Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan zaman dewasa ini, tidak lepas dari sains sebagai unsur penunjang utama dalam
berbagai aspek kehidupan. Contoh produk sains yang paling akrab kita temui adalah berbagai
macam alat hasil pengembangan teknologi dan informasi. Tidak hanya itu, pada dasarnya sains
memang bagian dari kehidupan kita. Dari mulai apa yang terjadi dalam tubuh kita smpai
berbagai fenomena alam di alam semesta. Dari mulai bagian terkecil sampai terbesar dalam alam
semesta merupakan objek kajian sains.Meskipun saat ini penemuan-penemuan teori baru di
bidang sains tidak lagi fenomenal seperti generasi Isac Newton maupun Einstein, hal tersebut
tidak dapat menutup kemungkinan adanya berbagai macam penelitian yang dilakukan guna
menyempurnakan teori yang sudah ada. Mempelajari sains seharusnya bukan hanya keinginan
mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga sebagai proses kita menjalankan kewajiban sebagai
seorang hamba. Seorang hamba harusnya mampu mengintegrasikan apa yang dipelajarinya
untuk memahami tanda-tanda kekuasan Sang Pencipta. Karena sejatinya setiap ilmu yang
dipelajari merupakan ayat-ayat kauniyah dari Sang Maha Kuasa, Allah SWT. Dengan begitu
yang kita dapatkan tidak hanya keuntungan dunia namun juga keuntungan akhirat.
Salah satu contoh fakta sains yang ada pada diri kita adalah mata yang merupakan bagian dari
panca indera yang berguna sebagai alat penglihat, dengan memilki mata maka manusia dapat
melihat benda-benda di sekitarnya yang ditangkap sebagai bayangan di retina. Dalam proses ini,
terdapat suatu hal yang memilki peranan sehingga bayangan dapat terbentuk, yakni cahaya.
Dalam sains pembahasan mengenai cahaya dan perilakunya termasuk dalam cabang ilmu fisika,
optik.Dengan mempelajari optik kita dapat menginterpretasikan berbagai fenomena cahaya yang
terlihat di kehidupan sehari-hari, seperti pelangi, lembayung senja, dan lain sebagainya. Pada
makalah ini kita akan mencoba membahas tentang sifat dan perambatan cahaya sebagai langkah
awal mempelajari optik.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan cahaya?
2. Apa sajakah sifat-sifat yang dimiliki oleh cahaya?
3. Bagaimanakah proses perambatan cahaya?
4. Apa penerapan sifat-sifat cahaya pada kehidupan sehari-hari ?

2
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan cahaya.
2. Mengetahui sifat-sifat dari cahaya.
3. Mengetahui proses perambatan cahaya.

3
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi kelompok kami, dan
umumnya bagi mereka yang mempelajari sains terutama pada bidang optik.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sifat Cahaya
1. Pengertian Cahaya
Cahaya adalah gelombang electromagnet yang dapat dideteksi oleh mata.Cahaya dapat
merambat tanpa medium, mempunyai frekuensi antara 4x10 14 Hz sampai 7,5x1014.Panjang
gelombang cahaya antara 400 nm (ultraungu) sampai 700 nm (inframerah).
Pendapat para ahli tentang cahaya, diawali dengan teori penglihatan.Pada zaman yunani
kuno.Phytagoras (580-500 SM) dan Democritus (460-370 SM) berpendapat bahwa kita dapat
melihat benda karena benda itu mengeluarkan butir-butir yang masuk ke dalam mata.
Empedocles (484-424 SM) , Plato (427-347 SM) dan Euclides ( 300 SM) berpendapat bahwa
kita dapat melihat benda karena dari mata kita keluar sesuatu, kemudian menumbuk butir-butir
yang dikeluarkan benda yang kita lihat itu.
Al-Kindi, seorang ilmuwan muslim menolak konsep tentang penglihatan yang dilontarkan
Aristoteles. Dalam pandangan ilmuwan Yunani itu, penglihatan merupakan bentuk yang diterima
mata dari obyek yang sedang dilihat.Namun, menurut Al-Kindi penglihatan justru ditimbulkan
daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut radiasi yang
padat.Kemudian Al-Hasan (965-1038) berpendapat bahwa kita dapat melihat karena ada cahaya
yang dipancarkan atau dipantulkan oleh benda itu.
Sir Isac Newton merupakan salah satu ilmuwan yang mendukung pendapat dari Al-Hasan, beliau
mengemukakan pendapat bahwa dari sumber cahaya dipancarkan partikel-partikel yang sangat
kecil dan ringan ke segala arah dengan kecepatan yang sangat besar. Bila partikel-partikel ini
mengenai mata, maka manusia akan mendapat kesan melihat benda tersebut
Isaac Newton menyatakan bahwa cahaya adalah partikel-partikel kecil yang disebut korpuskel.
Bila suatu sumber cahaya memancarkan cahaya maka partikel-partikel tersebut akan mengenai
mata dan menimbulkan kesan akan benda tersebut.
Huygens menyatakan bahwa cahaya merupakan gelombang, karena sifat-sifat cahaya mirip
dengan sifat-sifat gelombang bunyi.Perbedaan antara gelombang cahaya dan gelombang bunyi
terletak pada panjang gelombang dan frekuensinya.
Maxwell menyatakan bahwa sesungguhnya cahaya merupakan gelombang elektromagnetik
karena kecepatan gelombang elektromagnetik sama dengan kecepatan cahaya, yaitu sebesar 3
108 m/s. Gelombang elektromagnetik tercipta dari perpaduan antara kuat medan listrik dan kuat
medan magnet yang saling tegak lurus. Gelombang elektromagnetik juga termasuk gelombang
transversal, yang ditunjukkan dengan peristiwa polarisasi.
Berdasarkan penelitian-penelitian lebih lanjut, cahaya merupakan suatu gelombang
elektromagnetik yang dalam kondisi tertentu dapat berkelakuan seperti suatu partikel. Seperti
telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa gelombang elektromagnetikadalah gelombang yang

5
tidak memerlukanmedium untuk merambat. Sehingga cahaya dapat merambattanpa memerlukan
medium.Oleh karena itu, cahaya mataharidapat sampai ke bumi dan memberi kehidupan di
dalamnya.Cahaya merambat dengan sangat cepat, yaitu dengan kecepatan3 108 m/s, artinya
dalam waktu satu sekon cahaya dapat menempuh jarak 300.000.000 m atau 300.000 km.
Sifat khas dari cahaya adalah dapat menunjukkan peristiwa pemantulan, pembiasan, interferensi
dan difraksi. Oleh karena itu teori fisika klasik menganggap cahaya adalah gelombang.
Kemudian teori Maxwell menyatakan bahwa cahaya (sinar tampak) adalah gelombang
elektromagnetik. Mekanika Newton harus diganti dengan teori relativitas khusus Einstein,
apabila dilakukan pembahasan tentang kecepatan partikel yang berada dalam orde kecepatan
cahaya.
Walaupun pada awal abad ke-20 telah banyak permasalahan yang dapat diterangkan dengan
menggunakan teori relativitas, namun masih ada hasil-hasil percobaan dan persoalan-persoalan
teoritis yang belum terjawab. Misalnya fenomena spektra radiasi benda hitam, efek fotolistrik,
radiasi sinar-x dan hamburan Compton, tidak dapat dijelaskan jika cahaya masih dipandang
sebagai gelombang. Hal tersebut hanya bisa diselesaikan jika kita anggap gelombang sebagai
partikel.
Sifat gelombang dan sifat partikel yang secara nyata saling bertentangan akhirnya
direkonsiliasikan sejak tahun 1930 melalui perkembangan elektrodinamika kuantum, yakni
sebuah teori komperhensif yang memasukkan kedua sifat gelombang dan sifat partikel.
Perambatan cahaya paling baik dijelaskan dengan model gelombang tetapi pemahaman tentang
pemancaran dan penyerapan memerlukan pendekatan partikel.
Dari pembahasan sifat gelombang di atas kita dapat membuat sebuah rangkuman sifat
gelombang sebagai berikut:

6
B. SIFAT CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG

Dapat mengalami pemantulan (refleksi)


Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Karenanya cahaya memiliki sifat-sifat umum
dari gelombang, antara lain:
1. Dalam suatu medium homogen (contoh: udara), cahaya merambat lurus. Perambatan
cahaya disebut juga sebagai sinar. Cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya
merambat ke segala arah. Bila medium yang dilaluinya homogen, maka cahaya merambat
menurut garis lurus. Bukti cahaya merambat lurus tampak pada berkas cahaya matahari
yang menembus masuk ke dalam ruangan yang gelap. Demikian pula dengan berkas
lampu sorot pada malam hari. Berkas-berkas itu tampak sebagai batang putih yang lurus.

Gambar 1.Cahaya merambat lurus


1. Pada bidang batas antara dua medium (contoh: bidang batas antara udara dan air), cahaya
dapat mengalami pemantulan atau pembiasan.
2. Jika melewati celah sempit, dapat mengalami lenturan.
3. Dapat mengalami interferensi.
4. Dapat mengalami polarisasi.
Setiap benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut sumber cahaya, contohnya:
matahari, bintang, lampu, lilin, dan lain-lain. Sedangkan, benda-benda yang tidak dapat
memancarkan cahaya disebut benda gelap.

Pemantulan cahaya ada dua macam, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur.

7
Pemantulan teratur terjadi pada permukaan pantul yang mendatar
atau rata. Ketika seberkas cahaya mengenai permukaan pantul yang
rata, seluruh cahaya yang datang akan dipantulkan dengan arah yang
teratur. Pemantulan teratur bersifat menyilaukan, namun ukuran
bayangan yang terbentuk sesuai dengan ukuran benda. Pemantulan
teratur biasa terjadi pada cermin. Cermin merupakan alat yang dapat
memantulkan hampir seluruh cahaya yang mengenainya. Cermin ada
tiga macam, yaitu cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung.
Pemantulan baur terjadi pada permukaan pantul yang tidak rata,
misalnya dinding dan kayu. Ketika cahaya mengenai permukaan pantul
yang tidak rata maka cahaya tersebut dipantulkan dengan arah yang
tidak beraturan. Pemantulan baur dapat mendatangkan keuntungan
sebagai berikut.1. Tempat yang tidak terkena cahaya secara langsung
masih terlihat terang.2. Berkas cahaya pantulnya tidak menyilaukan.

1. Pemantulan pada cermin datar


Pada cermin datar sinar datang yang sejajar garis normal akan dipantulkan dengan arah yang
sama, sedangkan sinar yang datang dengan sudut i akan dipantulkan dengan sudut pantul i,
dimana besarnya i = i. Sinar pantul kemudian diperpanjang sehingga saling berpotongan. Sifat
bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar adalah maya, tegak, dan sama besar. Bayangan
yang terbentuk pada cermin datar bersifat maya atau semu.Disebut bayangan maya karena
bayangan tersebut dibentuk melalui perpanjangan sinar-sinar cahaya.Bila bayangan tersebut
dibentuk langsung oleh sinar-sinar cahaya, tanpa ada perpanjangan sinar, disebut bayangan
nyata. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sifat bayangan pada cermin datar adalah sebagai berikut:

Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.

Tinggi (besar) bayang sama dengan tinggi (besar) benda

Maya (semu)

Gambar 4.Pemantulan kupu-kupu pada cermin datar

8
Bila kita amati suatu benda melalui sebuah cermin, maka kita akan melihat objek asli dengan
bayangannya benar-benar mirip, tingginya sama, jaraknya sama hanya bagian kiri terbalik
menjadi bagian kanan
2. Pemantulan pada cermin cekung
Cermin cekung bersifat mengumpulkan sinar pantul atau konvergen. Ketika sinar-sinar sejajar
dikenakan pada cermin cekung, sinar pantulnya akan berpotongan pada satu titik. Titik
perpotongan tersebut dinamakan titik api atau titik fokus (F).
Gambar 5.Cermin cekung bersifat mengumpulkan cahaya
Pada cermin cekung terdapat tiga sinar istimewa seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
1) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui
titik fokus.

2) Sinar datang melalui titik fokus, akan dipantulkan sejajar


sumbu utama.

3) Sinar datang melalui pusat kelengkungan akan dipantulkan


kembali melalui titik pusat kelengkungan cermin

4) Berkas sinar datang dengan arah sembarang akan


dipantulkan sedemikian sehingga sudut datang sama dengan sudut
pantul.

9
Untuk membentuk bayangan sebuah benda yang terletak di depan cermin cekung, kita cukup
menggunakan dua buah berkas sinar istimewa di atas. Pembentukan bayangan benda pada
cermin cekung antara lain:

1) Benda terletak antara Sifat bayangan yang


F dan O terbentuk adalah tegak,
maya, diperbesar, terletak
sebelum titik O

2) Benda terletak pada Tidak akan terbentuk


titik F bayangan atau bayangan ada
di tak hingga.

3) Benda terletak antara Sifat bayangan yang


F dan P terbentuk adalah terbalik,
nyata, diperbesar, terletak
setelah titik P

4) Benda terletak pada Sifat bayangan yang


titik P terbentuk adalah terbalik,
nyata, sama besar, terletak
pada titik P

10
5) Benda terletak setelah Sifat bayangan yang
titik P terbentuk adalah terbalik,
nyata, diperkecil, terletak
antara F dan P.

3. Pemantulan pada cermin cembung


Cermin cembung memiliki sifat yang dapat menyebarkan cahaya (divergen). Dengan demikian,
jika terdapat berkasberkas cahaya sejajar mengenai permukaan cermin cembung, maka berkas-
berkas cahaya pantulnya akan disebarkan dari satu titik yang sama.
Gambar 6.Cermin cembung bersifat menyebarkan cahaya
Pada cermin cembung berlaku hukum pemantulan sinar istimewa, yaitu sebagai berikut:
1) Berkas sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan
dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus (F).

2) Berkas sinar datang menuju titik fokus (F) akan


dipantulkan sejajar dengan sumbu utama.

3) Berkas sinar datang menuju pusat kelengkungan (P) akan


dipantulkan kembali seolah-olah berasal dari pusat
kelengkungan (P).

11
4) Berkas sinar datang dengan arah sembarang akan
dipantulkan sedemikian sehingga sudut datang sama dengan
sudut pantul.

Untuk membentuk bayangan sebuah benda yang terletak di depan cermin cembung, kita cukup
menggunakan 2 buah berkas sinar istimewa di atas. Bayangan benda pada cermin cembung
selalu berada antara titik O dan F. Perhatikan gambar berikut!

Benda berada di depan Sifat bayangan selalutegak,


cermin cembung maya, diperkecil,terletak di
antara titik O
dan titik F

4. Hubungan antara Jarak Benda, Jarak Bayangan, dan Jarak Fokus


Hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan fokus adalah sebagai berikut:
1/f=1/s+1/s
dengan: s = jarak benda ke cermin
s = jarak bayangan ke cermin
f = jarak fokus
Pada cermin cekung, titik fokus (f) bernilai positif.Jika s yang dihasilkan bernilai negatif, maka
bayangan yang terbentuk adalah maya. Sedangkan, cermin cembung memiliki titik fokus (f)
negatif.
Bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cermin cekung dapat lebih besar atau lebih kecil dari
ukuran bendanya.Sedangkan, bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung selalu lebih kecil
dari ukuran bendanya.Jika ukuran bayangan yang terbentuk lebih besar dari ukuran bendanya,
maka dikatakan bayangan diperbesar. Sebaliknya, jika bayangan yang terbentuk lebih kecil dari
ukuran bendanya, maka dikatakan bayangan diperkecil. Perbandingan antara tinggi bayangan
dengan tinggi benda disebut perbesaran bayangan yang dirumuskan sebagai berikut:
M=h/h=s/s
dengan: M = perbesaran bayangan
h = tinggi benda

12
h = tinggi bayangan

Dua cermin datar membentuk sudut 30 satu sama yang lain. Jika suatu benda diletakkan
diantara kedua cermin, tentukan jumlah bayangan yang terbentuk.
Diket : a = 300
Dit: n =?
Jawab:
n=(3600/a)-1
n=(3600/300)-1
n=11
jadi bayangan yg terbentuk ada 11

Dapat mengalami pembiasan (refraksi)


Hukum I pembiasan dari Snellius : sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada
satu bidang datar.

Pembiasan cahaya atau Refraction of Light adalah the bending of light atau pembelokan cahaya
ketika cahaya melewati dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Atau dalam bahasa
inggris Refraction of Light is the bending of light as it passes from one subtance to another
caused by the differences in density of the two substances. Perlu sobat hitung ketahui kalau
pembiasan tidak akan terjadi jika sinar data ke medium pembiasa dengan sudut datang 90
derajat.
Arah pembiasan cahaya
a. mendekati garis normal
cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang
rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.

13
b. menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke
medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara atau dari kaca
ke udara. Pembiasan cahayanya tampak seperti gambar di bawah ini

Hukum Pembiasan Cahaya / Hukum Snell


Dialah Willebrord Snell, seorang ilmuwan asal belanda yang menemukan hukum pembiasan
cahaya. Ilmuwan ini mengemukakan hukum pembiasan cahaya sebagai berikut

sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.

hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan
disebut indeks bias.

Hukum II pembiasan Snellius

Hukum kedua Snellius berbunyi: sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat
(n1< n2) , sinar akan dibelokkan mendekati garis normal. Jika sinar datang dari medium lebih
rapat ke medium kurang rapat (n1> n2). Sinar akan dibelokkan menjauhi garis normal.

14
Contoh Peristiwa Pembiasan Cahaya di Kehidupan Sehari-hari
Coba sobat amati beberapa peristiwa berikut, asal sobat tahu peristiwa tersebut merupakan
fenomena yang diakibatkan oleh pembiasan cahaya.

Dasar kolam (kolam renang atau kolam yang airnya jernih) terlihat lebih dangkal bila
dilihat dari atas.

Pensil yang terlihat patah saat sebagian dimasukkan dalam gelas berisi air

Posisi ikan dalam akuarium yang terlihat lebih ke atas dari yang sebenarnya

terjadinya pelangi setelah turun hujan.

Ada lagi satu peristiwa pembiasan cahaya yang jarang kita perhatikan yaitu pembelokan
Posisi Bintang. Pembiasan sinar bintang Karena cahaya bintang merambat dari ruang
hampa ke atmosfer yang kerapatannya berbeda-beda, maka cahaya tersebut dibiaskan
mendekati garis normal, sehingga bintang yang kita lihat tidak tepat pada posisi aslinya di
sana.
Indeks Bias
Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan laju cahaya pada kedua medium.
Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil jika dibandingkan dengan laju cahaya pada
medium yang kurang rapat.Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya
dalam suatu zat
dinamakan indeks bias. Christian Huygens (1629-1695)
Indeks Bias Relatif
Indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias dua medium yang berbeda. Indeks bias relatif
medium pertama terhadap medium kedua berarti perbandingan indeks bias medium kedua
terhadap medium pertama. Ini juga berlaku sebaliknya

15
n12 = n1/n2
n12 = indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2
ni = indeks bias medium 1
n2 = indeks bias medium 2

Tabel Indeks Bias Beberapa Zat


Setiap zat atau materi tansparan mempunyai indeks bias yang berbeda-beda tergantung pada
kerapatan optiknya, berikut ini indeks bias dari beberapa zat

Tabel Indeks Bias Beberapa zat

Medium n = c/v

Udara hampa 1,0000


Udara (pada STP) 1,0003
Karbodioksida 1,00045
Helium
Hidrogen 1,000036
1,000132
Air 1,333
Es 1,31
Alkohol 1,36
etil
1,48
Gliserol
1,50
Benzena
1,46
Kaca
1,52
Kuarsa lebur
1,58

16
Kaca korona 1,51
Api cahaya/kaca flinta
Lucite 1,53
Garam dapur 2,42
Intan

Cara Menentukan Ideks Bias


Indeks bias dapat dicari dengan rumus berikut

n = Indeks Bias
c = laju cahaya dalam ruang hampa ( 3 x 108 m/s)
v = kecepatan laju cahaya dalam medium
atau bisa dengan menggunakan persamaan berdasarkan hukum pembiasan cahaya sebagai
berikut

n1 = indeks bias medium pertama


1/i = Sudut datang
n2 = indeks bias mediium kedua
2 /r= Sudut bias
dengan memasukkan rumus yang pertama ke persamaan persamaan kedua
n1. Sin 1 = n1. Sin 1 <-> c/v1 Sin 1 = c/v2 Sin 2 <-> Sin 1/v1 = Sin 2/v2 sehingga

Contoh soal:

17
Perhatikan gambar berikut! Sinar melintasi dua buah medium yang memiliki indeks bias
berbeda.

Jika sudut datang sinar adalah 53 dan sudut bias sebesar 37 tentukan nilai indeks bias medium
yang kedua jika medium yang pertama adalah udara!

Pembahasan
Soal diatas termasuk tipe mudah, penggunaan dari persamaan :
n1 sin i = n2 sin r
Dimana :
n1 = indeks bias medium 1 (tempat sinar datang)
n2 = indeks bias medium 2(tempat sinar bias)
i = besar sudut datang
r = besar sudut bias

Sehingga:
n1 sin i = n2 sin r
(1) sin 53 = n2 sin 37
4
/5 = n2 3/5
n2 = 4/3
Catatan :
Indeks bias udara adalah 1 meskipun tidak disebutkan dalam data soal (harus hafal).

Soal No. 2
Cahaya datang dari udara menuju medium yang berindeks bias 3/2. Tentukan kecepatan cahaya
dalam medium tersebut!

Pembahasan
Lebih dulu diingat bahwa kecepatan gelombang cahaya di udara (atau di vakum) adalah 3 x 10 8
m/s, di beberapa soal data ini tidak diberikan dengan asumsi sudah diketahui oleh siswa.
Gunakan persamaan berikut:
n1 v1 = n2 v2
dimana n1 dan n2 adalah indeks bias masing masing medium dan v1 dan v1 adalah kecepatan
gelombang di masing-masing medium.
Sehingga:
n1 v1 = n2 v2
(1)(3 x 108) = (3/2) v2
v2 = 2 x 108

Soal No. 3
Suatu gelombang datang dari medium yang berindeks bias 3/2 menuju medium yang berindeks
18
bias 3/4 6. Jika besar sudut datang adalah 60 tentukan besar sudut bias yang terjadi!

Pembahasan
Gunakan persamaan yang sama seperti soal nomor 1.
n1 sin i = n2 sin r
(3/2) sin 60 = (3/4 6) sin r
(3/2)(1/2 3) = (3/4 6) sin r
sin r = 3/6
sin r = 1/22
r = arcsin 1/22 = 45

Soal No. 4
Perhatikan gambar kolam beisi air berikut!

Tentukan kedalaman semu kolam jika indeks bias air adalah 4/3!

Pembahasan
Untuk mencari kedalam semu kolam gunakan persamaan berikut:
hsemu = n1/n2 x hasli
dimana dalam kasus di atas n1 adalah indeks bias udara (1) dan n2 adalah indeks bias air kolam.
Sehingga:
hsemu = n1/n2 x hasli
hsemu = (1)/(4/3) x (12 meter) = 9 meter

Catatan:
Jika diturunkan dari persamaan aslinya, soal diatas akan menghasilkan jawaban 9 meter yang
mengandung arti bayangan sejauh 9 meter dan bersifat maya.

Soal No. 5
Perhatikan gambar berikut ini! Seorang anak, sebut A berada berada 12 meter diatas permukaan
air sebuah kolam.

Berapa ketinggian anak A yang terlihat oleh anak B yang sedang berendam dalam air?

19
Pembahasan
Seperti soal nomor 5, namun perhatikan penempatan medium untuk n1 dan n2 nya.
hsemu = n1/n2 x hasli
dengan n1 adalah indeks bias dari air, dan n2 adalah indeks bias dari udara.
Sehingga:
hsemu = (4/3)/(1) x (12 meter) = 16 meter.
Silahkan dibuat kesimpulan dari soal nomor 4 dan 5.

Dapat mengalami pelenturan (difraksi)


difraksi adalah peristiwa pelenturan muka gelombang ketika melewati celah sempit. Pola difraksi
gelombang cahaya dapat diamati dengan eksperimen menggunakan difraksi celah tunggal dan
kisi difraksi.

1. Difraksi celah tunggal


Setiap titik pada celah tunggal dapat dianggap sebagai sumber gelombang sekunder.Selisih
antara kedua berkas yang terpisah sejauh d adalah d sin .

Gambar 6.Pola difraksi celah tunggal.

Analogi dengan pola interferensi celah ganda Young, pola terang difraksi celah tunggal diperoleh
jika:

dsin = n , dengan n = 0, 1, 2, 3,

dengand adalah lebar celah.

Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika

20
dsin = (n ), dengan n = 1, 2, 3,

2. Difraksi pada kisi


Kisi difraksi terdiri atas banyak celah dengan lebar yang sama. Lebar tiap celah pada kisi difraksi
disebut konstanta kisi dan dilambangkan dengan d. Jika dalam sebuah kisi sepanjang 1 cm
terdapat N celah konstanta kisinya adalah:

Pola terang oleh kisi difraksi diperoleh jika:

dsin = n , dengan n =0, 1, 2, 3,

dengand adalah konstanta kisi dan adalah sudut difraksi.

Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika

dsin = (n ), dengan n =1, 2, 3,

Gambar 7. Skema difraksi oleh kisi.

Dalam optika dikenal difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhofer.Difraksi Fresnel terjadi jika
gelombang cahaya melalui celah dan terdifraksi pada daerah yang relatif dekat, menyebabkan
setiap pola difraksi yang teramati berbeda-beda bentuk dan ukurannnya, relatif terhadap jarak.
Difraksi Fresnel juga disebut difraksi medan dekat.

Difraksi Fraunhofer terjadi jika gelombang medan melalui celah atau kisi, menyebabkan
perubahan hanya pada ukuran pola yang teramati pada daerah yang jauh. Gelombang-gelombang
cahaya yang keluar dari celah atau kisi pada difraksi Fraunhofer hampir sejajar. Difraksi
fraunhofer juga disebut difraksi medan jauh.

21
Daya Urai Optik
Jika kita memiliki dua benda titik yang terpisah pada jarak tertentu, bayangan kedua benda
bukanlah dua titik tetapi dua pola difraksi. Jika jarak pisah kedua benda titik terlalu dekat maka
pola difraksi kedua benda saling menindih.

Kriteria Rayleigh yang ditemukan Lord Rayleigh menyatakan bahwa dua benda titik yang dapat
dibedakan oleh alat optik, jika pusat pola difraksi benda titik pertama berimpit dengan pita
gelap (minimum) ke satu pola difraksi benda kedua.

Ukuran sudut pemisah agar dua benda titik masih dapat dipisahkan secara tepat
berdasarkan Kriteria Rayleigh disebut sudut resolusi minimum (m)

D=diameter bukaan alat optik

l =jarak celah ke layar

dm=jari-jari lingkaran terang

= sudut resolusi

Pola difraksi dapat diperoleh dengan menggunakan sudut yang menunjukkan ukuran sudut dari
setiap cincin yang dihasilkan dengan persamaan:

22
dengan merupakan panjang gelombang cahaya yang digunakan.

Untuk sudut-sudut kecil, maka diperoleh sin tan = dm/l dan sama dengan
sudutnya sehingga dapat ditulis:

Contoh soal:

1. Dua celah sempit berjarak 0,5 mm disinari cahaya dengan panjang gelombang 600 nm. Hitung
tiga nilai sudut terkecil di mana terjadi, (1) interferensi konstruktif (b) interferensi destruktif
Pembahasan

Tiga sudut terkecil


terjadinya interferensi konstruktif :

Tiga sudut terkecil terjadinya


interferensi konstruktif :

23
2. Cahaya
monokromatik melewati dua celah sempit yang sejajar. Jarak antara kedua celah adalah 0,6 mm.
Jarak antara layar dengan kedua celah adalah 60 cm. Pola interferensi yang terjadi pada layar
adalah berupa garis terang dan gelap yang dipisahkan oleh jarak yang sama. Jika jarak dua garis
terang berdekatan adalah 0,2 mm, tentukan panjang gelombang cahaya yang digunakan.
Pembahasan
Diketahui :
d = 0,6 mm = 0,0006 m = 6 x 10-4 m
y = 0,2 mm = 0,0002 m = 2 x 10-4 m
l = 60 cm = 600 mm = 0,6 m
Ditanya : panjang gelombang cahaya yang digunakan ?
Jawab :

24
Dapat dijumlahkan (interferensi)

pola warna-warni di atas aspal basah yang dikenai bensin terjadi akibat interferensi cahaya

Interferensi cahaya terjadi jika dua (atau lebih) berkas cahaya kohern dipadukan. Di bagian
inikitaakan mempelajari interferensi antar dua gelombang cahaya kohern.

Dua berkas cahaya disebut kohern jika kedua cahaya itu memeiliki bedafase tetap. Interferensi
destruktif (saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya berbeda fase 180 o.
Sedangkan interferensi konstruktif(saling menguatkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya

25
sefase atau beda fasenya nol. Interferensi destruktif maupun interferensi konstruktif dapat
diamati pada pola interferensi yang terjadi.

Pola interferensi dua cahaya diselidiki oleh Fresnel dan Young. Fresnel melakukan percobaan
interferensi dengan menggunakan rangkaian dua cermin datar untuk menghasilkan dua sumber
cahaya kohern dan sebuah sumber cahaya di depan cermin. Young menggunakan celah ganda
untuk menghasilkan dua sumber cahaya kohern.

1. Percobaan Fresnel

Gambar 8.Diagram eksperimen interferensi Fresnel.Bayangan sumber cahaya monokromatis S0


oleh kedua cermin (S1 dan S2) berlaku sebagai 2 sumber cahaya kohern yang pola
interferensinya ditangkap oleh layar.

Pada gambar tersebut, sumber cahaya monokromatis S0ditempatkan di depan dua cermin datar
yang dirangkai membentuk sudut tertentu. Bayangan sumber cahaya S0 oleh kedua cermin, yaitu
S1dan S2 berlaku sebagai pasangan cahaya kohern yang berinterferensi.Pola interferensi cahaya
S1dan S2ditangkap oleh layar.

Jika terjadi interferensi konstruktif, pada layar akan terlihat pola terang. Jika terjadi interferensi
destruktif, pada kayar akan terlihat pola gelap.

2. Interferensi celah ganda Young

Pada eksperimen Young, dua sumber cahaya kohern diperoleh dari cahaya monokromatis yang
dilewatkan dua celah. Kedua berkas cahaya kohern itu akan bergabung membentuk pola-pola
interferensi.

26
Gambar 9. Skema eksperimen Young

Inteferensi maksimum (konstruktif) yang ditandai pola terang akan terjadi jika kedua berkas
gelombang fasenya sama. Ingat kembali bentuk sinusoidal fungsi gelombang berjalan pada
grafik simpangan (y) versus jarak tempuh (x). Dua gelombang sama fasenya jika selisih jarak
kedua gelombang adalah nol atau kelipatan bulat dari panjang gelombangnya.

Gambar 10. Selisih lintasan kedua berkas adalah d sin

Berdasarkan gambar di atas, selisih lintasan antara berkas S1dan d sin , dengan d adalah jarak
antara dua celah.

Jadi interferensi maksimum (garis terang) terjadi jika

dsin = n , dengan n =0, 1, 2, 3,

Pada perhitungan garis terang menggunakan rumus di atas, nilai n = 0 untuk terang pusat, n = 1
untuk terang garis terang pertama, n = 2 untuk garis terang kedua, dan seterusnya.

Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika selisih lintasan kedua sinar merupakan kelipatan
ganjil dari setengah panjang gelombang. Diperoleh,

27
dsin = (n ), dengan n =1, 2, 3,

Pada perhitungan garis gelap menggunakan rumus di atas, n = 1 untuk terang garis gelap
pertama, n = 2 untuk garis gelap kedua, dan seterusnya. Tidak ada nilai n = 0 untuk perhitungan
garis gelap menggunakan rumus di atas.

3. Interferensi pada lapisan tipis


Interferensi dapat terjadi pada lapisan tipis seperti lapisan sabun dan lapisan minyak.Jika
seberkas cahaya mengenai lapisan tipis sabun atau minyak, sebagian berkas cahaya dipantulkan
dan sebagian lagi dibiaskan kemudian dipantulkan lagi.Gabungan berkas pantulan langsung dan
berkas pantulan setelah dibiaskan ini membentul pola interferensi.

Gambar 11. Interferensi cahaya pada lapisan tipis

Seberkas cahaya jatuh ke permukaan tipis dengan sudut datang i. Sebagian berkas langsung
dipantulkan oleh permukaan lapisan tipis (sinar a), sedangkan sebagian lagi dibiaskan dulu ke
dalam lapisan tipis dengan sudut bias r dan selanjutnya dipantulkan kembali ke udara (sinar b).

Sinar pantul yang terjadi akibat seberkas cahaya mengenai medium yang indeks biasnya lebih
tinggi akan mengalami pembalikan fase (fasenya berubah 180o), sedangkan sinar pantul dari
medium yang indeks biasnya lebih kecil tidak mengalami perubahan fase. Jadi, sinar a
mengalami perubahan fase 180o, sedangkan sinar b tidak mengalami perubahan fase. Selisih
lintasan antara a dan b adalah 2d cos r.

Oleh karena sinar b mengalami pembalikan fase, interferensi konstruktif akan terjadi jika selisih
lintasan kedua sinar sama dengan kelipatan bulat dari setengah panjang gelombang (). Panjang
gelombang yang dimaksud di sini adalah panjang gelombang cahay pada lapisan tipis, bukan
panjang gelombang cahaya pada lapisan tipis dapat ditentukan dengan rumus:

= 0/n.

Jadi, interferensi konstruktif (pola terang) akan terjadi jika

2d cos r = (m ) ; m = 1, 2, 3,

28
denganm = orde interferensi.

interferensi destruktif (pola gelap) terjadi jika

2d cos r = m ; m = 0, 1, 2, 3,

4. Cincin Newton
Fenomena cincin Newton merupakan pola interferensi yang disebabkan oleh pemantulan cahaya
di antara dua permukaan, yaitu permukaan lengkung (lensa cembung) dan permukaan datar yang
berdekatan. Ketika diamati menggunakan sinar monokromatis akan terlihat rangkaian pola
konsentris (sepusat) berselang-seling antara pola terang dan pola gelap.

Jika diamati dengan cahaya putih (polikromatis), terbentuk pola cincin dengan warna-warni
pelangi karena cahaya dengan berbagai panjang gelombang berinterferensi pada ketebalan
lapisan yang berbeda.Cincin terang terjadi akibat interferensi destruktif.

Gambar 12. Pola cincin newton hasil interferensi

Cincin di bagian luar lebih rapat dibandingkan di bagian dalam. Dengan R adalah jari-jari
kelengkungan lensa, dan panjang gelombang cahaya dalam kaca adalah , radius cincin terang
ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus

denganm = 1, 2, 3, adalah nomor urut cincin terang.

Sedangkan radius cincin gelap ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus

29
dengan m = 1, 2, 3, adalah nomor urut cincin gelap.

Perlu diingat bahwa panjang gelombang pada persamaan di atas adalah panjang gelombang
cahaya dalam kaca (lensa) yang dapat dinyatakan dengan: = 0/r, di mana 0 adalah panjang
gelombang cahaya di udara dan n adalah indeks bias kaca (lensa)

Dapat diuraikan (dispersi)

Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi cahaya
berwarna-warni (monokromatik).Cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya
yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke prisma,
maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang berbeda. Setiap panjang gelombang
memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin besar indeks
biasnya. Disperi pada prisma terjadi karena adanya perbedaan indeks bias kaca setiap warna
cahaya. Perhatikan Gambar 2.1.

30
Gambar 2.1. Dispersi cahaya pada prisma

Seberkas cahaya polikromatik diarahkan ke prisma.Cahaya tersebut kemudian terurai menjadi


cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.Tiap-tiap cahaya mempunyai sudut
deviasi yang berbeda.Selisih antara sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut
dispersi. Besar sudut dispersi dapat dituliskan sebagai berikut:

= u - m = (nu nm) .......................................2.1

Keterangan:

= sudut dispersi

nu = indeks bias sinar ungu

nm = indeks bias sinar merah

u= deviasi sinar ungu

m=deviasi sinar merah

Penerapan Dispersi:

Contoh peristiwa dispersi pada kehidupan sehari-hari adalah pelangi. Pelangi hanya dapat kita
lihat apbila kita membelakangi matahari dan hujan terjadi di depan kita. Jika seberkas cahaya
matahari mengenai titik-titik air yang besar, maka sinar itu dibiaskan oleh bagian depan
permukaan air. Pada saat sinar memasuki titik air, sebagian sinar akan dipantulkan oleh bagian

31
belakang permukaan air, kemudian mengenai permukaan depan, dan akhirnya dibiaskan oleh
permukaan depan. Karena dibiaskan, maka sinar ini pun diuraikan menjadi pektrum
matahari.Peristiwa inilah yang kita lihat di langit dan disebut pelangi. Bagan terjadinya proses
pelangi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Proses terjadi pelangi

Dapat diserap arah getarnya (polarisasi)


Sebagai gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. Polarisasi cahaya dapat
disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan), pembiasan
(refraksi) ganda dan hamburan.

1. Polarisasi karena refleksi


Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar biasnya
membentuk sudut 90o. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar dengan bidang

32
pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku ip+ r = 90 atau r = 90 ip .
Dengan demikian, berlaku pula

Jadi, diperoleh persamaan

Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium tempat cahaya
terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan di
atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.

Gambar 1. Polarisasi karena refleksi

2. Polarisasi karena absorbsi selektif

33
Gambar 2. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya dengan
orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang diteruskan.

Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat
meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain.
Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi
polaroid.

Gambar 3. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut
analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut

Seberkas cahaya alami menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal yaitu
hanya komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya cahaya terpolarisasi
menuju analisator.Di analisator, semua komponen E yang tegak lurus sumbu transmisi analisator
diserap, hanya komponen E yang sejajar sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan
listrik yang diteruskan analisator menjadi:

E2 = E cos

Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki
intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator adalah:

I1 = I 0

Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar dengan intensitas
menjadi:

I2 = I1 cos2 = I0 cos2

3. Polarisasi karena pembiasan ganda


Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah.
Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada

34
bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak
seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence).

Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua
arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar biasa),
sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa).

Gambar 4.Skema polarisasi akibat pembiasan ganda.

4. Polarisasi karena hamburan


Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan
memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh
partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.

Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung
mengalami hamburan dengan intensitas yang besar.Hamburan ini dapat diamati pada warna biru
yang ada di langit kita.

35
Gambar 5. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan

Langit terlihat berwarna biru, matahari terbenam terlihat berwarna merah dan cahaya di langit
sebagian terpolarisasi.Fenomena ini dijelaskan atas dasar peghamburan cahaya oleh molekul
atmosfer.Penghamburan cahaya oleh atmosfer bumi bergantung kepada panjang
gelombang.Untuk partikel-partikel yang jauh lebih kecil dari panjang gelombang cahaya (seperti
molekul udara), partikel-pertikel tersebut tidak merupakan rintangan yang besar bagi panjang
gelombang yang panjang dibandingkan bagi yang pendek.
Langit hanya berwarna biru di siang hari.Ada beberapa sebab mengapa langit saat itu berwarna
biru.Bumi diselubungi lapisan udara yang disebut atmosfer.Walaupun tidak tampak, udara
sebenarnya terdiri atas partikel-partikel kecil.Cahaya dari matahari dihamburkan oleh partikel-
partikel kecil dalam atmosfer itu.Tetapi kita tahu, cahaya dari matahari terdiri dari paduan semua
warna, dari merah, kuning, hijau, biru, hingga ungu.Warna-warna itu memiliki frekuensi yang
berbeda.Merah memiliki frekuensi yang lebih kecil dari kuning, kuning lebih kecil dari hijau,
hijau lebih kecil dari biru, biru lebih kecil dari ungu.Semakin besar frekuensi cahaya, semakin
kuat cahaya itu dihamburkan.Warna langit adalah sebagian cahaya matahari yang
dihamburkan.Karena yang paling banyak dihamburkan adalah warna berfrekuensi tinggi (hijau,
biru, dan ungu), maka langit memiliki campuran warna-warna itu, yang kalau dipadukan menjadi
biru terang.Karena warna biru banyak dihamburkan, maka warna matahari tidak putih sempurna,
seperti yang seharusnya terjadi jika semua warna dipadukan.Warna matahari menjadi sedikit
agak jingga.Pada sore hari, sering matahari berubah warna menjadi merah.Pada saat itu, sinar
matahari yang sudah miring menempuh jarak lebih jauh untuk mencapai mata kita, sehingga
semakin banyak cahaya yang dihamburkan.Sehingga yang banyak tersisa adalah cahaya
frekuensi rendah, yaitu merah.
Di bulan dan di planet yang tidak memiliki atmosfir, cahaya matahari tidak dihamburkan,
sehingga langit selalu berwarna hitam, walaupun di siang hari.Efek Tyndall juga dapat
menerangkan mengapa langit pada siang hari berwarna biru, sedangkan ketika matahari
terbenam di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal tersebut dikarenakan penghamburan
cahaya matahari oleh partikel-partikel koloid di angkasa, dan tidak semua frekuensi sinar
matahari dihamburkan dengan intensitas yang sama. Oleh karena intensitas cahaya berbanding

36
lurus dengan frekuensi, maka ketika matahari melintas di atas kita, frekuensi paling tinggilah
yang banyak sampai ke mata kita, sehingga kita melihat langit biru.
Ketika matahari hampir terbenam, hamburan cahaya yang frekuensinya yang rendahlah yang
lebih banyak sampai ke kita, sehingga kita menyaksikan langit berwarna jingga atau merah.Kita
ingat untaian cahaya tampak dalam spektrum cahaya, merah-jingga-kuning-hijau-biru-ungu.Dari
urutan merah sampai ungu, frekuensinya semakin tinggi.Jadi warna-warna yang mendekati
merah memiliki frekuensi cahaya tinggi, dan warna-warna yang mendekati ungu memiliki
frekuensi cahaya rendah.Akibatnya, pada belahan bumi yang lebih timur, orang sudah tidak lagi
dapat melihat warna biru dan ungu karena sudah dihamburkan. Saat itu, orang pada belahan
bumi yang lebih timur hanya akan melihat sisa warna yang belum terhamburkan. Sisa warna
yang masih ada adalah percampuran antara merah, jingga, dan kuning.Itulah sebabnya mengapa
langit terlihat berwarna merah ketika terbenam.
Awan mengandung konsentrasi yang tinggi dari tetesan air atau kristal es, yang juga
menghamburkan cahaya. Karena konsentrasi yang tinggi ini, maka cahaya yang lewat melalui
awan mempunyai kesempatan lebih banyak untuk terhambur daripada cahaya yang lewat melalui
langit bersih.Jadi, cahaya dari semua panjang gelombang pada akhirnya dihamburkan keluar dari
awan itu, sehingga awan itu terlihat berwarna putih.
Karena cahaya langit terpolarisasi sebagian, maka pemolarisasi sangat berguna dalam
fotografi.Langit dalam sebuah poster dapat dibuat bertambah gelap dengan mengorientasikan
sumbu polarisasi itu sehingga tegak lurus terhadap arah yang menonjol dari polarisasi cahaya
yang dihamburkan itu. Cahaya yang paling kuat terpolarisasi datang dari bagian-bagian langit
yang berada jauhnya dari matahari; misalnya, langsung daria atas kepala ketika matahari itu
berada pada horizon pada waktu matahari terbit atau terbenam. Secara lebih deskriptif, gambar
berikut akan lebih memperjelas pemahaman kita.
Gambar. Peristiwa Hamburan Cahaya
Sebagai permisalan ada dua orang A dan B. Masing-masing berada pada belahan bumi yang
berbeda. A sedang berada di suatu belahan bumi yang sedang mengalami siang hari, sedangkan B
berada lebih timur dari A dan oleh karenanya ia telah memasuki waktu sore hari.
Matahari akan meradiasikan cahaya putih dalam arah lurus seperti pada Gambar. Jarak antara A
dengan matahari lebih pendek jika dibandingkan B yang sudah masuk sore hari. Pada jarak yang
pendek tersebut cahaya putih dari matahari akan mengalami hamburan terutama untuk warna
biru dan ungu karena berfrekuensi tinggi. Peristiwa ini, seperti yang telah di bahas sebelumnya,
menyebabkan si A akan melihat bahwa langit berwarna biru. Namun pada jarak yang lebih jauh,
yakni bagi si B, ia sudah tidak lagi bisa melihat warna biru. Hal ini karena sebagian besar warna
biru telah dihamburkan di belahan bumi yang sedang siang hari. Oleh karena itu, tinggal warna
merah, jingga dan kuning saja yang masih diteruskan sampai ke mata si B. Itulah sebabnya,
kenapa sore hari langit cenderung berwarna jingga kemerah-merahan.

37
Contoh soal:
1. Suatu cahaya tak terpolarisasi mengenai polaroid pertama dengan intensitas I 0. Tentukan
intensitas cahaya yang keluar dari sistem polaroid, yang terdiri dari dua buah polaroid, jika kedua
sudut antara kedua sumbu transmisi adalah 30o
Jawab

C. Cahaya sebagai partikel


Contoh penerapan anggapan cahaya sebagai partikel yaitu pada efek fotolistrik, cahaya dapat
dipandang sebagai kuantum energi dengan energi yang diskrit.Kuantum energi tidak dapat
digambarkan sebagai gelombang tetapi lebih mendekati bentuk partikel.Partikel cahaya dalam
bentuk kuantum dikenal dengan sebutan foton.Pandangan cahaya sebagai foton diperkuat lagi
melalui gejala yang dikenal sebagai efek Compton. Jika seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah
elektron bebas yang diam, sinar-X akan mengalami perubahan panjang gelombang dimana
panjang gelombang sinar-X menjadi lebih besar. Gejala ini dikenal sebagai efek Compton, sesuai
dengan nama penemunya, yaitu Arthur Holly Compton.
Sinar-X digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan elektron (seperti halnya dua bola
bilyar yang bertumbukan).Elektron bebas yang diam menyerap sebagian energi foton sehingga
bergerak ke arah membentuk sudut terhadap arah foton mula-mula.Foton yang menumbuk
elektron pun terhambur dengan sudut terhadap arah semula dan panjang gelombangnya
menjadi lebih besar. Perubahan panjang gelombang foton setelah terhambur dinyatakan sebagai .
Dimana m adalah massa diam elektron, c adalah kecepatan cahaya, dan h adalah konstanta
Planck.
C. Prinsip Huygens
Prinsip Huygens dikemukakan oleh Ilmuwan Belanda, Chistian Huygens tahun 1678.Prinsip ini
adalah metode numerik geometrik untuk mencari dari sebuah bentuk gelombang pada suatu
waktu kemudian. Heygens menganggap bahwa tiap-tiap titik dari sebuah muka gelombang dapat
ditinjau dari sebuah muka gelombang sebagai sumber gelombang-gelombang kecil sekunder
yang menyebar keluar ke segala arah dengan laju yang sama dengan laju perambatan gelombang
itu. Muka gelombang yang baru pada suatu waktu kemudian akan didapatkan dengan
membangun sebuah permukaan yang menyinggung gelombang kecil sekunder yang dinamakan
pembungkus dari gelombang itu.

38
Prinsip huygens diperlihatkan pada gambar di atas, muka gelombang semula AA berjalan ke
arah luar sebuah sumber, seperti yang ditunjukkan oleh panah-panah kecil. Kemudian akan dicari
bentuk muka gelombang setelah selang waktu t. Jika v adalah laju perambatan gelombang, maka
dalam waktu t gelombang itu berjalan sejauh vt. Dengan membangun beberapa lingkaran (bekas-
bekas gelombang-gelombang kecil berbentuk bola) dari jari-jari r=vt, yang terpusat di titik-titik
sepanjang AA. Bekas dari pembungkus gelombang-gelombang kecil yang menyatakan muka
gelombang yang baru, adalah kurva BB yang menganggap laju v pada setiap titik dan dalam
semua arah.

Teori Gelombang oleh Christian Huygens (1629-1695)


Christian Huygens dan Robert Hooke merupakan ilmuwan pendukung yang paling bersemangat
dari teori impuls cahaya. Pada tahun 1678, Huygens menyatakan bahwa perambatan gelombang
apa pun melalui ruang dapat digambarkan dengan suatu metode geometris yang dikenal dengan
prinsip Huygens, yaitu :
Setiap titik pada muka gelombang (wavefront) dapat dipandang sebagai sebuah sumber titik
yang menghasilkan gelombang sferis sekunder.Setelah waktu t, posisi muka gelombang yang
baru adalah permukaan selubung yang menyinggung semua gelombang sekunder ini.
Gambar dibawah ini menunjukkan prinsip Huygens.
Prinsip Huygens bisa dipakai untuk menerangkan terjadinya difraksi cahaya pada celah kecil
seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. Pada saat melewati celah kecil, muka gelombang
akan menimbulkan wavelet baru yang jumlahnya tak terhingga sehingga gelombang tidak
mengalir lurus saja, tetapi menyebar.
Penerapan prinsip ini pada perambatan gelombang datar dan gelombang sferis (dengan
mengabaikan gelombang balik). Prinsip ini dimodifikasi oleh Fresnel sehingga bidang
gelombang baru dihitung dari bidang gelombang lama dengan memakai superposisi anak
gelombang dengan memperhatikan amplitudo dan fase relatifnya. Kirchhoff menunjukkan
bahwa intensitas dari anak gelombang-anak gelombang tersebut bergantung pada sudutnya dan
bernilai nol pada arah berlawanan.

CONTOH APLIKASI PRINSIP HUYGENS


Pembayangan udara (mirage) merupakan suatu contoh dari bekerjanya hukum Heygen.Bila
permukaan jalan beraspal atau gurun pasir panas dipanaskan sangat tinggi oleh matahari, maka
lapisan udara panas yang kurang rapat dengan indeks refraksi n yang lebih kecil terbentuk
didekat permukaan itu.Laju cahaya itu sedikit lebih besar dalam udara yang lebih panas di dekat
tanah, gelombang kecil Huygens mempunyai jari jari yang sedikit lebih besar, muka
gelombang sedikit miring, dan sinar yang diarahkan menuju permukaan itu dengan sudut masuk
yang besar (di sekitar 900) dapat dibelokkan ke atas. Cahaya yang berada lebih jauh dari tanah
dibelokkan lebih sedikit dan berjalan dalam sebuah garis yang hampir merupakan garis lurus.

39
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat terlihat secara kasat mata.Cahaya
mempunyai sifat sebagai gelombang dan sebagai partikel sering kita kenal dengan dualisme
gelombang-partikel.Sebagai gelombang, cahaya dapat direfleksikan ataupun direfraksikan ketika
mengenai suatu bidang namun saat itu pula dia mengalami penyerapan energi yang menunjukan
sifat cahaya sebagai partikel.
Cahaya mempunyai beberapa sifat sebagai gelombang diantaranya.Dapat dibiaskan (refleksi),
dapat dibiaskan (refraksi), dapat mengalami pelenturan (difraksi), dapat dijumlahkan
(interferensi), dapat diuraikan (dispersi), dapat mengalami pengkutuban (polarisasi).Refleksi
(pemantulan) merupakan perubahan arah rambat cahaya ke arah sisi (medium) asalnya, setelah
menumbuk antarmuka dua medium. Saat cahaya datang dengan sudut datang yang lebih besar
sudut kritis maka akan terjadi pemantulan internal sempurna. Sedangkan refraksi adalah
perubahan arah dari sinar yang ditransmisikan pada medium yang berbeda.Dispersi adalah
penguraian cahaya polikromatik menjadi cahaya monokromatik.Hamburan adalah peristiwa
penyerapan dan pemantulan kembali cahaya oleh suatu sistem partikel.Dalam penggambaran
cahaya dikenal Prinsip Huygens yang merupakan metode geometris untuk menentukan intensitas
dan fase cahaya di tiap titik bila hanya sebagian muka gelombang yang nampak.

40
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini akan sangat banyak kesempatan mengeksplor materi melalui
gambar. Alangkah baiknya jika gambar bisa benar-benar diteliti kebenarannya karena beberapa
gambar sering kali tidak sesuai dengan fenomena yang seharusnya. Contoh: gambar sudut
deviasi pada beberapa sumber di internet tidak menunjukan sudut deviasi yang seharusnya.

41
DAFTAR PUSTAKA

Hermawayne. 2009. Mengapa matahari terlihat kemerahan. Tersedia di


[http://hermawayne.blogspot.com/2009/02/mengapa-matahari-terlihat-kemerahan.html]
Math.ucr. 2013.Blue Sky (Penyebab langit biru). Tersedia di
[http://www.math.ucr.edu/home/baez/physics/General/BlueSky/blue_sky.html]
Matludin. 2012. Relativitas: dualisme gelombang partikel. Tersedia di
[http://myblogmatludin.blogspot.com/2012/07/dualisme-gelombang-partikel_18.html]
Shvoong. 2012. Pengertian cahaya. Tersedia di [http://id.shvoong.com/exact-
sciences/physics/2108839-pengertian-cahaya/]
Chairunnisa. 2012. Teori-teori Cahaya Menurut Para Ahli. Tersedia di [http://chairunnisah-
fisikaeducationnisah.blogspot.com/2012/05/teori-teori-cahaya-menurut-para-ahli.html]
http://id.wikipedia.org
http://zamzamsaefulbahtiar.blogspot.com

42

Anda mungkin juga menyukai