Konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis Bakterial
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Konjungtivitis atau peradangan pada mata merupakan penyakit mata paling umum
didunia. Penyakit ini bervariasi dari hiperemia ringan, mata berair sampai konjungtivitis berat
dengan sekret purulen kental. 1 Kebanyakan dari jenis konjungtivitis dapat sembuh dengan
sendirinya, namun beberapa juga dapat berkembang dan menyebabkan komplikasi yang serius
pada mata.2
infeksi virus, konjungtivitis karena infeksi bakteri, dan konjungtivitis karena infeksi jamur.
Konjungtivitis merupakan penyakit yang dapat mengenai semua umur, laki-laki maupun
perempuan, dan semua strata sosial. Di Amerika serikat, prevalensi konjungtivitis pada
populasi usia 1 sampai 7 tahun adalah 13 per 1000 orang. Sedangkan sampai sekarang belum
dikategorikan sebagai kelainan pada mata yang paling sering membawa pasien datang
namun kelainan mata ini dapat berakibat pada sisi ekonomi, yaitu hilanganya waktu produktif
untuk berkerja. Oleh karena itu, penting untuk mendiagnosis penyakit ini sehingga kita dapat
ISI
Anatomi
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera
mukosa mulut dan hidung, tetapi lebih lembut dan bening. Konjungtiva tetap basah terutama
karena air mata yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal, dan juga oleh kelenjar lakrimal
aksesori yang terdapat didalam jaringan subkonjungtiva. Dengan air mata terjadi irigasi
biologis pada konjungtiva dengan adanya lisozim di dalam air mata, menjadikan kantong
lakrimal relative bebas kuman. Epitel kornea yang bias mengering, selalu dibasahi dan
dibersihkan oleh konjungtiva kelopak mata setiap kali mengedip. 3 Konjungtiva bersambung
dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di
limbus.
A. Konjungtiva Palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke
tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior ( pada
fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi
konjungtiva bulbaris.1
B. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat berkali
kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan
Lipatan Konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika seminularis)
menempel superficial ke bagian dalam plika seminularis dan merupakan zona transisi
C. Konjungtiva Fornik yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dan konjungtiva
bulbi.1,5
Histologi
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder
bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula
dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel
skuamosa.1
Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi
mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air
mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan
fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat
dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid
tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa
konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian
menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva.
B
Kelenjar pada Konjungtiva
1. Mucin secretoty glands: Merupakan sel goblet (kelenjar uniselullar yang terletak di
b. Kelenjar Wolfring (terdapat disepanjang bagian atas dari tasus superior maupun
inferior).5
Arteri arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua
arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya
sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superficial dan lapisan profundus
dan bersambung dengan pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk pleksus limfatikus
yang kaya. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan (oflalmik) pertama nervus V.
Konjungtivitis Bakteri
Definisi
Konjungtivitis bakteri adalah infeksi mikrobial pada membran mukosa permukaan mata
yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri penginfeksi. Konjungtivitis bakteri biasanya dapat
sembuh dengan sendirinya, namun terkadang juga dapat menjadi suatu keadaan yang serius
Pada dasarnya permukaan mata memiliki daya tahan terhadap bakteri dengan berbagai
mekanisme perlawanan, konjungtivitis bakteri dapat terjadi bila organisme dapat melewati
Gejala umum konjungtivitis biasanya bilateral, oleh karena itu diagnose konjungtivitis
unilateral adalah salah satu kesalahan diagnose yang paling sering terjadi. Dengan mengingat
akan sifat membrane mukosa konjungtiva, maka biasanya konjungtivitis berbentuk datar tanpa
disertai gangguan visus yang berat. Keluhannya adalah gatal gatal, mata terasa panas, seperti
Kelopak mata bengkak dan berkrusta. Pada keadaan awal sekret berbentuk serosa
menjadi mukopurulen.6
gonorrhoeae, yaitu bakteri yang dapat menembus epithelium kornea yang utuh.
Bakteri lain yang juga sering menimbulkan konjungtivitis bakteri hiperakut adalah
aeruginosa.
langsung melalui infeksi genitalia, dan lebih sering dijumpai pada neonatus, remaja,
jenjang usia, ras, dan jenis kelamin. Konjungtivitis bacterial akut (mukopurulen) ini
dapat disebabkan oleh berbagai jenis agen bakteri, yang utama adalah
Konjungtivitis bakterial akut sering terdapat dalam bentuk epidemik dan disebut
mata merah oleh orang awam. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemia
tipe ini biasanya sembuh dengan sendirinya dalam waktu kurang dari 3 minggu.
Merupakan konjungtivitis bakteri yang telah terjadi selama lebih dari 4 minggu
dan biasanya memiliki etiologi yang berbeda dengan konjungtivistis bakteri akut.
Konjungtivitis Bakteri Kronik bakteri terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus
nasolakrimalis dan dakriosistitis menahun, ini biasanya dapat menyertai blepharitis
dapat terjadi akaibat infeksi kronis dari jenis staphylococcus ataupun moraxella.1,4
Neisseria meningitidis
Haemophillus aegyptius
Moraxella lacunata
4 Diagnosis
Onset sangat cepat, terdapat eksudasi purulen yang sangat banyak, hyperemia
konjungtiva berat, kemosis konjungtiva, dan edema palpebra. Konjungtivitis bias unilateral
jangka waktu 2-3 minggu. Pada konjungtivitis bakteri akut terdapat eksudasi unilateral yang
terjadi secara akut, iritasi, dan hiperemia konjungtiva. Pada konjungtiva tarsal biasanya
mukopurulen/purulen, tidak dijumpai adenopati preaurikuler. Pada anak anak usia 6 bulan
sampai 3 tahun dijumpai perubahan warna kebituan dan pembengkakan pada kulit periorbita
yang mengindikasikan progresifitas kearah selulitis orbita oleh infeksi haemophilus influenza.4
Tidak ditemukan gejala yang spesifik. Pasien selalu mengalami iritasi kronis pada mata
(lebih dari 4 minggu), terdapat sensasi benda asing pada mata, dan sedikit hyperemia pada
konjungtiva. Hipertrofi papil ataupun respon folikel dapat terjadi. Konjungtivitis kronis
biasanya disertai dengan hyperemia palpebra dan sekret yang banyak terutam pada saat
bangun tidur.4
Diagnosis Banding
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai degan terapi
topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antimikroba yang cocok
untuk mengobati infeksi N gonorrhoeae dan N meningitides. Terapi topical dan sistemik harus
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus conjungtivae harus dibilas
dengan larutan garam agar dapat menghilangkan sekter konjungtiva. Untuk mencegah
penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus higien
perorangan. 1
Chloramphenicol Staphylococcus,
1.0% (ointment)
Haemophilus, q.2h. to q.i.d.
0.5% (solution)
Proteus
Erythromycin Staphylococcus,
Streptococcus,
0.5% (ointment) q.h.s. to q.i.d.
Neisseria,
Haemophilus
Fluoroquinolone Staphylococcus,
Streptococcus,
(ciprofloxacin, Haemophilus, 0.3%0.5% q.2h. to q.i.d.
ofloxacin, Pseudomonas
levofloxacin)
Polymyxin Staphylococcus,
B/trimethoprim sulfate Streptococcus,
10,000 U; 1
Proteus, Escherichia q.3h.
mg/ml
coli,
Haemophilus
Tetracycline Staphylococcus,
Neisseria, 1.0% q.2h. to q.i.d.
Escherichia coli
Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat
berlangsung selama 10 14 hari, jika diobati memadai hanya berlangsung 1-3 hari, kecuali
tahap menahun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat
perforasi kornea dan endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi
meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah
septicemia dan mengingitis. Konjungtivitis bakteri menahun mungkin tidak dapat sembuh
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika.
1996.
2. Garratt S. Conjunctivitis. San Francisco: American Academy of Ophthalmology 2008
3. Hollwich F. Oftalmologi. Edisi Kedua. Jakarta: Binarupa Aksara 1993.
4. Quinn CJ, Mathews DE, et al. Care of the patient with conjunctivitis. Lindbergh Blvd:
American Optometric Association 2002
5. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4 edition. New Delhi: New Age
International 2007
6. Marlin DS. Conjunctivitis bacterial.diunduh dari:
(http://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview)