Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Absorbsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-
gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia
(pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan
dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Proses
absorpsi sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, salah satu contoh
dari proses absorpsi yang sering terdapat pada kehidupan kita sehari-hari:
1) Formalin
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas
dapat dihasilkan melalui proses absorbsi. Formaldehid sebagai gas input
dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor yang berupa gas yang
mempunyai suhu 1820C didinginkan pada kondensor hingga suhu 550C,
dimasukkan ke dalam absorber.Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung
larutan formalin dengan kadar formaldehid sekitar 3740%. Bagian terbesar dari
metanol, air,dan formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari
menara, dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid dari gas
terjadi dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air proses.

2) Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2)


Pada proses pembuatan asam nitrat. Tahap akhir dari proses berlangsung
dalam kolom absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO
menjadi NO2 dan reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom
absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk
yaitu air umpan absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks
keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk
menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NO x gas
buang tidak lebih dari 200 ppm.

4
5

Secara umum absorpsi dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:


2.1.1. Absorpsi Fisika
Absorpsi fisika disebabkan oleh gaya Van der Wall yang ada di permukaan
absorbent. Panas absorpsinya rendah dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorbent lebih dari 1 (satu) lapis.
2.1.2. Absorpsi Kimia
Absorpsi kimia terjadi karena reaksi antara zat yang diserap dengan
aborbent. Panas absorpsinya tinggi dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorbent hanya 1 (satu) lapisan.
Absorbsi dengan reaksi kimia pada dasarnya jauh lebih menguntungkan
untuk pemisahan. Meskipun demikian, absorbsi fisis menjadi penting jika
pemisahan dengan reaksi kimia tidak dapat dilakukan. Di dalam mengevaluasi
absorber atau stripper, sesorang harus mengetahui dan menentukan:
1) kondisi bahan yang akan dipisahkan (umpan), yaitu kecepatan arus fluida
umpan, komposisi dan tekanan
2) banyak solut yang harus dipisahkan
3) jenis solven yang akan digunakan
4) suhu dan tekanan alat
5) kecepatan arus solven
6) diameter absorber
7) jenis absorber
8) jumlah stage ideal dan tinggi menara
Absorber dan stripper sering digunakan bersamaan. Absorber
digunakan untuk memisahkan solut dari arus gas. Stripper digunakan untuk
memisahkan solut dari cairan sehingga diperoleh gas dengan kandungan solut
lebih pekat.

2.2. Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.
Adapun persyaratan dari absorben: 6
1) Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2) Selektif
3) Memiliki tekanan uap yang rendah
4) Tidak korosif.
5) Mempunyai viskositas yang rendah
6) Stabil secara termis.
7) Murah
Peralatan yang digunakan dalam operasi absorpsi mirip dengan yang
digunakan dalam operasi distilasi. Namun demikian terdapat beberapa hal
perbedaan yang menonjol pada kedua operasi tersebut, yaitu sebagai berikut:
1) Umpan pada absorpsi masuk dari bagian bawah kolom, sedangkan pada
distilasi umpan masuk dari bagian tengah kolom.
2) Pada absorpsi cairan solven masuk dari atas kolom di bawah titik didih,
sedangkan pada distilasi cairan solven masuk bersama bagian tengah kolom.
3) Pada absorpsi difusi dari gas ke cairan bersifat irreversible, sedangkan pada
distilasi difusi yang terjadi adalah equimolar counter diffusion.
4) Rasio laju alir cair terhadap gas pada absorpsi lebih besar.

2.3. Struktur dalam absorber


Struktur dalam absorber adalah sebagai berikut:
1) Bagian atas: Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair.
2) Bagian tengah: Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh
sehingga mudah untuk diabsorbsi.

3) Bagian bawah: Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.
2.4. Teori Dasar Peristiwa Absorpsi
Ada tiga teori dasar yang menjelaskan tentang peristiwa absorpsi, yait:
2.4.1. Teori Dua Film (Double Film Theory)
Pada berbagai proses pemisahan, materi berdifusi dari satu fase ke fase
lainnya dan laju difusi di dalam kedua fase itu akan mempengaruhi laju
perpindahan massa keseluruhan. Dalam teori Whitman menyatakan bahwa 7
kesetimbangan diasumsikan terjadi pada permukaan batas (interface) antara
fase gas dan cairan sehingga tahanan perpindahan massa pada kedua fase
ditambahkan untuk memperoleh tahanan keseluruhan. Model ini
menggambarkan tentang adanya lapisan difusi. Perpindahan massa yang
terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan jarak perpindahan massa, yaitu
ketebalan film tersebut.
Hal yang membuat perpindahan massa antara fase menjadi lebih rumit
ialah perpindahan kalor dan diskontinuitas (ketaksinambungan) yang terdapat
pada antar muka. Yang terjadi karena konsentrasi atau fraksi mol zat terlarut
yang terdifusi hampir tidak pernah sama kedua sisi antarmuka itu. Sebagai
contoh, dalam destilasi campuran biner, Y*A lebih besar dari XA dan gradian
didekat permukaan gelembung. Untuk absorpsi gas yang sangat mudah larut,
fraksi mol di dalam zat cair pada antarmuka akan lebih besar dari fraksi mol
didalam gas.
Suku 1/Ky dapat dianggap sebagai tahanan menyeluruh terhadap
perpindahan massa, sedang suku m/Kx dan 1/Ky adalah tahanan di dalam film
zat cair dan film gas. Film ini tidak selalu merupakan lapisan stagnan yang
mempunyai ketebalan tertentu agar teori dua Film berlaku. Perpindahan massa
di dalam salah satu Film dapat berlangsung melalui difusi melalui lapisan
batas laminar atau melalui difusi keadaan taksteadi, seperti umpamanya dalam
teori penetrasi dan koefisien menyeluruh masih bisa didapatkan. Dalam
beberapa masalah tertentu, misalnya perpindahan melalui film stagnan ke fase
dimana teori penetrasi diperkirakan berlaku, koefisien teori penetrasi
mengalami perubahan kecil karena adanya perubahan konsentrasi pada antar
muka, namun efek ini hanya mempunyai nilai akademis semata-mata.
Jika cairan mempunyai komposisi tetap, konsentrasi pada bagian film akan
menurun dari A* pada permukaan sampai Ao pada cairan bagian ruah. Di sini
tidak terjadi konveksi pada film dan gas terlarut melewati film tersebut hanya
oleh difusi molekuler. Proses difusi berlangsung efektif bila lapisan film tipis.
Lapisan film yang tipis tidak menyebabkan tahanan dari lapisan itu makin
kecil, sehingga proses perpindahan massa tidak terganggu. 8
Untuk mendapatkan lapisan yang tipis, kondisi dari kedua aliran fase harus
diatur yaitu diusahakan membuat aliran yang turbulen, karena pada lapisan
film yang tipis akan diperoleh gradien konsentrasi yang kecil, sehingga proses
absorpsi berjalan sangat cepat dengan keadaan menjadi steady state.
Ketika suatu zat berpindah dari satu fase ke fase yang lain
melaluisuatu interface diantara keduanya maka resistance di kedua fase
tersebut menyebabkan gradien konsentrasi. Untuk sistem dimana
konsentrasi solute dalam gas dan liquid adalah kecil, maka laju perpindahan
massa dapat dinyatakan oleh persamaan yang memperkirakan laju
perpindahan massa yang sebanding dengan perbedaan diantara
konsentrasi bulk dan konsentrasi dalam interface gas-liquid.
2.4.2. Teori Higbie (Higbie Theory)
Teori penetrasi ini dikemukakan oleh Higbie yang menyatakan bahwa
mekanisme perpindahan massa melalui kontak antara dua fasa, yaitu fasa gas
dan fasa liquid. Dalam pernyataannya, Higbie menekankan agar waktu kontak
lebih lama. Higbie, untuk pertama kalinya menerapkan teori ini untuk absorpsi
gas dalam liquid yang menunjukkan bahwa molekul-molekul yang berdifusi
tidak akan mencapai sisi lapisan tipis yang lain jika waktu kontaknya pendek.
Teori Higbie ini menyebutkan bahwa turbulensi akan menaikkan
difusivitas pusaran, hal ini akan menentukan waktu kontak perpindahan massa
yang terjadi untuk setiap keadaan massa. Difuivitas pusaran ini terjadi dalam
keadaan setimbang antara fase gas dan liquid.
2.4.3. Teori Danckwerts (Danckwerts Theory)
Teori penetrasi juga dikembangkan oleh Danckwerts yang menyatakan
bahwa unsur-unsur fluida pada permukaan secara acak akan diganti oleh
fluida lain yang lebih segar dari aliran tindak. Teori ini digunakan dalam
keadaan khusus di mana dianggap massa difusivitas pusaran berlangsung
dalam waktu yang bervariasi dan dianggap laju perpindahan massa tidak
tergantung dari waktu perpindahan unsur dalam fase cairan tindak pada
keadaan stagnan. Sehingga perpindahan massa yang terjadi di interface
merupakan harga dari jumlah zat yang terabsorpsi. 9

2.5. Penggunaan Absorpsi


Absorpsi gas oleh zat padat digunakan pada gas masker. Alat berikut ini
berisi arang halus yang, yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan,
misalnya gas yang beracun. Arang halus yang juga dipergunakan untuk membuat
vakum, dengan temperatur yang rendah dapat dibuat vakum sampai 10 -4 mm.
Grafit yang juga dipergunakan sebagai pelumas karena molekulnya yang pipih
sehingga mudah bergeser terhadap satu sama lain.
Grafit memang sangat menguntungkan, akan tetapi ternyata bahwa pada
temperatur yang tinggi sifat pelumas grafit sangat berkurang dan kembali lagi
apabila temperatus direndahkan (dikurangi). Dengan analisis kimia kadang-
kadang diperoleh kesulitan, hal ini disebabkan oleh karena adanya daya serap dari
beberapa endapan terhadap ion-ion dalam larutan.
Saat ini dunia dihadapkan pada permasalahan lingkungan yang cukup
besar yang tingginya kandungan gas pencemar sebagai dampak dari kegiatan
industri. Gas pencemar tersebut antara lain SO2, CO2 dan H2S. Teknologi absorpsi
dapat digunakan untuk mengurangi bahaya lingkungan yang ditimbulkan.
Contohnya adalah absorpsi pengotor CO2 dari gas alam dengan menggunakan
absorben metil dietanol amina (MDEA) yang telah ditambahkan aktivator
(aMDEA).
Absorber dibedakan berdasarkan kegunaannya. Ada banyak sekali
kegunaan absorber. Berdasarkan kegunaan dari absorber, maka absorber dibagi
menjadi:
1) Packed Tower. Dipilih untuk menangani material yang sangat korosif, liquid
yang berbuih, tower yang diameternya besar dan melibatkan pressure drop
yang rendah.
2) Plate Tower. Dirancang untuk operasi absorpsi gas atau stripping gas yang
memiliki banyak persamaan untuk menurunkan angka. Perbedaanya terletak
pada pemisahan yang didasarkan pada pemdistribusian berbagai substansi
antara fase gas dan liquid ketika seluruh komponen antara dua fase.
3) Stirred Tank. Digunakan pada sistem reaksi kimia di mana gas akan diabsorpsi
terlebih dahulu dan kemudian akan bereaksi dengan suatu komponen dengan 10
larutan. Alat ini memiliki kelebihan ketika reaksi berjalan lambat, dalam hal
ini pada fase liquid, sehingga membutuhkan residence time yang lama
dibandingkan dengan waktu yang disediakan.
4) Sparged Tower. Mempunyai efisien dan massanya lebih rendah dibandingkan
stirred tank.
5) Spray Chamber. Digunakan untuk skala besar dengan sistem dasarnya untuk
mengalirkan SO2 dari boiler gas buangan yang dikeluarkan dari stasiun
pembakaran batubara.
6) Venturi Scrubber. Umumnya digunakan untuk mengalirkan bahan-bahan
partikel dari aliran gas ke penyerapan uap terlarut.
7) Falling Film Absorber. Tipe ini sangat cocok untuk skala besar atau komersil
di mana panas yang diperbolehkan selama absorpsi sangat tinggi.
Absorpsi gas adalah operasi di mana campuran gas dikontakkan dengan
liquid untuk tujuan melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan
larutan gas dalam liguid. Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari
fase gas ke liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada
kesetimbangan yang ada, karena itu diperlukan karakteristik kesetimbangan
sistem gas-liquid.
2.5.1. Sistem Dua Komponen
Bila sejumlah gas tunggal dikontakkan dengan liquid yang tidak mudah
menguap, yang akan larut sampai tercapai keadaan setimbang. Konsentrasi
gas yang larut disebut kelarutan gas pada kondisi temperatur dan tekanan yang
telah ada.
Pada temperature yang tetap (T=konstan), kelarutan gas akan bertambah
bila nilai P dinaikkan pada absorben yang sama. Gas yang berbeda
mempunyai kelarutan yang berbeda. Pada umumnya kelarutan gas akan
menurun bila T dinaikkan.
2.5.2. Sistem Multikomponen
Bila campuran gas dikontakkan dengan liquid pada kondisi tertentu,
kelarutan setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas, yang
dinyatakan dalam tekanan parsial dalam campuran gas. 11
Bila dalam campuran gas ada gas yang sukar larut maka kelarutan gas ini
tidak mempengaruhi kelarutan gas yang mudah larut. Pada beberapa
komponen dalam campuran gas akan mudah untuk larut dalam liquid,
kelarutan masing-masing gas tidak akan saling mempengaruhi bila gas ttidak
dipengaruhi oleh sifat liquid. Hal ini biasanya hanya terjadi pada larutan yang
bersfat ideal. Karakteristik larutan ideal yaitu:
1) Gaya rata-rata tolak menolak dan tarik menarik dalam larutan tidak
berubah, dalam campuran bahan, volume larutan berubah secara linear.
2) Pencampuran bahan tidak ada panas yang diserap dan akan dilepaskan.
3) Tekanan uap total larutan berubah secara linear dengan komposisi.
Suatu alat yang banyak digunakan dalam absorpsi gas dan beberapa
operasi lain ialah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk
sekunder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang
distribusi pada bagian bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada
bagian atas, sedang pengeluaran gas dan zat cair masing-masing pada bagian
atas dan bagian bawah serta tower packing. Penyangga itu harus mempunyai
fraksi ruang terbuka yang cukup besar untuk mencegah terjadinya
pembanjiran pada piring penyangga itu. Zat cair yang masuk disebut weak
liquor berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut di dalam pelarut,
didistribusikan di atas isian itu dengan distributor, sehingga pada operasi yang
ideal membebaskan permukaan isian secara seragam. Gas yang mengandung
zat terlarut disebut fat gas, masuk ke ruang pendistribusian yang terdapat di
bawah isian dan mengalir ke atas melalui celah-celah antara isian berlawanan
arah dengan aliran zat cair. Isian itu memberikan permukaan yang luas untuk
kontak zatcair dan gas serta membantu terjadinya kontak antara kedua fase.
Persyaratan pokok yang diperlukan untuk isian menara ialah:
1) Harus tidak bereaksi kimia dengan fluida di dalam menara.
2) Harus kuat, tetapi tidak terlalu berat.
3) Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu
banyak zat cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan
terlalu tinggi. 12
4) Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair
dengan gas.
5) Harus tidak terlalu mahal.
Prinsip-prinsip absorpsi tergantung pada banyaknya gas atau zat cair yang
akan diolah sifat-sifatnya, rasio antara kedua arus itu, tingkat perubahan
konsentrasi dan pada laju perpindahan massa persatuan volume isian. Laju
optimum zat cair untuk absorpsi didapatkan dengan menyeimbangkan biaya
operasi untuk kedua unit dan baiaya tetap untuk peralatan. Bila gas hanya
diumpankan ke dalam menara absorpsi, suhu di dalam menara itu berubah
secara menyolok dari dasar menara ke puncaknya. Kalor absorpsi zat terlarut
menyebabkan naiknya suhu larutan, penguapan pelarut cenderung
menyebabkan suhu turun. Efeknya secara menyeluruh ialah peningkatan suhu
larutan, tetapi di dekat dasar kolom suhu itu bisa sampai melewati maksimum.
Bentuk profil suhu bergantung pada laju penyerapan zat terlarut, penguapan
dan kondensasi pelarut, serta perpindahan kalor antara kedua fase.
Pada wetted wall columns, liquid murni yang mudah menguap dialirkan ke
bawah di dalam permukaan pipa ciecular sementara itu gas ditiupkan dari atas
atau dari bawah melalui pusat inti pengukuran kelajuan penguapan liquid ke
dalam aliran gas diatas permukaan.

2.6. Tipe-tipe Kolom Absorpsi


Dalam perhitungan ukuran Tower Absorpsi, faktor yang sangat penting
untuk diperhatikan adalah nilai koefisien transfer atau tinggi unit transfer.
Sementara itu untuk kecepatan aliran total gas dan cairan akan ditentukan oleh
suatu proses, hal ini sangat penting untuk menentukan aliran yang cocok per unit
area yang melalui column. Aliran gas dibatasi dengan tidak boleh melebihi
kecepatan flooding, dan akan ada hasil drop jika kecepatan cairan sangat rendah.
Hal ini cocok untuk menguji sebuah pengaruh dari kecepatan aliran gas dan cairan
pada koefisien transfer, dan juga dalam halnya menyelidiki pengaruh variabel.
Operasi perpindahan massa dilaksanakan di dalam tower yang di desain untuk
kotak dua fase peralatan ini diklasifikasi ke dalam 4 tipe utama yang metodenya
digunakan untuk menghasilkan kontak interfase. 13
2.6.1. Spray tower
Spray tower terdiri dari chamber-chamber besar dimana gas mengalir dan
masuk serta kontak dengan liquid di dalam spray nozzles. Spray nozzles
didesain untuk aliran liquid yang mempunyai bilangan pressure drop besar
maupun kecil, untuk aliran liquid yang mempunyai flow rate yang kecil maka
cross area kontaknya harus besar. Laju aliran yang mempunyai drop falls
menentukan waktu kontak dan sirkulasinya. Serta influensasi transfer massa
antara dua fase dan harus kontak terus-menerus. Hambatan pada transfer yaitu
pada fase gas dikurangi dengan gerakan swirling dari falling liquid droplets.
Spray tower digunakan untuk transfer massa larutan gas yang tinggi
dimana dikontrol laju perpindahan massa secara normal pada fase gas. Untuk
ketinggian yang rendah, efisiensi ruang spray kira-kira mendekati packed
tower, tetapi untuk ketinggian yang melebihi 4 ft efisiensi spray tower turun
dengan cepat. Sedangkan kemungkinan berlakunya interfase aktif yang sangat
besar dengan terjadinya sedikit penurunan, pada prakteknya ditemukan
ketidakmungkinan untuk mencegah hubungan ini, dan selama permukaan
interfase efektif berkurang dengan ketinggian, dan spray tower tidak
digunakan secara luas.
2.6.2. Bubble Tower
Pada Bubble tower gas terdispersi menjadi fase liquid didalam fine bubble.
Kontak perpindahan massa terjadi didalam bubble formation dan bubble rise
up melalui liquid. Gerakan bubble mengurangi hambatan fase liquid. Bubble
tower digunakan dengan sistem pengontrolan laju dari perpindahan massa
pada fase liquid yang absorpsinya adalah relatif fase gas. Mekanisme dasar
perpindahan massa terjadi didalam bubble tower dan juga alirannya counter di
dalam tank bubble batch dimana gas ini terdispensi di dalam bottom tank.
2.6.3. Packed Column
Keuntungan dari penggunaan packed column:
1) Pressure drop aliran gas rendah.
2) Lebih ekonomis dalam operasi cairan korosif karena ditahan untuk
packing keramik. 14
3) Biaya kolom dapat lebih murah dari phase column pada ukuran diameter
yang sama.
4) Cairan hold up kecil.
2.6.4. Plate column
Penggunaan plate column lebih luas bila dibandingkan dengan packed
column secara spesial untuk destilasi. Keuntungan dari plate column adalah:
1) Menyiapkan kontak lebih positif antara dua fase liquid.
2) Dapat menghandle cairan lebih besar tanpa terjadi floading.
3) Lebih mudah dibersihkan.
2.6.5. Wetted-Wall Coloumn
Dalam laboratorium, Wetted-Wall Coloum telah digunakan oleh sejumlah
pekerja dan mereka telah membuktikan pentingnya menentukan berbagai
faktor, dan mengadakan basis dari hubungan yang telah dikembangkan untuk
Packed Tower.

2.7. Perpindahan Massa pada Wetted Wall Columns


Suatu porses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur pokok dari
daerah yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan perpindahan
massa. Jika sejumlah campuran gas yang terdiri dari dua jenis molekul atau lebih,
di mana konsentrasi masing-masing berbeda, maka masing-masing molekul ini
cenderung menuju ke komposisi yang sama. Proses ini terjadi secara alami.
Perpindahan massa makroskopis tidak tergantung pada konveksi dalam
sistem. Proses ini didefinisikan sebagai difusi molekul. Difusi hanya terjadi dalam
campuran, maka pengaruh tiap komponen harus diperhitungkan. Misalnya untuk
mengetahui laju difusi dari setiap komponen relatif terhadap kecepatan campuran.
Kecepatan campuran harus dihitung dari kecepatan rata-rata dari setiap
komponen.
Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara flux dari
substant yang terdifusi dengan gradient konsentrasi. Persamaan yang berlaku pada
perpindahan massa di bawah ini sering dikenal dengan persamaan Hukum Freks.

d A
dZ
A,Z = -DAB
J
(1) 15
keterangan:
JA,Z = molar flux pada Z
d A
dZ
= perubahan konsentrasi
DAB = difusitas massa atau koefisien difusitas komponen A yang terdifusi melalui
komponen B.
Nilai dari koefisien difusivitas akan tergantung pada nilai:
1) Tekanan
2) Temperatur
3) Komposisi sistem
Nilai koefisien difusivitas masing-masing fase akan berbeda-beda.
Koefisien difusivitas untuk gas akan didapatkan lebih tinggi, yaitu antara 5.10-6
10-5 m2/s; untuk liquid 10-10 10-9 m2/s dan untuk solid 10-14 10-10 m2/s.
Perpindahan massa konvektif termasuk perpindahan antara fluida yang
bergerak atau dua fluida yang bergerak dan juga fluida yang tidak tercampur.
Model ini tergantung pada mekanisme perpindahan dan karakterisitk dari gerakan
fluida. Persamaan laju perpindahan massa konvektif dituliskan sebagai berikut:

NA = k . A (2)

keterangan:
NA = Perpindahan massa molar zat A
A = Perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan konsentrasi rata-rata fluida.
k = Koefisien perpindahan massa konvektif.
Mekanisme perpindahan massa antara permukaan dan fluida termasuk
perpindahan massa molekul. Mekanisme tersebut akan melalui lapisan tipis fluida
stagnan dan aliran laminer.
Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk difusi suatu
komponen gas ke suatu komponen yang tidak berdifusi antara lain adalah absorpsi
dan humidifikasi. Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan koefisien
perpindahan massa konvektif adalah:

DAB .P PA1 PA 2
N A, Z
RT ( Z 2 Z1 ) LnPB

(3) 16

keterangan:
NAZ = laju perpindahan molar
DAB = difusivitas
P = tekanan
R = konstanta gas
T = temperatur
Z = jarak

Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau film theory, di mana gas
melewati permukaan liquid. Teori lapisan ini didasarkan pada model dimana
tahanan untuk berdifusi dari permukaan liquid ke aliran gas diasumsikan terjadi
dalam suatu stagnant film atau laminer film tebal . Dengan kata lain

menunjukkan tebal lapisan liquid.


Kebanyakan data dari perpindahan massa antara perm pipa dan aliran
fluida telah ditentukan dengan menggunakan wetted wall columns. Alasan
mendasar untuk menggunakan kolom-kolom ini untuk penyelidikan perpindahan
massa adalah untuk mengkontakkan luas area antara dua fase sehingga dapat
dihitung dengan tepat. Koefisien perpindahan massa konvektif untuk falling
liquid film dikorelasikan oleh vivian dan peacemen dengan korelasi:
1
KLZ 1 2 gZ 3 6
0,433 sc 2 Re 0, 4

2
DAB
(4)

keterangan:
Z = Panjang
DAB = Difusivitas massa antara komponen A dan B]
= Densitas liquid B
= Viskositas liquid B
g = Percepatan gravitasi
Sc = Schmidt Number (dievaluasikan pada temp film liquid)
Re = Reynold number

Koefisien film liquid lebih rendah 10 sampai 20% daripada pers secara
teoritis untuk absorpsi dalam film lam. Pada wetted wall columns, liquid murni
17
yang mudah menguap dialirkan ke bawah di dalam permukaan pipa sirkular
sementara itu gas ditiupkan dari atas atau dari bawah melalui pusat inti
pengukuran kelajuan penguapan liquid ke dalam aliran gas diatas permukaan.
Maka ntuk menghitung koefisien perpindahan massa untuk fase gas,
gunakan perbedaan gas-gas dan liquid menghasilkan variasi. Hal tersebut
membuat Sherwood dan Gilland menetapkan nilai-nilai untuk Re dari 2.000

sampai 35.000, Sc dari 0,6 sampai 2,5 dan tekanan gas 0,1 sampai 3 atm.

shav 0,023 Re 0 ,83


sc 3

(5)

keterangan:
Sh = Sherwood number
Re = Reynold number
Sc = Schmidt number

Dalam beberapa operasi perpindahan massa, massa berubah antara dua


fase. Contohnya dalam peristiwa absorpsi. Salah satu alat yang digunakan untuk
mempelajari mekanisme yang terjadi dalam operasi perpindahan massa adalah
wetted wall column.
Pada wetted-wall column, area kontak antara dua fase dibuat sedemikian
rupa. Dalam operasi ini aliran lapisan tipis liquid (Thin Liquid Film) sepanjang
dinding kolom kontak dengan gas. Dalam percobaan ini gas yang digunakan
adalah udara biasa. Lama waktu kontak dengan gas dan liquid ini relatif singkat
selama operasinya normal. Kecepatan falling film tidak dipengaruhi oleh proses
difusi. Pada proses ini terjadi perpindahan massa dan perpindahan momentum.

Berikut persamaan differensial untuk perpindahan momentum;

d yx
g 0
dy
(6)

keterangan:
= shear stress
= density 18
g = gravitasi
y = jarak

Persamaan untuk profil kecepatan:

g 2 y 1 y 2
Vx
6 2
(7)
keterangan:
Vx = kecepatan arah x
= tebal film
= viskositas

Persamaan untuk kecepatan maksimum;

g 2
Vmax
2
(8)
keterangan:
Vmax = kecepatan maximum
Proses absorpsi yang terjadi didalam wetted wall absorption column dapat
menggambarkan bahwa adanya perpindahan massa yang terjadi didalam kolom
tersebut.
2.8. Persamaan Dasar Wetted Wall Absorption Column
2.8.1. Koefisien Perpindahan Massa Untuk Aliran Gas
Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas dapat ditunjukkan oleh
persamaan:

KC D B I M
DAB
= 0,23 Re0,83 Sc0,44 (9)
keterangan:
B = densitas liquid B
Re = Reynold Number
DAB = massa difusivitas komponen A yang menjadi likuid
Sc = bilangan number Schmidt.
2.8.2 Koefisien Perpindahan Massa Untuk Lapisan Film (Persamaan Vivian dan
Peaceman). 19
1

kL Z gz 3
6

0, 5 0, 4
0,433 S c Re

2
D AB
= (10)

keterangan:
Z = panjang.
DAB = difusivitas massa antara komponen A dan B.
= densitas liquid B.
= viskositas liquid B.
g = percepatan gravitasi.
Sc = schmidt number.
Re = reynold number.
2.8. Kriteria Pemilihan Pelarut
Tujuan utama dalam proses absorpsi ialah untuk mendapatkan kemurnian
tertinggi dari suatu zat, hal serupa dapat kita lihat dari proses pembuatan asam
klorida (HCl), solvent dispesifikasikan sebagai produk alamiah. Ada beberapa
tujuan dalam proses absorpsi apabila tujuan utama dari proses absorpsi ialah
untuk mengembalikan unsur utama gas atau senyawa, ada beberapa pelarut yang
dapat dipilih.
Air merupakan salah satu pelarut yang paling mudah ditemui. Selain itu,
air memiliki harga yang murah sehingga penggunaan air sebagai pelarut sangat
ekonomis. Akan tetapi, selain harga dan jumlahnya terdapat beberapa karakteristik
yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut. Beberapa karakteristik yang
harus diperhatikan diantaranya adalah:
1) Volatilitas pelarut. Pelarut yang baik haruslah memiliki tekanan uap yang
rendah. Tekanan uap yang rendah akan menyebabkan pelarut menjadi pelarut
jenuh ketika proses absorpsi telah selesai. Semakin kecil volatilitas sebuah
pelarut, maka make up pelarut akan semakin kecil.
2) Kelarutan gas. Dalam pemilihan pelarut diharapkan gas memiliki kelarutan
yang tinggi. Kelarutan gas yang tinggi dapat meningkatkan laju proses
absorpsi. Selain itu, dengan kelarutan gas yang tinggi dapat menurunkan
jumlah pelarut yang digunakan sehingga proses absorpsi lebih ekonomis
karena tidak menggunakan banyak pelarut. 20
3) Tidak korosif. Pelarut dan gas yang bersifat korosif menyebabkan korosi pada
material dan peralatan, sehingga baik pelarut maupun gas yang diabsorpsi
diusahakan bukan senyawa yang korosif. Pelarut dan gas yang bersifat korosif
dapat merusak peralatan sehingga biaya material menjadi tinggi.
4) Viskositas. Pelarut dengan viskositas rendah lebih disukai dalam absorpsi.
Pelarut dengan viskositas rendah disukai karena lebih menguntungkan. Pelarut
dengan viskositas rendah lebih menguntungkan karena :
a) Pelarut viskositas rendah dapat mempercepat laju absorpsi.
b) Perpindahan massa akan lebih baik dan akan mencegah flooding pada
kolom absorpsi
c) Perbedaan tekanan yang rendah (less pressure drop)
d) Perpindahan panas akan lebih baik karena molekul-molekul yang dapat
bergerak aktif
5) Pelarut yang digunakan haruslah tidak beracun, tidak mudah terbakar,
memiliki ikatan yang stabil, dan memiliki titik beku yang rendah.
6) Harga. Pelarut yang digunakan diharapkan pelarut yang murah dan mudah
ditemui. Sehingga biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dan selalu tersedia di
pasaran.
2.9. Aliran pada saluran tertutup (pipa)
Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran yang
digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh (Triatmojo,
1996: 25).
Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan
tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di
dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau
karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair di dalam
pipa tidak penuh), aliran temasuk dalam pengaliran terbuka. Karena mempunyai
permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan dalah zat cair. Tekanan dipermukaan
zat cair disepanjang saluran terbuka adalah tekanan atmosfer.
Perbedaan mendasar antara aliran pada saluran terbuka dan aliran pada
pipa adalah adanya permukaan yang bebas yang (hampir selalu) berupa udara21
pada saluran terbuka. Jadi seandainya pada pipa alirannya tidak penuh sehingga
masih ada rongga yang berisi udara maka sifat dan karakteristik alirannya sama
dengan aliran pada saluran terbuka (Kodoatie, 2002: 215). Misalnya aliran air
pada gorong-gorong. Pada kondisi saluran yangpenuh air, desainnya harus
mengikuti kaidah aliran pada pipa, namun bila mana aliran air pada gorong-
gorong didesain tidak penuh maka sifat alirannya adalah sama dengan aliran pada
saluran terbuka.
Perbedaan yang lainnya adalah saluran terbuka mempunyai kedalaman air
(y), sedangkan pada pipa kedalam air tersebut ditransformasikan berupa (P/y).
Oleh karena itu konsep analisis aliran pada pipa harus dalam kondisi pipa terisi
penuh dengan air.
Zat cair riil didefinisikan sebagi zat yang mempunyai kekentalan, berbeda
dengan zat cair ideal yang tidak mempunyai kekentalan. Kekentalan disebabkan
karena adanya sifat kohesi antara partikel zat cair, karena adanya kekentalan zat
cair maka terjadi perbedaan kecepatan partikel dalam medan aliran. Partikel zat
cair yang berdampingan dengan dinding batas akan diam sedang yang terletak
pada suatu jarak tertentu dari dinding akan bergerak. Perubahan kecepatan
tersebut merupakan fungsi jarak dari dinding batas. Aliran zat cair riil disebut juga
aliran viskos. Aliran viskos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan.
Viskositas terjadi pada temperature tertentu. Kekentalan adalah sifat zat
cair yang dapat menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak.
Tegangan geser ini akan mengubah sebagian energi aliran dalam bentuk energi
lain seperti panas, suara, dan sebagainya. Perubahan bentuk energi tersebut
menyebabkan terjadinya kehilangan energi.
Aliran viskos dibedakan menjadi dua macam. Apabila pengaruh
kekentalan (viskositas) adalah cukup dominan sehingga partikel-partikel zat cair
bergerak secara teratur menurut lintasan lurus maka aliran disebut laminar. Aliran
laminar terjadi apabila kekentalan besar dan kecepatan aliran kecil. Dengan
berkurangnya pengaruh kekentalan atau bertambahnya kecepatan maka aliran
akan berubah dari laminar menjadi turbulen. Pada aliran turbulen partikel-partikel
zat cair bergerak secara tidak teratur.

Anda mungkin juga menyukai