PENDAHULUAN
1
seperti halusinasi, waham, dll. Pasien dengan gannguan pada kejiwaan
memerlukan pelayanan kesehatan khusus untuk dapatlebih cepat sembuh.
Pasien dengan gangguan jiwa ini dapat dilakukan perawatan di rumah
dengan bekerjasama dengan para terapis dengan persetujuan keluarga.
Dari penjelasan di atas, kelompok tertarik untuk membahas lebih
dalam mengenai perawatan di rumah terhadap pasien gangguan jiwa
khususnya pasien halusinasi, makalah ini sekaligus memenuhi tugas di
mata kuliah home care.
1.3 Manfaat
Makalah ini hendaknya dapat bermanfaat guna menambah pengetahuan
mengenai home care pada pasien dengan gangguan jiwa (halusinasi)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Halusinasi
A. Defenisi
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi yang salah tanpa
dijumpai adanya rangsangan dari luar (Yosep, 2011). Menurut Direja,
(2011) halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar). Sedangkan halusinasi menurut Keliat dan Akemat, (2010) adalah suatu
gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori
persepsi; merasakan sensasi palsu berupa penglihatan, pengecapan, perabaan
penghiduan, atau pendengaran.
Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca
indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang salah).
Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi sensorik
tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan),
sedangkan menurut Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan
penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang
dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran
individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada
saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan
kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya
dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.
B. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien
dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium,
demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan
substansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi
infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami
sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi,
anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan
halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian
obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal
yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti
kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada
pembicaraan. Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak
diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor
biologis , psikologis , sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress
lingkungan , biologis , pemicu masalah sumber-sumber koping dan
mekanisme koping.
C. Manifestasi klinis
Tahap I
Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
Gerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat
Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
Tahap II
Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
Penyempitan kemampuan konsenstrasi
Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas
Tahap III
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
dari pada menolaknya
Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
Tahap IV
Prilaku menyerang teror seperti panik
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,
menarik diri atau katatonik
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang
mengejeknya.
Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.
Data objektif :
Klien tampak tertawa sendiri.
Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi
halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pelayanan kesehatan di rumah (home care) merupakan penyediaan
pelayanan professional perawat bagi pasien dan keluarganya di rumah
untuk menjaga kesehatan, edukasi, pencegahan penyakit, terapi paliatif,
dan rehabilitative.
Pasien dengan gangguan jiwa halusinasi membutuhkan bimbingan
dan pengawasan setiap waktu maka dengan perawatan di rumah, keluarga
dapat membimbing dan mengawasi keluarga mereka dengan tanpa
hambatan, serta dapat menghemat biaya, artinya keluarga tidak perlu lagi
mengeluarkan biaya (kamar) RS, transport PP Rumah Rumah Sakit
untuk menemani pasien di RS. Pelayanan kesehatan ini diberikan oleh
para professional yang tergabung dalam tim home care. Serta keluarga
juga mengetahui bagaimana cara merawat keluarga mereka di rumah.