Disusun oleh:
1. 1. M. Ihsan 21110115120006
2. 2. Chairunisa Afnidya Nanda 21110115120018
3. Azizah Nur Rahmah 21110115120024
4. Ulfa Rofianita 21110115120026
5. Nailatul Muna 21110115120041
6. Andre Nugroho 21110115130049
2015
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun oleh:
3. 1. M. Ihsan 21110115120006
4. 2. Chairunisa Afnidya Nanda 21110115120018
3. Azizah Nur Rahmah 21110115120024
4. Ulfa Rofianita 21110115120026
5. Nailatul Muna 21110115120041
6. Andre Nugroho 21110115130049
2015
Kelompok VII-A i
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I telah disetujui dan disahkan oleh Dosen
Pembimbing Praktikum Ilmu Ukur Tanah I, Program Studi Teknik Geodesi,
Universitas Diponegoro
Disusun oleh:
Kelompok VII-A
1. M. Ihsan 21110115120006
2. Chairunisa Afnidya Nanda 21110115120018
3. Azizah Nur Rahmah 21110115120024
4. Ulfa Rofianita 21110115120026
5. Nailatul Muna 21110115120041
6. Andre Nugroho 21110115130049
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur patut kita persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
oleh karena-Nya laporan ini dapat terselesaikan dengan baik serta tepat pada
waktunya. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Sawitri Subiyanto M.Si., selaku Ketua Program Studi Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
2. Ir. Haniah dan Ir. Bambang Sudarsono,MS , selaku dosen pengampu mata
kuliah Ilmu Ukur Tanah I.
3. Abdi Sukmono, S.T., M.T, selaku dosen praktikum Ilmu Ukur Tanah I
4. Bambang D
5. Alvatara Partogi Hutagalung, selaku Asisten praktikum mata kuliah Ilmu
Ukur Tanah 1 yang telah membimbing kami dalam penyusunan laporan ini.
6. Seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun laporan
praktikum Ilmu Ukur Tanah 1.
Adapun laporan ini merupakan laporan praktikum dari Ilmu Ukur Tanah I.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan kepada
pembaca. Adapun laporan ini masih memiliki kekurangan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan
ini.Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
Kelompok VII-A iv
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I
II.11.3 Tripod/Statif...........................................................................II-17
Kelompok VII-A v
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI
Kelompok VII-A vi
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
dan cepat untuk setting alatnya karena pada instrument ini tidak terdapat
nivo tabung. hanya ada nivo kotak saja. (Jasasipil, 2014)
3. Metode Stadia
Metode stadia adalah metode pengukuran dengan paralaks
konstan. Jika alat ukur yang digunakan adalah waterpass maka
jarak yang didapat adalah jarak datar. Dalam pengukuran situasi
digunakan Theodolite dalam pengukurannya. Garis bidik
diarahkan ke rambu yang diletakan di atas titik yang jaraknya akan
dihitung jaraknya. Jika sudut miring atau sudut zenithnya diukur,
maka dapat dihitung, jika sudut miring yang diukur, maka:
HD = SD cos m....... (2.2)
Jika sudut zenith yang diukur, maka :
HD = SD sin z ...... (2.3)
4. Metode Subtense
Prinsip dari metode substense adalah mencari garis segitiga sama
kaki, yang panjang alasnya (basis) diketahui dan dicari sudut
paralaks di hadapannya. Rambu dipasang pada statif khusus
sehingga posisinya mendatar. Selain itu pada tengah rambu diberi
alat khusus sehingga rambu dapat diatur tegak lurus terhadap garis
hubung instrumen ke tengah rambu, serta target di ujung-ujung
rambu dapat diberi sinar sehingga dapat dilakukan pengukuran
pada hari gelap. Jarak dapat dihitung dengan,
1 1
D = 2 b cot2 ... (2.4)
Dimana "=206265
Metode ini dinamakan metode substense karena " dalam detik dan
diukur dengan alat ukur Theodolite. Tinggi Theodolite dan basis
ukur tidak sama tapi jarak yang didapat adalah jarak mendatar.
h a b
12.5m 12,5m
Gambar II.1 Beda Tinggi dengan Sipat Datar (Kelompok VII-A, 2015)
Sipat mendatar dapat dibuat dengan beberapa cara, antara lain
dengan bantuan nivo tabung. Sehingga pada alat ukur sipat datar selain
ada teropong juga dilengkapi dengan nivo tabung untuk mendatarkan
garis bidik. Pada penggunaan alat ukur waterpass selalu harus di sertai
dengan rambu ukur ( levelling rod, bak). Rambu ini terbuat dari bahan
kayu atau alumunium, panjangnya 3 meter hingga 5 meter.Yang penting
dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betul teliti
Gambar II.2 Azimuth dari Dua Titik Tetap (Kelompok VII-A, 2015)
Pada gambar II.2 diketahui titik yang tetap A(Xa,Ya) dan
B(Xb,Yb),sedangkan sudut AB adalah sudut azimuth yang akan
dicari.Untuk mendapatkan Azimuth AB dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
= ........................ (2.6)
Untuk mencari besarnya azimuth perlu diperhatikan syarat-
syarat yang ada pada tabel dibawah ini :
Tabel II-1 Syarat-syarat Penentuan Azimuth (Kelompok VII-A, 2015)
Kwadrant (Xb-Xa) (Yb-Ya) Azimuth()
I + +
II + _ 180-| |
III _ _ 180+| |
IV _ + 360-| |
= + 180
Gambar II.3 Azimuth dari Sudut yang Diketahui (Kelompok VII-A,
2015)
Pada gambar II.3 azimuth dari A ke B adalah azimuth
yang telah diketahui sedangkan azimuth dapat diketahui
dengan rumus berikut ini :
= 180 .............................................. (2.7)
II.11.2 Theodolite
Menurut Hendro (2007), theodolite adalah alat ukur yang digunakan
untuk mengukur sudut di bidang horizontal dan vertikal. Dimana sudut-
sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak
diantara dua buah titik lapangan. Bagian-bagian Theodolite dapat dilihat
pada gambar II.5 dan gambar II.6.
Keterangan Gambar :
1. Optical Sight/vizier : membidik teropong pada obyek
yang akan dibidik.
2. Horizontal axis indication mark : mengukur tinggi alat
3. Optical plumment : melakukan sentering optis.
4. Power switch : mengaktifkan dan menonaktifkan
operasional dari teodolit digital.
5. Circular level/nivo kotak : mengecek sumbu vertikal.
6. a) Vertical clamp : mengunci teropong.
b) Vertical tangent screw : menggerakkan teropong yang telah
dikunci dengan gerakan halus.
7. a) Horizontal clamp : mengunci piringan horizontal.
b) Horizontal tangent screw : menggerakkan piringan horisontal
yang telah dikunci dengan gerakan
halus
II.11.3 Tripod/Statif
Tripod/statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk
menstabilkan alat seperti waterpass dan theodolite. Alat ini mempunyai
3 kaki yang sama panjang dan bisa dirubah ukuran ketinggiannya.
Tripod/statif terdiri dari bidang level/kepala statif, sekrup pengunci, tali
pembawa, sekrup penyetel, dan kaki statif (Arifin, 2015). Tripod/statif
dapat dilihat pada gambar II.7.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
e) Kalkulator
2. Prosedur Pelaksanaan
a) Mendirikan rambu dititik P1 dan P2.
b) Mengarahkan waterpass ke P1 dan membaca serta mencatat BT, BB dan
BA. Yang biasa disebut bacaan BT belakang.
c) Mengarahkan waterpass ke P2, tanpa mengubah kedudukan waterpass,
kemudian membaca dan mencatat BT, BB dan BA. Yang biasanya
disebut bacaan BT muka.
BA
BT
BB
Jika antar titik poligon tidak dapat diukur dalam satu kali berdiri alat
karena beda tinggi tang terlalu besar, maka pengukuran dapat dilakukan
secara berantai dengan menambah titik bantuan sesuai kebutuhan.
Perhitungan waterpass tertutup yaitu :
a. Setelah data pengukuran waterpass didapat, lakukan perhitungan beda
tinggi titik-titik poligon yang ada pada formulir hitung yang disediakan
b. Data tinggi awal dapat diperoleh pada peta yang ada.
b) Membuat grid batas pada sumbu X dan Y yang di mulai dari angka
terkecil dari hasil hitungan koordinat (X dan Y) penulis
menggambarkan grid.
c) Menentukan koordinat awal (titik BM) yang telah ditentukan
(438365.664; 9220586.751).
d) Jika titik BM telah ditentukan dan digambar selanjutnya adalah
menggambarkan titik poligon, metode yang digunakan oleh penulis
adalah metode koordinat jadi titik poligon digambarkan sesuai titik
koordinat dari perhitungan data di lapangan.
e) Setelah semua titik poligon digambarkan selanjutnya adalah
menggambar titik situasi.
3. Teknik Penggambaran Situasi
a) Penggambaran titik situasi adalah dengan cara memasukkan nilai sudut
horisontal yang telah di peroleh dari lapangan dan dengan jarak dari
hasil perhitungan data ke tiap titik poligon yang telah digambar.
b) Penggambaran titik situasi di mulai dari poligon 1, pusat busur derajat
diletakkan dari poligon 1 kemudian angka nol derajat diletakkan pada
titik poligon sebelumnya (BM), hal ini di lakukan karena pada saat
pengukuran kondisi alat mengacu pada titik sebelumnya (di nol kan dari
titik belakang). Selanjutnya tandai pada titik situasi sesuai dengan sudut
yang diukur dan kemudian ditarik jarak yang telah di hitung dengan
menggunakan skala yang diketahui
c) Pada saat penggambaran titik situasi nilai elevasi dicantumkan tepat
pada setiap titik situasi yang telah dihitung. Hal ini dilakukan untuk
menggambaran titik peta
4. Teknik Penggambaran Cross Section
a) Siapkan kertas gambar milimeter dan peralatan gambar.
b) Tentukan skala gambar yang terdiri dari skala jarak (horisontal) dan
skala elevasi (vertikal).
c) Pada bagian bawah milimeter buat kolom yang berisi nama titik dan
elevasi titik
BAB IV
Tinggi titik di atas didapat dari pengukuran dan perhitungan yaitu dengan cara
sebagai berikut :
a) Alat didirikan diantara BM 03 dan P1, mendirikan rambu di BM 03
dan P1. BM 03 sebagai bacaan belakang dan P1 sebagai bacaan muka,
kemudian baca dan catat BA, BT, BB. Lakukan sampai waterpass
berdiri diantara P16 dan BM 03 untuk pengukuran waterpass pulang
dan pergi.
Untuk mencari beda tinggi dengan rumus (BT belakang BT muka)
Beda tinggi dari BM 03 ke P1 :
Pergi : 1,612 m 0,769 m = 0,843 m
Pulang : 0,830 m 1,675 m = -0,845 m
Lakukan hal yang sama sampai semua titik diketahui beda tingginya.
b) Menghitung rata-rata beda tinggi dengan rumus :
beda tinggi pergi beda tinggi pulang
Rata-rata beda tinggi =
2
0,843 m 0,845m
Rata-rata beda tinggi BM 03 ke P1=
2
= -0,001 m
Lakukan hal yang sama hingga ke BM 03 kembali.
c) Berdasarkan hasil diatas ternyata terdapat koreksi beda tinggi sebesar
-0.005m dimana jumlah koreksi tersebut sama dengan jumlah beda
tinggi rata-rata. Dengan adanya kesamaan angka pada beda tinggi
rata-rata dan koreksi sehingga mengakibatkan jumlah beda tinggi
setelah dikoreksi sebesar 0. Setelah diketahui definitif masing-masing
beda tinggi maka dapat dihitung masing-masing beda tinggi dari beda
tinggi awal yaitu dengan menambah beda tinggi mula-mula dengan
definitifnya.Setelah dilakukan koreksi didapat koreksi dimana 5 titik
ditambah dengan nilai (-0.001 m).
d) Perhitungan selanjutnya menghitung beda tinggi definitif dan dalam
definitif ini ada syaratnya yaitu penjumlahan dari seluruh definitif
hasilnya harus nol.
e.) Perhitungan terakhir adalah mencari elevasi titik. Untuk elevasi awal
diketahui 190,466. Elevasi awal ini berguna untuk mencari elevasi
titik selanjutnya.
Elevasi titik P1 = elevasi titik BM 03 + Beda tinggi definitif BM 03
ke P1
= 190,466 m + 0,843 m
= 191,309 m
Lakukan cara yang sama hingga diketahui elevasi titik P16 yang sama
nilainya dengan elevasi titik BM 03.
f.) Kesalahan penutup beda tinggi
Menghitung kesalahan penutup beda tinggi dengan persamaan jumlah
beda tinggi pergi dikurangi jumlah beda tinggi pulang.
hpergi-hpulang = 0.004- (-0.004) = 0.008 m.
g.) Toleransi kesalahan penutup beda tinggi
Kesalahan ini biasanya disebabkan oleh alat ukur itu sendiri. Maksudnya
adalah kemungkinan bahwa alat ukur tersebut sedang rusak, ataupun
pada tanah tempat alat ukur ditempatkan landai.
2. Kesalahan personil
Kesalahan ini biasanya disebabkan oleh personil atau orang yang
melakukan pengukuran sendiri dalam melakukan pembacaan pada baak
ukur yang disebabkan oleh ketidak telitian pengukur dalam melakukan
pengukuran maupun ketidak telitian pengukur dalam mencatat hasil
pengukuran.
3. Kesalahan alam
Selain kesalahan pada alat ukut maupun personal, kesalahan juga dapat
disebabkan oleh keadaan alam seperti faktor cuaca maupun tekanan
udara. Faktor cuaca yang dapat menghambat adalah cuaca hujan. Selain
kesalahan pada alat ukut maupun personal, kesalahan juga dapat
disebabkan oleh keadaan alam seperti faktor cuaca maupun tekanan
udara. Faktor cuaca yang dapat menghambat adalah cuaca pada saat
hujan dan pada saat siang hari. Mengapa pada saat siang hari dapat
mempengaruhi pengukuran ? hal ini disebabkan karena adanya undulasi
(fatamorgana) yang biasa terjadi pada saat siang hari.
Bacaan Rambu
No Titik DH Tinggi
BT BA BB
P66 - - - 0.000 222.612
1 1.405 1.422 1.387 -0.025 222.587
2 1.406 1.422 1.390 -0.026 222.561
3 2.201 2.217 2.184 -0.821 221.74
4 2.192 2.207 2.177 -0.812 220.928
5 1.411 1.426 1.396 -0.031 220.897
6 1.388 1.401 1.374 -0.008 220.889
7 1.315 1.328 1.302 0.065 220.954
8 1.443 1.456 1.430 -0.063 220.891
9 1.440 1.462 1.418 -0.060 220.831
10 1.382 1.417 1.347 -0.002 220.829
11 1.122 1.159 1.085 0.258 221.087
12 1.195 1.245 1.145 0.185 221.272
13 1.420 1.470 1.370 -0.040 221.232
14 1.494 1.559 1.429 -0.114 221.118
15 1.551 1.632 1.496 -0.171 220.947
16 1.484 1.566 1.401 -0.104 220.843
Bacaan Rambu
No Titik DH Tinggi
BT BA BB
P67 - - - 0.000 222.562
1 1.502 1.522 1.482 -0.172 222.390
2 1.498 1.515 1.478 -0.168 222.222
3 2.161 2.178 2.143 -0.831 221.391
4 2.164 2.181 2.146 -0.834 220.557
5 1.489 1.505 1.478 -0.159 220.398
6 1.470 1.487 1.453 -0.140 220.294
7 1.352 1.368 1.335 -0.022 220.272
8 1.317 1.332 1.302 0.013 220.285
9 1.498 1.513 1.482 -0.168 220.117
10 1.519 1.544 1.494 -0.189 219.928
11 1.511 1.547 1.475 -0.181 219.747
12 1.310 1.346 1.274 0.020 219.767
13 1.318 1.367 1.268 0.012 219.779
14 1.527 1.577 1.477 -0.197 219.582
15 1.564 1.634 1.493 -0.234 219.348
16 1.646 1.731 1.561 -0.316 219.032
f.) Setelah itu menghitung sudut biasa, sudut luar biasa, dan sudut rata-rata
pada titik P1.
g.) Sudut biasa : 593710 = 593710
Sudut luar biasa : 2393710- 18000 = 593710
Sudut rata-rata : 593710+ 593710 = 593710
2
h.) Melakukan langkah di atas sampai pada titik BM 32.
i.) Sudut rata-rata yang sudah diperoleh kemudian dimasukkan ke form
hitungan poligon tertutup sebagai sudut ukuran ().
j.) Di dalam poligon tertutup terdapat koreksi penutup sudut, kemudian
untuk mencari sudut jurusan () terlebih dahulu menjumlahkan sudut
ukuran ().
Besarnya sudut = 900015
Syarat besarnya sudut adalah:
( n 2 ) x 180 = ( 7 2 ) x 180
= 900
Hasil pengukuran di lapangan ternyata jumlah sudut ukuran () sebesar
9000015maka:
= ( ( n 2 ) x 180 ) + f
9000015 = 900 + f
f = 00015( koreksi seluruh sudut)
Koreksi per sudut = f / 7
= 0 00 15 / 7
= 0 0 2.14
k X/titik =
d i
kx
d
142,75
k xBM 03 BM 32 = 386,250 x(-0,068)
= +0.025 m
Perhitungan tersebut digunakan sampai kXP5-Bm03.
Besarnya d sin = -0.068 m
Dimana syarat d sin = 0, maka besarnya koreksi d sin = +0.068m
Jumlah dari koreksi tiap titik (kX/titik) harus sama dengan koreksi (kX).
Masing-masing besarnya koreksi d sin per titik dapat dilihat di form
poligon tertutup pada halaman lampiran.
b. Perhitungan koreksi fy
Menghitung d cos dengan cara
YBm03-Bm32 = dBM03=BM32 cos BM03-BM32
= 142,75 Cos 197 46 46.80"
= -135.694
Perhitungan tersebut digunakan sampai YP5-BM03.
Kemudian dijumlahkan, ternyata hasilnya 0, melainkan (-0.011 m),
maka harus ada koreksi. Cara menghitung koreksi, yaitu :
k Yi/titik =
d i
ky
d
142,75
k y = 386,250 x(-0,011)
Bm 03 Bm 32
= +0.004 m
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil pengukuran sipat datar tertutup memiliki koreksi beda tinggi sebesar
-0.005 m, kesalahan penutup beda tinggi sebesar 0.008 m, dan toleransi
kesalahan penutup beda tinggi sebesar 0.009 m. Dari hasil tersebut, dapat
disumpulkan bahwa pengukuran waterpass tertutup yang dilakukan oleh
kelompok VII-A telah memenuhi syarat. Karena nilai kesalahan penutup
beda tinggi lebih kecil dari pada nilai toleransi kesalahan penutup beda
tinggi.
2. Pengukuran penampang melintang (cross section) dilakukan pada lokasi
yang sama dengan pengukuran profil memanjang. Dengan mengetahui
elevasi titik pada profil memanjang, dapat diketahui beda tinggi antar titik
detail.
3. Hasil pengukuran poligon memiliki koreksi penutup sudut sebesar
00015 sedangkan toleransi koreksi penutup sudut sebesar 0 0 52.92,
sehingga pengukuran yang dilakukan oleh kelompok VII-A memenuhi
batas toleransi. Ketelitian jarak linier pada pengukuran poligon tertutup
adalah 1 : 5000 dan toleransi ketelitian jarak linier adalah 1 : 2000,
sehingga pengukuran poligon tertutup yang dilakukan oleh kelompok VII-
A telah memenuhi syarat. Karena nilai ketelitian jarak linier lebih kecil
dari pada nilai toleransi ketelitian jarak linier.
V.2 Saran
Dari praktikum yang kami lakukan, kami menyarankan bahwa :
1. Sebaiknya pengukuran tidak dilakukan pada siang hari karena akan
terjadi undulasi sehingga pembacaan rambu ukur dan pembidikan pada
pengukuran tidak tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Kelompok I Kelas B. 2012. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I. Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.Semarang.2012.
Kelompok III Kelas B. 2012. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I. Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.Semarang.2012.
Kelompok IV Kelas B. 2012. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I. Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.Semarang.2012.
Kelompok V Kelas B. 2012. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I. Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.Semarang.2012.
Kelompok III Kelas A. 2010. Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I. Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.Semarang.2010.
Hendro Kustarto, Hartanto J.Andy. 2007. Ilmu Ukur Tanah Metode dan Aplikasinya.
Malang : Penerbit DIOMA.
Frick Heinz Ir.2006 .Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Yogyakarta : Kanisius.
Haniah, Ir. 2008. Ilmu Ukur Tanah 1. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Semarang.2008.
Kelompok VII-A
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I
DAFTAR PUSTAKA
(Farrington, 1997)
(Jasasipil, 2014)
(Mardiansyah, 2011)
(Sudaryatno, 2009)
(Haniah, 2008)
(Heinz, 2006)
(Cahyadi, 2010)
(Wirshing, 1995)
(Hendro, 2007)
(Arifin, 2015)
(Nujinten, 2012)
Kelompok VII-A
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I
LAMPIRAN
Kelompok VII-A
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I
LEMBAR ASISTENSI
Praktikan :
1. M. Ikhsan 21110115120006
2. Chairunisa Afnidya Nanda 21110115120018
3. Azizah Nur Rahmah 21110115120024
4. Ulfa Rofianita 21110115120026
5. Nailatul Muna 21110115120041
6. Andre Nugroho 21110115120049
Kelompok VII-A
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah I
Kelompok VII-A