Anda di halaman 1dari 13

Mengatasi Krisis Air Bersih di

Kota Balikpapan Dengan


Desalinasi Air yang Memanfaatkan
Energi Terbarukan

Disusun oleh:

Rindra Hosanova 03151037

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN


BALIKPAPAN
2017
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II ISI .......................................................................................................................... 2
2.1 Kota Balikpapan ............................................................................................... 2
2.1 Ketersediaan Air Baku ..................................................................................... 3
2.3 Upaya Pemerintah Kota Balikpapan .............................................................. 4
2.4 Desalinasi ........................................................................................................... 4
2.5 Energi Terbarukan ........................................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 8
3.1 Desalinasi Air dengan Memanfaatkan Energi Terbarukan.......................... 8
3.2 Dampak Lingkungan Desalinasi ...................................................................... 8
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10
ABSTRAK
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan, semua makhluk
hidup pasti memerlukan air. Tanpa adanya air maka tidak ada kehidupan, begitupun
dengan manusia. Begitu pentingnya air bagi kehidupan kita sehingga sudah
selayaknya kita dapat lebih bijak dalam pemanfaatannya sehingga kebutuhan kita
terpenuhi dan kelestarian air dialam juga tetap terjaga. Dalam suatu kota,
kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat berbanding lurus
dengan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya air. Air baku di Kota
Balikpapan relatif terbatas. Sampai saat ini menurut data PDAM masih mengalami
defisit air baku sebesar 400 liter/detik. Berbagai upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Balikpapan dalam mengatasi terbatasnya ketersediaan air baku,
antara lain dengan cara penambahan waduk/bendali/bozem. Solusi mengatasi krisis
air di Kota Balikpapan ialah dengan menggunakan desalinasi air dengan
memanfaatkan energi terbarukan. Desalinasi dapat merubah air laut dan air payau
menjadi air yang layak untuk digunakan atau air bersih. Dampak lingkungan yang
umumnya terjadi karena proses desalinasi ialah sejumlah besar gas panas yang
diemisikan dari konsumsi energi yang intensif, limbah konsentrat brine, dengan
jumlah yang besar dan temperatur yang tinggi, limbah bahan kimia yang digunakan
pada proses pretreatment. Sehingga, Penggunaan sumber energi terbarukan
merupakan solusi yang sangat baik untuk meminimalisir bahaya gas rumah kaca.

Kata Kunci : Balikpapan, desalinasi, krisis air

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan, semua makhluk
hidup pasti memerlukan air. Tanpa adanya air maka tidak ada kehidupan, begitupun
dengan manusia. Begitu pentingnya air bagi kehidupan kita sehingga sudah
selayaknya kita dapat lebih bijak dalam pemanfaatannya sehingga kebutuhan kita
terpenuhi dan kelestarian air dialam juga tetap terjaga. Dalam suatu kota,
kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat berbanding lurus
dengan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya air.
Kondisi Kota Balikpapan yang tidak mempunyai sungai-sungai besar yang
berfungsi sebagai pemasok air baku, sehingga alternatif yang diambil adalah
dengan membuat waduk dan memanfaatkan air tanah. Untuk memenuhi kebutuhan
air bagi masyarakat Balikpapan dibangun waduk tadah hujan, yaitu Waduk
Manggar. Waduk ini merupakan sumber air baku bagi warga Kota Balikpapan yang
terletak di kawasan hutan lindung Sungai Manggar. Dengan hanya mengandalkan
faktor alam, yaitu menunggu datangnya hujan, tentu saja ketika musim kemarau
yang berkepanjangan datang akibat pemanasan global, telah membuat cadangan air
baku di Waduk Manggar di Km 12 makin sedikit dan mengering. Padahal, air di
waduk itu merupakan sumber utama produksi air bersih yang dikelola PDAM Kota
Balikpapan. Praktis, krisis air bersih kini melanda hampir sebagian besar wilayah
di Balikpapan. Permasalahan krisis air bukan hanya menjadi tugas dan tanggung
jawab PDAM semata. Air sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan
akan selalu tersedia, jika kita mampu memelihara hutan pada Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang ada di Balikpapan, serta kita mampu menjaga kualitas lingkungan serta
melindungi sumber daya air dari berbagai aktivitas pencemaran.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang ada dalam makalah ini yaitu
a. Bagaimana solusi untuk mengatasi krisis air bersih di Balikpapan.
b. Bagaimana pengaruh desalinasi terhadap lingkungan.

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu
a. Mengetahui solusi untuk mengatasi krisis air bersih di Balikpapan.
b. Mengetahui pengaruh desalinasi terhadap lingkungan.

1
BAB II
ISI
2.1 Kota Balikpapan
Secara geografis Kota Balikpapan terletak di antara 1,00 LS 1,50 LS dan
116,50 BT 117,50 BT, dan 116,50 BT - 117,00 BT dengan luas 50.330,57 ha atau
503,33 km2, dengan batas wilayah, di sebelah utara Kabupaten Kutai Kertanegara,
sebelah selatan dan timur Selat Makassar dan sebelah barat Kabupaten Penajam
Paser Utara. Secara administratif, wilayah Kota Balikpapan terbagi menjadi 6
Kecamatan dan 34 kelurahan. Secara visualisasi, kondisi geografis dan
administratif ini ditunjukkan dalam peta berikut ini.

Gambar 2.1 Foto udara Kota Balikpapan


Secara administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 1996 Kota Balikpapan terdiri dari 5 (lima) Kecamatan
dan 27 (dua puluh tujuh) Kelurahan. Secara topografis, wilayah Kota Balikpapan
terdiri 85 % perbukitan (undulating) dan 15 % lainnya terdiri dari lahan relatif yang
datar. Lahan yang relatif datar ini pada umumnya di sepanjang daerah pantai. Secara
umum, jenis tanah yang ada di wilayah Kota Balikpapan adalah podsolik merah
kuning yang bersifat erosif, dikarenakan jenis tanah ini terbentuk dari batuan yang
relatif berumur muda dengan ikatan batuan lemah. Dengan topografi yang
berbukitbukit dan jenis tanah yang erosif, menjadikan lahan di Balikpapan rawan
longsor dan tingkat sedimentasi tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) Kota Balikpapan, jumlah penduduk Balikpapan pada tahun 2015 sebanyak

2
621.340 jiwa. Jumlah penduduk ini meningkat sebanyak 11.027 jiwa atau 1,77 %,
jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 yang sebanyak
610.313 jiwa. Dengan jumlah penduduk demikian, Balikpapan termasuk dalam
kategori kota besar. Kota Balikpapan yang beriklim tropis memiliki musim yang
hampir sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu : musim penghujan
dan musim kemarau. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai
dengan bulan Oktober, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan November
sampai dengan bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang
diselingi dengan musim peralihan (pancaroba) pada bulan-bulan tertentu. Secara
umum Kota Balikpapan beriklim panas dengan suhu udara sepanjang tahun 2015
ini berkisar antara 26,8 0C sampai 28,6 0C. Terjadi kenaikan suhu dibandingkan
tahun 2014 sebesar 3,84 %. Kondisi curah hujan bulanan Kota Balikpapan rata-rata
sebesar 179,62 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan Pebruari 2015 sebesar
329,1 mm. Curah hujan rata-rata di Kota Balikpapan mengalami penurunan sebesar
246,85 mm atau 25,85 % dibandingkan tahun 2014. Pada tahun 2015 terjadi kondisi
dalam satu bulan tidak turun hujan sama sekali atau curah hujan 0 mm yaitu pada
bulan September. Tren penurunan curah hujan berlangsung mulai bulan Juli sampai
dengan Oktober 2015. Sesuai laporan BMKG pada tanggal 7 Juli 2015, indikasi
penurunan curah hujan ini merupakan dampak El Nino yang terjadi di Samudera
Pasifik.

2.1 Ketersediaan Air Baku


Air baku di Kota Balikpapan relatif terbatas. Sampai saat ini menurut data
PDAM masih mengalami defisit air baku sebesar 400 liter/detik. Sumber air baku
yang ada di Kota Balikpapan meliputi Waduk Manggar dengan kapasitas 900
liter/detik, IPA Kampung Damai kapasitas 100 liter/detikm IPA Gunung Sari
kapasitas 125 liter/detik, IPA Batu Ampar kapasitas 40 liter/detik, IPA Teritip
kapasitas 54 liter/detik, IPA Manggar kapasitas 12 liter/detik dan IPA Prapatan
kapasitas 50 liter/detik.
Selain pemanfaatan air baku yang bersumber dari air permukaan, PDAM
Kota Balikpapan juga melakukan pemanfaatan air baku yang bersumber dari air
sumur dalam. Pemanfaatan air sumur dalam ini dipantau dengan menggunakan
sumur pantau.
Sumur pantau merupakan suatu instrument untuk memantau level muka air
tanah pada suatu kawasan. Dengan adanya sumur pantau, maka dapat diketahui
potensi air tanah pada suatu daerah cekungan air tanah yang telah diambil pada
kedalaman tertentu. Pemerintah Kota Balikpapan memiliki 5 (lima) unit sumur
pantau air tanah, yaitu sumur pantau air tanah wilayah Manggar (S : 0113'28.3" E
: 11657'52,1"), sumur pantau air tanah wilayah Damai Baru (S : 0115'26.6" E :
11652'01,4"),sumur pantau air tanah wilayah Gunung Malang (S : 0115'46.5" E :
11650'35,9"), sumur pantau Telaga Sari (S : 0116'05.4" E : 11650'00,5"), sumur
pantau wilayah Margomulyo.

3
Tabel 2.1 Data Lokasi Sumur Pantau dan Kedalaman Muka Air Tanah Tahun
2014 dan 2015
Kedalaman Kedalaman
Lokasi Muka Muka Air Status
Piezometer
Sumur Air Tanah Tanah Level
(m)
Pantau Tahun Tahun MAT
2014 (m) 2015 (m)
41-44 15,33 14,94 Naik
Gunung
96-99 15,38 14.64 Naik
Malang
144-147 15,49 14.79 Naik
70-80 10,31 -
Damai Baru 95-100 12,28 -
145-100 18,28 -
Telaga Sari 100-150 19,32 22,10 Turun
30-33 2,11 1,06 Naik
Manggar 87-90 5,12 4,73 Naik
132-135 13,92 10,93 Naik
24-21 8,30 6,07 Naik
Margomulyo 84-81 10,76 9,07 Naik
126-123 7,36 10,80 Turun
Status kedalaman muka air tanah pada tahun 2015 rata-rata mengalami
kenaikan dibandingkan tahun 2014, kecuali untuk lokasi sumur pantau di Telaga
Sari dan sumur pantau Margomulyo pada kedalaman 126 123 m. Hal ini
menunjukkan, berkurangnya intensitas hujan sejak bulan Juli 2015 sampai dengan
Desember 2015 tidak banyak berpengaruh secara signifikan terhadap ketersediaan
air sumur dalam.

2.3 Upaya Pemerintah Kota Balikpapan


Berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Balikpapan dalam
mengatasi terbatasnya ketersediaan air baku, antara lain dengan cara penambahan
waduk/bendali/bozem. Tahun 2015 terjadi kenaikan prosentase penambahan
waduk/bendali/bozem sebesar 12 % dibandingkan data pada tahun 2014, menyusun
studi mengenai keberadaan sumber air untuk penyediaan air minum Kota
Balikpapan telah dilaksanakan oleh beberapa instansi dan konsultan. Pada tahun
2015 ini, Pemerintah Kota Balikpapan telah memiliki Rencana Induk Sistem
Perpipaan Air Minum Kota Balikpapan, pembangunan Waduk Teritip dengan
kapasitas 75 l/detik dan Waduk Wain Bugis dengan kapasitas 165 l/detik, desalinasi
air laut, dimana sudah ada investor yang berminat untuk melakukan desalinasi air
laut di Kota Balikpapan. Saat ini sedang dalam tahap penilaian Tim Lelang
Investasi Pemerintah Kota Balikpapan. Apabila lelang ini berhasil, maka dapat
dipastikan Kota Balikpapan tidak akan memiliki kendala keterbatasan air baku lagi.

2.4 Desalinasi
Desalinasi adalah proses pemurnian atau pengurangan garam terlarut
didalam air laut yang lebih besardari 1000 ppm hingga 40.000 ppm menjadi air

4
tawar dengan konsentrasi garam terlarut di bawah 1000 ppm. Sistim desalinasi yang
pertama kali adalah Multistage Flash (MSF) dan Reverse Osmosis (RO) dengan
membran yang kestabilannya rendah dimana biaya kapitalnya masih tergolong
tinggi. Sistim yang menjanjikan dan menyajikan harga produk air yang rendah
adalah RO dengan membran dan sistim hibrida seperti MultiEffect Distillation
(MED) yang dikombinasi dengan kompresi uap (VC=Vapor Compression).
Pada prinsipnya proses desalinasi dibedakan menjadi 2 bagian bila ditinjau
dari sumber energi yang digunakannya, proses dengan menggunakan energi listrik
dan proses dengan menggunakan energi panas. Sistim desalinasi MSF telah banyak
diaplikasikan di beberapa negara. Walaupun biaya investasinya tinggi tetapi biaya
perawatannya relatif rendah.

Gambar 2.2 Alur Desalinasi


Desalinasi air laut memisahkan air tawar dari air laut. Proses desalinasi
dapat dilakukan dengan distilasi atau reverse osmosis. Pemisahan air tawar dari air
taut atau air payau merupakan perubahan fase air, sedangkan reverse osmosis
memisahkan air tawar dengan menggunakan perbedaan tekanan dan semi
permeable membrane. Disamping peralatan yang spesitlk untuk tiap instalasi
desalinasi. peratalan-peralatan lain yg umum terdapat pada suatu instalasi desalinasi
adalah sistem hisapan air laut/air baku, termasuk pompa penghisap, saringan
(screen) dan sarangan (filter), jaringan pipa air produk desalinasi, tangki

5
penampungan (storage tank), peralatan penerima dan pembagi aiiran listrik (panel
distribution box).
Pemilihan proses teknologi desalinasi didasarkan pada beberapa faktor,
antara lain salinitas (kadar zat terlarut air masukan), kualitas air bersih yang
diinginkan, sumber energi yang akan digunakan untuk produksi air, debit air yang
diperlukan, faktor ekonomi, keandalan. Kemudahan operasi dan perawatannya
Teknologi desalinasi termal jenis Multistage Flash (MSF), MultiEffect Distillation
(MED) dan Multi Vapour Compression (MVC) dapat memurnikan air dari kadar
55000 ppm menjadi sekitar 10 ppm, sedangkan proses membran jenis Reverse
Osmosis (RO) dengan sekali proses dapat menghasilkan air tawar dengan IDS
berkisar antara 350-500 ppm.
Pada proses distiilasi air laut/air baku dipanasi agar air tawar yang
terkandung di dalamnya mendidih dan menguap, kemudian uapnya di embunkan
untuk memperoleh air tawar. Proses distilasi ini dapat menghasilkan air tawar
berkualitas tinggi dibandingkan dengan kualitas air tawar yang dihasilkan oleh
proses lain.Pada tekanan 1 atm air akan mendidih dan menguap pada suhu 100 C.
namun air di dalam alat penguap (evaporator) mendidih dan menguap pada suhu
kurang dari 100 C bila tekanan di dalam evaporator diturunkan dibawah 1 Atm
atau dalam keadaan vacuum. Penguapan air memerlukan panas penguapan berupa
panas latent yang terkandung dalam uap yang dihasilkan. Sebaliknya pada saat uap
menyembur panas latentnya dilepaskan yang dapat memanasi air laut/baku umpan
sebagai pemanasan pendahuluan (preheating) atau menguapkannya.
Pada proses distilasi,air laut/ air baku digunakan sebagai bahan air umpan
pembuatan air tawar maupun sebagai media pendingin, dengan jumlah yang
diperlukan kurang dari 8-10 kali dari jumlah air tawar yang dihasilkan. Uap dari
ketel uap atau sumber lain digunakan sebagai pemanas dengan tekanan 2-3,5 kg/cm
dan penjalan ejector dengan tekanan 10-12 kg/cm. Pada umumnya jumlah uap
untuk pemanasan antara 1/8 sampai 1/6 dari jumlah air tawar yang dihasilkan,
perbandingan antara jumlah air tawar yang dihasilkan dengan jumlah uap yang
diperlukan disebut performance ratio (PR) dalam proses reverse osmosis atau
Gained Output Ratio (GOR) dalam proses distilasi.
Masalah yang umum terdapat pada proses distilasi iaiah terjadinya
pengkerakan dan korosi pada bagian bagian peralatan. Timbulnya lapisan kerak
pada pipa-pipa penukar panas evaporator menyebabkan turunnya kemampuan
pemindahan panas yang berakibat menurunnya jumlah air tawar yang dihasilkan,
pada keadaan yang demikian instalasi perlu dimatikan untuk pelaksanaan
pembersihan kimia (chemical cleaning). Untuk mencegah atau menghambat proses
pengkerakan itu perlu dilakukan proses treatment yang tepat dan teratur. Terjadinya
korosi pada bagian peraiatan sudah pasti akan mengganggu pengoperasian instalasi,
selain menuainnya hasil produk air tawar, untuk perbaikannya pun memerlukan

6
waktu dan biaya yang tinggi, oleh sebab itu di dalam desainnya diperlukan material
yang sesual dengan kondisi pengoperasiannya

2.5 Energi Terbarukan


Energi terbarukan didefinisikan sebagai energi yang dibangkitkan atau
dihasilkan dari sumber alami yang dapat mengisi ulang secara alami dan konstan,
seperti dari cahaya matahari, angin, hujan, pasang-surut air laut, gelombang ombak,
dan panas bumi. The International Energy Agency (IEA) mendefinisikan energi
terbarukan sebagai, listrik dan panas yang dibangkitkan dari cahaya matahari,
angin, lautan, tenaga hidro, biomassa, panas bumi, biofuel dan turunan hidrogen
dari sumber terbarukan.

7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Desalinasi Air dengan Memanfaatkan Energi Terbarukan
Desalinasi dengan berbagai teknologi seluruh proses desalinasi
membutuhkan energi yang intensif dan dan studi skala ekonomi. RO (Reverse
Osmosis), ED (electrodialysis), dan VC (vapour compression) merupakan proses
desalinasi yang hanya menggunakan listrik sebagai sumber energi utama,
sedangkan MSF (multi-stage distillation), MED (multi-effect destillation), dan TVC
(thermal vapour compression), mengunakan energi termal sebagai sumber energi
utama, dan listrik sebagai sumber energi pendukung untuk menggerakan pompa.
Listrik dapat dibangkitkan dari bahan bakar fosil (batu bara, minyak, gas), sumber
terbarukan, nuklir. Termal energi dapat dihasilkan dari boiler berbahan bakar fosil,
limbah panas pembangkit listrik, sumber energi terbarukan, limbah panas industri.
Menggunakan energi terbarukan sebagai sumber energi untuk proses
desalinasi merupakan jalan yang baik untuk memproduksi air murni di berbagai
lokasi. Penggunaan sistem desalinasi dengan energi terbarukan sangat menjanjikan
pada wilayah terpencil, yang belum memiliki transmisi listrik yang memadai dan
kondisi air yang langka. Sebagaimana teknologi yang terus berkembang serta air
bersih dan sumber energi konvensional yang murah semakin langka, desalinasi
dengan energi terbarukan menjadi lebih atraktif. Pabrik desalinasi dengan
menggunakan energi matahari, angin, geotermal atau hibrid matahari-angin telah
terpasang, sebagian besar merupakan projek demonstrasi sehingga memiliki
kapasitas yang kecil. Biaya pengolahan air dengan proses desalinasi menggunakan
energi terbarukan sangat berkorelasi dengan biaya energi yang dihasilkan dari
energi terbarukan tersebut. Meskipun biaya sumber energi terbarukan tidak ada,
biaya investasi untuk sistem energi terbarukan masih cukup tinggi, hal ini
menyebabkan biaya produksi air menjadi tinggi. Namun dengan pengembangan
teknologi energi terbarukan, biaya investasi dapat berkurang dan biaya produksi air
dari sumber ini juga akan ikut berkurang.

3.2 Dampak Lingkungan Desalinasi


Dampak lingkungan yang umumnya terjadi karena proses desalinasi ialah
sejumlah besar gas panas yang diemisikan dari konsumsi energi yang intensif,
limbah konsentrat brine, dengan jumlah yang besar dan temperatur yang tinggi,
limbah bahan kimia yang digunakan pada proses pretreatment.
Seluruh proses desalinasi merupakan proses yang membutuhkan energi
intensif, hasilnya sejumlah besar emisi gas rumah kaca, seperti CO, CO2, NO, NO2,
dan SO2. Jumlah CO2 yang diemisikan diperkirakan sebesar 25 kg/m3 produksi air.
Penggunaan sumber energi terbarukan merupakan solusi yang sangat baik untuk
meminimalisir bahaya gas rumah kaca.

8
BAB IV
KESIMPULAN
Solusi mengatasi krisis air di Kota Balikpapan ialah dengan menggunakan
desalinasi air dengan memanfaatkan energi terbarukan. Desalinasi dapat merubah
air laut dan air payau menjadi air yang layak untuk digunakan atau air bersih.
Dampak lingkungan yang umumnya terjadi karena proses desalinasi ialah
sejumlah besar gas panas yang diemisikan dari konsumsi energi yang intensif,
limbah konsentrat brine, dengan jumlah yang besar dan temperatur yang tinggi,
limbah bahan kimia yang digunakan pada proses pretreatment. Sehingga,
Penggunaan sumber energi terbarukan merupakan solusi yang sangat baik untuk
meminimalisir bahaya gas rumah kaca.

9
DAFTAR PUSTAKA
Balikpapan.go.id , Diakses tanggal 26 Februari 2017
Geni Rina Sunaryo, dkk. 1999. Perancangan Sistim Pemurnian Air Laut Menjadi
Air Tawar Berdasarkan Metode Desalinasi Multistage. Serpong : P2TKN-
BATAN
http://kaltim.prokal.co/read/news/259524-amat-sangat-parah-krisis-air-di
balikpapan-9-hari-lagi-tayamum.html. Diakses tanggal 19 Februari 2017
https://www.researchgate.net/publication/287686769

10

Anda mungkin juga menyukai