Anda di halaman 1dari 3

Cerita Rakyat Sumatra Barat : Asal Usul

Minangkabau

Cerita Rakyat Sumatra Barat yang kakak ceritakan malam hari ini mengisahkan tentang asal
muasal nama salah satu tempat di Sumatera Barat. Tentu adik-adik semua sudah pernah
mendengar satu daerah di Sumatra Barat yaitu Minangkabau. Namun apakah adik-adik tahu
asal muasal dari penamaan daerah itu? Jika adik-adik belum tahu, ini dia kisahnya.

Dongeng Cerita Rakyat Sumatra Barat : Asal Muasal


Minangkabau
Zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Pagaruyung. Raja Pagaruyung adalah
seorang pemimpin yang arif dan adil. Suatu hari, terdengar kabar bahwa Kerajaan Majapahit
dari Pulau Jawa akan menyerang Kerajaan Pagaruyung. Pasukan Kerajaan Majapahit mulai
berdatangan dan berdiam di daerah perbatasan untuk mengatur strategi merebut kerajaan
yang aman dan terteram itu.

Raja Pagaruyung mengumpulkan para hulubalang dan panglima perang untuk berunding.

Aku mengumpulkan kalian untuk membicarakan Iangkah yang akan kita tempuh dalam
menghadapi pasukan Kerajaan Majapahit. Saat ini, mereka sudah berada di perbatasan dan
siap menyerang. Bagaimana menurut kalian? kata Sang Raja.
Cerita Rakyat Sumatra Barat Asal Usul Minangkabau

Paduka, kita tidak dapat melakukan penyerangan yang akan menimbulkan kesengsaraan
rakyat. Bagaimana pun peperangan akan merugikan rakyat kita sendiri, kata penasihat Raja.

Aku setuju. Kita harus memikirkan cara untuk mengalahkan mereka tanpa harus membuat
rakyat sengsara. ujar Raja.

Paduka, lebih balk kita ajak mereka berunding dan meminta mereka untuk meningalkan
kerajaan ini. Jika dengan cara berunding ternyata tidak menyelesaikan masalah, kita tantang
mereka untuk adu kerbau! kata panglima perang.

Raja setuju dengan pendapat panglima perang. Lalu, mereka mulai menyusun rencana. Raja
memerintahkan putrinya, Datuk Tantejo Gerhano, untuk pergi ke perbatasan. Datuk Tantejo
Gerhano adalah seorang gadis yang mempunyai tata karma yang tinggi dan lembut hati.
Sebelum pergi, ia mendandani gadis-gadis dan dayang-dayang yang akan menemaninya.

Di perbatasan, Datuk Tantejo Gerhano mendekati kemah-kemah pasukan Kerajaan


Majapahit.

Selamat !DatangTuan-Tuan yang baik. Kami diutus oleh Raja untuk menyambut Tuan
semua. Jika Tuan-Tuan berkenan, Raja ingin mengudang Tuan-Tuan semua ke istana. Namun
sebelum itu, silakan cicipi makanan-makanan yang sudah kami bawa; kata Datuk Tantejo
Gerhano.

Pasukan Kerajaan Majapahit merasa senang sekaligus heran. Mereka mengira akan disambut
oleh pasukan perang Kerajaan Pagaruyung, tetapi ternyata disambut oleh gadis-gadis cantik
yang ramah dan makanan yang enak-enak.

Usai menikmati santapan lezat itu, pasukan Kerajaan Majapahit diantar menuju istana
menemui Raja. Raja Pagaruyung menyambut mereka dengan ramah.
Selamat datang di kerajaan kami, Tuan-Tuan. Jika boleh kami tahu, apakah tujuan Tuan
semua datang ke sini?

Kami mendapatkan tugas untuk merebut Kerajaan Pagaruyung, kata salah seorang prajurit
Majapahit.

Saya mengerti. Baiklah, bagaimana kalau peperangan kita ganti saja dengan adu kerbau.
Siapa yang kerbaunya menang, ia boleh berkuasa di kerajaan ini, ujar Raja Pagaruyung.

Prajurit-prajurit Kerajaan Majapahit setuju. Lalu, mereka menyiapkan seekor kerbau yang
sangat besar dan kuat untuk diadu dengan kerbau dari Kerajaan Pagaruyung.

Kerajaan Pagaruyung justru memilih seekor anak kerbau yang masih menyusu dengan
ibunya. Anak kerbau itu sengaja dipisahkan dari induknya selama tiga hari, sehingga anak
kerbau itu tidak bisa menyusu pada induknya dan menjadi haus. Lalu, di mulut anak kerbau
itu dipasang sebuah besi yang berbentuk kerucut dan sangat runcing.

Hari yang ditentukan pun tiba. Kerbau-kerbau aduan dibawa ke gelanggang. Kerajaan
Majapahit memiliki kerbau aduan yang besar dan kuat.

Kalahkan saja kerbau kecil itu! teriak para prajurit Kerajaan Majapahit dari pinggir
gelanggang.

Kerbau aduan Kerajaan Majapahit terlihat beringas menyerang lawannya, si kerbau kecil.
Sementara itu, anak kerbau milik Kerajaan Pagaruyung segera mengejar kerbau besar itu
untuk menyusu. Rupanya, ia mengira bahwa kerbau besar itu adalah ibunya. Moncong
kecilnya berusaha menggapai perut kerbau Iawannya, sehingga perut kerbau Kerajaan
Majapahit terluka. Karena luka yang semakin banyak, kerbau Kerajaan Majapahit pun
tersungkur dan mati.

Manang Kabau! Manang Kabau! teriak rakyat Pagaruyung dengan gembira.

Pasukan Kerjaan Majapahit diizinkan untuk kembali ke kerajaannya dengan damai tanpa
peperangan. Sementara itu, berita kemenangan kerbau Kerajaan Pagaruyung menjadi buah
bibir di seluruh negeri. Manang kabau adalah bahasa penduduk setempat yang berarti
Menang kerbau. Akhirnya, daerah itu dikenal dengan sebutan Manang Kabau yang lama-
kelamaan menjadi Minangkabau

Anda mungkin juga menyukai