Wetted Wall Absorption Column
Wetted Wall Absorption Column
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Absorbsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-
gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia
(pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan
dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Proses
absorpsi sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, salah satu contoh
dari proses absorpsi yang sering terdapat pada kehidupan kita sehari-hari:
1) Formalin
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas
dapat dihasilkan melalui proses absorbsi. Formaldehid sebagai gas input
dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor yang berupa gas yang
mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor hingga suhu 550C,
dimasukkan ke dalam absorber.Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung
larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 3740%. Bagian terbesar dari
metanol, air,dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari
menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid dari gas
terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air proses.
4
5
2.2. Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.
Adapun persyaratan dari absorben: 6
1) Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2) Selektif
3) Memiliki tekanan uap yang rendah
4) Tidak korosif.
5) Mempunyai viskositas yang rendah
6) Stabil secara termis.
7) Murah
Peralatan yang digunakan dalam operasi absorpsi mirip dengan yang
digunakan dalam operasi distilasi. Namun demikian terdapat beberapa hal
perbedaan yang menonjol pada kedua operasi tersebut, yaitu sebagai berikut:
1) Umpan pada absorpsi masuk dari bagian bawah kolom, sedangkan pada
distilasi umpan masuk dari bagian tengah kolom.
2) Pada absorpsi cairan solven masuk dari atas kolom di bawah titik didih,
sedangkan pada distilasi cairan solven masuk bersama bagian tengah kolom.
3) Pada absorpsi difusi dari gas ke cairan bersifat irreversible, sedangkan pada
distilasi difusi yang terjadi adalah equimolar counter diffusion.
4) Rasio laju alir cair terhadap gas pada absorpsi lebih besar.
3) Bagian bawah: Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.
2.4. Teori Dasar Peristiwa Absorpsi
Ada tiga teori dasar yang menjelaskan tentang peristiwa absorpsi, yait:
2.4.1. Teori Dua Film (Double Film Theory)
Pada berbagai proses pemisahan, materi berdifusi dari satu fase ke fase
lainnya dan laju difusi di dalam kedua fase itu akan mempengaruhi laju
perpindahan massa keseluruhan. Dalam teori Whitman menyatakan bahwa 7
kesetimbangan diasumsikan terjadi pada permukaan batas (interface) antara
fase gas dan cairan sehingga tahanan perpindahan massa pada kedua fase
ditambahkan untuk memperoleh tahanan keseluruhan. Model ini
menggambarkan tentang adanya lapisan difusi. Perpindahan massa yang
terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan jarak perpindahan massa, yaitu
ketebalan film tersebut.
Hal yang membuat perpindahan massa antara fase menjadi lebih rumit
ialah perpindahan kalor dan diskontinuitas (ketaksinambungan) yang terdapat
pada antar muka. Yang terjadi karena konsentrasi atau fraksi mol zat terlarut
yang terdifusi hampir tidak pernah sama kedua sisi antarmuka itu. Sebagai
contoh, dalam destilasi campuran biner, Y*A lebih besar dari XA dan gradian
didekat permukaan gelembung. Untuk absorpsi gas yang sangat mudah larut,
fraksi mol di dalam zat cair pada antarmuka akan lebih besar dari fraksi mol
didalam gas.
Suku 1/Ky dapat dianggap sebagai tahanan menyeluruh terhadap
perpindahan massa, sedang suku m/Kx dan 1/Ky adalah tahanan di dalam film
zat cair dan film gas. Film ini tidak selalu merupakan lapisan stagnan yang
mempunyai ketebalan tertentu agar teori dua Film berlaku. Perpindahan massa
di dalam salah satu Film dapat berlangsung melalui difusi melalui lapisan
batas laminar atau melalui difusi keadaan taksteadi, seperti umpamanya dalam
teori penetrasi dan koefisien menyeluruh masih bisa didapatkan. Dalam
beberapa masalah tertentu, misalnya perpindahan melalui film stagnan ke fase
dimana teori penetrasi diperkirakan berlaku, koefisien teori penetrasi
mengalami perubahan kecil karena adanya perubahan konsentrasi pada antar
muka, namun efek ini hanya mempunyai nilai akademis semata-mata.
Jika cairan mempunyai komposisi tetap, konsentrasi pada bagian film akan
menurun dari A* pada permukaan sampai Ao pada cairan bagian ruah. Di sini
tidak terjadi konveksi pada film dan gas terlarut melewati film tersebut hanya
oleh difusi molekuler. Proses difusi berlangsung efektif bila lapisan film tipis.
Lapisan film yang tipis tidak menyebabkan tahanan dari lapisan itu makin
kecil, sehingga proses perpindahan massa tidak terganggu. 8
Untuk mendapatkan lapisan yang tipis, kondisi dari kedua aliran fase harus
diatur yaitu diusahakan membuat aliran yang turbulen, karena pada lapisan
film yang tipis akan diperoleh gradien konsentrasi yang kecil, sehingga proses
absorpsi berjalan sangat cepat dengan keadaan menjadi steady state.
Ketika suatu zat berpindah dari satu fase ke fase yang lain
melaluisuatu interface diantara keduanya maka resistance di kedua fase
tersebut menyebabkan gradien konsentrasi. Untuk sistem dimana
konsentrasi solute dalam gas dan liquid adalah kecil, maka laju perpindahan
massa dapat dinyatakan oleh persamaan yang memperkirakan laju
perpindahan massa yang sebanding dengan perbedaan diantara
konsentrasi bulk dan konsentrasi dalam interface gas-liquid.
2.4.2. Teori Higbie (Higbie Theory)
Teori penetrasi ini dikemukakan oleh Higbie yang menyatakan bahwa
mekanisme perpindahan massa melalui kontak antara dua fasa, yaitu fasa gas
dan fasa liquid. Dalam pernyataannya, Higbie menekankan agar waktu kontak
lebih lama. Higbie, untuk pertama kalinya menerapkan teori ini untuk absorpsi
gas dalam liquid yang menunjukkan bahwa molekul-molekul yang berdifusi
tidak akan mencapai sisi lapisan tipis yang lain jika waktu kontaknya pendek.
Teori Higbie ini menyebutkan bahwa turbulensi akan menaikkan
difusivitas pusaran, hal ini akan menentukan waktu kontak perpindahan massa
yang terjadi untuk setiap keadaan massa. Difuivitas pusaran ini terjadi dalam
keadaan setimbang antara fase gas dan liquid.
2.4.3. Teori Danckwerts (Danckwerts Theory)
Teori penetrasi juga dikembangkan oleh Danckwerts yang menyatakan
bahwa unsur-unsur fluida pada permukaan secara acak akan diganti oleh
fluida lain yang lebih segar dari aliran tindak. Teori ini digunakan dalam
keadaan khusus di mana dianggap massa difusivitas pusaran berlangsung
dalam waktu yang bervariasi dan dianggap laju perpindahan massa tidak
tergantung dari waktu perpindahan unsur dalam fase cairan tindak pada
keadaan stagnan. Sehingga perpindahan massa yang terjadi di interface
merupakan harga dari jumlah zat yang terabsorpsi. 9
d A
dZ
A,Z = -DAB
J
(1) 15
keterangan:
JA,Z = molar flux pada Z
d A
dZ
= perubahan konsentrasi
DAB = difusitas massa atau koefisien difusitas komponen A yang terdifusi melalui
komponen B.
Nilai dari koefisien difusivitas akan tergantung pada nilai:
1) Tekanan
2) Temperatur
3) Komposisi sistem
Nilai koefisien difusivitas masing-masing fase akan berbeda-beda.
Koefisien difusivitas untuk gas akan didapatkan lebih tinggi, yaitu antara 5.10-6
10-5 m2/s; untuk liquid 10-10 10-9 m2/s dan untuk solid 10-14 10-10 m2/s.
Perpindahan massa konvektif termasuk perpindahan antara fluida yang
bergerak atau dua fluida yang bergerak dan juga fluida yang tidak tercampur.
Model ini tergantung pada mekanisme perpindahan dan karakterisitk dari gerakan
fluida. Persamaan laju perpindahan massa konvektif dituliskan sebagai berikut:
NA = k . A (2)
keterangan:
NA = Perpindahan massa molar zat A
A = Perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan konsentrasi rata-rata fluida.
k = Koefisien perpindahan massa konvektif.
Mekanisme perpindahan massa antara permukaan dan fluida termasuk
perpindahan massa molekul. Mekanisme tersebut akan melalui lapisan tipis fluida
stagnan dan aliran laminer.
Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk difusi suatu
komponen gas ke suatu komponen yang tidak berdifusi antara lain adalah absorpsi
dan humidifikasi. Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan koefisien
perpindahan massa konvektif adalah:
DAB .P PA1 PA 2
N A, Z
RT ( Z 2 Z1 ) LnPB
(3) 16
keterangan:
NAZ = laju perpindahan molar
DAB = difusivitas
P = tekanan
R = konstanta gas
T = temperatur
Z = jarak
Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau film theory, di mana gas
melewati permukaan liquid. Teori lapisan ini didasarkan pada model dimana
tahanan untuk berdifusi dari permukaan liquid ke aliran gas diasumsikan terjadi
dalam suatu stagnant film atau laminer film tebal . Dengan kata lain
keterangan:
Z = Panjang
DAB = Difusivitas massa antara komponen A dan B]
= Densitas liquid B
= Viskositas liquid B
g = Percepatan gravitasi
Sc = Schmidt Number (dievaluasikan pada temp film liquid)
Re = Reynold number
Koefisien film liquid lebih rendah 10 sampai 20% daripada pers secara
teoritis untuk absorpsi dalam film lam. Pada wetted wall columns, liquid murni
17
yang mudah menguap dialirkan ke bawah di dalam permukaan pipa sirkular
sementara itu gas ditiupkan dari atas atau dari bawah melalui pusat inti
pengukuran kelajuan penguapan liquid ke dalam aliran gas diatas permukaan.
Maka ntuk menghitung koefisien perpindahan massa untuk fase gas,
gunakan perbedaan gas-gas dan liquid menghasilkan variasi. Hal tersebut
membuat Sherwood dan Gilland menetapkan nilai-nilai untuk Re dari 2.000
sampai 35.000, Sc dari 0,6 sampai 2,5 dan tekanan gas 0,1 sampai 3 atm.
(5)
keterangan:
Sh = Sherwood number
Re = Reynold number
Sc = Schmidt number
d yx
g 0
dy
(6)
keterangan:
= shear stress
= density 18
g = gravitasi
y = jarak
g 2 y 1 y 2
Vx
6 2
(7)
keterangan:
Vx = kecepatan arah x
= tebal film
= viskositas
g 2
Vmax
2
(8)
keterangan:
Vmax = kecepatan maximum
Proses absorpsi yang terjadi didalam wetted wall absorption column dapat
menggambarkan bahwa adanya perpindahan massa yang terjadi didalam kolom
tersebut.
2.8. Persamaan Dasar Wetted Wall Absorption Column
2.8.1. Koefisien Perpindahan Massa Untuk Aliran Gas
Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas dapat ditunjukkan oleh
persamaan:
KC D B I M
DAB
= 0,23 Re0,83 Sc0,44 (9)
keterangan:
B = densitas liquid B
Re = Reynold Number
DAB = massa difusivitas komponen A yang menjadi likuid
Sc = bilangan number Schmidt.
2.8.2 Koefisien Perpindahan Massa Untuk Lapisan Film (Persamaan Vivian dan
Peaceman). 19
1
kL Z gz 3
6
0, 5 0, 4
0,433 S c Re
2
D AB
= (10)
keterangan:
Z = panjang.
DAB = difusivitas massa antara komponen A dan B.
= densitas liquid B.
= viskositas liquid B.
g = percepatan gravitasi.
Sc = schmidt number.
Re = reynold number.
2.8. Kriteria Pemilihan Pelarut
Tujuan utama dalam proses absorpsi ialah untuk mendapatkan kemurnian
tertinggi dari suatu zat, hal serupa dapat kita lihat dari proses pembuatan asam
klorida (HCl), solvent dispesifikasikan sebagai produk alamiah. Ada beberapa
tujuan dalam proses absorpsi apabila tujuan utama dari proses absorpsi ialah
untuk mengembalikan unsur utama gas atau senyawa, ada beberapa pelarut yang
dapat dipilih.
Air merupakan salah satu pelarut yang paling mudah ditemui. Selain itu,
air memiliki harga yang murah sehingga penggunaan air sebagai pelarut sangat
ekonomis. Akan tetapi, selain harga dan jumlahnya terdapat beberapa karakteristik
yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut. Beberapa karakteristik yang
harus diperhatikan diantaranya adalah:
1) Volatilitas pelarut. Pelarut yang baik haruslah memiliki tekanan uap yang
rendah. Tekanan uap yang rendah akan menyebabkan pelarut menjadi pelarut
jenuh ketika proses absorpsi telah selesai. Semakin kecil volatilitas sebuah
pelarut, maka make up pelarut akan semakin kecil.
2) Kelarutan gas. Dalam pemilihan pelarut diharapkan gas memiliki kelarutan
yang tinggi. Kelarutan gas yang tinggi dapat meningkatkan laju proses
absorpsi. Selain itu, dengan kelarutan gas yang tinggi dapat menurunkan
jumlah pelarut yang digunakan sehingga proses absorpsi lebih ekonomis
karena tidak menggunakan banyak pelarut. 20
3) Tidak korosif. Pelarut dan gas yang bersifat korosif menyebabkan korosi pada
material dan peralatan, sehingga baik pelarut maupun gas yang diabsorpsi
diusahakan bukan senyawa yang korosif. Pelarut dan gas yang bersifat korosif
dapat merusak peralatan sehingga biaya material menjadi tinggi.
4) Viskositas. Pelarut dengan viskositas rendah lebih disukai dalam absorpsi.
Pelarut dengan viskositas rendah disukai karena lebih menguntungkan. Pelarut
dengan viskositas rendah lebih menguntungkan karena :
a) Pelarut viskositas rendah dapat mempercepat laju absorpsi.
b) Perpindahan massa akan lebih baik dan akan mencegah flooding pada
kolom absorpsi
c) Perbedaan tekanan yang rendah (less pressure drop)
d) Perpindahan panas akan lebih baik karena molekul-molekul yang dapat
bergerak aktif
5) Pelarut yang digunakan haruslah tidak beracun, tidak mudah terbakar,
memiliki ikatan yang stabil, dan memiliki titik beku yang rendah.
6) Harga. Pelarut yang digunakan diharapkan pelarut yang murah dan mudah
ditemui. Sehingga biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dan selalu tersedia di
pasaran.
2.9. Aliran pada saluran tertutup (pipa)
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang
digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmojo,
1996: 25).
Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan
tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di
dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau
karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam
pipa tidak penuh), aliran temasuk dalam pengaliran terbuka. Karena mempunyai
permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan dalah zat cair. Tekanan dipermukaan
zat cair disepanjang saluran terbuka adalah tekanan atmosfer.
Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada
pipa adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara21
pada saluran terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga
masih ada rongga yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama
dengan aliran pada saluran terbuka (Kodoatie, 2002: 215). Misalnya aliran air
pada gorong-gorong. Pada kondisi saluran yangpenuh air, desainnya harus
mengikuti kaidah aliran pada pipa, namun bila mana aliran air pada gorong-
gorong didesain tidak penuh maka sifat alirannya adalah sama dengan aliran pada
saluran terbuka.
Perbedaan yang lainnya adalah saluran terbuka mempunyai kedalaman air
(y), sedangkan pada pipa kedalam air tersebut ditransformasikan berupa (P/y).
Oleh karena itu konsep analisis aliran pada pipa harus dalam kondisi pipa terisi
penuh dengan air.
Zat cair riil didefinisikan sebagi zat yang mempunyai kekentalan, berbeda
dengan zat cair ideal yang tidak mempunyai kekentalan. Kekentalan disebabkan
karena adanya sifat kohesi antara partikel zat cair, karena adanya kekentalan zat
cair maka terjadi perbedaan kecepatan partikel dalam medan aliran. Partikel zat
cair yang berdampingan dengan dinding batas akan diam sedang yang terletak
pada suatu jarak tertentu dari dinding akan bergerak. Perubahan kecepatan
tersebut merupakan fungsi jarak dari dinding batas. Aliran zat cair riil disebut juga
aliran viskos. Aliran viskos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan.
Viskositas terjadi pada temperature tertentu. Kekentalan adalah sifat zat
cair yang dapat menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak.
Tegangan geser ini akan mengubah sebagian energi aliran dalam bentuk energi
lain seperti panas, suara, dan sebagainya. Perubahan bentuk energi tersebut
menyebabkan terjadinya kehilangan energi.
Aliran viskos dibedakan menjadi dua macam. Apabila pengaruh
kekentalan (viskositas) adalah cukup dominan sehingga partikel-partikel zat cair
bergerak secara teratur menurut lintasan lurus maka aliran disebut laminar. Aliran
laminar terjadi apabila kekentalan besar dan kecepatan aliran kecil. Dengan
berkurangnya pengaruh kekentalan atau bertambahnya kecepatan maka aliran
akan berubah dari laminar menjadi turbulen. Pada aliran turbulen partikel-partikel
zat cair bergerak secara tidak teratur.