Anda di halaman 1dari 100

Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................i
BAB I . KOMPONEN ELEKTRONIKA DAN HUKUM DASAR
PADA RANGKAIAN LISTRIK................................................1
1.1 Komponen Elektronika..........................................1
1.2 Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik................8
BAB II RANGKAIAN PEMBAGI TEGANGAN, PEMBAGI
ARUS DAN SETARA...........................................................11
2.1 Rangkaian Pembagi Tegangan dan
Pembebanan..................................................................11
2.2 Rangkaian Pembagi Arus....................................13
2.3 Rangkaian Setara Thevenin dan Norton..........13
BAB III RANGKAIAN PENGISIAN DAN PENGOSONGAN
KAPASITOR SERTA RANGKAIAN PENGUBAH
GELOMBANG......................................................................18
3.1 Pengisian dan Pengosongan Kapasitor............18
3.2 Rangkaian Pengintegralan RC Pasif
(Integrator)....................................................................24
3.3 Rangkaian Pendiferensial RC Pasif (Diferensial)
25
BAB IV RANGKAIAN PEREDAM SINYAL (FILTER)...........28
4.1 Filter Lolos Rendah Pasif....................................28
4.2 Filter Lolos Tinggi Pasif......................................31
BAB V RESONANSI LISTRIK PADA RANGKAIAN RLC
DAN ALIH TEGANGAN.......................................................35
5.1 Resonansi RLC seri..............................................35
5.2 Resonansi RLC parallel.......................................39
BAB VI DIODA SEMI KONDUKTOR DAN APLIKASINYA..44
6.1 Teori semikonduktor............................................44
6.2 Dioda persambungan p-n...................................49
6.3 Karakteristik dioda..............................................51

1
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

6.4 Karakteristik dioda persambungan p-n...........51


6.5 Karakteristik dioda zener...................................54
BAB VII DIODA SEBAGAI PENYEARAH..........................57
7.1 Penyearah Setengah Gelombang......................57
7.2 Penyearah Gelombang Penuh............................59
7.3 Penyearah dengan Polaritas Ganda dan
Regulator Tegangan (Penyearah dengan Polaritas
Ganda, Regulator Tegangan dengan Dioda Zener)..61
BAB VIII DIODA SEBAGAI PEMBENTUK GELOMBANG...64
8.1 Pengertian............................................................64
8.2 Rangkaian Penggunting (Clipper).....................64
8.3 Rangkaian Pengapit (Clamp).............................65
8.4 Rangkaian Pelipat Tegangan..............................67
BAB IX TRANSISTOR BIPOLAR........................................71
9.1 Pengertian dan Tipe Transistor.........................71
BAB X TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT.......................73

2
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

BAB I
KOMPONEN ELEKTRONIKA DAN HUKUM DASAR
PADA RANGKAIAN LISTRIK

1.1 Komponen Elektronika


1. Komponen Pasif
Komponen yang dapat berfungsi atau bekerja
tanpa memerlukan suatu daya (battere, catu
daya, adaptor). Komponen Pasif terdiri dari:
Resistor, Kapasitor, Induktor, dan Transformator.
2. Komponen Aktif
Komponen yang baru berfungsi atau bekerja bila
diberi daya. Komponen Aktif terdiri dari: Dioda,
Transistor, dan IC (Integrated Circuit).

Resistor
Resistor berasal dari kata resist yang berarti
menghambat, resistor diartikan sebagai hambatan atau
tahanan. Resistor terdiri dari:
1. Resistor Kawat
2. Resistor Film Karbon
3. Resistor Variabel
4. Resistor Non Linear

Resistor Kawat
Besar nilai hambatan bergantung pada panjang kawat (
l ), luas penampang (A), dan jenis bahan ( ).
Memenuhi persamaan berikut ini:

R = besar nilai tahanan ()


l = panjang kawat ( m )
l A = luas penampang kawat (
R=
A m2 )
= hambatan jenis ( m
)

1
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Nilai hambatan jenis dari beberapa bahan:


Hambatan
Bahan
Jenis ( )
Konduktor
Perak 1,59 10
8

Tembaga 1,72 10
8

Emas 2,44 108


Aluminium 2,82 108
Tungsten 5,65 108
Besi
9,71 108
Platina 8
10,6 10
Semikonduktor
Karbon 3,50 105
Germanium 0,46
Silicon 640
Isolator
Kaca 10
10 10
14

Kuarsa 7,5 1017

Resistor Film Karbon


Memiliki nilai tahanan tetap, dan nilai tahanan bisa
dibaca dari warna cincin.
Cincin Cincin Cincin Cincin
Warna
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4
Hitam 0 0 10
0
-
Coklat 1 1 10
1 -
Merah 2 2 10 2 -
Jingga 3 3 10 3 -
Kuning 4 4 10 4 -
Hijau 5 5 -
105
Biru 6 6 6 -
10
Ungu 7 7 7 -
Abu-abu 8 8 10 -
8
Tidak 9 9 10 -
9
Berwarna 10

2
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Coklat - - - 1
Merah - - - 2
Emas - - - 5
Perak - - - 10
Tidak - - - 20
Berwarna

Menentukan nilai tahanan berdasarkan kode


warna
Bila resistor memiliki 4 cincin:

R=C 1 C 2 10C C 4
3

C 1 C 2 C3 C 4

Contoh:
Sebuah resistor dengan kode warna berturut-turut,
kuning, ungu, hitam, dan perak, memiliki tahanan
dengan nilai
1
R=(47 10 10 )
R=(470 10 )
Toleransi
10
10 dari R= 470=47
100
Nilai tahanan adalah R=(470 47)
Bila resistor memiliki 5 cincin:

R=C 1 C 2 C 3 10C C 5
4

C1 C2 C3 C 4 C 5

Contoh:

3
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Sebuah resistor dengan kode warna berturut-turut,


kuning, ungu, hitam, hitam, dan coklat, memiliki
tahanan dengan nilai
R=(470 10 0 1 )
R=(470 1 )
Toleransi
1
1 dari R= 470=4,7
100
Nilai tahanan adalah R=(470 4,7)

Nilai tahanan memenuhi deret


E6 10,15,22,33,47,68,
,100,150,220,330,470,680,1000,
E1210,12,15,18,22,27,33,39,47,56,68,82,..,100,1
50,220,330,470,680,.1000,

Resistor Variabel
1. Rheostat
2. Potensiometer
3. Preset

Resistor Non Linear


1. Termistor
Resistor yang nilai tahanannya berubah terhadap
temperatur
a. Termistor NTC (Negative Temperature
Coefficient)
Resistor yang nilai tahanannya berubah-ubah
sesuai dengan perubahan temperatur.
Semakin tinggi temperaturnya maka nilai
tahanannya kecil dan sebaliknya bila
temperaturnya rendah maka nilai tahanannya
semakin besar.
b. Termistor PTC (Positive Temperature
Coefficient)
c. Resistor yang nilai tahanannya berubah-ubah
sesuai dengan perubahan temperatur.

4
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Semakin tinggi temperaturnya maka nilai


tahanannya besar dan sebaliknya bila
temperaturnya rendah maka nilai tahanannya
juga rendah.

2. LDR (Light Dependent Resistor)


Resistor yang nilai tahanannya bergantung pada
cahaya yang datang pada permukaannya. Pada
keadaan gelap, nilai tahananya besar dan pada
keadaan terang , nilai tahanannya kecil.

Kapasitor
Komponen pasif yang dapat menyimpan muatan listrik
dengan kapasitansi tertentu. Kapasitansi didefinisikan
sebagai kemampuan dari suatu kapasitor dalam
menyimpan muatan. Makin besar nilai kapasitansi
makin besar pula kemampuannya dalam menyimpan
muatan begitu juga sebaliknya. Struktur dari sebuah
kapasitor terdiri dari dua buah plat metal.
Nilai kapasitansi dinyatakan oleh persamaan:

C = Kapasitansi ( F )
0 = permitivitas hampa (
2 2
C /N m )
A
C= 0 A = luas penampang kawat (
d
m2 )
d = Jarak kedua keeping
sejajar ( m )
Bila diantara dua keeping diberi bahan dielektrik maka
nilai kapasitansi bergantung pada bahan dielektrik yang
digunakan.
A C = Kapasitansi ( F )
C=
d = permitivitas dilektrik (
C / N m2 )
2

A = luas penampang kawat (


m2 )

5
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

d = Jarak kedua keeping


sejajar ( m )

Bahan dielektrik yang biasa digunakan


1. Udara vakum
2. Metal-oksida (tantalum, aluminium, magnesium,
titanium, niobium dan zinc)
3. Keramik, Mika, Plastik (poliester, polikarbonat,
polistiren, poliprofilen, metalize paper)

Nilai kapasitor berada dalam orde ( pF0,1 F )


1. Mikro Farad ( F ) = 106 Farad
2. Nano Farad ( nF ) = 109 Farad
3. Piko Farad ( pF ) = 1012 Farad

Kapasitor dibedakan
1. Berdasarkan Kekutubannya (Polar dan Non Polar)
a. Kapasitor Elektrolit
Kapasitor yang memiliki dua kutub (polar) dan
bahan dielektriknya adalah lapisan metal-
oksida (tantalum, aluminium, magnesium,
titanium, niobium dan zinc).
b. Kapasitor Non Elektrolit
Kapasitor yang tidak memiliki kutub (non
polar) dan bahan dielektriknya adalah keramik,
film, mika, dan Plastik (poliester, polikarbonat,
polistiren, poliprofilen, metalize paper).
2. Kapasitor Variabel
Nilai kapasitansinya bisa diubah-ubah
3. Kapasitor Trimmer
Sama dengan kapasitor variabel versi mungil.
Kapasitor Elektrolit
Mempunyai 2 kutub (kutub positif dan kutub
negatife)

6
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Kapasitansinya besar
Dalam orde mikro Farad ( F )
Berbentuk tabung

Kapasitor Non Elektrolit


Tidak mempunyai kutub
Kapasitansinya kecil
Dalam orde nano dan piko Farad ( nF dan pF
)
Berbentuk pipih

Nilai Kapasitor elektrolit memenuhi deret


E3 10,22,47,,100,220,470,1000,
E6 10,15,22,33,47,68,
,100,150,220,330,470,680,1000,

Transformator (Trafo)
Trafo adalah komponen pasif yang berfungsi merubah
tegangan AC dari satu tegangan ke tegangan yang lain.
Trafo hanya bekerja pada tegangan AC. Ia memiliki dua
kumparan yaitu: primer dan sekunder

Berdasarkan tegangan keluaran:


1. Trafo step up (menaikkan tegangan)
2. Trafo step down (menurunkan tegangan)

Berdasarkan sadapan (tap) yang dimiliki:


1. Trafo dengan CT (Center Tap)
2. Trafo tanpa CT

7
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Step Up Step
Down

Tanpa CT
dengan CT
Memenuhi persamaan:

V p N p is
= =
V s Ns V p
1.2 Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik
Ampermet Voltmeter Wattmeter

Alat ukur Alat ukur Alat ukur

Kuat Arus Tegangan Daya (P)


(I)

Berkaitan dengan besaran

Paralel Rangkaian Seri


Listrik ARUS
Paralel

Memenuhi

Hk.Ohm Hk.Kircho Hk.Kircho


ff 1 ff 2
Ciri-ciri Ciri-ciri

8
Daya Kuat Arus
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Tegangan Kuat
Sama Arus

Tegangan Resistansi

V
I R
Hubungan tegangan (V ) , kuat arus (I ) , dan
tahanan (R)

Hukum dasar rangkaian listrik meliputi:


1. Hukum Ohm

9
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Pada suhu konstan, arus yang mengalir melewati


konduktor sebanding dengan beda potensial
kedua ujungnya.

V =IR

2. Hukum Kirchoff I (tentang arus)


Pada rangkaian listrik bercabang, jumlah kuat
arus yang masuk pada titik cabang sama dengan
jumlah kuat arus yang keluar dari cabang itu.

imasuk= ikeluar
3. Hukum Kirchoff II (tentang tegangan)
Jumlah dari ggl dan penurunan tegangan
sepanjang rangkaian tertutup sma dengan nol.

+ IR=0
A. BUKU SUMBER

Buku Wajib
[1] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan Penerapannya Jilid 1,
ITB Bandung, Bandung.
[2] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan Penerapannya Jilid 2,
ITB Bandung, Bandung.
[3] Asrizal, (2001), Petunjuk Praktikum Elektronika Dasar I, FMIPA
UNP, Padang

Buku Anjuran
[4] William L, faissler, (1991), An Introduction To Modern
Electronics, John Wiley & Sons, new York.
[5] Paul, et all, (1985), Pengantar Ilmu Teknik Elektronika,
[6] Gramedia, Jakarta.
Petruzella, Frank D, (2001), Elektronik Industri, Andi,
Yogyakarta.

10
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

11
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

BAB II
RANGKAIAN PEMBAGI TEGANGAN, PEMBAGI ARUS
DAN SETARA

2.1 Rangkaian Pembagi Tegangan dan


Pembebanan
Rangkaian Pembagi Tegangan
Rangkaian pembagi tegangan berlaku pada
rangkaian seri

V ea
o

e a
R1

R2 V ab
o

f b

Dengan menggunakan prinsip pembagi tegangan


dapat ditentukan tegangan pada titik ab dan ea,
masing-masing nilainya adalah

R2 R1
V ab= dan V ea =
R2 + R1 R 2+ R 1
o

Pembebanan

Misalkan: R1=R2 =1k ,


dan =12V

12
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Tegangan keluaran dalam keadaan terbuka Vo

R2 1k
V o= = 12 V =6 V
R 2 + R1 ( 1+ 1 ) k o

Rangkaian diberi beban


o
R L=1 k (dengan
R1=R2 =1k , dan =12V )

Tegangan keluaran dalam keadaan terbeban V ob

R2 R L (1 1) k
V ob= = 12V =4 V
R2 R L + R 1 ( ( 1 1 ) +1 ) k

Terjadi jatuh tegangan Vo (selisih tegangan


dalam keadaan terbuka V o , dan terbeban V ob )

V o =V oV ob=6 V 4 V =2 V
Rangkaian diberi beban R L=1 k (dengan
R1=R2 =100 , dan =12V )

R2 R L ( 100 1000 )
V ob= = 12V =5,71V
R2 R L + R 1 ( ( 100 1000 ) +1 00 )

Terjadi jatuh tegangan Vo

V o =V oV ob=6 V 5,71 V =0,29 V


Bandingkan hasilnya!

13
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Maka dapat disimpulkan: dengan membiarkan


R L dari R1 dan R 2 , jatuh tegangan yang terjadi
semakin kecil
2.2 Rangkaian Pembagi Arus
Rangkaian pembagi arus berlaku pada rangkaian
parale
a c
io i1 i2
R1 R2

b d
2.3 Rangkaian Setara Thevenin odan Norton
Rangkaian Setara Thevenin

Misalkan:
R1=R3 1 k ,
R2=1 k dan =12V
o 1. Menentukan hambatan thevenin RTH
Hubungkan singkat tegangan sumber, akibatnya
R2 // R1

Hambatan thevenin adalah

RTH = [ ( R1 / R 2 ) + R3 ] / R4

RTH = [ (1 / 2 ) +1 ] / 1=625

14
d

Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik


a

c TH
2. Menentukan tegangan thevenin

b
Tentukan hambatan total RT (hambatan
pengganti total)

RT =[ ( R 4+ R 3 ) / R2 ] + R1

RT =[ ( 1+1 ) /2 ] +1=2 k

Tentukan arus yang melewati tahanan R4 ,


pertama tentukan arus total io melalui
persamaan
=i o RT

12V =i o 2 k

i o=6 mA

Tegangan di titik dc sama dengan titik dabc

V dc =V dabc

R2 i 1=( R3 + R 4 ) i 2

2 i 1=( 1+1 ) i 2

15
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

i 1=i 2

Dengan menggunakan hukum kirchoff 1,


diperoleh hubungan
i o=i 1+ i2

6=i1 +i 1=2 i1
Maka
i 1=i 2=3 mA

Tentukan tegangan dalam keadaan terbuka


V o (tegangan keluaran diambil dari R4 )
V o=i 2 R 4=( 3 mA ) ( 1 k )=3 V
Maka TH =V o=3V

3. Membuat rangkaian setara thevenin


a

Bila diberi bebanan RL sebesar 1 k

16
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Tegangan dalam keadaan terbeban (dengan prinsip


pembagi tegangan)
RL 1k
V ob= TH = 3 V =1,85 V
R L + RTH 1 k +625

Maka jatuh tegangan adalah

V =V oV ob =3V 1,85 V =1,15 V

Rangkaian Setara Norton

Bila diberi bebanan RL sebesar 1 k

17
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Arus dalam keadaan terbeban (dengan prinsip


pembagi arus)

RL 1k
I L= IN= 3 mA =1,85 mA
R L+ R o 1 k +625
A. BUKU SUMBER

Buku Wajib
[1 Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan Penerapannya
] Jilid 1, ITB Bandung, Bandung.
Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan Penerapannya
[2 Jilid 2, ITB Bandung, Bandung.
] Asrizal, (2001), Petunjuk Praktikum Elektronika Dasar
I, FMIPA UNP, Padang
[3
]
Buku Anjuran
[4 William L, faissler, (1991), An Introduction To Modern
] Electronics, John Wiley & Sons, new York.
Paul, et all, (1985), Pengantar Ilmu Teknik Elektronika,
[5 Gramedia, Jakarta.
] Petruzella, Frank D, (2001), Elektronik Industri, Andi,
[6 Yogyakarta.
]

BAB III

RANGKAIAN PENGISIAN DAN PENGOSONGAN


KAPASITOR SERTA RANGKAIAN PENGUBAH
GELOMBANG

18
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

3.1 Pengisian dan Pengosongan Kapasitor


Pengisian Kapasitor

C Vc(t)

Persamaan tegangan

q dq q
=IR+ =R +
C dt C
Merupakan PDB Orde 1

dq q
= +
R dt RC

Pemisahan variabel
dq 1
= dt
(C q) RC

Integralkan masing-masing ruas

dq 1
(Cq) = RC dt

d ( Cq) 1
= dt
(Cq) RC

t
ln (Cq)= +k
RC
t
+k
RC
Cq=e

19
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

t
q ( t )=C A e RC
Masukan syarat batas, saat t=0, kapasitor dalam
keadaan kosong dan
q ( t=0 )=0

q ( t=0 )=C A=0

C= A

Substitusikan kepersamaan muatan


t
RC
q ( t )=C C e

t
q ( t )=C (1e RC )

Persamaan muatan adalah


t
RC
q ( t )=q o (1e )

Tegangan keluaran diambil pada kapasitor

q i
V c ( t )= = dt
C C

Tegangan pada tahanan R adalah

i
C
V R = V c ( t )= dt
i
C
iR= dt
Diferensialkan kedua ruas

di i
R=
dt C

20
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

di 1
= dt
i RC
Integralkan ruas kiri dan kanan

di 1
i RC
= dt

1
ln i= t+ k
RC
1
t
i(t)= Ae RC

Masukkan syarat batas, pada saat t=0, i ( t=0 )=i o


dan tegangan pada kapasitor adalah nol V c ( t=0 )=0
i(t)R= V c (t )

i(t=0) R= V c ( t=0 )

i o R=


i o=
R
1
t
Dan dari persamaan arus i(t)= Ae RC dengan
syarat batas yang sama, diperoleh

i(t=0)= A
maka

i o= =A
R
Persamaan arus adalah
1 1
t t
i(t)= e RC i o e RC
R

21
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Persamaan tegangan pada dapat diturunkan dari


persamaan muatan
t
RC
q ( t )=C (1e )

t
q (t)
= (1e RC )
C
Persamaan tegangan adalah

t
(
V c ( t )= 1e RC )
Grafik arus terhadap waktu dan grafik tegangan
terhadap waktu

Pengosongan Kapasitor

22
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Persamaan tegangan (sumber dihubungkan singkat)

q dq q
=IR+ =R + =0
C dt C
Merupakan PDB Orde 1

dq q
+ =0
dt RC

Pemisahan variabel
dq 1
= dt
q RC
Integralkan masing-masing ruas

dq 1
q RC
= dt

t
ln q= +k
RC
t
+k
q=e RC
t
q ( t )= A e RC

Masukan syarat batas, saat t=0, kapasitor dalam


keadaan penuh dan
q ( t=0 )=q o
q ( t=0 )=A=qo

A=qo
Persamaan muatan adalah

t
q ( t )=q o e RC

23
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Persamaan tegangan pada dapat diturunkan dari


persamaan muatan
t
RC
q ( t )=q o e

t
q ( t ) qo RC
V c ( t )= = e
C C

Persamaan tegangan adalah


t
RC
V c ( t )= e

3.2 Rangkaian Pengintegralan RC Pasif


(Integrator)

Vi C Vo

24
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

=R C T

Vi

=R C T

3.3 Rangkaian Pendiferensial RC Pasif


(Diferensial)

25
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

=R C T

=R C T

A. BUKU SUMBER

Buku Wajib

26
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

[1] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan


Penerapannya Jilid 1, ITB Bandung, Bandung.
[2] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan
Penerapannya Jilid 2, ITB Bandung, Bandung.
[3] Asrizal, (2001), Petunjuk Praktikum Elektronika
Dasar I, FMIPA UNP, Padang

Buku Anjuran
[4] William L, faissler, (1991), An Introduction To
Modern Electronics, John Wiley & Sons, new York.
[5] Paul, et all, (1985), Pengantar Ilmu Teknik
[6] Elektronika, Gramedia, Jakarta.
Petruzella, Frank D, (2001), Elektronik Industri,
Andi, Yogyakarta.

27
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

BAB IV
RANGKAIAN PEREDAM SINYAL (FILTER)

4.1 Filter Lolos Rendah Pasif


Pembagi tegangan
Z 2
V o ( ) = V ( )
Z 2+ Z 1 i
Dapat ditulis
V o ( ) Z 2
=
V i ( ) Z 2+ Z 1

Fungsi Alih
( )
( ) = V o = Z2
G
V i ( ) Z 2 + Z 1

( )= 1/ jC = 1
G
1
=
1
1/ jC + R jC 1 / jC + R 1+ jRC
p
( )= 1
G
1
= p
1
=
RC 1/RC + j p + j p + j

Fungsi alih kompleks adalah


( )= p
G
p+ j
Amplitudo fungsi alih

|G ( )|=G ( ) G ( )

28
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

|G ( )|=
p

p
p + j p j
=
p2
=
p
( p + ) ( 2 + 2 )12
2 2

Amplitudo fungsi alih adalah

p
|G ( )|=G ( )= 1
2 2 2
( p + )
Dalam decibel
V ()
G ( )=20 log o
V i ()

p
G ( )=20 log 1
=20 log p10 log ( p2+ 2 )
( p2 + )
2 2

Amplitudo fungsi alih dalam decibel adalah

G ( )=20 log p10 log ( p2 +2 )

Tanggapan Fasa
Rasionalkan fungsi alih kompleks
2
p j p j p
( )=
G p = 2 2
p+ j p j p +

Pisahkan bagian riil dan imajiner

p2
( )=
G 2 2
j 2 p 2
p + p +

29
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

2
( )=
G
p ( ) = p
G
2 dan
2
p + p2 +2

p
( ) p2 +2
G
tan = = =
( )
G p2 p
p2 +2

Tanggapan fasa dari tapis lolos rendah adalah

=arc tan (
)
p

Tanggapan amplitudo


4.2 Filter Lolos Tinggi Pasif

Pembagi tegangan

30
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Z 1
V o ( ) = V i ( )
Z 1+ Z 2
Dapat ditulis
V o ( ) Z 1
=
V i ( ) Z 1+ Z 2

Fungsi Alih
( )
( ) = V o = Z1
G
V i ( ) Z 1 + Z 2

( )= R R jC jRC
G = =
R+1/ jC 1/ jC + R jC 1+ jRC
( )= jRC j
G =
RC ( 1/ RC + j ) p + j

Fungsi alih kompleks adalah


( )= j
G
p+ j
Rasionalkan
2
j p j j p +
G ( )= =
p+ j p j p2 + 2
2
p
( )= + j
G 2 2
p + p2+ 2
Amplitudo fungsi alih

|G ( )|= [ G ( ) ] + [ G ( ) ]
2 2

[
2 2 2 2
|G ( )|= 2
2
p +
2
+
][
p
2
p +
2
=
] 4
2
+
p
( p2 +2 ) ( p2+ 2 )
2

|G ( )|=
4 + 2 p2
( p2+ 2 )
2
=
2 ( p2 + 2)
( p2+ 2 )
2

=
2
( p2 + 2)
Amplitudo fungsi alih adalah

31
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik


|G ( )|=G ( )= 1
2 2 2
( p + )
Dalam decibel
V ()
G ( )=20 log o
V i ()


G ( )=20 log 1
=20 log 10 log ( p2+ 2 )
( p 2+ )2 2

Amplitudo fungsi alih dalam decibel adalah

G ( )=20 log10 log ( p2 +2 )

Tanggapan Fasa
Fungsi alih kompleks tapis lolos tinggi
( )= + j p
2
G 2 2 2 2
p + p +

Bagian riil dan bagian imajiner

( )=
G
2 ( ) = p
G
2 2 dan
p + p2 +2
p
2 2
( ) p +
G p
tan = = =
( )
G 2

2 2
p +
Tanggapan fasa dari tapis lolos rendah adalah

p
=arc tan ( )
p

32
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Tanggapan amplitudo

A. BUKU SUMBER

Buku Wajib
[1] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan Penerapannya
Jilid 1, ITB Bandung, Bandung.
[2] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan Penerapannya
Jilid 2, ITB Bandung, Bandung.
[3] Asrizal, (2001), Petunjuk Praktikum Elektronika Dasar
I, FMIPA UNP, Padang

Buku Anjuran
[4] William L, faissler, (1991), An Introduction To Modern
Electronics, John Wiley & Sons, new York.
[5] Paul, et all, (1985), Pengantar Ilmu Teknik Elektronika,
[6] Gramedia, Jakarta.
Petruzella, Frank D, (2001), Elektronik Industri, Andi,
Yogyakarta.

33
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

BAB V
RESONANSI LISTRIK PADA RANGKAIAN RLC DAN
ALIH TEGANGAN

5.1 Resonansi RLC seri


Impedansi
1
Z =R + jL +
jC

1
(
Z =R + j L
C )
34
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Modulus


2
|Z |= R2 + L 1
( )
C

Kuat arus efektif yang mengalir pada rangkaian RLC


seri adalah:
V i
I=

(
R2 + L
1 2
C )
Kuat arus berubah dengan frekuensi dan mencapai
nilai maksimum ketika:
X L= X C

1 2 1
L=
atau =
C LC
Nilai arus maksimum pada saat frekuensi resonansi
mempunyai nilai:

1
o=
LC

Tegangan keluaran dari rangkaian RLC seri diambil


pada kapasitor,

35
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

V i
V o=


2
1
(
C R 2+ L
C )
Impedansi dinyatakan juga sebagai
1
(
Z =R + j L
C )
[ (
Z =R 1+ j
L

R RC
1
)]
[ (
L o 1
Z =R 1+ j o
o R o RC )]
[ (
Z =R 1+ j
o L o

o R

1
o RC )]
1
Karena o= , maka:
LC
2 1 1
o = atau o o=
LC LC

Masing-masing ruas dibagi R


o o 1 o L 1
= atau =
R RLC R o RC

Persamaan di atas disebut faktor kualitas dengan


simbol Q

o L 1
Q= =
R o RC

Sehingga,

36
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

[ (
Z =R 1+ j
o L o

o R

1
o RC )]
[ (
Z =R 1+ j

o

Q o Q
)]
[ (
Z =R 1+ jQ
o

o )]
Modulus,


2

|Z |= R2 + R2 Q2 o ( o )


2

|Z |=R 1+Q 2 o ( o )

Tegangan total dinyatakan sebagai V ab=I |Z |


2
1 o
Bila = o=
LC
, maka Q 2

o
=0
( ) dan

|Z |=R , tegangan total bernilai minimum


V ab=IR

{
o
o
2 Q (
o )
=1
Bila Q2
(
o )
=1 atau
o
Q (
o )
=1

maka |Z |=R 2
dan tegangan total bernilai
V ab=IR 2

37
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

2
o
Akar dari Q2
(
o ) adalah


+=o 1
1
2
4Q 2Q
+ o atau o + o

2Q



=o 1
1
o atau o o
4 Q2 2Q

2Q

Lebar resonansi didefinisikan sebagai:



+
=

o
(
= o+
2Q )(
o o
2Q )
o o o
= + =
2Q 2Q Q

Lebar resonansi adalah;

o
= atauQ= o
Q

5.2 Resonansi RLC parallel

38
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik


Admitansi

1 1
Y = + + jC
R jL

1 1
Y = + j C
R L ( )
Modulus admitansi adalah

( 1 2 2
1
|Y |=
R )(
+ C
L )
Tegangan
I
V ab =
Y

I
V ab=
1 1
R
+ j C
L ( )
Modulus tegangan

I
|V ab|=
( 1 2 2
1
R )(
+ C
L )
atau

39
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

I
|V ab|=
( ) (
2 2 2
1 1 R
R
+
R )( RC
L )
IR
|V ab =
|
(
2
R
1+ RC
L )
1
Dengan o= , maka:
LC
IR
|V ab|=

2
R
1+ o RC
o (
L )
IR
|V ab|=

2

1+(
o
R o C o
R
o L )
1
Karena o= , maka:
LC
1 1
o 2= atau o o=
LC LC

Masing-masing ruas dikali R

R R
o o R= atau o RC =
LC o L

Persamaan di atas disebut faktor kualitas dengan


simbol Q p

R
Q p= o RC =
o L

40
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Sehingga,
IR
|V ab|=

2

1+

o( R o C o
R
o L )
IR
|V ab|=

2
R
(
1+ Q p R o CQ p
o L )
IR
|V ab|=

2
R
(
1+Q p2 R o C
o L )
I
Tegangan total dinyatakan sebagai V ab=
Y
2
1 o
Bila = o=
LC
, maka Q p2
(
o )=0 dan

|Y |=R , tegangan total bernilai maksimum


V ab=IR

{
o
o
Qp (
o
=1 )
Bila Qp (
o )
=1 atau
o
maka
Qp (
o
=1 )
|Y |= R
2
dan tegangan total bernilai
IR
V ab=
2

41
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

2
o
Akar dari Q p2
(
o ) adalah



+=o 1+
1
2
+ o atau o + o
4 Qp 2 Qp

2Q p


1 o o
=o 1 + 2
atau o
4 Q p 2Q p 2Qp

Lebar resonansi didefinisikan sebagai:



+
=

o o
(
= o+
2 Qp
o)(
2Q p )
o
= + o = o
2Q p 2Q p Q p
Lebar resonansi adalah;

o
= atauQ p = o
Qp

42
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

A. BUKU SUMBER

Buku Wajib
[1] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan Penerapannya
Jilid 1, ITB
[2] Bandung, Bandung.
Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan Penerapannya
[3] Jilid 2, ITB
Bandung, Bandung.
Asrizal, (2001), Petunjuk Praktikum Elektronika Dasar I,
FMIPA UNP,
Padang

Buku Anjuran
[4] William L, faissler, (1991), An Introduction To Modern
Electronics, John Wiley & Sons, new York.
[5] Paul, et all, (1985), Pengantar Ilmu Teknik Elektronika,
[6] Gramedia, Jakarta.
Petruzella, Frank D, (2001), Elektronik Industri, Andi,

43
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Yogyakarta.

BAB VI
DIODA SEMI KONDUKTOR DAN APLIKASINYA

6.1 Teori semikonduktor

Semikonduktor adalah elemen dasar dari


komponen-komponen aktif dalam alat elektronika
seperti dioda, transistor dan IC (integrated circuit).
Istilah semi atau setengah konduktor digunakan
karena bahan ini memang bukan konduktor murni.
Berbeda dengan bahan-bahan logam seperti
tembaga, besi, timah yang termasuk konduktor yang
baik karena logam memiliki susunan atom yang
sedemikian rupa, sehingga elektronnya dapat
bergerak bebas. Pada umumnya semikonduktor
bersifat isolator pada suhu 0 C dan bersifat
konduktor pada suhu kamar.

Bahan semikonduktor yang biasa digunakan


adalah Silikon (Si), Germanium (Ge), dan Galium
Arsenida (GaAs). Pada awalnya Germanium adalah
bahan satu-satunya yang dikenal untuk membuat
komponen semikonduktor. Namun belakangan ini,
silikon menjadi populer setelah ditemukan cara
mengekstrak bahan ini dari alam. Silikon merupakan
bahan terbanyak ke dua yang ada dibumi setelah

44
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

O
oksigen ( 2) . Pasir, kaca dan batu-batuan lain

adalah bahan alam yang banyak mengandung unsur
silikon.

Baik Silikon maupun Germanium berada pada


kelompok IV dalam susunan berkala, sedangkan
Galium Arsenida yang terbentuk dari unsur Galium
dan Arsen mempunyai sifat seperti kelompok IV.
Semikonduktor Intrinsik
Bahan semikonduktor murni yang terdiri dari
unsur Silikon saja atau Germanium saja di sebut
semikonduktor intrinsik.

Struktur atom kristal silikon, terdiri dari satu inti


atom (nucleus) dan 4 elektron valensi. Ikatan inti
atom yang stabil adalah jika dikelilingi oleh 8
elektron, sehingga 4 buah elektron atom Kristal
tersebut membentuk ikatan kovalen dengan ion-ion
atom tetangganya. Pada suhu yang sangat rendah
0
( K ) .

Ikatan kovalen menyebabkan elektron tidak dapat
berpindah dari satu inti atom ke inti atom yang lain.
Pada kondisi demikian, bahan semikonduktor
bersifat isolator karena tidak ada elektron yang
dapat berpindah untuk menghantarkan listrik. Pada
suhu kamar, ada beberapa ikatan kovalen yang
lepas karena energi panas, sehingga memungkinkan
elektron terlepas dari ikatannya.Namun hanya
beberapa jumlah kecil yang dapat terlepas,
sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi
konduktor yang baik.

45
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Semikondutor Murni

Diagram Pita Energi


Semikonduktor Ekstrinsik
Semikonduktor yang terbentuk dari campuran
Intrinsik/murni (kelompok IV) dengan atom unsur
kelompok III atau kelompok V dalam susunan berkala
disebut semikonduktor ekstrinsik.

46
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Susunan Berkala (Tabel Periodik)

Campuran bahan semikonduktor intrinsik dengan


atom unsur kelompok V dalam susunan berkala
memiliki elektron lebih banyak dari pada lubang,
sehingga pembawa muatan bebasnya bermuatan
negatif. Semikonduktor jenis ini disebut tipe-n.
Sedangkan campuran bahan semikonduktor intrinsik
dengan atom unsur kelompok III dalam susunan
berkala mengandung lebih banyak lubang
dibandingkan electron. Akibatnya pembawa muatan
bebas yang utama bermuatan positif. Semikonduktor
jenis ini disebut tipe-p.

Semikonduktor tipe-n
Semikondutor dari kelompok IV dan kelompok V
membentuk ikatan kovalen. Menghasilkan kelebihan
kelebihan satu buah elektron valensi. Elektron ini
terikat amat lemah dan mudah terlepas, disebut
elektron donor(elektron ekstrinsik), dan atom dari
kelombok V disebut atom donor. Pada suhu 50 K
hampir semua atom donor terionkan, sedangkan

47
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

atom silikon baru terionisasi oleh eksitasi termal


pada suhu 450 K .

Pembawa muatan mayoritas adalah elektron dan


pembawa muatan minoritas adalah lubang.

Pembawa muatan pada tipe-n adalah:


lubang dan elektron intrinsik
elektron ekstrinsik dan ion donor yang tak
bebas

Semikonduktor Tipe-n

Konduktivitas semikonduktor tipe-n

n =q n N d

Kerapatan pembawa minoritas adalah:

Pi2
Pn=
Nd

48
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Diagram pita energi tipe-n


Semikonduktor tipe-p
Semikondutor dari kelompok IV dan kelompok III
membentuk ikatan kovalen. Atom dari kelompok III
mudah menangkap elektron sehingga disebut atom
akseptor. Ion silikon yang elektronnya ditangkap
oleh atom akseptor terbentuk menjadi lubang, yang
disebut lubang ekstrinsik.

Pembawa muatan mayoritas adalah lubang dan


pembawa muatan minoritas adalah elektron.

Semikonduktor Tipe-p
Konduktivitas semikonduktor tipe-n

p =q p N a

49
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Kerapatan pembawa minoritas adalah:


ni 2
N p=
Na

Diagram pita energi tipe p


6.2 Dioda persambungan p-n
Dioda adalah komponen aktif yang dapat
melewatkan arus pada satu arah saja. Ada beberapa
jenis dioda yaitu: dioda sambungan p-n, dioda zener,
dioda Tunnel, dioda Schttoky, dioda Varactor, Diac,
Triac, SCR, LED, dan fotodioda.

Jenis Dioda

Secara skematis dioda sambungan p-n dilukiskan,

50
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Katoda (-)

Anoda (+)

Terjadi difusi elektron tipe-p ke tipe-n di daerah


perbatasan (elektron mengisi lubang) timbul
polarisasi muatan yang mengakibatkan medan listrik
. Pada keadaan setimbang terbentuk lapisan deplesi
tebalnya beberapa mikron. Medan listrik di daerah
ini sekitar 104 sampai 106 V/cm

Tipe-p Tipe-n

Keadaan Awal

51
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Tipe-n

Tipe-p

Peristiwa Difusi

52
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Tipe-n

Tipe-p

Keadaan Setimbang
6.3 Karakteristik dioda
Karakteristik atau ciri dioda ditentukan oleh kurva I-V
(hubungan antara arus dioda dan beda tegangan
antara kedua ujung dioda).
6.4 Karakteristik dioda persambungan p-n
Bias Maju/reverse bias ( Open Switch )
Dioda memilki resistansi tak terbatas
( maksimum )
Dioda tidak dialiri arus
Sumber Tegangan akan jatuh semua pada
terminal dioda
Bias Mundur/forward bias ( Closed Switch )
Dioda memilki resistansi nol ( minimum )

53
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Dioda dialiri arus


Tidak ada Sumber Tegangan jatuh pada
terminal dioda

Lengkung Ciri Dioda


Pada lengkung ciri dioda, arus dioda I D =0 jika
V D =0 . Arus total pada keadaan tanpa panjar

54
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

adalah sama dengan nol. Jika dioda diberi panjar


maju V D >0 , arus dioda masih nol, ketika
V D =V potong , arus dioda naik dengan cepatnya.
Tegangan potong suatu dioda bergantung pada
bahan semikonduktor yang digunakan. Bahan yang
terbuat dari Silikon memiliki tegangan potong
V potong =0,7 sedangkan bahan yang terbuat dari
Germanium memiliki tegangan potong V potong=0,3 .

Pada tegangan mundur arus yang mengalir amat


kecil, sampai pada suatu tegangan mundur tertentu
yang dikenal dengan tegangan balik puncak V PIV
(peak inverse voltage) lengkung ciri dioda turun
dengan curam (breakdown). Pada dioda penyearah
V PIV =50 V ,100 V , 200V sampai beberapa kilovolt.

55
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

56
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Pengaruh Suhu pada Ciri Lengkung Dioda

Garis Beban
Berdasarkan gambar rangkaian berikut ini, dapat
diperoleh hubungan antara arus pada dioda dan
tegangan dengan menerapkan hukum kirchoff.

Rangkaian Dioda

Tegangan total V DD dinyatakan sebagai,


V DD =V D + I D R L
Maka,

V D V DD
I D= +
RL RL
Persamaan di atas menyatakan garis lurus dengan
1
kemiringan memotong sumbu VD (saat
RL
V DD
V D =V DD ) dan sumbu ID (saat
), I D =I A =
RL
garis inilah yang disebut dengan garis beban.

57
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Perpotongan garis beban dengan lengkung ciri dioda


disebut titik kerja.

58
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Garis beban

Titik kerja

59
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Titik Kerja dan Garis Beban


Untuk nilai V DD tetap dan variasi dari RL
seperti pada grafik di bawah ini,

60
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

61
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Garis Beban untuk Berbagai Nilai RL

Untuk dapat beroperasi pada daerah linear maka


nilai R L yang diharapkan adalah yang nilainya
kecil.

6.5 Karakteristik dioda zener


Sebenarnya tidak ada perbedaan sruktur dasar dari
diode zener, melainkan mirip dengan dioda. Tetapi
dengan memberi jumlah doping yang lebih banyak
pada sambungan P dan N, ternyata tegangan
breakdown dioda bisa makin cepat tercapai.

Katoda (-)
Anoda (+)

Simbol Dioda Zener

Dioda zener dibuat untuk bekerja pada daerah


breakdown dan menghasilkan tegangan breakdown
kira-kira dari 2 samapai 200 Volt. Dengan
memberikan tegangan riverse melampaui tegangan
breakdown zener, piranti berlaku seperti sumber
tegangan konstan. Jika tegangan yang diberikan
mencapai nilai breakdown, pembawa minoritas
lapisan pengosongan dipercepat hingga mencapai
kecepatan yang cukup tinggi untuk mengeluarkan
electron dari orbit luar. Efek zener berbeda-beda,
bila dioda di-dop banyak maka lapisan pengosongan
amat sempit. sehingga medan listrik pada lapisan
pengosongan sangat kuat.

62
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Dissipasi daya dioda zener sama dengan perkalian


tegangan dengan arusnya, yaitu:

PZ =V Z I Z

Selama PZ kurang dari rating daya PZ


maksimum dioda zener tidak akan rusak. Dioda
zener yang ada dipasaran mempunyai rating daya
dari W sampai lebih dari 50W. Penggunaan dioda
Zener sangat luas, kedua setelah dioda penyearah.
Dioda silikon ini dioptimumkan bekerja pada daerah
breakdown dan dioda zener adalah tulang punggung
regulator tegangan. Jika diode zener bekerja dalam
daerah breakdown, bertambahnya tegangan secdikit
akan menghasilkan pertambahan arus yang besar.
Ini menandakan bahwa Niode zener pempunyai
inpedansi yang kecil.

63
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Kurva Dioda Zener

A. BUKU SUMBER

Buku Wajib
[1] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan Penerapannya
Jilid 1, ITB Bandung, Bandung.
[2] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan Penerapannya
Jilid 2, ITB Bandung, Bandung.
[3] Asrizal, (2001), Petunjuk Praktikum Elektronika Dasar I,
FMIPA UNP, Padang
Buku Anjuran
[4] William L, faissler, (1991), An Introduction To Modern
Electronics, John Wiley & Sons, new York.
[5] Paul, et all, (1985), Pengantar Ilmu Teknik Elektronika,
[6] Gramedia, Jakarta.
Petruzella, Frank D, (2001), Elektronik Industri, Andi,
Yogyakarta.

64
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

BAB VII
DIODA SEBAGAI PENYEARAH

7.1 Penyearah Setengah Gelombang


Tanpa Tapis

65
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

66
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Tegangan dc tanpa filter

V pV d
V dc =

Ketika isyarat masukan positif, arus akan melalui


Niode D , setengah perioda berikutnya sumber
berubah kutub menjadi NiodeNve dan arus tidak
mengalir sehingga tegangan NiodeNve terpotong.

Dengan Tanpa Tapis

67
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

68
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Tegangan dc dengan filter

1
V dc =V p V rip
2

Agar tegangan dc yang dihasilkan penyearah arus


bolak-balik dapat lebih rata, digunakan kapasitor
sebagai tapis atau filter. Dengan adanya kapasitor,
tegangan keluaran tak segera turun walaupun
tegangan masukan sudah turun. Hal ini disebabkan
karena kapasitor memerlukan waktu ( =R C)
untuk mengosongkan muatannya. Sebelum muatan
kapasitor benar-benar kosong, tegangan pada
kapasitor naik lagi
Tegangan riak (ripple)

Vp
V rip =
f RC

7.2 Penyearah Gelombang Penuh


Sistem CT(Center Tap) tanpa tapis

69
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Tegangan dc tanpa filter

2 ( V p V d )
V dc =

Jika isyarat masukan positif, arus akan melalui Niode


D1 , setengah perioda berikutnya sumber berubah
kutub jadi NiodeNve dan arus melalui Niode D 2
Sistem CT(Center Tap) dengan Tapis

70
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Tegangan dc dengan filter

1
V dc =V p V rip
2

Tegangan riak (ripple)

71
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Vp
V rip =
2 f R C

Sistem Jembatan tanpa tapis

Jika isyarat masukan positif, arus akan melalui Niode


D2 dan D 3 , setengah perioda berikutnya sumber
berubah kutub jadi NiodeNve dan arus melalui Niode
D4 dan D1 .

Sistem Jembatan dengan Tapis

PLN

7.3 Penyearah dengan Polaritas Ganda dan


Regulator Tegangan (Penyearah dengan

72
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Polaritas Ganda, Regulator Tegangan dengan


Dioda Zener)

73
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

74
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Tegangan dc tanpa filter

2 ( V p2 V d )
V dc =

Tegangan dc dengan filter

75
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

1
(
V dc = V p V rip
2 )
Tegangan riak (ripple)

Vp
V rip =
2f RC

A. BUKU SUMBER

Buku Wajib
[1] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan Penerapannya
Jilid 1, ITB Bandung, Bandung.
[2] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan Penerapannya
Jilid 2, ITB Bandung, Bandung.
[3] Asrizal, (2001), Petunjuk Praktikum Elektronika Dasar I,
FMIPA UNP, Padang

Buku Anjuran
[4] William L, faissler, (1991), An Introduction To Modern
Electronics, John Wiley & Sons, new York.
[5] Paul, et all, (1985), Pengantar Ilmu Teknik Elektronika,
[6] Gramedia, Jakarta.
Petruzella, Frank D, (2001), Elektronik Industri, Andi,
Yogyakarta.

76
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

BAB VIII
DIODA SEBAGAI PEMBENTUK GELOMBANG

8.1 Pengertian
Rangkaian ini menghasilkan keluaran yang
terpotong/tergunting tanpa distorsi. Isyarat masukan
yang terpotong itu berupa gelombang sinus.
Rangkaian terdiri dari sebuah dioda penyearah dan
sebuah tahanan. Ada beberapa jenis rangkaian
penggunting, yaitu penggunting dioda seri,
penggunting dioda sejajar, penggunting terpanjar,
dan pengiris.

8.2 Rangkaian Penggunting (Clipper)

Penggunting Dioda Tanpa Bias

77
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

78
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Penggunting Dioda dengan Bias

79
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

8.3 Rangkaian Pengapit (Clamp)

80
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Rangkaian pengapit Dioda

81
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Rangkaian Pengapit Dioda dengan Panjar

82
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

83
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

84
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

8.4 Rangkaian Pelipat Tegangan


Rangkaian Pelipat Dua Tegangan

85
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

86
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

87
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Rangkaian Pelipat Tiga Tegangan

88
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Rangkaian Pelipat Empat Tegangan

89
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

90
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

91
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

92
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

93
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

A. BUKU SUMBER

Buku Wajib
[1 Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan
] Penerapannya Jilid 1, ITB Bandung, Bandung.
Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan
[2 Penerapannya Jilid 2, ITB Bandung, Bandung.
] Asrizal, (2001), Petunjuk Praktikum Elektronika Dasar
I, FMIPA UNP, Padang
[3
]
Buku Anjuran
[4 William L, faissler, (1991), An Introduction To
] Modern Electronics, John Wiley & Sons, new York.
Paul, et all, (1985), Pengantar Ilmu Teknik
[5 Elektronika, Gramedia, Jakarta.
] Petruzella, Frank D, (2001), Elektronik Industri, Andi,
[6 Yogyakarta.
]

94
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

BAB IX
TRANSISTOR BIPOLAR
9.1 Pengertian dan Tipe Transistor
Transistor adalah komponen aktif yang terbuat dari
bahan semikonduktor. Ada dua macam transistor,
yaitu transistor bipolar (Bipolar Junction
Transistor/BJT) dan transistor efek medan (Field
Effect Transistor/JFET). Dibandingkan dengan FET,
BJT dapat memberikan penguatan yang jauh lebih
besar dan tanggapan frekuensi yang lebih baik. Pada
BJT baik pembawa muatan mayoritas maupun
pembawa muatan minoritas mempunyai peranan
yang sama pentingnya.

Terdapat dua jenis konstruksi dasar BJT, yaitu jenis


n-p-n dan jenis p-n-p. Untuk jenis n-p-n, BJT terbuat
dari lapisan tipis semikonduktor tipe-p dengan
tingkat doping yang relatif rendah, yang diapit oleh
dua lapisan semikonduktor tipe-n. Karena alasan
sejarah pembuatannya, bagian di tengah disebut
basis (base), salah satu bagian tipe-n (biasanya
mempunyai dimensi yang kecil) disebut emitor
(emitter) dan yang lainya sebagai kolektor
(collector).

95
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

C C

N N

B P B P

N N

E E

(a) N-P-N (b) P-


N-P
BJT sebagai Penguat dan sebagai Saklar

sebagai penguat:
BJT bekerja pada mode aktif.
BJT berperan sebagai sebuah sumber
arus yang dikendalikan oleh tegangan
(VCCS).
Perubahan pada tegangan base-
emitter,vBE, akan menyebabkan
perubahan pada arus collector, iC.

96
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

BJT dipakai untuk membuat sebuah



penguatan transkonduktansi.
Penguatan tegangan dapat diperoleh
dengan melalukan arus collector ke
sebuah resistansi, RC.
Agar penguat menjadi penguat linier,
transistor harus diberi bias, dan sinyal
akan ditumpangkan pada tegangan
bias dan sinyal yang akan diperkuat
harus dijaga tetap kecil
sebagai saklar
BJT bekerja pada mode cutoff dan
mode jenuh
A. BUKU SUMBER

Buku Wajib
[1] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan
Penerapannya Jilid 1, ITB Bandung, Bandung.
[2] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan
Penerapannya Jilid 2, ITB Bandung, Bandung.
[3] Asrizal, (2001), Petunjuk Praktikum Elektronika Dasar
I, FMIPA UNP, Padang
Buku Anjuran
[4] William L, faissler, (1991), An Introduction To Modern
Electronics, John Wiley & Sons, new York.
[5] Paul, et all, (1985), Pengantar Ilmu Teknik
[6] Elektronika, Gramedia, Jakarta.
Petruzella, Frank D, (2001), Elektronik Industri, Andi,
Yogyakarta.
BAB X
TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

A. BUKU SUMBER

Buku Wajib
[1] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan

97
Komponen Elektronika dan Hukum Dasar pada Rangkaian Listrik

Penerapannya Jilid 1, ITB Bandung, Bandung.


[2] Sutrisno, (1987), Elektronikka Teori dan
Penerapannya Jilid 2, ITB Bandung, Bandung.
[3] Asrizal, (2001), Petunjuk Praktikum Elektronika
Dasar I, FMIPA UNP, Padang

sssBuku Anjuran

[4] William L, faissler, (1991), An Introduction To


Modern Electronics, John Wiley & Sons, new York.
[5] Paul, et all, (1985), Pengantar Ilmu Teknik
[6] Elektronika, Gramedia, Jakarta.
Petruzella, Frank D, (2001), Elektronik Industri,
Andi, Yogyakarta.

98

Anda mungkin juga menyukai