Penadah Semen
5.Ayakan
6. Geregaji
7. Meteran
8. Ember
Bahan yang digunakan dalam Pemasangan Rollag adalah :
1. Pasir
2. Batu Bata
3. Kapur
4. Air
26
4. Menambahkan air secukupnya ke dalam campuran pasir dan kapur
tersebut
5. Mengaduknya dengan sekop hingga mencapai kekentalan yang sesuai
Pemasangan Rolag
1. Mengukur tempat yang akan digunakan praktek bata menggunakan roll
meter berentuk L
2. Menyiapkan batu bata yang akan digunakan untuk rolag dan merendamnya
dengan air bersih.
3.2.1 Tujuan
Mahasiswa mampu memasang dinding setengah bata dan mencetaknya.
Mahasiswa mampu melakukan pemasangan bata dengan sudut siku di pertemuan
dinding.
Mahasiswa dapat membuat sudut siku-siku dilapangan dengan alat sederhana
Mahasiswa dapat membuat konstruksi sambungan sudut siku dengan benar
Mahasiswa dapat memasang batu bata pada sudut pertemuan dinding dengan tegak
dan datar
27
3.2.3 Alat
Sendok spesi
Ember
Ayakan pasir
Line bobbyn
Water pass
Meteran
Skop
Gerobak dorong
3.2.4 Bahan
Pasir
Kapur
Batu bata
Air
28
Diketahui :
Ukuran batu bata : 23 x 11 x 5 cm
Tebal siar datar : 1cm + 2mm
Panjang pasangan : 130 cm
Tinggi pasangan : 105
Komposisi campuran : 1 kapur : 5 pasir
Luas dinding segi empat
= 1,30 x 0,76
= 0,988 m2
Jumlah bata
Horizontal = 6 biji
Vertikal = 11 biji
Jumlah total
6 x 11 = 66 biji
Jika 0,988 m2 memerlukan bata sebanyak 66 biji maka :
Setiap 1 m2 = 1/ 0,988 x 70 = 66,81 biji bata = 67 biji bata
66,81 + 8.5 biji bata (pilar) =75.31 = 76 biji bata
3.3 Plester
3.3.1 Tujuan
Mahasiswa mampu memplester dinding batu bata dengan baik dan benar, serta
rata.
Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan bahan yang dipakai.
Dapat menggunakan alat dengan baik dan benar.
29
3.3.4 Alat dan bahan
Alat:
Sendok spasi
Sekop
Ember
Ayakan pasir
Waterpass
Benang
Ruskam kayu
Bahan:
Pasir
Kapur
Air
30
11. Bahan tersebut kemudian diaduk dengan cara membolak balikkan dengan
menggunakan sekop serta memindahkannya dari ujung yang satu keujung
lainnya sampai tercampur rata.
12. Plesteran dimulai dari pemasangan papan kayu/klos setebal 1 cm untuk
membuat kepala plesteran, setelah itu ratakan plester dengan tebal sesuai
kepala plester.
13. Plester setiap sisi dinding dengan menambahkan campuran.
14. Untuk sedikit menghaluskan dan meratakan permukaan maka kita gosok
dengan ruskam, dengan cara digosok dengan arah melingkar berulang kali,
sebaiknya ruskam dibasahi air lalu gosok lagi.
3.4 Pengacian
3.4.1 Tujuan
Dapat melaksanakan pengacian dengan baik dan benar sesuai instruksi
Mampu mengetahui alat dan bahan yang dibutuhkan
Memahami tata cara pelaksanaan dan mengetahui dasar-dasar pengacian
31
3.4.2 Instruksi Umum
Pahami gambar kerja
Gunakan alat sesuai dengan fungsinya agar pekerjaan job cepat terlaksana
Setelah melaksanakan pekerjaan bersihkan lokasi dan alat
32
Volume acian = L x tebal acian
= 0,858 m2x 0,005 m
= 0,00429 m3
33
BAB IV
4.1.1 Tujuan
Memasang batu bata dengan baik dan benar
Mengukur kedataran dan ketegakan dengan menggunakan waterpass
Memasang beton dengan baik dan benar
4.1.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Pengaplikasian adalah :
1.Sendok Spesi
2.Waterpass
3.Skop
4.Penadah Semen
5.Ayakan
6. Palu
7. Meteran
8. Ember
9. Linggis
10. Benang
11. Paku
Bahan yang digunakan dalam Pengaplikasian adalah :
1. Pasir
2. Batu Bata
3. Semen
4. Air
5. Beton
34
3. Mengambil spesi menggunakan sendok spesi kemudian meletakkannya
pada bata
4. Menyusun bata
5. Mengecek kedataran dengan menggunakan waterpass.
6. Setelah pemasangan bata selesai melanjutkan pemasangan beton
diatasny yang sudah dilapisi spesi
7. Menutup rongga antara pasangan beton dengan spesi
8. Jika pemasangan sudah selsei lakukan pekerjaan finishing dengan
memlester bagian depan pasangan beton dengan perbandingan 1 : 4
9. Setelah itu lakukan pengacian dengan semen
4.2 Plester
4.2.1 Tujuan
Mahasiswa mampu memplester dengan baik dan benar, serta rata.
Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan bahan yang dipakai.
Dapat menggunakan alat dengan baik dan benar.
35
Ember
Ayakan pasir
Waterpass
Benang
Ruskam kayu
Bahan:
Pasir
Semen
Air
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Kesimpulan Job Pemasangan Rollag
Dalam pemasangan Rollag sangat perlu memperhatikan kesikuan dan
kedataran-
Pemasangan Rollag harus berjumlah ganjil-
Dalam pemasangan rollag batu tengah dipasang terakhir sebagai pengunci
Pemasangan rollag akan rapi bila pemasangannya dipasang tepat pada garis
pertemuan dua sisi pasangan batu yang menjadi dasar pada pemasangan rollag
dan papan penyangga ditopang kayu yang kuat
37
5.2 Saran
Pastikan pasangan dinding batu benar benar siku pada sudut pertemuannya
Siar tegak yang terdapat pada dinding itu tidak boleh sejajar
Usahakan line bobbyn tidak boleh kendor
Melakukan pengecekan untuk tiap lapisan bata agar hasil lebih maksimal serta
tidak menjadi hambatan nantinya
Penempatan alat dan bahan kiranya ditempatkan yang muda dijangkau serta tidak
menghalangi orang lain.
Pada saat melakukan plesteran dimulai dari permukaan dinding yang paling
menonjol sebagai acuan.
Usahakan ketebalan plesteran tidak melebihi standar yang ditentukan (1 1,5)
cm.
Sebelum menutupi dengan pasangan bata dengan plesteran harus di basahi dahulu
agar plesteran dapat menempel pada pasangan bata.
Plesteran tidak boleh terlalu kering atau berair agar dapat menepel dengan mudah
Sebaiknya pengacian yang berhadapan dengan tembok harus memperhatikan
kesikuan bidang pasangan sebab bidang pasangan tersebut tidak selamannya
benar-benar siku maka pengacian pada ujung bidang harus di sesuaikan
ketebalan aciannya.
38
BAB VI
GAMBAR KERJA
39
6.3 Plesteran
40
6.4 Gambar Hasil
41
6.5 Gambar Pengaplikasian
42