S2 2016 359542 Introduction PDF
S2 2016 359542 Introduction PDF
S2 2016 359542 Introduction PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
internet), konten sinetron, musik, dan reality show. Remaja menganggap bahwa
citra yang muncul di televisi adalah sesuatu hal yang nyata, sehingga mereka
mencitrakan diri sebagai tokoh-tokoh sinetron dan penyanyi, mulai dari gaya
Bagi ibu-ibu, selain menjadi konsumtif, tidak melek media dapat mencontohkan
pengasuhan anak pada televisi (Zamroni & Sukiratnasari, 2011, p. 97). Bahkan
bagi kehidupan pers yang rawan konflik di Sumatera Utara, tidak melek terhadap
Aksi unjuk rasa menuntut pembentukan Provinsi Tapanuli Utara (Protap) pada 3
Februari 2009 yang berakhir ricuh dan menewaskan ketua DPRD Sumatera Utara,
Aziz Angkat.
1
Keberpihakkan berita yang dimuat Surat Kabar Harian Sinar Indonesia
Baru (SKH SIB) tentang tuntutan pembentukan Protap sebelum insiden dianggap
sebagai provokator dan ikut bertanggung jawab atas peristiwa yang terjadi.
terutama para pendemo yang ikut serta dalam insiden Protap melek terhadap
masyarakat (LSM) dan pekerja media (Tim Peneliti PKMBP, 2013, p. 33-35).
Selain insiden semacam ini, tidak sedikit pula kita mendengar kabar seseorang
aplikasi pesan instan, bahkan dengan mudah ikut menyebarkan informasi hoax
tersebut.
Pada Oktober 2014 lalu di Yogyakarta dan sekitarnya muncul isu tentang
kawanan geng motor beraliran sesat bernama geng klitih yang sedang mencari
2
mangsa dengan cara menebaskan pedang kepada pengendara motor lainnya 1.
Isu ini cukup meresahkan masyarakat, termasuk penulis sendiri. Banyak yang
tidak berani keluar di malam hari dan suasana menjadi mencekam. Penyebaran
kecemasan, masyarakat sudah tidak mampu lagi berpikir jernih untuk menvalidasi
informasi yang beredar, meskipun kemudian tidak pernah muncul pemberitaan isu
geng motor di berbagai media massa. Pada kenyataannya, tidak pernah pula
ditemui korban dari geng motor ini. Aplikasi pesan instan seperti Whatsapp
menjadi media yang sangat massif untuk penyebaran informasi hoax. Lalu lintas
informasi melalui Whatsapp dapat terjadi setiap detik, seperti yang dialami
penulis sendiri.
acara waktu berkendara pagi. Tim pagi radio ini, Kevin Ryder dan Gene Bean
"Pembunuh yang mengaku" ini sebenarnya adalah Doug Roberts, teman dari
penyiar acara yang bekerja di Arizona. Penipuan mulai terurai setelah Roberts
datang untuk bekerja di KROQ dan audiens mendengar kesamaan antara suara
1
http://krjogja.com/m/read/232595/geng-motor-bacok-pelajar-tangan-nyaris-putus.kr, diakses
tanggal 2 Oktober 2014
3
mengakui tipuannya. Tim penyelidik memberhentikan para penyiar yang terlibat
dan KROQ-FM menyiarkan beberapa permintaan maaf. Stasiun ini juga bekerja
sama dengan polisi dan mengajukan tawaran restitusi. FCC mengirim surat untuk
tim penyelidik guna mengawasi apakah radio ini benar-benar bertindak "secara
bertanggung jawab dan efektif" setelah mengetahui bahwa siaran tersebut tipuan.
Hingga akhirnya, pada tahun 1992 FCC memberlakukan aturan yang melarang
Dapat dilihat bahwa masyarakat mengetahui kebohongan siaran berita ini melalui
membandingkan suara si penyiar radio. Hal ini berarti masyarakat melakukan apa
yang dirumuskan Potter (2014) sebagai kemampuan analisis dan evaluasi dalam
teori literasi media. Sehingga dapat diketahui bahwa acara tersebut ditujukan
untuk meraih rating pendengar yang tinggi. Ada kepentingan media massa dibalik
TIK, kedudukan manusia terhadap pesan yang dibawa media berubah, tidak hanya
4
informasi yang menerpa. Yang menjadi pengontrol pesan adalah khalayak
informasi yang baru lagi dan lagi. Mereka menyerahkan sebagian, kalau tidak
seluruh, otoritas diri mereka pada internet. Seorang individu pengguna teknologi
komunikasi harus tahu persis apakah kelak perilakunya baik dan responnya
komunikasi, manusia akan memiliki otoritas dirinya, dan tidak akan terombang-
ambing oleh ketidakpastian informasi yang saat ini banyak beredar. Seorang
pengguna yang melek media akan berupaya memberi reaksi dan menilai suatu
pesan media dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Zamroni &
Jika saja saat menerima informasi hoax geng klitih para mahasiswa
yang terjadi tidak akan berlarut-larut. Testimoni korban dibacok pedang yang
korban, dan tidak ada pula satupun media massa lokal yang memberitakan. Isu
geng klitih ini akhirnya mereda dengan sendirinya, seiring dengan berhentinya
5
Dalam menyebarkan informasi, idealnya seseorang mampu melakukan apa yang
dikatakan Jenkins dkk (2009) sebagai appropriation dalam teori literasi media
baru, yaitu mampu menyadur informasi yang diterima di media baru secara legal
dan etis. Mulai dari meminta izin menyebarkan, mencantumkan sumber yang
penyebaran tak terbatas yang dimungkinkan oleh aplikasi pesan instan Whatsapp.
Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi gerakan literasi media yang dilakukan
testimoni: Paling tidak ketika kami mengambil materi dari surat kabar, kami bisa
memilih informasi yang fakta, dan memang ada manfaatnya bagi kami (Tim
6
Informasi 2 . Kelima tujuan mulia ini hanya bisa dicapai jika seseorang melek
(2011, p. 84), bahwa sebagai konsumen, masyarakat harus cerdas dan mampu
memilih informasi apa yang dibutuhkan. Era digital mendorong terjadinya banjir
pendidikan dan daya kritis masyarakat. Makin tinggi pendidikan dan daya kritis
seseorang, makin tinggi tingkat literasinya. Oleh karena itu, menjadi penting bagi
2
www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU1108.pdf, diakses tanggal 14 Mei 2015
3
http://news.liputan6.com, diakses tanggal 2 Oktober 2014
7
dengan kenyataan disekitar, dan mengevaluasi informasi? Kemudian apakah
mahasiswa menggunakan informasi yang ditemui dengan legal dan etis? Lalu apa
selalu ada alasan dibalik tindakan yang dilakukan seseorang? Oleh karena itu,
faktor penyebab kemampuan literasi media yang akan dilihat dalam penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
8
1. Untuk mengetahui interpretasi mahasiswa penyebar hoax ketika
Whatsapp.
informasi dalam aplikasi pesan instan Whatsapp dengan etis saat dan
informasi hoax.
peneliti mengenai literasi media karena peneliti sangat tertarik dan mulai
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat akademis
khususnya terhadap pesan yang beredar di media baru, yaitu aplikasi pesan
9
2. Manfaat praktis
hoax dapat menjadi dasar untuk merumuskan solusi yang tepat agar
Indonesia yang saat ini masih didominasi oleh literasi terhadap televisi
E. Objek Penelitian
UGM tahun ajaran 2014/2015 penyebar informasi hoax. Penulis menelusuri dan
dan menelusuri kebenaran kontak atau URL yang disertakan di dalam informasi
10
informasi-informasi tersebut adalah hoax. Ada tiga grup Whatsapp mahasiswa
pascasarjana UGM yang diikuti oleh penulis. Grup yang pertama adalah IKM,
2013 genap dengan konsentrasi Ilmu Komunikasi dan Media (IKM), di mana
peneliti juga tergabung di dalamnya. Grup kedua adalah Forum Ilmu Sosial
humaniora. Grup ketiga adalah ODOA (One Day One Ayat), merupakan grup
mulai dari awal semester genap tahun ajaran 2014/2015 yaitu bulan Januari
sampai dengan bulan Maret 2015. Pembatasan waktu selama tiga bulan ini
dikarenakan sudah cukup bagi peneliti untuk mendapatkan aktor-aktor yang dapat
F. Posisi Penelitian
berhubungan dengan tingkat pendidikan dan daya kritis masyarakat. Makin tinggi
pendidikan dan daya kritis seseorang, makin tinggi tingkat literasinya. Tetapi
salah satunya komunitas mahasiswa, belum melek terhadap media. Begitu juga
11
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mazdalifah (2011) dengan judul
adanya ketertarikan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU akan kajian dan
penerapan kurikulum literasi media dalam pembelajaran, tetapi masih jauh untuk
yang dilakukan oleh Arif (2013) kepada mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu
rendah.
isu literasi media, Wiratmo menggunakan definisi literasi media oleh Sonia
mengevaluasi dan membuat pesan dalam berbagai konteks. Model ini menurut
12
konten, pengertian Livingstone merujuk pada dua hal, yaitu pemahaman
mendalam mengenai aturan dan manfaat atas materi yang diproduksi secara
Dalam kasus yang dibawa Wiratmo, di mana objek gerakannya adalah beragam
komunitas, ada beberapa masalah yang belum dapat dirangkul oleh Livingstone.
Antara lain adalah kesenjangan materi sosial-demografis, sumber daya sosial dan
Nelayan, Kelompok Lansia, PKL Semarang, Darma Wanita, Rumah Pintar, PKK,
Federasi Serikat Buruh Indonesia, Forum Anak, Pusat Studi Gender IAIN
Walisongo dan sebagainya. Hasil evaluasi gerakan ini menyatakan bahwa apa
Tetapi setidaknya gerakan ini merupakan langkah awal proses pengenalan menuju
13
Definisi ini juga membutuhkan pembentukan budaya baru yang melahirkan
bermasyarakat. Belum adanya faktor pokok yang berupa peraturan bermedia baru
tersendiri bagi definisi literasi media ini untuk dapat diterapkan di Indonesia.
bermedia seperti UU ITE, menurut penulis hal ini kurang tepat mengingat UU
peraturan resmi, sehingga belum cukup untuk dijadikan pedoman dalam aktivitas
bermedia oleh masyarakat. Tetapi disisi lain, Livingstone telah menawarkan teori
literasi media yang sesuai dengan karakter media baru dan menampilkannya
mata kuliah Media dan Masyarakat sejak tahun 2009. Strategi memasukkan
literasi media dalam pengajaran mata kuliah ini dinilai efektif dalam mengenalkan
media. Gerakan ini menanamkan beragam teori dan permasalahan literasi media
14
Penelitian Arif (2013) dengan judul Tingkat Literasi Media Berbasis
mahasiswa secara umum berada pada level medium atau menengah. Hasil ini
teknologi dan produk media serta keaktifan partisipasi mahasiswa di media sosial.
mahasiswa antara lain adalah internal diri mahasiswa (kemauan, komitmen dan
perlu dikembangkan. Pengukuran tingkat literasi media ini dilakukan melalui teori
kompetensi yang diturunkan menjadi dua sub variabel: Pertama, keahlian teknis
kreasi konten media. Teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan teori
standar mengenai suatu hal, literasi media dalam hal ini. Teori ini tidak berangkat
dari keresahan bermedia, dan tidak mengakomodir karakter media baru, murni
berpusat pada diri pengguna media saja. Tetapi disisi lain, peneliti dapat dengan
15
dimasukkan sebagai indikator penelitian. Selain itu, teori ini dapat menjelaskan
faktor-faktor dari dalam diri manusia yang menyebabkan manusia menjadi tidak
pada jenjang pendidikan strata satu. Dua penelitian berangkat dari evaluasi
mahasiswa belum melek terhadap media, satu penelitian berangkat dari keresahan
media. Oleh karena itu menjadi penting untuk menelusuri literasi media
mahasiswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu mahasiswa pada
jenjang pendidikan strata dua atau pascasarjana. Apakah hasilnya sama dengan
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan melihat literasi media mahasiswa
pada jenjang pendidikan pascasarjana. Selain itu, literasi media baru dalam
penelitian ini lebih spesifik kepada aplikasi pesan instan Whatsapp, berbeda
dengan tiga penelitian terdahulu yang mengukur literasi pada semua jenis media.
16
menyebarkan informasi hoax, penelitian literasi media yang berangkat dari
Indonesia.
G. Kerangka Pemikiran
akan menjelaskan teori yang dipilih untuk penelitian secara mendalam. Ada tiga
teori yang akan dipaparkan dibagian ini, yaitu literasi media, informasi hoax dan
1. Literasi Media
Teori literasi media diakui cukup unik, meskipun berbagai rumusan dan
gerakan literasi media telah dilakukan dan tersebar diseluruh dunia, terjadi
yang telah dibahas menunjukkan hal ini. Definisi yang dipakai beragam, dengan
indikator pengukuran yang beragam pula tentunya. Diakui Potter (2004 dalam
Adiputra, 2008, p. 5), konsep literasi media lebih kompleks daripada konsep
literasi, karena berkaitan dengan berbagai konsep, yaitu konsep pendidikan media,
berpikir kritis dan aktivitas memproses informasi. Belum lagi perbedaan jenis
media yang begitu beragam dan masih terus berkembang. Di antara sekian banyak
definisi literasi media, peneliti mencermati sebuah teori yang dibangun dari dasar
17
dan masih terus berkembang hingga saat ini, yaitu teori literasi media oleh Potter.
Adiputra (2008, p. 5-7) memaparkan tiga definisi literasi media Potter (serta
aktif kita pakai ketika menerpa diri dengan media massa untuk
kita dari struktur pengetahuan. Untuk membangun struktur pengetahuan kita, kita
butuh alat dan bahan baku. Peralatan itu adalah keterampilan kita. Bahan baku
adalah informasi dari media dan dari dunia nyata. Penggunaan aktif berarti bahwa
kita memperhatikan pesan dan berinteraksi secara sadar dengan pesan-pesan itu.
Ada seperangkat kemampuan yang runut dan rinci dalam pengertian literasi media
menurut Potter, yaitu rudimentary dan advance skill. Rangkaian kemampuan awal
atau rudimentary skill, terdiri dari maturarion dan component skill. Maturation
diperoleh ketika masih anak-anak yang membawa pada tingkat fungsional literasi.
pesan yang membentuk makna, kemampuan mencocokkan arti pola pesan dengan
18
membandingkan elemen pesan, mengevaluasi pesan dan mengabstraksi pesan.
dan penghargaan kita terhadap pesan-pesan media. Definisi awal Potter tentang
literasi media mencakup kemampuan dasar mengakses dan memaknai pesan sejak
kecil hingga dewasa yang menurut Potter terus berkembang seiring waktu
sehingga manusia dapat mengontrol pesan yang menerpa dirinya. Definisi ini
merangkul media cetak, audio, audio visual dan internet di dalam komputer.
seperti yang saat ini terjadi. Bila disesuaikan dengan kondisi Indonesia, definisi
ini masih sangat mungkin dipakai untuk daerah pelosok yang baru atau mulai
informasi dalam berbagai jenis format media baik cetak maupun yang bukan
berbentuk cetak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa literasi media digunakan sebagai
mempertanyakan secara kritis apa yang mereka lihat, dengar dan baca.
Menyediakan alat untuk menolong audiens agar dapat menganalisis secara kritis
pesan media untuk mendeteksi propaganda, sensor dan bias dalam berita dan
19
definisi ini dituntut kekritisan konsumen terhadap media massa. Posisi audiens
Interaktivitas tanpa batasan jarak dan waktu belum tercakup dalam definisi ini.
Pemahaman kritis tetang media massa. Termasuk menguji teknis akses, teknologi
dan institusi dalam proses produksi media; Mampu menganalisis secara kritis
pesan media; Dan mengenali peran yang dimainkan audiens dalam mengartikan
adalah sesuatu yang lebih luas dari sekedar mengkonsumsi informasi. Seorang
yang memahami media (media literate) berarti individu tersebut dapat pula
bentuk sesuai dengan jenis media. Literasi media didefinisikan juga sebagai
bersama. Literasi media pada tingkat lanjut ini bergerak dari mengenali dan
memahami informasi ke tahap yang lebih tinggi, selain kecakapan berpikir kritis
kritis terhadap peran audiens (bahkan diri sendiri) dalam mengartikan atau
20
internet dalam telepon pintar yang tidak terhambat jarak dan waktu. Mongontrol
diri tidak hanya dari pesan media yang menerpa, tetapi juga dari memaknai,
memproduksi atau menggunakan pesan media secara etis. Definisi ini sangat
terstruktur dan padat, yang berangkat dari aspek kognitif pengguna media. Karena
itu teori ini sangat tepat bila digunakan untuk melihat faktor penyebab melek atau
tidaknya dari dalam diri manusia itu sendiri, sama seperti teori kompetensi yang
syarat Potter untuk memenuhi kemampuan agar melek terhadap media disusun
dengan sangat rapi dan berurutan dari dalam pikiran manusia sangat cukup untuk
membaca literasi media seseorang dalam media apapun, termasuk media baru.
Akan tetapi karena itu juga teori ini menjadi sangat abstrak, tidak praktis untuk
kemampuan ini dengan platform media baru, yang saat ini memungkinkan
Robinson muncul merumuskan literasi media baru dengan dua belas inti
kemampuan literasi media baru. Teori ini bersifat sangat praktis berdasarkan
21
karakter media baru. Karena media baru sangat kompleks, Jenkins et al membagi
membagi inti keterampilan literasi media menjadi dua belas: play, performance,
kemampuan yang disyaratkan bersifat sangat teknis pada media baru. Contohnya
pada kemampuan pertama yaitu play, yang artinya tidak hanya pada kemampuan
mengakses, tetapi juga mengeksplorasi TIK yang dihadapi. Hal ini sangat sesuai
dengan platform telepon pintar yang dapat menampung banyak aplikasi yang
memenuhi kebutuhan pengguna terhadap aplikasi tersebut. Selain itu, sifat teknis
juga menyebabkan teori ini cukup praktis untuk mengukur literasi media
waktu yang dihabiskan untuk mengakses semua jenis media dan menyaring
keuntungan bagi manusia. Kemudian, ketiga teori ini juga mensyaratkan cara
ketiga teori ini juga memiliki kelemahan masing-masing seperti yang telah penulis
jelaskan sebelumnya. Karena penulis meneliti literasi media baru pada pengguna
aplikasi pesan instan Whatsapp, maka peneliti memilih teori yang paling
22
merangkul secara mendetail karakter media baru dan praktis untuk melihat literasi
media mahasiswa penyebar informasi hoax, yaitu teori literasi baru oleh Jenkins.
oleh Jenkins et al bersifat sangat praktis berdasarkan karakter media baru. Karena
a. Play
yang digunakan. Hal ini akan membentuk hubungan pengguna dengan pikiran,
23
terhadap pengguna. Semakin mengenal Whatsapp melalui eksplorasi
Whatsapp.
b. Simulation
kesadaran aktivitas bermedia yang sudah dilewati pada kemampuan play atau
Whatsapp. Hal ini dikarenakan melalui trial and error yang dilakukan manusia
yang benar dan mana yang salah seiring berjalannya waktu dan dapat
c. Performance
24
sesuatu. Sesuatu yang dimaksudkan di sini adalah pengetahuan dan
manusia itu sendiri dan peran sosialnya, termasuk cara mereka terkoneksi
identitas membuat manusia dapat memahami perspektif orang lain, peran lain,
negara lain, saat lain (konteks), interaksi sosial, posisi sosial, baik di dunia
d. Appropriation
Semakin manusia menguasi kemampuan ini akan semakin melek media karena
dari proses ini manusia mempelajari dan berpikir lebih dalam tentang budaya
yang akan digunakan, etika dan implikasi legal dari mengkreasikan konten
media.
e. Multitasking
ke detail-detail elemen pesan. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam
menyaring informasi asing dan fokus ke rincian paling detail dari lingkungan
25
informasi itu, sehingga mencegah keberlimpahan informasi dengan mengontrol
merespon lautan informasi yang beredar di sekitar kita. Konteks dunia yang
f. Distributed cognition
Yang dimaksud dengan interaksi penuh makna disini adalah menyadari peran
masing-masing elemen dalam media baru atau dalam aplikasi pesan instan
26
g. Collective intelligence
akan suatu hal. Di dalam aplikasi pesan instan Whatsapp misalnya, muncul
berbagai komunitas seperti One Day One Juz, yang bertujuan khatam Al-Quran
komunitas ini terjadi saling berbagi pengetahuan mengenai seputar hal yang
beralih dari bentuk media pribadi yang berpusat pada revolusi digital, menuju
h. Judgment
hal ini. Hasilnya menunjukkan tingkat kredibilitas yang sama. Artinya, sumber
terpercaya pun juga memiliki kemungkinan untuk cacat. Oleh karena itu
perspektif kritis. Manusia harus bisa membedakan yang fakta dari yang fiksi,
pencerahan.
27
i. Transmedia navigation
beberapa sumber dan membuat sintesis baru. Oleh karena itu manusia harus
mahir membaca dan menulis melalui gambar, teks, sounds dan simulasi. Cerita
j. Networking
k. Negotiation
28
berbagai norma di setiap komunitas. Arus komunikasi dalam media baru dapat
komunitas. Konteks ini dibaca melalui prasangka dan asumsi yang sudah ada
keberagaman). Hal ini juga beresiko menimbulkan konflik nilai dan norma.
merupakan gay atau lesbi. Oleh karena itu manusia harus dapat bernegosiasi
mengenali konten media mana yang mengabadikan stereotype (ras, kelas, etnis,
manusia tersebut tidak akan melakukannya (melek media). Negosiasi dalam hal
ini ada dalam dua jalan, yaitu terhadap perbedaan perspektif dan terhadap
keberagaman komunitas.
l. Visualization
mengidentifikasikan trend.
29
Keduabelas kemampuan ini disaring kembali berdasarkan kebutuhan
dalam berinformasi dalam aplikasi pesan instan seperti Whatsaap, di mana subjek
karena itu, hanya tujuh kemampuan literasi media yang digunakan sebagai unit
2. Informasi hoax
Secara singkat informasi hoax adalah informasi yang tidak benar 4. Dalam
cambridge dictionary 5 , kata hoax sendiri berarti tipuan atau lelucon. Kegiatan
menipu, trik penipuan, rencana penipuan disebut dengan hoax. Kemudian, situs
6
hoaxes.org dalam konteks budaya mengarahkan pengertian hoax sebagai
aktivitas menipu: Ketika koran sengaja mencetak cerita palsu, kita menyebutnya
ancaman bom palsu, penipuan ilmiah, penipuan bisnis, dan klaim politik palsu
sebagai hoax. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dipilih istilah informasi
hoax sebagai salah satu konsep penelitian. Pemilihan istilah ini didasarkan pada
pengertian dasar kata hoax itu sendiri (tipuan), dan bentuknya yang berupa
informasi hoax, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah informasi tipuan.
4
http://www.hoaxbusters.org/hoax10.html, diakses tanggal 30 Juni 2015
5
http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/hoax#translations, diakses tanggal 14 Maret
2016
6
http://hoaxes.org/Hoaxipedia/What_is_a_hoax, diakses tanggal 14 Maret 2016
30
Menurut David Harley dalam buku Common Hoaxes and Chain Letters
(2008), ada beberapa aturan praktis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
hoax secara umum. Pertama, informasi hoax biasanya memiliki karakteristik surat
berantai dengan menyertakan kalimat seperti "Sebarkan ini ke semua orang yang
Anda tahu, jika tidak, sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi. Kedua,
informasi hoax biasanya tidak menyertakan tanggal kejadian atau tidak memiliki
tanggal yang realistis atau bisa diverifikasi, misalnya "kemarin" atau "dikeluarkan
tersebut juga tidak akan membuktikan apa-apa, tetapi dapat menimbulkan efek
tetapi biasanya tidak terkait dengan informasi. Siapapun bisa mengatakan: "Saya
terkenal lainnya).
peneliti. Harley sendiri membuat sebuah panduan untuk mengenali informasi hoax
dan email berantai dikarenakan banyaknya laporan mengenai informasi hoax dan
beredar, sehingga panduan untuk mengenali dan mengatasi hoax menjadi sangat
penting. Ciri-ciri informasi hoax dan email berantai yang dikemukakan Harley
31
sesuai dengan tiga informasi hoax yang disebarkan mahasiswa di dalam grup
deadline, tidak mencantumkan sumber yang valid dan memakai nama dua
dapat membuktikan bahwa informasi tersebut bukan hoax, keempat ciri-ciri ini
setidaknya dapat membantu kita dalam memfokuskan lokus pemikiran kita ketika
skeptis terhadap setiap informasi yang ditemui sekalipun terlihat benar, lengkap,
(menyebarkan informasi tentang orang yang sakit, butuh bantuan atau penculikan)
dan urband legend (menyebarkan tentang parfum merek tertentu tidak tahan lama
baunya). Harley mengatakan bahwa informasi hoax masih akan terus berkembang
seiring dengan perkembangan kemajuan jaman. Ada juga informasi yang pada
dengan semi-hoax.
beredar dari niat baik untuk menunjukkan perhatian atau membantu orang lain.
Tetapi ada juga informasi hoax yang dimaksudkan untuk kesenangan personal
ketika berhasil menipu orang lain. Yang penting mengenai informasi hoax adalah
32
penyebarannya ke publik, menyebar dalam jumlah yang luas. Untuk
argumentasi semacam: Bill Gates tidak akan masuk ke dalam barisan orang
mau menyebarkan email tentang dirinya. Jika kita menyebarkan informasi tanpa
sekaligus malas. Hal ini sejalan dengan konsep literasi media yang mensyaratkan
Pada awalnya terdapat dua aliran teori motivasi (Goble, 1987). Pertama,
bahwa sumber motivasi manusia adalah nafsu. Freud menyepakati bahwa manusia
merupakan hasil evolusi dari binatang, sehingga semua yang dilakukan manusia
berasal dari dorongan nafsu belaka, manusia cenderung melakukan hal yang
negatif. Freud memisahkan nafsu dan superego, yang hanya dimiliki oleh kaum
religius dan dinilai sangat kekanak-kanakan. Tindakan manusia lahir dari nafsu
dan superego yang disatukan oleh ego. Aliran kedua adalah Behaviorisme oleh
John B. Watson, yang dirumuskan tepat pada peralihan ke abad 19. Aliran ini
motivasi manusia berasal dari lingkungan (luar). Watson juga berpendapat bahwa
manusia adalah binatang yang dibentuk oleh orang tua sebagai proses belajar
melalui stimulus dan respon yang diberikan pada anak hingga tingkah laku
33
membentuk sistem kebiasaan dan akhirnya menjadi kepribadian. Etika, moral dan
berpendapat bahwa tingkah laku manusia berasal dari dorongan atau motivasi
yang berasal dari berbagai kebutuhan yang bertingkat. Tingkah laku manusia lahir
dari perasaan, keinginan, aspirasi dan lain sebagainya yang berasal dari internal
dan eksternal (lingkungan) manusia itu sendiri. Sumber motivasi berpusat pada
diri manusia itu sendiri, tidak hanya dari nafsu saja atau lingkungan saja,
manusia mampu melakukan sesuatu yang lebih mulia daripada perang, prasangka
dan bahwa segala bentuk tingkah laku luhur adalah kodrat pada manusia. Teori
oleh mahasiswa.
kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan
berasal dari sumber genetis atau naluriah (1987, p. 70). Mengenai informasi
hoax, Harley menerangkan bahwa sebagian besar karya hoax pada awalnya
34
dibuat dari niat baik, dengan mengajak untuk menyebarkan surat/informasi
berantai yang bermanfaat (seperti mengingatkan akan masalah virus). Tentu saja,
beberapa hoax (atau semi-hoax) muncul dari kesalahpahaman atau terpisah dari
kebenaran karena menyebar lebih lanjut di Internet (sehingga tidak sesuai dengan
konteks wilayah dan waktu). Namun, banyak juga informasi hoax yang dimulai
oleh seorang individu yang menyesatkan, merasa meningkat harga dirinya setiap
kali salah satu korbannya merasa bodoh ketika menyadari bahwa mereka telah
tertipu.
kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan paling dasar, paling kuat dan paling
jelas dari antara sekalian kebutuhan manusia yaitu kebutuhannya akan makanan,
minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen. Kedua, kebutuhan akan rasa
stabilitas muncul. Jika tidak terpenuhi, maka manusia akan cemas. Kebebasan
yang ada batasnya lebih disukai daripada dibiarkan sama sekali. Kedua kebutuhan
awal ini tidak dibahas lebih jauh karena belum berkaitan dengan permasalahan
akan kasih sayang (kebutuhan sosial). Orang akan mendambakan hubungan penuh
kasih sayang dengan orang lain pada umumnya, khususnya kebutuhan akan rasa
memiliki tempat di tengah kelompoknya dan dia akan berusaha keras mencapai
tujuan yang satu ini. Maslow menyukai rumusan Carl Rogers tentang cinta:
keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati. Karena
itu seseorang tentu cenderung akan mencari dan melakukan berbagai hal agar
35
dapat diterima di dalam kelompoknya sebagaimana yang dikatakan Harley.
setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yaitu harga diri
dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan
dimulai dengan tujuan menyesatkan oleh orang yang merasa meningkat harga
dirinya setiap kali korbannya (penerima informasi hoax) merasa tertipu. Harga
diri pembuat hoax meningkat karena berhasil mengungguli orang lain, merasa
lebih kompeten dan kepercayaan dirinya akan meningkat. Jika kemudian ada yang
merespon, mengakui atau bahkan waspada terhadap informasi darinya, maka ini
merupakan sebuah penghargaan dari orang lain terhadap dirinya. Lebih lanjut
Maslow menyebutkan, seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih
percaya diri serta lebih mampu, maka juga lebih produktif. Maka tidak menutup
kemungkinan pembuat hoax akan semakin banyak membuat informasi hoax untuk
mendapatkan respon dan penghargaan yang sama. Begitu pula potensi yang
berlaku pada seseorang yang berniat baik menyebarkan informasi, meskipun dia
36
Kelima, kebutuhan akan aktualisasi diri. Pemaparan tentang kebutuhan
kemampuan, oleh Maslow disebut aktualisasi diri, merupakan salah satu aspek
Maslow menjelaskan bahwa manusia memiliki hasrat untuk tahu dan memahami.
Maslow berkeyakinan bahwa salah satu ciri mental yang sehat ialah adanya rasa
ingin tahu, alasannya di antara lain adalah: Sejarah mengisahkan banyak contoh
masak secara psikologis menunjukkan bahwa mereka itu tertarik pada hal-hal
yang penuh rahasia, yang tak dikenal dan yang tak dapat dijelaskan; Pengalaman
Maslow menangani kasus orang dewasa yang depresi dapat sembuh setelah
mengikuti saran agar menyibukkan diri dalam sesuatu kegiatan yang bernilai,
informasi hoax itu sendiri. Sebagaimana para peneliti literasi media menguji
dampak menonton sinetron pada remaja misalnya. Dari pengujian ini dapat
informasi hoax itu sendiri, sesuai dengan yang diinginkan oleh penyebar hoax itu
37
menemukan sesuatu menimbulkan rasa puas dan bahagia. Maslow menyimpulkan
Dari ketiga landasan teori yang telah dipaparkan, penulis merumuskan unit
38
pengetahuan yang sama di media
lain?
39
Collective Mampu menyatukan a. Apakah mahasiswa menyertakan
intelligence pengetahuan yang pengetahuan yang di dapat dari
didapat dari informasi di sumber atau media lain dalam
Whatsapp dan dari merespon pesan/informasi di grup
informasi di sumber atau Whatsapp?
media lain menuju
b. Apakah mahasiswa menyimpulkan
tujuan bersama dalam
pengetahuan-pengetahuan yang
grup Whatsapp.
didapatkan dari interaksi dalam grup
Whatsapp tersebut mengenai
sebuah informasi?
40
merespon pesan Whatsapp?
41
Motivasi 1. Kebutuhan sosial a. Kenapa mahasiswa menyebarkan
menyebarkan informasi hoax?
2. Kebutuhan penghargaan
informasi hoax
b. Apakah mahasiswa menyebarkan
3. Kebutuhan aktualisasi
informasi hoax agar mendapat
diri
tempat atau diterima di grup
Whatsapp?
1. Simulation
2. Appropriation
42
terhadap informasi di dalam Whatsapp. Termasuk juga memahami
3. Multitasking
4. Collective Intelligence
pengetahuan yang di dapat dari sumber atau media lain. Dengan demikian
5. Judgment
tersebut.
6. Negotiation
7. Visualization
Whatsapp.
43
9. Motivasi menyebarkan informasi hoax
aktualisasi diri.
H. Metodologi Penelitian
yang bersifat interpretif. Dalam penelitian ini peneliti menempatkan empati dan
1. Tipe penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Ada
persepsi oleh Alfred Schutz, menekankan pada persepsi dan interpretasi orang
7
Ninik Sri Rejeki, Fenomenologi: Metode Penelitian untuk Memahami Pengalaman dalam Mix
Methodology dalam Penelitian Komunikasi, 2011, Yogyakarta, ASPIKOM, hlm. 136-138.
8
Zainal Abidin, Filsafat Manusia, 2011, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, hlm. 160.
44
Penelitian ini beraliran fenomenologi klasik, di mana literasi media yang
diteliti bertujuan pada otoritas diri manusia terhadap konten media massa,
media. Tidak hanya melihat atau mengamati perilaku bermedia dan menarik
barunya.
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui dua metode, yaitu observasi
9
Ninik Sri Rejeki, Fenomenologi: Metode Penelitian untuk Memahami Pengalaman dalam Mix
Methodology dalam Penelitian Komunikasi, 2011, Yogyakarta, ASPIKOM, hlm. 139.
10
Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, 2008, Jakarta, Kencana, hlm.110.
45
peneliti melakukan kegiatan wawancara terus-menerus untuk menggali
Data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan
penelitian.
rapi, terlihat mana data yang dibutuhkan dan tidak, serta mengurangi
46
dalam teks.
jawaban subjek penelitian dengan runut, lengkap dan jelas, disertai dengan
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data fenomenologi, sebagaimana yang ditulis oleh Ninik Sri Rejeki (2011, p.
47
4) Sinkronisasi antara temuan penelitian (kemampuan literasi media baru
48