BAYIKU...
KELOMPOK 19
ALIFA HANIF AULIA G0013018
AMALIA NOVIA RIZQIKA G0013022
ANNISA HASANAH G0013032
CINDANA NURHAYATI H. G0013066
DITA PURNAMA ASBIANTARI G0013076
GYANITA WINDY HERFINA G0013104
HENDRI SETIAWAN G0013110
INAYAH HAPSARI G0013118
LUTFIR RAHMAN TARIS G0013142
M. SALSABIL LASARIK G0013162
RATIH AYU OKI PRASIWI G0013194
YUZANA MAUNG G0013248
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 1
Bayiku...
Seorang ibu G2P1A0 berusia 26 tahun dengan usia kehamilan 39 minggu
melahirkan seorang bayi perempuan dengan berat 3,2 kg, panjang 47 cm secara
spontan, warna ketuban jernih, tidak ada mekoneum.
Saat bayi lahir didapatkan bayi tidak bernafas, tonus otot kurang baik.
Setelah dilakukan resusitasi sampai dengan pemberian ventilasi tekanan positif
didapatkan bayi bernafas spontan, tidak ada retraksi, denyut jantung 100 x/menit.
Skor Apgar 5-7-10.
Dari anamnesis riwayat kehamilan didapatkan ANC tidak teratur, ketuban
pecah 24 jam, tidak ada demam sebelum melahirkan. Catatan kesehatan ibu
menunjukkan bahwa tanda vital ibu normal, pemeriksaan TORCH negatif, HbsAg
negatif, gula darah normal. Selanjutnya bayi dan ibunya dibawa ke ruang
perawatan untuk dirawat gabung dan diberikan ASI oleh ibu.
BAB II
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
1
d. Resusitasi : memulihkan kehidupan pada orang
yang sudah nampak mati dengan melakukan pemijatan
jantung atau inisiasi pernapasan
e. Ventilasi tekanan + : bagian resusitasi untuk memasukkan sejumlah
udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk
membuka alveoli paru sehingga bayi bisa bernapas spontan secara
teratur.
f. Skor APGAR : metode penilaian kesehatan neonatus pada
menit ke 1, 5, 10, dan 15
g. Retraksi : tertarik ke dalam
h. ANC : merupakan singkatan dari ante natal care. Ante
natal care merupakan perawatan yang dilakukan atau diberikan kepada
ibu hamil sampai saat persalinan. (kuliah dr.asih tahun lalu)
i. TORCH : TORCH adalah istilah untuk menggambarkan
gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini,
sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
j. HbsAg (-) : Negatif virus Hepatitis B di permukaan sel
k. Rawat gabung : cara perawatan dimana ibu dan bayi
digabung selama 24 jam
l. Tonus otot : kontraksi otot yang ringan dan terus-menerus pada
otot rangka untuk membantu mempertahankan postur, dan
pengembalian darah ke jantung.
2
5. Apa penyebab sulit bernapas dan tonus otot berkurang ?
6. Bagaimana mekanisme adaptasi pada neonatus dari dalam tubuh ibu ke
luar tubuh ibu ?
7. Bagaimana proses resusitasi pada neonatus ?
8. Bagaimana cara penilaian APGAR dan tatalaksananya jika APGAR
score jelek ?
9. Apa hubungan usia kehamilan, usia ibu, dan paritas ibu pada kelahiran
bayi ?
10. Bagaimanan ANC yang baik ?
11. Apa saja penyebab air ketuban pecah kemudian bagaiaman kalau
pecah sudah 24 jam ?
12. Bagaimana penanganan pecah ketuban menurut durasi onset pecah ?
13. Bagaimana cara kerja resusitasi pada bayi ?
14. Bagaimana penilaian bayi baru lahir dan manajemen perawatannya ?
15. Apa tujuan, indikasi, dan kontrainsikasi rawat gabung ?
16. Apa manfaat ASI dan bagaimana cara pemberian ASI jika belum
keluar ?
17. Bagimana cara kerja pemeriksaan TORCH ?
18. Bagaimana kondisi bayi jika ibu memiliki gula darah tinggi dan
HbsAg (+) ?
19. Bagaimana interpretasi jika ditemukan mekoneum pada kelahiran
bayi ?
20. Apa penyebab APGAR score jelek ?
21. Bagaimanan interpretasi denyut jantung 100x/ menit pada bayi ?
3
b. Perempuan
Berat badan : 2,4 - 4,2 kg
Panjang badan : 45,4 - 52,9 cm
(Kemenkes RI, 2010)
2. Embriologi fetus
Usia gestasi Organ
6 Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru.
Jari-jari telah berbentuk namun masih tergenggam. Jantung
telah terbentuk penuh
7 Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah
8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genitalia
eksterna. Sirkulai melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai
terbentuk
9 Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk muka janin,
kelopak mata terbentuk namun tak akan membuka sampai
minggu 28
13-16 Janin berukuran 15 cm. Ini merupakan awal dari trimester
kedua. Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh
lanugo (rambut janin). Janin bergerak aktif yaitu menghisap
dan menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium dalam
usus. Jantung berdenyut 120-150 kali/menit
17-24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh
tubuh diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin
mempunyai refleks
25-28 Saat ini disebut permulaan trimester ketiga, dimana
terdapat perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf
mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah
membuka. Kelangsungan hidup pada periode ini sangat
sulit bila lahir
29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50-
70%). Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan napas
telah reguler, suhu relatif stabil
33-36 Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo)
mulai berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur.
4
Janin akan dapat hidup tanpa kesulitan
38-40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi
akan meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang
tetapi masih dalam batas normal
Tabel Perkembangan fungsi organ janin (Prawirohardjo, 2010)
5
menghasilkan metabolit asam laktat.Penumpukan laktat inilah yang menyebabkan
kelemahan pada otot sehingga tonus otot menurun atau hipotoni.
6
pertama bisanya sangat kuat, mampu membuat tekanan negartif sebesar 60 mm
Hg dalam ruangan intra pleura. (Guyton, 2006)
8. Penilaian APGAR
APGAR Score adalah suatu metode penilian yang digunakan untuk
mengkaji keseatan neonatus dalam menit pertama sampai 5 menit setelah lahir dan
dapat diulang pada menit ke 10 dan 15.
Kriteria Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Appearance seluruhnya biru warna kulit tubuh normal warna kulit tubuh , tangan ,
(warna kulit) atau pucat merah muda , dan kaki
tetapi kepala dan normal merah muda ,
ekstermitas kebiruan tidak ada sianosis
(akrosianosis)
Pulse tidak teraba <100 kali/menit >100 kali/menit
(denyut
jantung)
7
Sasaran pokok dari Ante Natal Care adalah untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi. Kematian ibu kebanyakan disebabkan oleh perdarahan,
infeksi dan toksemia. 50% kematian bayi terjadi pada saat periode perinatal.
Penyebab kematian dapat dicegah dengan melakukan pemeliharaan dan
pengawasan antenatal sedini mungkin dan secara teratur ke unit pelayanan.
Tujuan ANC adalah memelihara dan meningkatkan keadaan fisik dan mental ibu
hamil sehingga dapat menyelsaikan kehamilannya dengan baik dan dapat
melahirkan bayi dengan sehat.
Standar Pelayanan ANC
1. Kunjungan pertama anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab dan
pemeriksaan tambahan lainnya
Anamnesa :
- Identitas : nama, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan ibu
- Riwayat : riwayat kontrasepsi terakhir, riwayat persal yang lalu, riwayat
penyakit yangg dulu (DM, hipertensi, jantung, ginjal, operasi, dsb), riwayat
kehamilan sekarang, riwayat kesehatan keluarga
Pemeriksaan fisik :
- Umum : kesadaran, gizi, tinggi badan, berat badan, tensi, nadi, respirasi,
temperatur
- Fisik : conjungtiva anemis/tdk, gigi, jantung, paru, payudara, hati,
abdomen, tungkai
- Khusus kebidanan :
> Luar : TFU, letak janin, perabaan, gerak janin, DJJ
> Dalam : pelvi metri klinik bila ada indikasi (UPD, Dx.kehamilan, peny.
infeksi)
Pemeriksaan Laboratorium
- Darah (Hb, hematokrit, gol.drh, faktor rhesus)
- Urin (u/ melihat adanya gula, protein & kel. sedimen)bila perlu tes
antibodi toxoplasmosis, rubela, dll.
2. Kunjungan ulang
1 28 mg : 4 mg sekali
28 36 mg : 2 mg sekali
36 40 mg : tiap minggu
atau
TM I : 1 kali
TM II : 1 kali
TM III : 2 kali
Hal-hal yg hrs diperhatikan dlm kunjungan ulang :
8
Ibu : keluhan utama, pemeriks. (kesadaran, gizi, BB, tensi,
nadi, respirasi, temperatur, pucat/tdk, TFU, keadaan serviks, ukuran pelvis),
gejala/tanda2 spt sakit kepala, perubahan visus, muntah2, air ketuban merembes,
dsb.
Janin : DJJ, TBJ, letak & presentasi, engagement, aktivitas,
kembar/tunggal.
Lab : Hb, hmt, protein dlm urine
Bila pada primigravida (mg ke-36) menilai ukuran panggul dalam
9
16. Manfaat ASI
ASI mengandung nutrisi, sel imun, antibodi dan senyawa lain yang
membantu melindungi bayi terhadap infeksi hingga bayi tersebut dapat
membentuk respon imun sendiri yang efektif setelah beberapa bulan
kehidupannya. Bayi yang mendapatkan susu formula dari susu sapi atau bahan
lain tidak memiliki keunggulan protektif yang didapatkan dari ASI. Saluran cerna
neonatus lebih siap mengolah ASI daripada susu formula sehingga bayi yang
mendapat susu formula cenderung lebih sering mengalami gangguan pencernaan.
(Sherwood, 2011)
20. Nilai APGAR yang rendah dapat disebabkan oleh C-section, kesulitan lahir,
dan cairan di jalan napas bayi
26 tahun, usia
kehamilan 39 minggu
ANC tidak teratur Warna ketuban
HBsAg (-), TORCH (-), jernih
gula darah normal Tidak ada
Tidak demam mekoneum
Vital sign normal APGAR score: 5-7-10
Ibu Bayi sulit
bernapas
10
Manajemen Perawatan
Bayi
11
1. Pembentukan air ketuban
Amnion pertama kali dapat diidentifikasi sekitar hari 7-8
perkembangan mudigah. Awalnya hanya vesikel kecil yaitu amnion yang
akan berkembang menjadi kantung kecil yang akan menutupi permukaan
dorsal mudigah. Karena semakin membesar, amnion secara bertahap
menekan mudigah yang sedang tumbuh, yang akan mengalamu prolaps ke
dalam rongga amnion.
Cairan amnion pada keadaan normal berwarna agak keruh karena
adanya campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal
dari lanugo, sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion pada
keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau antara 400-1500 ml dalam
keadaan normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml
dan kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30
minggu, cairan amnion lebih mendominasi dibandingkan dengan janin itu
sendiri.
Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya
memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan
awal, cairan amnion sebagian besar diproduki oleh sekresi epitel selaput
amnion.
Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion
didominasioleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan
20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin
mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion.
Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion
disekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada
penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500
ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion.
Pada keadaan dimana terdapat gangguan pada ginjal seperti renal
agenesis akan menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan
menelan pada janin seperti atresia oesophagus atau anensefali maka akan
menyebabkan polihidramnion.
A. Fungsi cairan amnion
a. Memproteksi janin dari trauma
b. Mempertahankan temperatur intrauterin
12
c. Mencegah kulit fetus dari gesekan selaput amnion
d. Membantu pergerakan janin intrauterin
e. Mempertahakan kebutuhan oksigen
f. Mempertahankan kesterilan lingkungan janin intrauterin
g. Mempertahankan tekanan intrauterin
13
penelitian, akhirnya terjawab ahwa skitar 200-500 ml cairan amnion
diabsorpsi melalui intramembran.
3. Prosedur Resusitasi
Resusuitasi terbagi menjadi tindakan umum dan tindakan khusus. Tindakan
umum dilakukan pada setiap bayi baru lahir, jika hasilnya tidak memuaskan maka
dilakukan tindakan khusus. Pada tindakan umum perlu dilakukan pengawasan
suhu, bayi baru lahir relatif banyak kehilangan panas yang diikuti penurunan suhu
tubuh. Penurunan suhu tubuh akan meningkatkan metabolisme sel jaringan
sehingga kebutuhan oksigen makin meningkat, hal ini akan mempersulit bayi
terutama yang mengalami asfiksia berat. Saluran nafas atas perlu dibersihkan dari
14
lendir maupun cairan amnion. Apabila terdapat lendir yang kental dan melekat di
trakhea sehingga sulit dikeluarkan, dapat digunakan laringoskop. Bayi yang tidak
memperlihatkan usaha bernafas setelah 20 detik kelahiran harus segera diberikan
rangsangan untuk menimbulkan pernafasan. Pada sebagian besar bayi, pengisapan
lendir dan cairan amnion yang dilakukan melalui nasofaring akan segera
menimbulkan rangsangan pernafasan. Pengaliran oksigen yang cepat ke dalam
mukosa hidung juga dapat merangsang refleks pernafasan. Bila tindakan ini tidak
berhasil, perlu dilakuakn stimulasi lain misalnya memberi rangsangan nyeri
dengan memukul kedua telapak kaki bayi, menekan tendoo Achilles atau memberi
suntikan vitamin K. Pemukulan pada bokong dan punggung perlu dihindari untuk
mencegah pendarahan organ dalam. Bila cara tersebut tidak berhasil, cara lain pun
tidak akan menimbulkan hasil yang diharapkan. Melakukan kompresi dinding
toraks untuk memberi tekanan negatif dalam rongga dada tidak akan bermanfaat
pada paru bayi yang belum dapat berkembang. Hal yang utama adalah
memperbaiki ventilasi.
Tindakan khusus disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang dimanifestasikan
dengan tinggii rendahnya skor APGAR.
1. Asfiksia Berat
Resusitasi aktif harus segera dikerjakan. Langkah utama adalah
memperbaiki ventilasi dengan memberikan oksigen dengan tekanan dan
intermiten. Cara yang tebaik adalah melakukan intubasi endotrakeal. Setelah
kateter dimasukkan ke dalam trakea, oksigen diberikan dengan tekanan tidak lebih
dari 30 untuk mencegah kemungkinan inflasi paru berlebihan sehingga terjadi
ruptur alveoli. Untuk menghindari terjadinya infeksi, dapat diberikan antibiotik
profilaksis. Asfiksia berat sering diikuti dengan asidosis, sehingga perlu diberikan
bikarbonas natrikus 2-4 mEq/kgBB. Selain itu diberikan glukosa 15-20% dengan
dosis 2-4 ml/kgBB IV melalui vena umbilikalis. Usaha bernafas akan muncul
setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali. Bila setelah 3 kali tidak ada perbaikan ,
masasse jantung eksternal harus segera dikerjakan dengan frekuensi 80-100
kali/menit. 1 kali ventilasi tekanan diikuti 3 kali kompresi dinding toraks. Bila
tindakan ini tidak memberi hasil yang diharapkan, bayi harus dinilai kembali
15
karena mungkin disebebkan oleh gangguan keseimbangan asam-basa atau
kemungkinan gangguan organik lain.
2. Asfiksia Sedang
Bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernafasan spontan, segera
mulai ventilasi aktif. Ventilasi sederhana dillakukan dengan meletakkan kateter
oksigen intranasal dan oksigen dialirkan dengan aliran 1-2 l/menit. Agar saluran
nafas bebas, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Ventilasi dihentikan
bila setelah 1-2 menit tidak dicapai hasil yang diharapkan , segera lakukan
ventilasi tekanan positif secara tidak langsung dengan cara ventilasi mulut ke
mulut atau ventilasi kantong ke masker. Tindakan dinyatakan tidak berhasil
apabila terjadi penurunan frekuensi jantung atau peruburukan tonus otot. Intubasi
endotrakeal harus dikerjakan dan bayi diperlakukan sebagai penderita asfiksia
berat (IKA UI)
16
Terlalu Muda (Primi Muda) adalah ibu hamil pertama pada usia kurang dari 20
tahun. Dimana kondisi panggul belum berkembang secara optimal dan kondisi
mental yang belum siapmenghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai
ibu (BKKBN, 2007)
Menurut Rochjati (2003), resiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu muda
(primi muda) adalah :
(1) Bayi lahir belum cukup bulan
(2) Perdarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir
(3) Perdarahan dapat terjadi setelah bayi lahir
Alasan yang perlu diketahui adalah secara fisik kondisi rahim dan panggul
belun berkembang secara optimal, mengakibatkan kesakitan dan kematian bagi
ibu dan bayinya. Pertumbuhan dan perkembangan fisik ibu terhenti/terhambat.
Secara mental tidak siap menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat
kehamilan.
17
Terlalu dekat jarak kehamilan adalah jarak antara kehamilan satu dengan
berikutnya kurang dari 2 tahun (24 bulan). Kondisi rahim ibu belum pulih, waktu
ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang (BKKBN, 2007).
Menurut BKKBN, 2007 resiko yang mungkin terjadi pada kehamilan jarak
dekat adalah :
(1) Keguguran
(2) Anemia
(3) Bayi lahir belum waktunya
(4) Berat badan lahir rendah (BBLR)
(5) Cacat bawaan
(6) Tidak optimalnya tumbuh kembang balita
Alasan yang perlu diketahui adalah :
(1) Kondisi rahim ibu belum pulih
(2) Dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan
(3) Waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang
18
(4) Menambah beban ekonomi keluarga
19
selaput amnion mengatur peredaran darah dan tonus pembuluh darah lokal.
(Saifuddin AB et al, 2010)
Berdasarkan uraian diatas, maka beberapa penyebab ketuban pecah dini
yaitu kurangnya zat penghambat MMP-1, meningkatnya MMP-1, dan kurangnya
kolagen.
20
Perawatan tali pusat pada bayi
Yang terpenting dalam melakukan perawatan tali pusat ialah menjaga agar
tali pusat tetap kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
sebelum merawat tali pusat. Bersihkan dengan lembut kulit di sekitar tali pusat
dengan kapas basah, kemudian bungkus dengan longgar atau tidak terlalu rapat
dengan kassa bersih atau steril. Antiseptik dan antimikroba topikal dapat
digunakan untuk mencegah kolonisasi kuman dari kamar bersalin, tetapi
penggunaannya tidak dianjurkan rutin dilakukan. Antiseptik yang biasa digunakan
ialah alkohol dan povidone-iodine. Akan tetapi, penelitian terbaru membuktikan
bahwa penggunaan povidone-iodine dapat menimbulkan efek samping karena
diabsorpsi oleh kulit dan berkaitan dengan terjadinya transien hipotiroidisme.
Alkohol juga tidak lagi dianjurkan untuk merawat tali pusat karena dapat
mengiritasi kulit dan menghambat pelepasan tali pusat. Saat ini belum ada
petunjuk pasti mengenai antiseptik yang baik dan aman digunakan untuk
perawatan tali pusat, karena itu dikatakan yang terbaik adalah menjaga tali pusat
tetap kering dan bersih. Antimikroba yang dapat digunakan seperti basitrasin,
nitrofurazone, silver sulphadiazine, dan triple dye.
21
satu istilah lain, bedding-in, yaitu bayi dan ibu berada bersama-sama di
ranjang ibu.
Adapun tujuan rawat gabung adalah (Prawirohardjo, 2002) :
a. Bantuan emosional, setelah menunggu selama sembilan bulan dan setelah
lelah dalam proses persalinan si ibu akan sangat senang dan bahagia bila
dekat dengan bayi.
b. Penggunaan air susu ibu. ASI merupakan makanan bayi yang terbaik,
produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini
mungkin dengan cara menetekkan sejak bayi baru lahir.
c. Pendidikan kesehatan. Kesempatan melaksanakan rawat gabung dapat
dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu terutama
primipara, bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali
pusat, perawatan payudara, dan nasihat makan yang baik.
d. Pencegahan infeksi. Pada tempat perawatan bayi dimana banyak bayi
disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah
mencegah infeksi silang karena bayi yang melekat pada kulit si ibu akan
memperoleh transfer antibodi dari si ibu dan kolostrum yang mengandung
antibodi dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan kulit serta
saluran cerna bayi sehingga dapat mencegah infeksi terutama diare.
22
Kontra Indikasi Rawat Gabung
Kontraindikasi rawat gabung adalah (Prawirohardjo, 2002) :
Pihak ibu :
a. Fungsi kardiorespiratorik yang tidak baik.
b. Eklampsia dan preeklampsia berat.
c. Penyakit infeksi akut dan aktif.
d. Psikosis.
Pihak bayi :
a. Bayi kejang.
b. Bayi yang sakit berat, misalnya penyakit jantung.
c. Bayi yang memerluka n observasi atau terapi khusus.
d. Berat badan lahir sangat rendah.
e. Cacat bawaan, misalnya labioschizis atau palatoschizis.
f. Kelainan metabolik dimana bayi tidak dapat menerima ASI
23
membersihkan ujung jari dan kemudian ditusuk dengan jarum kecil yang disebut
lancet. Darah akan dikumpulkan pada tabung gelas kecil atau pada wadah kecil
atau pada strip test. Hasil yang normal adalah tidak adanya tanda infeksi. Hasil
abnormal jika tedapat kadar antibodi IgM pada darah (Kaneshiro, 2014)
12. HBsAg
Bayi baru lahir paling banyak tertular Hepatitis B saat terpapar darah ibu saat
persalinan. Pencegahan sangat penting dalam menurunkan angka penularan
hepatitis B.
24
HBIg tersebut tidak dipaksakan. Dengan catatan, imunisasi aktif hepatitis B
tetap diberikan secepatnya.
BAB III
SIMPULAN
25
BAB IV
SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstorm KD.
(2005). William Obstetric 22nd ed. New York :Mc-Graw Hill Companies,
Inc
Chamberlain G. (1995). Obstetric by ten Teacher. New York : Oxford University
Press
Dartfor dan Gravesham NHS Trust (2008). Management of meconium stained
liquor guidelines, pp: 4-7.
Fox H. (2002). The Placenta, Membranes and Umbilical Cord. In: Chamberlain G,
Steer P. Timbull`s Obstetrics. London : Churchill Livingstone
Gilbert WM. (2006). Amniotic Fluid Dynamics. NeoReview
Guyton A.C., Hall J.E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11.
Jakarta: EGC.
Kaneshiro, NK (2014). TORCH Screen. MedlinePlus.
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003350.htm -diakses
Februari 2016
Kemenkes RI (2011). Standar antropometri penilaian status gizi anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Langan, Robert et al (2010) Caring for Pregnant Woman and Newborns with
Hepatitis Bor C. American Family Physician.
http://www.aafp.org/afp/2010/1115/p1225.html -diakses Februari 2016
Lauralee, S. (2011). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta : EGC
Nelson,Marcdante,KJ.,et al.2014.Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi
6.Singapore:Elsevier Saunders
Prawirohardjo,Sarwono.2014.Ilmu Kebidanan Edisi 4.Jakarta:PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, S. 2009a. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. P:285
Prawirohardjo, S. 2009b. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Pp:371-372
27
Prawirohardjo, S. 2009c. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Pp:381-382
Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin AB, et al (2010a). Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo,
edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono, Prawirohardjo, hal 161
Sibernagl S.,Lang F.2006.Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.Jakarta:EGC
Susanti F, S (2013). Rawat gabung. http://idai.or.id/artikel/klinik/asi/rawat-gabung
- Diakses Februari 2016.
Verrals V (2003). Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan, edisi
3. Jakarta: EGC, hal: 252
WHO. Guidelines on basic newborn resuscitation. 2012
Wibowo, T (2010). Buku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial: Pedoman
Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
28