Anda di halaman 1dari 16

ITS

G;8'403
ITS CI~
Institut
Teknologi
Sepuluh-Nopember 1J
::2,010

PARADIGMA PENGAMBILAN KEPUTUSAN


MULTIKRITERIA DALAM PERSPEKTIF
PENGEMBANGAN PROJEK DAN INDUSTRI
YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
Oleh:

Prof. Or. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng, Sc

Pidato Pengukuhan untuk Jabatan Guru Besar

dalam Bidang Ilmu Pengambilan Keputusan Multikriteria

pada Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya, 20 Januari 2010

Oepartemen Pendidikan Nasional

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

Yang terhormat,
Ketua, sekretaris dan para anggota Senat serta Guru Besar ITS,
Bapak Rektor dan para pimpinan di lingkungan ITS,
Bapak Ketua dan para Anggota Dewan Penyantun ITS,
Bapak/Ibu Pejabat Sipil, Militer dan Polri, Konsul Jendral
Perwakilan Negara Sahabat
Bapak/Ibu pimpinan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta,
Para sesepuh ITS,
Para Civitas akademika dan karyawan di lingkungan ITS,
Para handai taulan, kerabat, keluarga dan undangan serta hadirin
yang saya muliakan.
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Pada kesempatan yang berbahagia ini perlu rasanya kita tundukan
kepala sejenak sambil mengucap syukur kehadirat Allah, Tuhan
Yang Maha Esa, karena hanya berkat rahmat, taufik dan
hidayahNya, kita semua dapat berkumpul di acara Sidang Terbuka
Senat ITS untuk mengikuti acara pengukuhan Guru Besar saya
dalam bidang ilmu Pengambilan Keputusan Multi Kriteria pada
Jurusan Teknik Industri ITS.
Kehadiran, Bapak, Ibu dan saudara-saudara sekalian, bagi kami
sekeluarga sungguh merupakan suatu kehormatan tersendiri. Dari
lubuk hati yang paling dalam, saya ingin menyampaikan
penghargaan yang setinggi -tingginya dan mengucapkan beribu
ribu terima kasih.
Ijinkan, saya menggunakan mimbar terhormat ini untuk
menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar dengan judul :
Paradigma Pengambilan Keputusan Multikriteria Dalam

Perspektif Pengembangan Projek dan Industri Yang

Berwawasan Lingkungan

Hadirin dan Undangan yang berbahagia,


1. Pendahuluan pemilihan altematif tindakan yang dipilih dengan proses mela
Pada dasamya manusia itu adalah mahkluk pembuat keputusan mekanisme tertentu dalam suatu keterbatasan somber daya den~
(decision making man), kemampuan yang merupakan anugerah harapan memperoleh solusi keputusan yang terbaik.
tersendiri yang tidak diberikan Allah kepada makhluk yang lain
di bumi. Para filosuf dan pemikir besar seperti Aristoteles juga Suatu pengambilan keputusan bisa rasional, non-rasional a
Plato sudah sejak ribuan tahun yang lalu mengkaji kapasitas irrational. Keputusan rasional bilamana dasar pengambi
manusia dalam proses pembuatan keputusan (Fugueira et. al. , keputusan terse but didasari pendekatan dan dianalisis sec
2005). ilmiah. Dalam konteks pengambilan keputusan yang rasior
model keputusan dikonstruksikan sebagai suatu represen
Bermula dari pengamatan semua kejadian yang terjadi pada diri hubungan-hubungan logis yang mendasari permasala
dan lingkungannya manusia kemudian mencermati dengan semua keputusan itu kedalam suatu model matematika. Bilamana fak
indra yang dimilikinya, melakukan refleksi, yang kemudian dan parameter dari elemen keputusan tersebut teru
menjadi dasar pemikirannya untuk memutuskan akan menentukan terkuantifikasi maka suatu solusi keputusan yang unik dan obje
tindakan apa yang seharusnya dilakukan. Pengambilan keputusan dimungkinkan untuk dicapai dengan mudah. Tetapi dalam sit
adalah prasyarat penentu tindakan itu. Artinya tindakan yang keputusan tertentu, banyak faktor subjektivitas, persepsi, va
dilakukan itu secara sadar merupakan perwujudan dari hasil judgments" yang berbeda-beda yang mempengaruhi pro
proses pemikiran, penalaran dan pengambilan keputusan yang ada keputusan sehingga tidak mudah untuk mendapatkan suatu sol
dalam manusia. keputusan yang objektif (PIous, 1993). Apalagi dalam dunia n
perbedaan faktor subjektif dan objektif sering kali samar.
Meskipun pengambilan keputusan bukan selalu memilih yang
benar tetapi apa yang diperlukan adalah memastikan hasil Pengambilan keputusan non rasional didasarkan hanya p'
keputusan dicapai melalui suatu proses yang transparans. Proses intuisi, perasaan dan emosinya serta pengalaman penga
1m berupa serangkaian aktivitas yang menganaIisis altematif keputusan saat melakukan proses keputusan, tanpa memanfaat
solusi keputusan, parameter, serta kendala yang ada dan kemudian hasil analisis ilmiah. Sehingga acap kali suI it menjelas
memilih "terbaik". Tidak ada pengambilan keputusan yang benar mengapa mereka membuat keputusan seperti
atau salah, karena waktulah yang akan menentukan kebenaran Permasalahannya, pengambilan keputusan menjadi sesuatu y,
Tetapi yang lebih penting adalah pilihan yang ditetapkan harus formal dalam organisasi karen a keputusan terse but h
dapat memberikan kepuasan bagi pengambil keputusan sesuai dipertanggung-jawabkan kepada orang lain atau proses!
dengan tingkat aspirasi yang diinginkan dan percaya pada hasil memerlukan kerjasama dan pengertian pihak lain, maka untuk
proses itu. perlu diungkapkan objektif yang akan dicapai serta bagaim
proses pengambilan keputusannya. Apalagi dalam du
Tidak ada pemahaman yang definitif, tetapi dapat dikatakan manajemen dan bisnis, pengambilan keputusan adalah aktiv
secara singkat bahwa proses pengambilan keputusan adalah proses yang paling kritis dan penting, bahkan Simon (1983) menjelas
bahwa pengambilan keputusan secara keseluruhan adalah hak
2 proses manajemen itu sendiri.
3
Bagi pengambil keputusan yang rasional, mereka menerapkan
suatu prosedur sistimatis dan saintifik dalam mengambil
keputusan.(Turban et.2005). Prosedur itu mengikuti tahapan ...------------44'"
Simplifikasi

Asumsi
Sasaran orBanisasianal
Prosedur pemindaian dan penelitian
sebagai berikut: (i) Melakukan identifikasi situasi keputusan yang Pengumpulan data
Identifikasi masalah
terkait dengan masalah yang akan diselesaikan, (ii) Membuat Kepemilikan masalah
Klasifikasi masalah
klarifikasi tujuan yang diinginkan oleh pengambil keputusan, (iii) masalah
Membangkitkan berbagi alternatif untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, (iv) Mendapatkan solusi yang tepat dari model dan Formulasi sebuah model
Yalidas; mod..1 Menentukan kriteria untuk dipilih
melakukan evaluasi berdasarkan kriteria penilaian yang ditetapkan I Meneari alternatif
(v) Memilih dan merekomendasikan implementasi alternatif solusi Memprediksi dan menBukur hasH
akhir
keputusan kedalam problem nyata.

Penggambaran proses pengambilan keputusan rasional menurut


model Simon (Turban et.al 2005) dalam alur pikir seperti
Verlfikasl, menBuji
salusl yang dlusulkan
I Salus; untuk model
Analisls sensivitas
Memilih alternatlf terbalk
Reneano implementasl
ditampilkan dalam Gambar 1 yang terdiri dari 3 tahapan utama:
(i) Fase intelligence: pengambil keputusan melakukan proses Salusl

identifikasi atas semua lingkup masalah yang harns diselesaikan.


Tahap ini pengambilan keputusan harus memahami realitas dan Sumber: Turban et.al (2005)
mendefmsikan masalah dengan menguji data yang yang diperoleh,
Fase Design: melakukan pemodelan problem yang Gambar 1. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Rasional (Modi
didefinisikan dengan terlebih dahulu menguraikan elemen Simon)
keputusan, alternatif variabel keputusan, kriteria evaluasi yang
dipilih. Perlu dipaparkan asumsi yang menyederhanakan realitas Pengambilan keputusan sebagai domain bidang keilmuan memil
dan diformulasikan semua hubungan elemennya. Model kemudian aspek ontologi, espestemilogi maupun axiology memiliki kai
divalidasi serta berdasar kriteria yang ditetapkan untuk melakukan pendekatan ilmiah tertentu yang sistimatis, spesifik, teratur
evaluasi terhadap alternatif keputusan yang akan dipilihnya. terarah. Dari ranah paradigma pengambilan keputusan, pendeka
Penentuan solusi merupakan proses mendisain dan yang banyak dikaji dimasa sekarang adalah pengambil
mengembangkan alternatif keputusan, menentukan sejumlah keputusan rasional yaitu bentuk pengambil keputusan y
tindakan yang akan diambil, sekaligus penetapan konsekuensi atas diperhitungkan secara matematis atau statistik, ini bukan ber
pilihan dan tindakan yang diambil sesuai dengan problem yang pengambilan keputusan "non-rasional" tidak penting.
sudah didefinisikan. Pada tahap ini juga menetapkan nilai dan
bobot yang diberikan kepada setiap alternatif, (iii) Fase Pemilihan: Menyadari bahwa dalam proses pengambilan keputusan inform
merupakan tahapan pemilihan terhadap solusi yang dihasilkan dari sebagai dasar pembuatan keputusan tidak sempurna, ada
model. Bilamana solusi bisa diterima pada fase terakhir ini lalu kendala waktu, beaya serta keterbatasan pengambil keputu
implementasi solusi keputusan pada dunia nyata yang rasional untuk mengerti dan memahami masalah, m
4 5
Apa yang membuat pendekatan ini menjadi lebih kompleks ada1:
keputusan diarahkan pada konsep keputusan dengan rasional diperhitungkannya ban yak kriteria yang perlu dirumuskan seca
terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas ini berupa eksplisit. Dalam situasi keputusan objektif tunggal proses evalu~
proses penyederhanaan model pengambil keputusan tanpa mendapatkan solusi optimal dari satu set altematif solusi da~
melibatkan seluruh masalah (Suryadi dan Ramdhani, 1998). dilakukan dengan relatif mudah, karena solusi keputusan adal
Sehingga model keputusan yang dihasilkan dari pendekatan ini solusi yang unik ditinjau dari satu objektif saja, artinya keputus
hanya berupa "satisficing model". Salah satu representasi model tersebut tanpa menemui suatu situasi "trade off' deng
dan teknik keputusan yang mendasarkan pada konsep rasional pencapaian objectifyang lain.
terbatas ini adalah metode pengambil keputusan multikritria Hwang dan Yoon (1981) membagi taksonomi keilmu
pengambilan keputusan multi kriteria menjadi 2 pendekatan ya
berbeda yaitu : Multiple Objecvtive Decision Making (MODM) d
Hadirin yang saya muliakan, Multiple Atribute Decision Making (MADM). Masing-masi
Ijinkan saya menjelaskan konsep Pengambilan Keputusan Multi memiliki karekter, atribut dan sifat serta aplikasi penyelesai
Kriteria atau dalam terminology keilmuan dalam disiplin Teknik ragam persoalan keputusan yang berbeda seperti ditunjukk
Industri sering disebut sebagai Multi Criteria Difecision Making dalam Tabel 1 berikut.
(MCDM) Tabell Perbandingan Metoda MADM dan MODM

Elemen Metoda Multiatribut I ldetOdaMultiple


2.Pengambilan Keputusan MuItikriteria. KeputuSan (MADM) . Qbjektif(MODM)
Pengambilan keputusan multikriteria (Multiple Criteria Decision Kriteria attribut objectif

Making) adalah suatu metoda proses pemilihan altematif untuk Objektif


implisit eksplisit

mendapatkan solusi optimal dari beberapa altematif keputusan Attribut


eksplisit implisit

dengan memperhitungkan kriteria atau objektif yang lebih dari satu Kendala
pasif aktif

Alttematif
jumlah terbatas jumlah tidak terbatas
yang berada dalam situasi yang bertentangan (conflicting). dan kontinu (integer)
Paradigma ini berbeda dengan cara pandang tradisonal problem jarang lebih sering

lnteraksi
pencarian solusi optimal suatu keputusan. Problem keputusan yang Pemakaian
problem seleksi dan problem konsepsi dan
kompleks dimodelkan hanya sebagai problem sederhana dari pemilihan altematif rekayasa
model optimasi keputusan berobjektif tunggal. Sehingga terjadi Source: HWANG et Yoon. [1981]
simplikasi rialitas problem yang berlebihan, akhimya solusi
keputusan gagal mencari solusi permasalahan yang sebenamya.
Pendekatan MODM (Multiple Objective Decision Makin
Artinya pendekatan model optimasi pendekatan tunggal gagal
mengakomodasikan "heterogenitas", dinamika dan kondisi kriteria Pendekatan MODM berkenaan dengan penyelesaian mo
yang mengalami konflik tersebut. optimasi yang memiliki objektifmajemuk dan objektifnya bersi
saling mengalami konflik. Keberadaan adanya solusi "optim
7
6
untuk objektif yang majemuk ini akan menjadi pembeda dengan secara simultant. Masih diperlukan informasi berupa preferc
pendekatan optimasi klasik objektif tunggal semacam lineir dari pengambilan keputusaan pencapaian fungsi objektif m~
programmmg. yang perlu diprioritaskan. Sehingga yang dicari sebagai jawat
bukan solusi yang optimal tetllpi solusi "kompromis" pada soil
efisiennya.
Pada metoda MODM, aktivitas keputusan yang dirupakan sebagai
variabel keputusan yang dicari (varibel kontinu) tidak ditetapkan
terlebih dahulu. Fungsi objektif yang berjumlah lebih dari 2 Dalam kerangka model "bounded rationality" dari Simon (198
objektif yang harns dioptimalkan secara simultant dan kendala solusi keputusan terbaik adalah solusi yang paling memuasl<
sistem keputusan dibentuk dari variabel ini. sesuai preferensi pengambil keputusan. Model Sim
memaparkan adanya keterbatasan pemaham~ atas keragam
Sebagai ilustrasi, misal X adalah suatu set vanabel keputusan. kriteria dan "value judgment" dan persoalan keputusan ya
Fungsi objektif dan kendala dibentuk sebagai fungsi matematika mendorong pengambil keputusan untuk berpikir dalam keranf
dari variabel keputusan dan parametemya. Solusi yang memenuhi rasionalitas terbatas (bounded rationality) dari pada seke
kendala membentuk daerah fisibel. Bilamana pengambil mencapai solusi keputusan yang optimal.
keputusan dihadapkan pada problem fungsi objektif tunggal maka Fungsi
Objek'if z/ =.(,(xj
solusi didaerah fisibel yang memberikan nilai terbaik yang disebut
sebagai solusi optimal. Nilai ini dapat dicari dengan jelas pada titik ... ...
tertentu di daerah fisibel yang memberikan nilai terbesar pada ... ...
fungsi objektifuya. Tetapi dalam kasus seperti diperlihatkan dalam
Gambar 2, terdapat dua fungsi objektif yang saling bertentangan,
pencapaian suatu solusi optimal pada fungsi objektif yang satu
Daerah fisibel

akan mengurangi pencapaian objektif yang lain. Solusi optimal Yang lebih baik

tidak terdapat pada suatu titik yang unik karena terdapat Gambar-3. Himpunan Solusi efi
Gambar 2 Ruang Solusi Fisibel
kumpulan titik-titik didaerah fisibel yang dimungkinkan menjadi
solusi "optimal". Kita hanya berharap dan puas kalau ada titik non
Proses penyelesaian model multiobjektif ini secara te
inferior (solusi efisien-Pareto Optimal) yang masih didaerah memerlukan informasi mengenai preferensi subjektif
fisibel sebagai solusi "kompromis" yang lebih baik seperti pengambil keputusan (dalam bentuk pembobotan), sehin
ditunjukkan dalam Gambar 3 persoalan pembobotan dan preferensinya menjadi peranan k
dalam pengembangan dan riset penyelesaian model MODM.
Bila pada kenyataanya masih dihasilkan suatu set solusi efisien,
maka pertanyaannya adalah mana titik yang kita anggap sebagai
keputusan yang terbaik diantara titik-titik solusi non-inferior itu.?
Artinya masih belum bisa menentukan solusi keputusan di satu
titik variabel yang unik untuk menghasilkan nilai maksimum
9
8
Pendekatan (Multiple Attribute Decision Making)
Pendekatan MADM (Multiple Attribute Decision Making) adalah
teknik penyelesaian multikriteria untuk persoalan pemilihan atau Pendekatan cara melakukan agregasi fungsi kriteria memuncuU
seleksi , tidak diperlukan pendekatan program matematik klasik. berbagai perbedaan pandangan yang diantara peneliti multikritc
Variabel keputusan dipertimbangkan sebagai variabel diskrit yang antara pendekatan "ecole americain" (seperti contoh metoda AI
terbatas. Pendekatan ini hanya ditujukan sebagai alat bantu MAUT dan lainnya) yang mewakili pendekatan sintesis dan "ecI
keputusan supaya bisa mempelajari dan memahami problem yang francophone" yang mewakili pendekatan agregasi parsial ya
dihadapi, menentukan prioritas, values, objektif melalui eksplorasi metode outranking (contohnya metoda ELECTRE, PROMETHl
komponen keputusan itu sehingga mempermudah bagi pengambil dan lainnya)
keputusan nantinya untuk mengidentifikasi mana pilihan terbaik
yang disukai. Pada gambar 4, diperlihatkan taksonomi keseluruhan pengambi
keputusan multikriteria yang esensial, meskpun dal
Karena mendasarkan pada faktor preferensi pengambil keputusan, pengembangannya sekarang sudah terdapat lebih dari 96 mo
maka subjektifitas selalu terkait khususnya dalam pemilihan serta model baru.
pemberian "bobot" kriteria yang dipergunakan dalam proses
keputusan, juga "judgment" subjektif dalam menurunkan kriteria
yang dipertimbangkan dalam proses keputusan yang jelas. Belton
dan Stewart (2005) menekankan beberapa aspek penting
penggunaan pendekatan ini: (i) pertimbangan keputusan yang
secara kriteria dan sifatnya kontlik dinyatakan secara eksplisit; (ii)
pendekatan ini hanya membantu menstrukturkan problem
keputusan (iii) sebagai alat bantu pengambil keputusan memahami
dirinya, value, judgment melalui proses sintesis juga eksplorasi
yang sistimatis sehingga bisa membantu memilih keputusan yang
paling disukainya.
Secara metodologis perbedaan metode MADM dalam
penggunaannya didasarkan cara melakukan agregasi dari kriteria
pilihan (Maystre et.al. ,1994) yaitu: (i) Pendekatan sintesis yang
membentuk fungsi kriteria tunggal dari berbagai kriteria yang yang
bisa diperbandingkan (agrl?gation complete transitive); (ii) ~ .
.,~--~-

Pendekatan "outranking", dengan menerima perankingan dalam


kriteria agregasi yang terpisah (agnJgation partiale); (iii)
Pendekatan dengan judgement lokal dan interaktif (agregation Sumber: Diolah dari beberapa sumber
locale / iterative).
Gambar 4. Taksonomi Teknik Penyelesaian Pengambilan Keputus
to Multikriteria
11
domain pengetahuan multikriteria ini masih berkembang ~
Prospek Perkembangan Pengambilan Keputusan Multi mendapatkan perhatian yang semakin luas dan cenderu
Kriteria meningkat di tahun yang akan datang..

Semenjak Chames dan Cooper mengembangkan pendekatan Goal


Programing serta Keeney dan Raiffa mencetuskan gagasan teori
tentang "Multiatribute Utility Theory" (MAUT), pengambilan
keputusan multikriteria menjadi salah satu bidang yang
berkembang paling pesat pada domain pengetahuan Sains
Manajemen, Riset Operasional serta Teknik Industri.
Perkembangan itu tidak saja pada dikaitkan dengan perkembangan
"state ofthe art" dari teknik dan metoda, algorithma pemecahan Sumber : Wallenius (2007)
atau penyelesaian problem pengambilan keputusan multikriteria, Gambar 5. Gambar 6.
tetapi juga cakupan implementasi penggunaannya. Fugueira et.al, Publikasi Multikriteria Itahun lumlah sitasi Multikriterialta
2005 juga Belton dan Steward, 2002
Secara tradisional, topik multikriteria masih menjadi isue-i
Meluasnya implementasi konsep multikriteria bersesuaian utama dalam jumal bidang Riset Operasional dan S
dengan problem manusia juga semakin kompleks, dinamika ilmu Manajemen, kontribusinya antara 23-34,9 %. Bila dibanding
pengetahuan dan kebutuhan pengambilan keputusan yang dihadapi dengan dengan publikasi di jumal bidang lain (Tabel 2). Tet
manusia berkembang. Seiring semakin banyak persoalan bila kita bandingkan antara periode 1970-1990 dan peri ode 200
keputusan yang memerlukan paradigma baru, penyelesaian secara ada berkembangan yang menyolok, publikasi kajian y;
holistik dan menyeluruh yang memerlukan kajian multidisiplineir. menggunakan pendekatan multikriteria di jumal-jumal y
Beberapa studi menunjukkan kerangka mulkriteria sangat efisien berkaitan dengan lingkungan hidup berlipat dua kali jumlah
dan efektif sebagai perangkat analisis studi Meskipun ada sedikit penurunan yang dipublikasikan dalam j
interdisipliner/multidisipliner apalagi dengan pakar yang terlibat bidang Riset Operasional dan Sains Manajemen serta Te
terdiri dari berbagai disiplin yang membutuhkan komunikasi. Industri tetapi justru pada bidang teknik/engineering yang I
Wallenius (2007) melakukan kajian "bibliometric" terhadap menaik sebanyak 20%.
penggunaan model keputusan multikriteria yang dipublikasikan
pada 6910 jumal dari 8650 jumal ilmiah yang diamati untuk
publikasi sepanjang peri ode pengamatan mulai tahun 1970-2007.
Menarik untuk diutarakan bahwa jumlah publikasinya
mengalami lonjakan yang tajam dari sisi judul maupun jumlah
sitasi per-tahunnya selama peri ode 1992-2006. Pertumbuhan
publikasi dari isue pengambilan keputusan multikriteria
mengalami pertumbuhan 200%. Seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 5 dan Gambar 6. Indikasi ini menunjukkan bidang 13
12
1~
Tabel2. Topik Pembahasan Pengambilan Keputusan Multikriteria
1: JIIIU'tIIIa fi:IcuIq oe ...
sew.

-.
_i
IaatIaaII:IIIDIHtIU _ _
l: JIIIU'tIIIa fbcuiaa oe ...
801K ............CI!IWIIda.I
3: JCIIftIIIII 1M
~ .wilDaal1III. mo.,. or
401K dIuI.c.....
4:~...-c:b.
. . . . . ."t~1IId
Artificial Intelligence dan I 829 30.4 aO% dII:ItIkIa tcIIIaQ. jotmuII
Information System 5: CliIIwjolnlJl.
Manajemen dan Bisnis 1587 23.0 0%
1111-1184 U.-1* 18IlI-I004
Aplikasi Matematika dan Studi 1066 15.4 Surnber: Zhou et.al (2006)
Interdisipliner Gambar 7. Kecenderungan Kontribusi Pendekatan Multikriteria dal
Lingkungan Hidup 689 10.0 Perrnasalahan lingkungan hidup dan energi

Teknik Industri 641 9.4 Diantara teknik pengambilan keputusan multikriteria menor
Rekayasa Manufaktur 405 5.9 penggunaannya adalah metode AHP (Analytical Hierar,
Ekonomi 308 4.5 Process) yang semakin menaik, sementara pendekatan
francophone seperti ELECTRE (Elimination Et Choix Tradui
Teknik Sipil 289 4.2
la Realite)serta PROMETHEE (Preference Ranking Organisa
Enerji dan Sumber Oaya Air 267 3.9 Method for Enrichment Evaluation) menjadi teknik pengamb
Surnber: Wallenius (2007) keputusan multikriteria yang mulai menonjol keberadaan
Pendekatan multikriteria dengan teknik multiple attribute decis
Paparan dari Zhou et.al (2006) juga menunjukkan semakin jelas making lebih banyak berkembang (Gambar 8). Meski
secara statistik bahwa aplikasi pendekatan pengambilan keputusan implementasi pendekatan AHP memberikan kontribusi yang pal
multikriteria tidak bisa dikatakan menjadi domain khusus yang besar tetapi pendekatan ini masih memunculkan isue kontrover;
dikembangkan hanya pada sain manajemen serta teknik industri yang belum rampung secara ilmiah (Dyer, 1990 juga Wa
tetapi juga melebar cakupannya dalam persoalan keputusan energi
2004).
dan lingkungan hidup (Gambar 7). Semakin banyak problem
multikriteria yang dikupas dalam jumal yang berkaitan dengan
isue lingkungan, ekologis dan perubahan iklim

15
14
100%.
Bapak lbu para hadirin Yang saya hormati,
80%
Untuk memberi apresiasi pada pendekatan pengambilan keput
multikriteria, ijinkanlah dalam kesempatan ini saya menjela:
80%. secara panoramik sebagian kecil hasil studi pengembangan m
pengambilan keputusan multikriteria yang kami tekuni selam
40%, tahun terakhir ini untuk evaluasi dan pengembangan proyek en
eco-manufacturing serta green-suply chain.
20%
Salah satu dimensi barn yang menonjol dalam pengelolaan e
0% pada umumnya adalah adanya keinginan memasukan rna
1878-1984 188S-1984 1.&-2004 lingkungan sebagai kriteria terpisah dari pertimbangan efis
Sumber: Zhou et.al (2006) ekonomis. Hal ini sebagai bentuk komitment dalam menjala
Gambar 8. Penggunaan Teknik Penyelesaian Pengambilan Kepufusan
prinsip-prinsip konsep pembangunan berkelanjutan (sustai
development). Artinya ada pergeseran orientasi kebijakan
Metode AHP mendekomposisi problem keputusan komplek hanya mempertimbangkan optimalisasi beaya (least
menjadi terstruktur dalam bentuk yang lebih sederhana secara
optimization) ke paradigm a barn multikriteria. Pernbahan
hirarkhis. Pendekatan ini dikembangkan dari dasar teori
memberikan kesulitan barn dalam merencanakan atau eva
pengukuran preferensi dengan melakukan perbandingan
mengingat kedua objektif ekonomi dan lingkungan s
berpasangan untuk semua kriteria keputusan yang bersifat
bertentangan (konflik).
kuantitatif maupun kualitatif. Karenanya prinsip dari pendekatan
ini bernsaha mengakomodasi aspek-aspek kognitif, pengalaman
3. Paradigma Multi Kriteria Untuk Pemiliban Proyek
dan pengetahuan subjektif. Artinya informasi yang dilibatkan
Berwawasan Lingkungan.
dalam proses pengukuran preferensi ini dimungkinkan bersifat
"fuzzy". Mempertimbangkan hal itu misalnya Ciptomulyono
Kegagalan Metoda Evaluasi Proyek Investasi Tradision
(2008) melakukan kajian aspek fuzzy dari proses itu dengan
menerapkan model 'fuzzy goal programming" untuk memperbaiki
Persoalan perencanaan dan pemilihan proyek investasi dan inc
metoda pencarian nilai pembobotan dalam perhitungan metoda
disektor apapun, memiliki problem keputusan yang s
AHP. Masih banyak berbagai kelemahan yang masih belum
dihadapkan pada situasi yang sarna, lebih banyak altematif pr
teIjawab. Menurut Warren (2004) problem lain yang menjadi titik
yang potensial dibandingkan ketersediaan sumber-sumber
lemah antara lain aksioma yang melandasi konsep AHP seperti
langka untuk bisa merealisinya. Sudah banyak literatur
aksioma resiprokalitas, kerancuan atau kesamaran skala
membahas berbagai metoda evaluasi dan seleksi macam pr
perbandingan berpasangan yang dipergunakan dalam mengukur
investasi ini misalnya Bridier dan Serge (1995) juga Ch
rasio preferensi, prinsip-prinsip pembentukan hierarkhis serta
(1998), tetapi sebagian besar kriteria perencanaan dan evalua
adanya "rank reverse I problem".
hanya memperhitungkan aspek finansial belum mempertimban
]6
17
Discounted Sarna seperti PBP Mengabaikan "cash
kriteria kualitatif yang bersifat "non moneter". Misalnya dalam
Payback Memperhitungkan "time in" yang masuk sel
konteks evaluasi proyek publik umumnya, belum memperhitungkan Period value of money" PBP
secara eksplisif kriteria yang berkaitan dampak lingkungan, sosial, (DPBP)
maupun pengembangan wilayah, transfer teknologi, dan Sumber : Ciptomulyono (2000)
sebagainya. Biasanya aspek tersebut dikaji dan dianalisis terpisah
sebagai "posteriory analysis", setelah analisa finansialnya Pendekatan dengan memanfaatkan indikator performance finan
memberikan kelayakan . semata seperti yang ditunjukkan oleh nilai IRR, NPV
sebagainya ito akan gagal menilai secara komprehensif pencap.
Prinsip evaluasi dengan pendekatan finansial yang paling sering suatu objektif proyek. Karena tidak semua kriteria perencar
dilakukan dalam praktek seleksi proyek adalah dengan dan evaluasi bisa di "moneterisasi" kemudian diagregas
menghitung beberapa indikator kinerja finansial untuk setiap menjadi satu nilai tunggal. Misalnya dalam konteks proyek pu
rencana cash-flow afltematif proyek dengan menggunakan sangat sulit memberi "valuasi ekonomi" dati objektif pri
parameter yang diperlihatkan dibawah.(Lihat Tabel 3) sehingga bisa terukur secara moneter untok: (i) Kriteria kebij
publik: memililih proyek yang bisa memberi manfaat
Tabel 3. Perbandingan metoda evaluasi finansial untuk pengembangan teknologi lokal juga kemungkinan tranc
proyek teknologi. (ii) Kriteria ekonomis: memilih proyek yang me
pertumbuhan ekonomi regional, menyerap tenaga kerja
Mej:oda...

.........

keun~ Kelemahan . seterusnya.(iii)Kriteria sosial : preferensi proyek yang mem


Net Present
Memproyeksikan cash Memerlukan informasi pembangunan daerah terbelakang, meminimalkan disparitas s
Value
flow menjadi nilai tingkat suku bunga dan sebagainya dan (iv) Kriteria ekologis: perlindungan
(NPV)
sekarang Memperbandingkan proteksi dampak lingkungan, pengurangan emisi gas rumah
Sensitive dengan adanya hanya dengan investasi
dan sebagainya.
perbedaan tingkat suku modal yang sarna
bunga
Kemungkinan terjadinya Sementara Baraka (1999) mencatat beberapa kelemahan dala
Internal Mengkaitkan NPV
Rate of dengan capital investment multiple IRR penggunaan metodologi perencanaan dan evaluasi proyek pu
Retuns Performance dinyatakan Dihitung teriepas dari (i) Metoda analisisnya yang dipergunakannya tidak me
(IRR) sebagai persentase IRR tingkat suku bunga yang tuntunan keputusan yang baik karena adanya kelemahan d
Dapat diperhitungkan berlaku hal teknik perencanaan, metoda evalusi dan kelengkapan info
tanpa perlu diketahui
tingkat suku bunganya
yang dihasilkan oleh metodologinya. (ii) Metoda dan teknik
dijadikan dasar evaluasi terlalu banyak mengandalkan
Payback Mudah menggunakannya Tidak mempertimbangkan
hipotetis dan parameter ekonomis diperiode masa lalu,
Periode Mengukur resiko proyek "time value of money"
(PBP) lndikator liabilitas proyek Mengabaikan "cash flow bersesuai dengan kenyataan masa sekarang.(iii) Kurang me
in" yang masuk setelah ruang bagi analisis dan kemungkinan mengintegrasikan ber
PBP

19
18
aspek dan visi ekonomi, sosial, lingkungan, teknologis dan
peningkatan kualitas SDM. Dalam konteks keberadaan proyek publik seperti proyek e
listerik, dilingkupi oleh lingkungan sistem yang multidim
Hal ini tampak misalnya dalam konteks dan prinsip dasar proses penyederhanaan praktis, kriteria evaluasi hanya menyanda
perencanaan jangka panjang dan pengambilan keputusan untuk pada keputusan yang terbaik menurut term "mone
memilih proyek energi di Indonesia, di sektor tenaga listrik mengabaikan variabel dan kriteria lingkungan proyek yang
misalnya kriteria dan perencanaan hanya difokuskan pada aspek maka perlu dikembangkan model dan alat bantu keput
keandalan, biaya produksi dan investasi yang nilainya dapat evaluasi proyek yang bisa menjawab persoalan itu. Sehi
diwujudkan dalam satuan beaya investasi pembangkitan. dalam pengembangan pengambilan keputusannya, multipli
Karenanya, model keputusan yang dipergunakan untuk membantu dan dimensi individual dari kriteria pemilihan dan pengemba
proses keputusan tersebut umumnya menggunakan model optimasi suatu proyek misalnya kriteria finansial, ekonomis, strati
berfungsi objektif tunggal yaitu hanya meminimunkan biaya kewilayahan, sosial, ekologis tidak diagregasikan dalam satu
investasi pembangkitan totaL Hal ini tampak dari model utilitas tunggal tetapi sebaliknya tetap berada dalam sa:
perencanaan yang pernah diterapkan misalnya model MARKAL, kriteria/dimensi yang ada.
WASP dan INDOCOST .
Model Keputusan Multikriteria Ter-integrasi U
Objektif lain dari aspek perencanaan yang non moneter/ekonomi Optimalisasi Perencanaan Energi
serta pertimbangan kriteria kualitatif seperti dampak lingkungan
sebagainya belum dimasukkan sebagai kriteria perencanaan Rancangan model keputusan multikriteria untuk perencanaan
secara integral hanya sebagai bagian proses assessment AMDAL, sekaligus seleksi projek yang berkaitan dengan pengemba
sebagai pertimbangan sampingan. Sementara kriteria yang energi di sektor listrik, telah dikembangkan oleh Ciptomul
dijabarkan oleh kebijakan energi nasional jangka panjang yang (2001). Hasillaporan secara lengkap dari penelitian ini bisa di
berdimensi majemuk tidak secara integral dijadikan dalam dalam laporan Penelitian Due-Like Jurusan TI--2001. U
perencanaan. Karena kriteria tersebut biasanya mengandung kasus dalam optimalisasi pembangunan proyek pemb
"value" dari kebijakan yang merefleksikan suatu objektif yang listerik dimasukan "value" dari misi tujuan jangka panjang s
acap kali sulit diakomodasikan dalam satuan moneter bahkan energi nasional untuk: (i) mendukung pertumbuhan ekono
acapkali memiliki kriteria yang bertentangan/konflik. Misalnya (ii)penyerapan tenaga kerja; (iii) penghematan devisa;
antara objektif untuk meminimalkan beaya dengan pemanfaatan peningkatan nilai sumber daya dan bahan baku lokal;
energi terbarukan atau kebijakan melestarikan lingkungan. Untuk peningkatan kualitas hidup dan SDM; (vi) konservasi sumber
melindungi degradasi lingkungan akibat pengembangan sektor ini, energi; (vii) peningkatan keterkaitan antar industri dan (
diarahkan pemilihan pembangkit listrik dengan bahan bakar energi proteksi lingkungan.
terbarukan, tetapi akan mahal (tidak mencapai optimal) dari sisi
beaya pembangkitan, keputusan ini akan mengalami "trade off" Pengembangan model multikriteria yang dikembangkan be
antara satu objektif dengan objektifyang lain. model integrasi dari pendekatan yang ada dalam metod
multikriteria. Model keputusan ini ditujukan untuk memb
20 pengambilan keputusan strategis dalam merencanakan
21
melakukan seleksi sekaligus penjadwalannya. Keunggulan model Setiap altematif proyek yang akan dipilih selain '
ini antara lain karena: (t) memasukkan model mental-subjektif memproduksi energi listrik akan menghasilkan da
kedalam model formal dalam proses pemilihan keputusan proyek. lingkungan baik disaat pembangunan maupun d
(ii) memasukkan infomasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif operasionalnya. Proyek pembangkit berbahan bakar dari batu
serta memfasilitasi kemungkinan komunikasi antar analisist akan membuat pencemaran udara yang tinggi dan berkontri
dengan data inputan model (iiii) memberi suatu bentuk model pada terjadinya pemanasan global, pernbangkit hidro
operasional dimana pengambil keputusan dapat menyusun geothermal memerlukan lahan yang luas yang akan ba
skenario, merubah parameter keputusan sekaligus bisa mengukur memberi dampak buruk terhadap lingkungan seperti
output konskwensinya dan sekaligus mendapatkan solusi yang kualitas air, tanah, ekonomi sosial tertentu. Masing-masing j
optimal dari setiap "state'! perubahan itu. pembangkit memiliki "trade off' antara satu dengan yang lain
Sedemikian juga bila dilihat dari aspek penggunaan pemak
Secara umum struktur model, objektif, kriteria, parameter serta bahan bakar fosil pada masing-masing jenis pernbangkit P
kendala keputusan serta elemen keputusan yang lain dan PLTD geothermal serta pembangkitan energi yang lain. Ma
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan digambarkan masing rnerniliki nilai "trade off' bagi kontribusinya
dalam Gambar 9. 'dampak global warming akibat emisi CO 2 , hujan asam akibat
dan NOx, dan seterusnya. Hal yang sarna dari kriteria b
pembangkitan. Sehingga dalam konteks "optirnalisasi" pr
yang akan dipilih tentunya harus secara ekonomis rn
memenuhi objektif-objektif yang sudah didefinisikan dan s
dengan level aspirasi pengambil keputusan juga perlu dipast
kriteria strategis/teknologis yang ditetapkan penentu kebij
diperhitungkan dalam model keputusan itu, diprioritaskan se
dengan preferensi pengambil keputusan. Produksi energi
dihasilkan tentu saja harus memenuhi demand yang diproyeks
selama periode perencanaannya, sesuai skenario ekonomi
dirancang. Model keputusan yang kompleks ini kemu
diwujudkan dalarn model matematika yang rumit berupa s
model integrasi rnultiobjectif dan multiatribut. Secara keselufl
struktur keputusan dari persoalan ini terdiri 5 kriteria ut
(kuantitatiflkualitatif), 25 sub kriteria dan 21 intensitas kri
kuantitatif dan kualitatif dan ada 18 proyek rencana
dievaluasi. Persoalan ini mernbentuk model matematika de
Gambar 9. Struktur Model dan Elemen Keputusan Untuk Evaluasi
jumlah 168 variabel keputusan dengan 212 persarnaan fu
Projek Energi
kendala.
22 23
Solusi model keputusan menghasilkan serangkaian skenario
perencanaan proyek, jumlah kapasitas pembangkitan yang harus
dibangun secara optimal untuk suatu peri ode perencanaan tertentu
dalam memenuhi demand yang tumbuh dimasa depan sesuai
dengan skenario ekonomi yang dikembangkan.

Pada Gambar 10 berikut memperlihatkan salah satu hasil output


informasi yang diperoleh dari implementasi pengembangan model
keputusan multikriteria berupa "trade off' antara pencapaian
objektif untuk minimalisasi beaya total investasi dan minimalisasi
dampak lingkungan yang diukur dari jumlah emisi S02, CO 2, CO,
Pengembangan Energi
NOx dan SPM. "Trade off' terjadi pada pengambilan keputusan
tersebut objektif meminimalisasi beaya total pembangkitan dalam
nilai "present worth" dengan pencapaian objektif minimalisasi
4. Paradigma Multikriteria dan Ecomanufacturing.
emisi yang dihasilkan dalam rangka untuk merealisir objektif
perlindungan lingkungan. Menjadi paradigma baru dalam dunia industri, ada kecenderun
isue lingkungan menjadi faktor strategis untuk bisa berkompe
Model ini membantu pengambil keputusan mengatasi problem sehingga sistem industri mesti memasukkan isue lingkun
perencanaan energi yang selama ini berpegang dangan prinsip dalam sistem manajemennya. Hal ini disebabkan karen a teka
"least cost optimization" yang hanya memperhitungkan masalah masyarakat, pasar, regulasi, pengharusan hukum lingkungan y,
investasi dan beaya operasional sebagai objektif perencanaan, semakin ketat, atau karena komitment pada kesepaka
diintegrasikan dengan kriteria penting lain (lingkungan, strategis, intemasional yang diacu pada kesepakatan konsep pembangut
ekonomis dan sosial, ketersediaan sumber daya alam dB) dalam yang berkelanjutan (sustainable development) kemudian dii1
suatu model terpadu pada saat perencanaan. (integrated resources dengan Kyoto Protocol, juga sistem baku mutu lingkungan EM
based planning). Karena kriteria yang diperhitungkan dalam (Environmental Management and Audit System), pemberlakl
proses keputusan tidak diagregasikan dalam satu nilai utilitas standard Environmental Management System- ISO 14000, Be
tunggal sebagaimana pendekatan yang ada sebelumnya, tetapi Convention dan sebagainya. Meningkatnya kesadaran masyara
sebaliknya tetap terpisahkan sebagaimana sistem kriteria yang ada akan pentingnya faktor lingkungan menjadi pertimbangan b
pada dunia nyata dengan dimensi dan ukuran yang masih tetap industri manufaktur untuk menentukan strategi perancangan I

berbeda, sehingga "trade off' antar hasil skenario pengambilan pengembangan produk dengan terus berusaha mereduksi dam]
keputusan bisa dipelajari oleh pengambil keputusan. negatif terhadap lingkungan. Semakin banyak sistem indu
merespon isu lingkungan ini secara positif, dari sikap rea
menjadi lebih proaktif dan antisipatif..
25

24

Ada bannyak altematif dalam sistem manajemen untuk


meningkatkan kinerja industri menjadi lebih berwawasan Produk tidak boleh dibuat hanya asal memenuhi spesifikasi sep
lingkungan. Peningkatan ini bisa dimulai dari sistem rantai pasok dalam standar pada produk masal, tetapi kualitas dan keses
material, proses produksi, pengiriman dan penyimpanan produk, dengan keinginan pasar tertentu, termasuk pasar green pro
hingga kegiatan yang berkaitan dengan product recovery seperti misalnya yang menjadi jaminan kepuasan konsumen. Ro
remanufacture, recycle, reuse maupun repair. Design memungkinkan untuk meminimumkan kerugian kar,
produk cacat ada di tangan konsumen, yang berarti kerugian bi
Untuk itu diperlukan usaha-usaha menuju konsep ECM produksinya dan citra buruk bagi pasar terhadap prospektif bi
(Environmentally Conscious Manufacturing) (Gupta, et aI., 2001). perusahaan di masa depan. (iii) Quality Function Deploym
Perubahan orientasi industri merupakan respons untuk mulai Untuk menjadi industri yang unggul mengetahui keingi
melakukan desain produk ramah lingkungan, proses produksi konsumen dan mampu melihat posisi diantara kompetitior me~
bersih, termasuk semua usaha untuk product recovery seperti salah satu kuncinya. Konsep ini mendefinisikan kebutu
remanufacturing, reuse, recycling. Menurut Gungor et.aL (1999) konsumen dan "bench mark" dari pesaing dalam suatu fun
esensi ECM ini sebenarnya adalah design of product and fungsi teknis yang spesifik maupun dalam mencapai ta
processes, sustainability, environmental management, rancangan estetika desain. Dengan memadukan kedua fakto
remanufacturing, recycling, disassembly, end-ol-life management. atas pada aspek kelestarian lingkungan termasuk us
pencegahan pence maran, pengurangan pemborosan energi m
Dalam perkembangan sistem proses produksi sendiri terdapat dihasilkan desain produk yang green, atau yang se
perkembangan yang positif berupa konsep "sustainable operation didefinisikan Green Quality Function Deployment (GQFD)II.
management" dan ini memberikan memberikan pondasi yang kuat
bagi percepatan aktualisasi paradigma (environment) dalam Implementasi dari konsep "sustainable operations managem
dunia manufacturing dan industri pada umumnya. dalam prakteknya di sektor manufaturing salah satunya ad
menerapkan prinsip "ECM (Environmentally Consci
Kleindorfer et.al (2005) mempertimbangkan ada beberapa Manufacturing)"
perubahan mendasar untuk bisa diarahkan menuju paradigma "E":
(i) Lean Production: Sistem produksi yang lebih ramping
menyebabkan terjadinya penurunan pemborosan (ekonomis) Ciptomulyono (2005) melakukan kajian dengan mengguna
terhadap modal, waktu, tenaga kerja, manajemen, luas lantai salah satu elemen dari prinsip ECM yaitu membuat perencan
produksi, persediaan. Selain itu juga prinsip "lebih cepat" untuk produksi pada suatu periode tertentu kedalam pengemban
melakukan respon terhadap pasar, bersifat fleksibel dan lebih
"customize". Hal ini tentunya dari sisi "eco-manufacturing" sangat
positif karena bisa meminimalisasi penggunaan material dan
I suatu model multiobjetif. Ide dasamya dari sisi pengamb
keputusan multiobjektif adalah menetapkan jenis pro
manufactur yang harus diproduksi secara "optimal" den
energi juga mengurangi limbah; (ii) Robust design untuk produk memperhatikan kendala produksi dan permintaan pasar s
dan proses. Kepuasan konsumen adalah salah satu kunci persedian. Optimalisasi dalam proses keputusan ini diukur
keberhasilan dalam konsep "sustainable operation management". kriteria ekonomis dan lingkungan. Kriteria ekonomis ditentu
26 dari keputusan yang memberikan keuntungan semaksi
27
mungkin dari pilihan produksi yang harus dipabrikasi. Kriteria
lingkungan diukur dari pencapaian keputusan optimal dengan
aspirasi meminumkan emisi proses produksi yang berupa Formulasikan Fungal Objaktlf

Prob~ematik dan Fungsi Kandala

kandungan debu dari logam Fe dan Cd yang terpapar dari


penggunaan kawat las disaat proses produksi. Selesalkan Fungsi Selesaikan Fungsi
ObJektlf Individual dart
Objektif Individual dan
Objektif yang kedua ObJektlf yang ke-n
(missl) Z2 untuk (yedtu) Znuntuk
mendapatkan salusl mendapatkan solusl
individual X2w individual x n
Pemodelan multikriteria yang diterapkan adalah pendekatan
Metoda Multiple Objektif Programming berupa model
"Compromise Programming" yang harns mengkompromikan
objektif beaya produksi dan perlindungan lingkungan di saar Penantuan bobot dan
setiap fungsl objektif :
~i
proses pabrikasi. Usulan prosedur penyelesaian model w 1 w 2 ' ... wn dari
i preferensi sesuai dengan
l tingkat kepenting~~~
ditunjukkan dalam Gambar 11 dibawah. Hasil solusi keputusan dp~

memberikan informasi decisive bagi perencana produksi Sehingga didapatkan


masing-masing fungsi
Penentuan nilai p

bagaimana suatu "trade off " keputusan yang memunculkan Z2.... ' Z.,

keuntungan maksimal dan perlindungan lingkungan bisa dilakukan J


_------s~~isfact:;y-~.. Tidak
analisis lebih jauh. Hasil pembahasan dan uraian model <-__ "'_ ..:~~u_~~~_~ /
matematika dari persoalan keputu~an secara lengkap dari problem __ . t.Ya ...... .
ini, bisa diikuti dalam Laporan Penelitian PPJ-Teknik-Industri
l

Solusi Kompromi Ideal adalah

Xd pade masing-masing fungsi

objektif Z,. Z2' ,Z.,

FTI-ITS (Ciptomulyono, 2005). ~ ____J


\.. Selesai

Gambar 11. Penyelesaian Multikriteria " Compromise Programmi


sebagai solusi untuk pengambilan keputusan produksi

28
29

Anda mungkin juga menyukai