Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Siapa yang tidak kenal dengan Pancasila dan Soekarno sebagai penggalinya?
Pada tanggal 1 Juni 1945 untuk pertama kalinya Bung Karno mengucapkan pidatonya
di depan sidang rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan.

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa


Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa
dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan
kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa
daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu
sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.

Sejarah Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia. Sehingga
tidak heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang
sakral yang harus kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur di dalamnya. Ada pula
sebagian pihak yang sudah hampir tidak mempedulikan lagi semua aturan-aturan yang
dimiliki oleh Pancasila. Namun, di lain pihak muncul orang-orang yang tidak sepihak
atau menolak akan adanya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

B. TUJUAN
a. Untuk memenuhi tugas makalah pancasila
b. Membahas tentang isu yang ada di Indonesia dan berkaitan dengan pancasila

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. Pokok Bahasan Kasus

Kasus anak menggugat ibunya ke pengadilan terjadi di Garut, Jawa Barat.


Yani Suryani tega menggugat ibunya sendiri Siti Rukoyah (83) ke Pengadilan
Negeri Kabupaten Garut karena masalah utang piutang. Yani dan suaminya
Handoyo Adianto menggugat Siti sebesar Rp 1,8 miliar. Kasus ini bermula saat
Siti meminjam uang sebesar Rp 21,5 juta ke Yani dan Handoyo pada tahun 2001.
Uang itu untuk membayar kredit macet anak Siti yang lain, yaitu Asep Ruhendi.
Singkat cerita, Siti belum bisa melunasi pinjaman itu dan masalah utang tidak
pernah dibahas.

Namun pada Oktober 2016 lalu, Yani datang dari Jakarta ke Garut
membujuk Siti untuk menandatangani surat pengakuan berutang yang dibuat
bersama suaminya. Dalam surat utang itu, Siti disebut berutang pada Yani dan
Handoyo Rp 21,5 juta yang disamakan dengan nilai emas murni 501,5 gram.
Jumlah tersebut dikonversi dengan nilai tahun 2016 menjadi Rp 640.352.000.
Sehingga Siti harus melunasi utangnya yang awalnya puluhan juta menjadi
ratusan juta. Siti yang sudah tua renta itu tidak mampu membayar utang yang
jumlahnya besar. Alhasil kasus ini dibawa ke pengadilan dengan tergugat Siti
yang tak lain ibu kandungnya sendiri. Dalam gugatan itu, Yani dan suaminya
menuntut kerugian materiil emas sebesar Rp 640.352.000, dan kerugian imateril
sebesar Rp 1,2 miliar. Sehingga nilai total gugatannya Rp 1,8 miliar.

Sesuai hasil informasi dari kedua belah pihak, masalah ini diawali oleh
adanya salah paham antara pihak penggugat dan keluarga tergugat.Yani dan
Handoyo mengira bahwa rumah warisan milik Amih di Jalan Ciledug Nomor 196,
Garut Kota, akan dijual oleh seorang saudaranya. Mendengar kabar itu, Amih
langsung menjelaskan bahwa betul rumah warisan itu akan dijual oleh dirinya
bukan oleh salah satu anaknya. "Bukan akan dijual oleh salah satu anak saya.
Tapi rumah itu akan dijual oleh saya dan uangnya akan dibagikan ke 13 anaknya.
Nah, khusus anaknya yang memiliki utang akan dipotong untuk membayar
utangnya," ungkap Amih di hadapan Dedi Mulyadi.

Meskipun proses hukum terus berlanjut, Amih saat ini mengaku tenang
karena mendapatkan dukungan semua pihak, termasuk Dedi Mulyadi. Amih
berharap kesalahpahaman ini bisa cepat selesai. "Kalau permasalahan itu, Amih
sekali lagi jelaskan bahwa rumah itu akan dijualnya oleh Amih. Jadi kalau gara-
gara masalah itu, supaya semuanya bisa cepat sadar dan keluarga bisa berkumpul
lagi," tambah dia. Yani beserta suaminya, Handoyo Adianto, warga Taman
Pulogebang, Jakarta Timur, menggugat ibunya sendiri Siti Rokayah alias Amih,
warga Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, dengan tuntutan Rp 1,8 miliar.

Sidang sudah berjalan enam kali. Sidang berikutnya dengan agenda


pemaparan bukti dari kedua belah pihak di Pengadilan Negeri Garut akan

2
dilanjutkan pada Kamis (30/3/2017) hari ini. Pada sidang sebelumnya, penggugat
hanya diwakili oleh kuasa hukumnya selama ini. Tuntutan itu terdiri dari kerugian
materil kurang lebih sebesar Rp 640 juta dan immateril Rp 1,2 miliar.

B. Diskusi
Dari kasus yang saya angkat diatas, dengan ini kita mengetahui bahwa
kasus diatas merupakan kasus yang sangat mempengaruhi ketentraman hidup
bernegara dengan ketidak sesuaiannya dengan pacasila sila ke-2, yakni
kemanusiaan yang adil dan beradap.
Anak yang seharusnya mematuhi dan senantia menyayangi ibu
kandungnya, malah menuntut ibunya sendiri kepengadilan. Ketidakberaban ini
sangat tidak sesuai dengan pengamalan pancasila ke-2. Tidak seharusnya kita
sebagai anak yang sayang terhadap orang tua menjadi tidak beradap seperti itu
dan menuntut ibundanya sendiri.
C. Rekomendasi
Menurut saya, dengan adanya kasus yang seperti ini, seharusnya kita
sebagai bangsa indonesia harus mampu menghindarinya. Terlebih lagi kasus ini
ditujukan pada keluarga dekat atau kandung, hingga seperti kasus yang ada
diatas, bahkan ibu kandung sendiripun mampu di tuntut oleh sang anak sendiri.
Beberapa hal yang harus kita hindari dan kita lakukan untuk tidak
menyalahgunakan hak dan kewajiban kita hingga kita melampaui batas-batas
norma pancasila :
1. Berfikirlah jernih ketika anda mengalami sebuah konflik
2. Selesaikan konflik tersebut dengan pikiran yang jernih dan komunikasi yang
efektif
3. Jika konflik tidak bisa diatasi oleh kedua belah pihak, hendaknya carilah pihak
ketiga sebagai pihak netral.
4. Usahakan seminimal mungkin untuk tidak menindak pidanakan masalah yang
sebenarnya masih bisa diatasi dengan kekeluargaan.
5. Dan yang terakhir adalah usahakan sebisa mungkin hindari konflik yang bisa
memecahbelahkan hubungan yang baik.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

3
Seorang ibu digugat anaknya sebesar Rp 1,8 miliar di Pengadilan Negeri Garut karena
utang piutang. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)
Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyatakan kasus tersebut merupakan kategori kekerasan
terhadap lanjut usia (lansia). Ketidakberaban ini sangat tidak sesuai dengan pengamalan
pancasila ke-2. Tidak seharusnya kita sebagai anak yang sayang terhadap orang tua menjadi
tidak beradap seperti itu dan menuntut ibundanya sendiri.

Dan ada beberapa hal yang harus kita hindari dan kita lakukan untuk tidak
menyalahgunakan hak dan kewajiban kita hingga kita melampaui batas-batas norma
pancasila.

Anda mungkin juga menyukai