Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Kronologi

Kronologi adalah penentuan urutan waktu terjadinya suatu peristiwa sejarah. Kronologi berdasarkan hari
kejadian atau tahun terjadinya peristiwa sejarah.

Manfaat kronologi adalah:


Dapat membantu menghindarkan terjadinya kerancuan dalam pembabakan waktu sejarah.
Dapat merekonstruksi peristiwa sejarah dimasa lalu berdasarkan urutan waktu dengan tepat.
Dapat menghubungkan dan membandingkan kejadian sejarah di tempat lain dalam waktu yang sama.

Pengertian Perjalanan

Seseorang yang melakukan sebuah perjalanan, misalnya seseorang tersebut melakukan perjalanan ke
gunung semeru. Dimana dari perjalanan tersebut dia akan mengetahui apa yang tidak ia ketahui, menjadi
orang yang saling menghargai satu sama lain baik itu susah senang saat mendaki gunung semeru,
perjalanan juga mengajarimu menjadi banyak hal tentang kehidupan, menikmati keindahan ciptaan yang
Maha Kuasa dan menjadikan dirimu menjadi lebih bermanfaat dalam hidupmu.

Dari perjalananlah, kalian akan lebih menghargai arti sebuah kehidupan. Ketika saat senang, susah dan
disanalah kalian dapat bercerita setiap perjalanan yang dilalui.

Jadi, Kronologi Perjalanan adalah seseorang yang telah melakukan sebuah perjalanan, dimana dari
perjalanan tersebut ia dapat mengetahui apa yang tidak ia ketahui, mendapatkan sebuah kejadian yang
tidak pernah dilaluinya yang menjadi sebuah cerita menarik setiap perjalanan yang dialuinya baik itu
urutan waktu terjadinya perjalanan tersebut diantaranya hari atau tahun kejadian perjalanan tersebut.

Teknik Dasar Fotografi

Fotografi:
Fotografi ( Photography ) berasal dari kata Foto ( Cahaya ) dan Graphia ( menulis / menggambar ),
sehingga dapat diartikan bahwa fotografi adalah suatu teknik menggambar dengan cahaya. Atas dasar
tersebut, jelas bahwa cahaya sangat berperan penting dan menjadi sumber utama dalam memperoleh
gambar.

Kamera SLR:
Kamera SLR ( Single Lens Reflex ) atau D-SLR ( Digital ) merupakan kamera dengan jendela bidik
( viewfinder ) yang memberikan gambar sesuai dengan sudut pandang lensa melalui pantulan cermin
yang terletak di belakang lensa. Pada umumnya kamera biasa memiliki tampilan dari jendela bidik yang
berbeda dengan sudut pandang lensa karena jendela bidik tidak berada segaris dengan sudut pandang
lensa.

Seperti dibahas terdahulu, fotgrafi berkaitan erat dengan cahaya, maka kamera berfungsi untuk mengatur
cahaya yang ditangkap image sensor ( sensor gambar pada kamera digital atau film pada kamera
konvensional ). Untuk mengatur cahaya, terdapat 2 hal mendasar dalam kamera, yakni Shutter Speed
( Kecepatan Rana ) dan Aperture ( Diafragma ).

Shutter speed atau kecepatan rana merupakan kecepatan terbukanya jendela kamera sehingga cahaya
dapat masuk ke dalam image sensor. Satuan dari pada shutter speed adalah detik, dan sangat tergantung
dengan keadaan cahaya saat pemotretan. Semisal cahaya terang pada siang hari, maka shutter speed harus
disesuaikan menjadi lebih cepat, semisal 1/500 detik. Sedangkan untuk malam hari yang cahayanya lebih
sedikit, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih lama, semisal 1/5 detik. Hal ini sekaligus
menjelaskan mengapa foto pada malam hari cenderung buram, bahwa shutter speed yang lebih lambat
memungkinkan pergerakan kamera akibat getaran tangan menjadikan cahaya bergeser sehingga foto
menjadi buram / blur.

Aperture atau diafragma merupakan istilah untuk bukaan lensa. Apabila diibaratkan sebagai
jendela, maka diafragma adalah kiray / gordyn yang dapat dibuka atau ditutup untuk
menyesuaikan banyaknya cahaya yang masuk. Pada kamera aperture dilambangkan dengan
huruf F dan dengan satuan sebagai berikut:
f/1.2
f/1.4
f/1.8
f/2.0
f/2.8
f/3.5
f/4.0
dst

Semakin kecil angka satuan maka akan semakin besar bukaan lensa ( f/1.4 lebih besar bukaannya
dibandingkan dengan f/4.0 ).

Gambar Aperture pada lensa


Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa semakin besar bukaan lensa, maka
shutter speed akan semakin cepat, sebaliknya semakin kecil bukaan lensa, maka shutter speed
akan semakin melambat.

Mode pada kamera DSLR

Berikut dijelaskan untuk beberapa tipe kamera saja.

Pada kamera Canon 350D terdapat 12 mode pemotretan:

A-DEP= Automatic Depth of Field


Pada mode ini, pengaturan fokus foreground dan background diatur secara otomatis oleh kamera
sehingga lebih memungkinkan untuk menghasilkan foto yang tajam baik pada foreground
maupun background.

M= Full Manual
Pada mode ini pengaturan kamera sepenuhnya manual, baik shutter speed, aperture, ISO, dsb.

Av= Aperture Value Priority


Pada mode ini aperture dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun shutter speed akan
mengimbangi secara otomatis akan kebutuhan cahaya sesuai dengan besar aperture.

Tv= Time Value Priority


Pada mode ini shutter speed dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun aperture akan
mengimbangi secara otomatis kebutuhan cahaya yang sesuai dengan shutter speed.

P= Program
Pada mode ini baik aperture maupun shutter speed akan mengkalkulasi secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan cahaya, hanya saja pada mode ini tingkat exposure dapat diatur sesuai dengan
kehendak.

Auto
Mode auto merupakan mode dimana kamera secara penuh mengatur akan segala kebutuhan
pengaturan, dengan kata lain pada mode ini fotografer tinggal jepret saja.

Portrait
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan
portrait ( foto manusia ), seperti penggunaan tonal warna untuk skin tone, dsb.

Landscape
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan
foto pemandangan ( landscape), seperti tone warna yang lebih vivid atau lain sebagainya.
Macro
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan
foto macro ( jarak dekat sehingga objek tampak lebih besar ), seperti fokus lensa yang lebih
disesuaikan.

Moving Object
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan
pemotretan objek yang bergerak, sehingga fokus lensa akan lebih cepat bergerak menyesuaikan
dengan pergerakan objek.

Night Scene
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan
foto pada malam hari.

No Flash
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun apabila pada mode auto lainnya built
in flash akan otomatis pop up apabila cahaya dirasa kurang, pada mode ini built in flash tidak
akan menyala sama sekali, sehingga shutter speed dan aperture akan lebih berperan untuk
mengimbangi kebutuhan cahaya.

Dasar Vidiografi

Meanalogikan kamera sebagai pencerita, hal yang sangat menarik, menghubungkan antara dunia
film dan penonton. Sang pencerita haruslah menarik dalam artian tidak kaku dan tidak
membosankan saat di tonton. Berikut syarat-syarat dalam vidiografi :

Pemahaman penggunaan kamera dan teknik pengambilan gambar saling terikat dengan teknik
photografi. Namun pada vidiografi merupakan teknik pengambilan gambar bergerak, lebih dari
satu single gambar, maka dari itu ada beberapa hal yang ditambahkan dalam vidiografi, seperti
teknik menggerakkan kamera untuk menciptakan rasa tertentu, tidak hanya Framing dan angle.

a. Sudut Pandang (Angle)


Subjective Camera Angle
Kamera diletakkan di tempat seorang karakter yang tidak Nampak dalam
layar dan mempertunjukkan pada penonton suatu pandangan dari sudut pandang
karakter tersebut.

Objective Camera Angle


Kamera merekam peristiwa atau adegan seperti apa adanya.

b. Bidang Pandang / Framing


Sama halnya dengan Framing pada Photografi, semua bidang pandang pada vidiografi
bertolak dari bidang pandang Photografi, mulai dari ELS (Extreme Long Shot) hingga
ECU (Extreme Close Up).
c. Hukum Sepertiga (The Rule of Third)
Prinsip photografi masih digunakan dalam vidiografi.
d. Pergerakan Kamera
Pergerakan kamera haruslah tersusun rapih, guna menghasilkan video yang menarik.

Pan, Panning
Pan adalah gerakan kamera secara horizontal (mendatar) dari kiri ke kanan atau
sebaliknya. Pan right (kamera bergerak memutar ke kanan) dan Pan left (kamera bergerak
memutar ke kiri) Gerakan pan biasanya dilakukan untuk mengikuti subyek ( orang yang sedang
berjalan), mempertunjukkan suatu pandangan yang lebih luas secara menyeluruh. Jangan
melakukan panning tanpa maksud tertentu. Seblum melakukan panning hendaknya terlebih
dahulu menentukan titik awal dan titik akhir dari shot (adegan) yang akan direkam. Apabila kita
merekam adegan gerak seseorang yang sedang berjalan, berilah ruang kosong yang lebih longgar
di depannya. Ruang kosong ini dinamakan leading space.

Tilt, Tilting
Tilting adalah gerakkan kamera secara vertical,mendongak dari bawah keatas atau
sebaliknya. Tilt up : mendongak ke atas dan Tilt down : menunduk ke bawah Gerakan tilt
dilakukan untuk mengikuti gerakan obyek, untuk menciptakan efek dramatis, mempertajam
situasi. Gerakan tilt ini sebaiknya ditentukan terlebih dahulu titik awal dan titik akhir shot.

Dolly, Track
Dolly atau track adalah gerakan di atas tripot atau dolly mendekati atau menjauhi
subyek. Dolly in : mendekati subyek dan Dolly out: menjauhi subyek.

Pedestal
Pedestal adalah gerakan kamera di atas pedestal yang bisa dinaik turunkan. Sekarang ini
banyak digunakan Porta-Jip Traveller.
Pedestal up : kamera dinaikkan dan Pedestal down : kamera diturunkan. Degan
menggunakan teknik pedestal up/down kita bisa menghasilkan perubahan perspektif visual dari
adegan.

Crab
Gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan subyek yang sedang
berjalan. Crab left (bergerak ke kiri) dan Crab right ( bergerak ke kanan).

Crane
Crane adalah gerakkan kamera di atas katrol naik turun.

Arc
Arc adalah gerakkan kamera memutar mengitari obyek dari kiri ke kanan atau sebaliknya.

Zoom
Zooming adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi obyek secara optic, dengan
mengubah panjang focal lensa dari sudut pandang sempit ke sudut pandang lebar atau
sebaliknya. Zoom in : mendekatkan obyek dari long shot ke close up dan Zoom out :
menjauhkan obyek dari close up ke long shot.

E. Hal yang harus dihindari


Berikut adalah hal - hal yang kalian harus hindari dalam merekam gambar, dan beberapa
kesalahan pada videografer pemula, materi ini diambil dari http://videografi.wordpress.com

Merekam Gempa Bumi


Gempa bumi tidak setiap saat terjadi. Namun, setiap peristiwa atau adegan yang direkam
seolah-olah selalu berlangsung pada saat terjadi gempa bumi. Gambar-gambar yang
selalu bergoyang, tidak stabil, terkadang tidak fokus dan cenderung acak-acakan. Ini
adalah bentuk kesalahan mendasar dan kebiasaan merekam tanpa rencana, sehingga
merekam apa saja yang ada di depan kamera, namun tidak jelas apa yang menjadi
subyeknya. Bahkan mungkin si videografer sendiri tidak tahu apa yang direkamnya.

Merekam Sambil Jogging


Kebiasaan merekam video sambil berjalan, jika tidak dilakukan dengan cara yang benar
dan sesuai dengan kebutuhan, umumnya akan menghasilkan rekaman video yang tidak
nyaman untuk dinikmati. Subyek seolah memantul naik turun, disertai goyangan tak
beraturan. Merekam gambar dengan pergerakan seperti ini sebetulnya sangat menarik dan
memberikan efek dramatis. Syaratnya, stabilitas pergerakan horizontal harus lebih
diutamakan sambil sebisa mungkin meminimalisir pergerakan vertikal.

Tidak Bisa Membedakan Antara Merekam Video dan Menembak


Meski sama-sama dilakukan dengan cara membidik, merekam video berbeda dengan
menembak. Menempatkan subyek tepat di tengah-tengah bingkai gambar (frame) akan
sangat bagus dan tepat sasaran pada saat Anda menembak dengan senapan. Tetapi dalam
hal videografi, ini adalah cara pengambilan gambar yang tidak diajurkan, karena hasilnya
akan cenderung membosankan. Ini adalah salah satu kesalahan mendasar dalam hal
pembingkaian (framing) dan komposisi.

Mengikat Diri di Tiang Bendera


Kebiasaan merekam video dengan berdiri terpaku di satu titik, tanpa berpindah posisi, seolah merekam di
tengah upacara, dalam kondisi terikat di tiang bendera. Ini akan menciptakan gambar-gambar yang statis
dan monoton, karena tidak menawarkan variasi sudut pandang atau komposisi lain yang mungkin jauh
lebih menarik. Juga kebiasaan hanya merekam sebatas level pandangan mata (standing eye level), meski
sebetulnya akan lebih menarik jika suatu subyek diambil dari sudut alternatif (high angle atau low angle).
Bukan sebuah kesalahan fatal, namun sekali lagi cenderung membosankan. Ini adalah contoh kebiasaan
salah yang berkaitan dengan sudut pengambilan gambar (angle).

Tidak Bisa Membedakan Antara Merekam Video dan Menyetrika


Zoom adalah fasilitas dasar yang sangat membantu dan memudahkan dalam pengoperasian kamera video.
Dengan zooming, kita bisa mendekati subyek (tele) atau menjauhi obyek (wide) tanpa harus berpindah
tempat. Namun penggunaan fungsi zoom yang berlebihan dan dengan cara yang tidak semestinya, akan
menghasilkan rekaman video yang tidak nyaman ditonton. Subyek tiba-tiba mendekat, lalu menjauh, lalu
mendekat lagi. Maju, mundur, maju lagi, mundur lagi, persis seperti setrika. Ini adalah contoh kesalahan
penggunaan fasilitas kamera.
Merekam Video di Zebra Cross
Bayangkan seseorang yang akan menyeberang jalan di zebra cross. Tengok kanan, tengok kiri. Merasa
belum yakin, tengok kanan lagi, tengok kiri lagi. Bahkan setelah berjalan di zebra cross pun orang masih
melakukannya untuk memastikan apakah jalan benar-benar aman. Tengok kanan kiri adalah kebiasaan
bagus jika seseorang akan menyeberang jalan raya. Tapi merekam video dengan cara serupa, tidak akan
menghasilkan rekaman yang menarik untuk ditonton. Terlalu banyak panning dalam satu shot ( satu
ambilan gambar dalam satu rekaman), baik ke kiri ke kanan atau ke atas ke bawah (tilt) adalah contoh
kebiasaan buruk dalam merekam gambar. Terlebih jika digabungkan dengan zoom in dan / atau zoom out.
Sebuah contoh kesalahan dalam pergerakan kamera (camera movement).

Tidak Bisa Membedakan Antara Merekam Video dengan Memotret


Berbeda dengan kamera foto yang merekam sebuah momen, kamera video merekam sebuah proses
dinamis atau aksi (action), sehingga menghasilkan gambar bergerak (dan bersuara). Kebiasaan
mengabadikan sebuah momen pada saat memotret, acapkali terbawa pada saat mempergunakan kamera
video. Hasilnya adalah hasil rekaman video dengan durasi yang terlalu pendek dalam setiap shot (satu
ambilan gambar dalam satu rekaman). Shot yang terlalu pendek tidak nyaman untuk dinikmati, karena
tidak memberikan waktu yang cukup bagi penonton untuk memahami detil subyek yang ditampilkan.
Shot yang terlalu pendek juga akan menimbulkan kesulitan dalam proses pasca produksi (editing).

Merekam Tokoh Misterius


Menempatkan subyek penting (umumnya manusia) pada bagian depan dengan latar belakang yang lebih
kuat pencahayaannya. Kebiasaan atau ketidaksadaran dengan situasi backlight seperti ini (dan tidak
segera melakukan antisipasi), akan menciptakan siluet dan sosok-sosok misterius. Rekaman video yang
terlalu sering atau terlalu lama dalam kondisi backlight, sudah pasti tidak akan nyaman ditonton dan
kehilangan kesan profesional. Sebuah contoh kesalahan umum dalam hal pencahayaan (lighting).

Anda mungkin juga menyukai