Modul 5 Audit Siklus Produksi
Modul 5 Audit Siklus Produksi
1
A. TINJAUAN MATA KULIAH
Nama Mata Kuliah : Pengauditan 2
Jurusan : Akuntansi
Semester : IV
Kode : 302A333
Jumlah SKS :3
2
4. Urutan Penyajian
Setiap materi disajikan setiap pekan sesuai GBRP dengan urutan sebagai berikut:
1. Audit siklus pendapatan: pengujian pengendalian
2. Audit siklus pendapatan: pengujian subtantif
3. Audit siklus pengeluaran: pengujian pengendalian
4. Audit siklus pengeluaran: pengujian subtantif,
5. Audit siklus produksi,
6. Audit siklus persedian dan pergudangan
7. Audit siklus penggajian dan personalian
8. Audit siklus investasi
9. Audit siklus pembiyaan
10. Audit saldo
11. Penyelesaian audit dan tanggungjawab pasca audit
12. Penyusunan laporan audit atas laporan keuangan yang telah diaudit
13. Jasa-jasa lain akuntan dan pelapornya
14. BAPEPAM dan akuntan publik
5. Petunjuk Belajar bagi Mahasiswa dalam memepelajari modul
Bentuk pembelajaran:
Collaborative Learning (CL)
Diskusi kelompok
Kuliah
Indikator Penilaian:
Mampu melaksanakan dan menerapkan proses pengauditan berdasarkan siklus
akuntansi perusahaan
Mampu melasanakan dan mamahami pengauditan berbasis resiko (ISA)
Mampu menilai, mendeteksi dan merespon resiko kecurangan yang terjadi
Serta mampu menggunakan pengetahuan akuntansi dan komputerisasi dalam
melaksanakan audit.
Mahasiswa juga diharapkan untuk membaca dan mencari referensi materi yang
berkaitan dengan materi bahasan dengan tujuan untuk memperkaya wawasan.
3
B. PENDAHULUAN
Materi Pembelajaran: Audit siklus pendapatan: pengujian pengendalian
1. Sasaran pembelajaran:
Mampu memahami sifat siklus produksi
Mampu memahami aktivitas pengenddalian transaksi pabrikan
Mampu memahami pengujian subtansi atas saldo persediaan
2. Ruang lingkup bahan modul:
Modul ini disusun berdasarkan Garis Besar Rencana Pembelajaran (GBRP) mata
kuliah Pengauditan II. Penyusunan modul ini merujuk pada berbagai referensi yang
relevan. Hadirnya modul ini diharapkan mampu menambah pengetahuan terkait dengan
pengauditan pada siklus pengeluaran khususnya pada pengujian pengendalian.
4
C. MATERI PEMBELAJARAN
Siklus Produksi berhubungan dengan konversi bahan baku menjadi barang jadi. Siklus ini
meliputi perencanaan serta pengendalian produksi dari jenis-jenis dan kuantitas barang yang
akan diproduksi, tingkat persediaan yang akan dipertahankan, serta transaksi dan peristiwa yang
berkaitan dengan proses pabrikasi. Transaksi yang terjadi dalam siklus ini mulai dari saat bahan
baku diminta untuk produksi, dan berakhir pada saat barang yang diproduksi ditransfer ke
barang jadi. Transaksi yang terjadi dalam siklus ini disebut sebagai transaksi pabrikasi.
Siklus produksi saling berkaitan dengan 3 siklus lain, yaitu siklus pengeluaran dalam
pembelian bahan baku dan pembayaran berbagai biaya overhead, siklus jasa personalia dalam
pembayaran biaya tenaga kerja pabrik, dan yang terakhir siklus pendapatan dalam penjualan
yang terjadi.
1. Tujuan Audit
Tujuan khusus audit terhadap siklus produksi adalah untuk memperoleh keyakinan
terhadap penyajian informasi persediaan produkjadi yang dimiliki perusahaan dan
berapakah kos produk terjual (cost of goods sold). Tujuan ini antara lain:
a. Kos produk terjual mencerminkan kos poroduk yang telah dikirimkan kepada
pembeli dalam periode yang diaudit.
c. Kos produk terjual menggunakan basis metode aliran kos yang dapat diterima serta
diterapkan dengan konsisten.
d. Kos produk terjual diklasifikasi dengan layak dalam statemen penghasilan, dan
penggunaan metode aliran kos telah diungkapkan.
5
2. Menggunakan pemahaman tentang bisnis dan industri untuk mengembangkan
strategi audit
Keberadaan Transaksi pabrikasi yang dicatat Persediaan yang tercetak dalam neraca
atau menyajikan bahan, tenaga kerja, secara fisik ada.
Keterjadian dan overhead yang ditransfer ke
Harga pokok penjualan menunjukkan
produksi serta pemindahan
harga pokok barang yang dijual selama
produksi yang sudah selesai ke
periode berjalan.
barang jadi selama periode berjalan
Hak dan Entitas memegang hak atas Entitas pelapor memegang hak milik
Kewajiban persediaan yang berasal dari atas persediaan pada tanggal neraca.
transaksi pabrikasi yang dicatat.
Penilaian atau Transaksi pabrikasi telah dijurnal, Persediaan telah dinyatakan dengan
alokasi diikhtisarkan, dan dibukukan atau tepat pada harga yang terendah antara
diposting dengan benar. harga pokok dan harga pasar.
Penyajian dan Rincian transaksi pabrikasi Persediaan dan harga pokok penjualan
Pengungkapan mendukung penyajiannya dalam telah diidentifikasi dan diklasifikasikan
laporan keuangan termasuk secara tepat dalam laporan keuangan.
klasifikasi dan pengungkapannya
Pengungkapan yang berhubungan
dengan dasar penilaian dan
6
pengagunan atau penjaminan
persediaan sudah memadai.
Materialitas
Resiko Inheren
Resiko Inheren dari terjadinya salah saji dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh
transaksi persediaan pada jaringan hotel atau distrik sekolah relatif rendah karena
persediaan bukan merupakan bagian yang material dari proses inti entitas itu. Untuk
pabrikan, pedagan grosir / pedagang eceran, persediaan dapat dinilai sebesar atau mendekati
maksimum karena alasan-alasan berikut :
7
Prosedur Analitis
Prosedur Analitis adalah prosedur yang murah dari segi biaya dan dapat membuat
auditor waspada terhadap potensi terjadinya salah saji.
Pemantauan pengendalian oleh manajemen dalam siklus produksi meliputi umpan balik
dari pelanggan tentang kualitas produk dan ketepatan waktu pengiriman, serta penggunaan
auditor internal untuk menilai efektivitas pengendalian biaya, akurasi data biaya, dan
pengendalian fisik atas persediaan.
Berikut disajikan daftar dokumen yang diperlukan dalam penangan siklus produksi
yang antara lain:
8
Perintah produksi dapat berupa job order method, maupun perintah berkelanjutan
(continuous) dan dikeluarkan oleh Kepala Bagian Produksi (atau pejabat di atasnya).
b. Material requarement report (laporan penggunaan bahan), adalah dokumen yang
berisi daftar permintaan bahan baku atau bahan lainnya yang akan digunakan untuk
suatu proses produksi.
c. Materials issue slip (kartu pengeluaran bahan), merupakan perintah tertulis yang
dikeluarkan oleh bagian produksi (atau oleh PPC) persetujuan mengeluarkan
barang- barang yang dibutuhkan dalam berproduksi.
d. Time ticket (kartu catatan waktu kerja), adalah kartu yang digunakan untuk mencatat
aktivitas seorang karyawan di tempat kerjanya masing-masing.
e. Move ticket (kartu pemindahan barang), adalah memo yang dibuat untuk
memindahkan produk yang masih dalam proses dari departemen yang satu ke
departemen berikutnya.
f. Daily production activity report (laporan aktivitas produksi harian), adalah Iaporan
harian yang dibuat untuk melaporkan berapa produk yang dibuat dalam sati hari
kerja. Laporan ini dibuat olek kepala bagian produksi atau para supervisor produksi.
g. Completed production report (laporan produksi yang diselesaikan), adalah laporan
yang berisi penegasan bahwa proses produksi yang diperintahkan oleh dokumen
perintah produksi telah dilaksanakan.
h. Inventory subsidiary ledgers (buku pembantu persediaan), adalah catatan yang
dimiliki oleh bagian akuntansi mengenai berbagai macam persediaan barang-
barang yang dimiliki perusahaan.
2. Fungsi-fungsi pabrikasi
a. Memulai produksi :
Merencanakan dan mengendalikan produksi
9
Bila melakukan pemesanan pada pemasok, salinan laporan kebutuhan bahan
perlu diberikan kepada bagian pembelian.
Penelaahan atas laporan produksi harian dan laporan produksi yang telah
selesai untuk memantau penggunaan bahan, tenaga kerja dan kemajuan
perintah produksi sampai barang diselesaikan dan menjadi barang jadi.
Mengeluarkan bahan baku
Tenaga kerja yang digunakan dicatat dengan time ticket. Dilakukan dengan
mengharuskan karyawan memasukan tanda pengenal pada terminal
komputer dan mengetikan nomor perintah produksi setiapkan memulai atau
berhenti mengerjakan suatu pesanan. Sehingga akan dibuat ikhtisar atas
penggunaan tenaga kerja dari catatan waktu sebagai komponen laporan
aktivitas produksi harian.
Bila pekerjaan atas suatu perintah produksi telah selesai dan telah diinspeksi,
maka pemindahan barang ke departemen lainnya perlu diotorisasi dengan
sebuah moving ticket yang harus ditandatangani oleh departemen penerima
barang tersebut.
Time Ticket dan Move ticket perlu dicocokan dengan pencatatan akhir
mengenai biaya pabrikasi.
10
Memindahkan pekerjaan yang sudah selesai ke barang jadi
Mengunci dan membatasi akses yang terbatas pada orang-orang yang telah
diberi otorisasi.
Perlindungan atas barang dalam proses dengan cara mengawasi daerah
produksi oleh penyelia dan petugas keamanan pabrik, pemberian label pada
barang, dan menggunakan move ticket yang bernomor urut untuk
mengendalikan perpindahan barang dalam proses.
c. Mencatat transaksi pabrikasi dan persediaan
Menentukan dan mencatat biaya-biaya pabrikasi
11
yang sudah selesai.
Menjaga kebenaran saldo-saldo persediaan
Audit atas siklus persediaan dan penggudangan dapat dibagi menjadi lima aktivitas
dalam siklus sebagai berikut:
Pembelian dan pencatatan bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead.
Transfer asset dan biaya internal.
Pengiriman barang dan pencatatan pendapatan dan biaya.
Observasi perhitungan fisik persediaan.
Penetapan harga dan kompilasi persediaan.
a. Pembelian dan pencatatan bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead
12
manufaktur beroperasi secara efEktif dan bahwa transaksi pembelian telah ditetapkan
dengan benar. Apabila tenaga kerja langsung merupakan bagian yang signifikan dari
persediaan barang yang diproduksi, auditor harus memeriksa ketetapan akuntansi untuk
biaya-biaya yang tercakup dalam siklus pengajian dan personalia.
Klien mencatat aktivitas dalam catatan akuntansi biaya yang independen terhadap
siklus lain dan diuji sebgai bagian dari audit atas siklus persediaan dan penggudangan.
Biaya perolehan yang digunakan untuk menilai persediaan harus diuji untuk
menentukan apakah klien telah menerapkan metoda persediaan yang sesuai dengan
standar akuntansi dan kinsistn dengan tahun sebelumnya. Prosedur audit yang
digunakan untuk memeriksa biaya perolehan ini disebut pengujian harga. Selain itu,
auditor juga harus melakukan, pengujian kompilasi persediaan yaitu pengujian yang
dilakukan untuk memeriksa apakah perhitungan fisik tekah diikhtisarkan dengan benar,
jumlah dan harga telah dikalikan dengan benar, dan hasil perkalian tersebut telah
dijumlahkan vertical untuk kemudian dicocokkan dengan saldo di buku besar.
13
4. Pengauditan akuntansi biaya
Pembahasan tentang pengauditan akuntansi biaya akan kita mulai dengan transfer
internal, mulai dari bahan baku ke barang dalam proses dan kemudian ke persediaan barang
jadi.
Sistem dan pengendalian akuntansi niaya berbeda-beda antar perusahaan yang satu
dengan perusahaan lainnya. Perbedaan ini sangat bervariasi dan lebih banyak disbanding
dengan bidang audit kainnya karena keanekaragaman unsur persediaan dan tingkat
kecanggihan yang diinginkan manajemen.
Pengendalian fisik atas persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang
jadi.
Pengendalian atas biaya yang bersangkutan.
Hampir semua perusahaan memerlukan pengawasan fisik atas asset-asetnya untuk
mencegah terjadinya kerugian akibat penyalahgunaan dan pencurian. Untuk melindungi
asset, kebanyakan perusahaan memisahkan secara fisik dan membatasi akses ke area
penyimpanan barang (gudang) bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi untuk
mengawasi pergerakan persediaan.
Master file persediaan perpentual diselenggarakan oleh orang yang tidak bertugas
menyimpan asset atau tidak memiliki akses ke asset adalah pengendalian akuntansi
biaya untuk mencapai tujuan-tujuan berikut:
14
Menyediakan catatan yang dapat menunjukkan penanggungjawabannya apabila
terjadi selisih antara hasil perhitungan fisik dengan jumlah yang tercantum
dalam catatan perpentual.
Selain itu, pengendalian internal yang memadai yang mengintegrasikan catatan
produksi dan akuntasi untuk menyediakan data biaya yang akurat untuk semua produk
sangat penting untuk membantu manajemen dalam menetapkan harga barang jadi,
mengendalikan biaya, dan menetapkan harga pokok persediaan.
Konsep pengauditan akuntansi biaya persediaan tidak berbeda dengan apa yang
telah kita bahas untuk siklus-siklus transaksi lainnya, yaitu: memahami pengendalian
internal dalam sistem akuntansi biaya, menilai risiko pengendalian direncanakan,
menentukan luasnya pengujian pengendalian, dan merancang pengujian pengendalian
dan pengujian subtantif golongan transaksi untuk memenuhi tujuan audit transaksi.
Auditor biasanya menekankan pada empat aspek akuntansi biaya sebagai berikut:
c. Pengendalian Fisik
Pengujian atas pengendalian fisik bahan baku,barang dalam proses, dan barang jadi
yang dilakukan auditor biasanya dibatasi pada observasi dan meminta keterangan.
Auditor dapat memeriksa area gudang bahan baku untuk menentukan apakah persediaan
dilindungi dari kemungkinan pencurian dan penyalahgunaan dengan menggunakan
gudang berkunci atau alat pengaman lainnya, termasuk ada tidaknya penanggungjawab
penyimpangan dalam gudang. Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengendalian fisik
sangat tidak memadai sehingga persediaan akan menjadi sulit untuk dihitung dengan
tepat, maka auditor harus memperluas observasi atas pengujian perhitungan fisik
persediaan untuk memastikan bahwa penghitungan yang memadai telah dilakukan.
15
d. Dokumentasi dan Catatan untuk Perpindahan Persediaan
Pada kebanyakan perusahaan, dokumen tradisional yang ada hanya dalam bentuk
elektronik dan sistem pengendalian perpentual diintegrasikan dengan siklus akuntansi
lain. Sebagai akibatnya,auditor bisa menguji pengendalian computer untuk mendukung
pengurangan dalam risiko pengendalian, yang selanjutnya akan mengurangi pengujian
subtansifdan berdampak pada efisiensi audit.
16
terhadap transaksi pembelian,penggajian,dan penjualan. Auditor biasanya menguji
catatan akuntansi biaya sebagai bagian dari pengujian atas pembelian, penggajian, dan
penjualan untuk menghindari pengujia catatan lebih dari sekali dan untuk meningkatkan
efisiensi audit. Ketika menguji trnsaksi pembelian, auditor harus menelusur jumlah unit
dan biaya perolehan bahan baku per unit ke catatan penambahan dalam master file
persediaan perpentual dan total biaya ke akuntansi biaya. Demikian pula, ketika klien
menyelenggarakan data biaya tenaga kerja untuk pesanan yang berbeda,auditor harus
menelusur dari ikhtisar biaya tenaga kerja langsung ke catatan biaya per pesanan pada
saat auditor mengaudit penggajian.
17
Kelompok transaksi yang
Akun Persediaan Memperbesar Akun Memperkecil Akun
Persediaan barang dagang Pembelian Penjualan
Bahan baku Pembelian Transaksi pabrikasi yang
mentransfer biaya bahan ke
produksi
Barang dalam proses Transaksi pabrikasi yang Transaksi pabrikasi yang
mentransfer biaya bahan, mentransfer biaya dari akun ini
tenaga kerja, dan overhead ke akun barang dalam proses
dalam proses lainnya atau barang jadi lainnya
Barang jadi Transaksi pabrikasi yang Penjualan
mentransfer biaya produksi
yang sudah selesai ke
barang jadi.
Karena gabungan biaya antara penilaian resiko inheren dan pengendalian seringkali
paling tinggi untuk asersi keberadaan atau kejadian dan penilaian atau alokasi atas
persediaan, maka tingkat resiko deteksi keseluruhan yang dapat diterima mungkin harus
diperkecil untuk asersi ini dibandingkan untuk asersi lainnya. Hal tersebut akan
menpengaruhi keputusan mengenai perancangan pengujian substantif dan bauran prosedur
analitis serta pengujian rincian.
Dalam pengujian substantif, bukti yang diperoleh dari beberapa pengujian yang dapat
diterapkan pada persediaan barang dagang dan pada persediaan barang jadi yang telah
diproduksi juga berkaitan dengan tujuan untuk akun harga pokok penjualan yang
bersesuaian. Pengujian yang dapat diterapkan pada tujaun audit spesifik yang berkaitan
dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan serta penilaian atau alokasi.
3. Prosedur awal
Prosedur awal yang perlu diperhatikan adalah pemahaman mengenai bisnis dan industri
suatu entitas untuk menetapkan konteks untuk mengevaluasi prosedur analitis dan
pengujian rincian. Bila klien merupakan pabrikan, maka pentik untuk memahami bauran
suatu biaya tetap dan biaya variabel. Bila klien merupakan pengecer, maka penting untuk
memahami pentingnya sumber pasokan produk serta peran klien dalam mata rantai
18
distribusi. Selain itu auditor perlu menelusuri saldo persediaan awal, menentukan skedul
persediaan perpentual dan lain-lain.
4. Prosedur analitis
Sebagian atau semua jenis pengujian dapat dilakukan sebagai bagian dari
pengujian yang bertujuan ganda selama melaksanakan pekerjaan interim.
Vouching ayat jurnal yang memperbesar saldo persediaan akan memberikan
bukti tentang keberadaan dan penilaian persediaan barang. Vouching ayat jurnal
yang memperkecil saldo persediaan untuk menentukan ketepatan penurunan
persediaan akan memberikan bukti lebih lanjut mengenai asersi penilaian dan
menunjukan masalah asersi kelengkapan jika tidak terdapat bukti yang
mendukung.
Penelusuran dokumentasi pembelian dan faktor biaya yang ditambahkan ke
produksi ke ayat jurnal persediaan akan memberikan bukti mengenai
kelengkapan dan penilaian persediaan. Sedangkan penelusuran dokumentasi
yang mengecilkan saldo digunakan untuk menentukan bahwa ayat jurnal sudah
dicatat pada jumlah yang tepat dan memberikan bukti yang lebih jauh mengenai
asersi keberadaan dan penilaian persediaan.
Vouching dan penelusuran juga memberikan bukti mengenaii asersi hak dan
kewajiban persediaan.
19
g. Pengujian pisah batas transaksi pembelian, pabrikasi, dan penjualan
Tujuan dari pengujian dari pisah batas pembelian serta penjualan adalah mengenai
hubungannya dengan audit atas saldo piutang usaha dan utang usaha untuk memastikan
bahwa transaksi yang terjadi menjelang akhir tahun tercatat dalam periode akuntansi
yang tepat. Auditor harus memasitikan melalui inspeksi dokumen dan observasi fisik
atas perhitungan persediaan yang telah dikoordinasikan. Bukti yang diperoleh dari
pengujian pisah batas ini berhubungan dengan asersi keberadaan maupun kelengkapan
saldo persediaan.
Prosedur ini diwajibkan apabila persediaan merupakan hal yang material dalam
laporan keuangan perusahaan. Pertimbangan audit utama yang dapat diterapkan pada
prosedur yang diwajibkan ini adalah:
Pengujian ini dilakukan setelah perhitungan fisik dilakukan. Pengujian klerikal atas
akurasi meliputi menghitungan kembali total yang tampak dalam daftar persediaan dan
memverifikasi akurasi perkalian kuantitas dengan harga per unit atas dasar pengujian.
Kemudian auditor perlu menelusuri pengujian perhitungan yang telah dilakukan ke
daftar persediaan, dan memvouching barang daftar ke label persediaan dan lembar
perhitungan yang digunakan dalam penghitungan persediaan fisik. Kemudian
perhitungan persediaan fisik tersebut dibandingkan atas dasar pengujian per catatan
perpentual dan bila memungkinkan mencatat dan menyelidiki setiap selisih dan
20
ditelusuri ke ayat jurnal penyesuaian persediaan. Pengujian ini memberikan bukti
mengenai keberadaan atau keterjadian, kelengkapan dan penilaian atau alokasi.
Pengujian ini mencakup pemeriksaan atas dokumentasi yang mendukung baik untuk
harga pokok maupun nilai pasar persediaan. Pengujian ini berfokus pada asersi penilaian
atau alokasi. Pengujian ini juga menyangkut penentuan bahwa prosedur penetapan
harga yang digunakan konsisten dengan yang digunakan tahun sebelumnya.
Bila klien memiliki persediaan yang disimpan diluar gudang umum atau
menggunakan jasa penyimpanan, maka auditor harus memperoleh bukti mengenai
keberadaan barang tersebut. Jenis bukti akan dianggap memadai kecuali bila jumlah
yang dilibatkan merupakan proporsi yang signifikan dari aktiva lancar atau total aktiva.
Selain itu, pengujian ini juga memberikan bukti mengenai asersi hak dan kewajiaban
serta asersi kelengkapan jika pihak penyimpan mengkonfirmasikan lebih banyak barang
ditangan daripada yang dinyatakan dalam permintaan konfirmasi.
Barang yang dimiliki oleh klien mungkin dapat berupa barang konsinyasi, sehingga
manajemen perlu memisahkan barang milik perusahaan sendiri dengan barang yang
dititipkan. Auditor perluk meminta asersi tertulis mengenai kepemilikan persediaan
dalam bsurat representatif klien. Auditor kemudian harus mengajukan pertanyaan atas
barang-barang konsinyasi tersebut, seperti syarat dan perjanjian konsinyasi. Bukti yang
diperoleh dari pengujian ini berkaitan dengan asersi hak dan kewajiabn. Untuk barang
yang disimpan sebagai konsinyasi juga harus disertai bukti mengenai asersi penyajian
dan pengungkapan.
Audit atas estimasi akuntasi sangat menantang karena bersifat prospektif. Auditor harus
menentukan apakah terpat untuk menurunkan nilai persediaan dibawah harga pokok karena
persediaan tersebut leah usang atau lambat gerak, dan apakah situasi yang ada menyebabkan
klien menjual persediaan tersebut pada harga yang membuat klien rugi. Auditor hanya
diharapkan untuk menentukan apakah persediaan sudah berada dalam kondisi yang siap
dijual, digunakan atau dikonsumsi dan apakah ada barang yang usang, lambat bergerak,
21
atau rusak. Auditor dapat memperoleh bukti mengenai kondisi umum atau keusangan
dengan cara:
Manajemen persediaan merupakan proses inti yang harus dikelola dengan baik oleh
setiap perusahaan pabrikasi, pedagang grosir, serta pengecer agar dapat mencapai tujuan
profitabilitas dan arus kas. Pada saat mengevaluasi masalah-masalah seperti nilai realisasi
bersih persediaan, auditor harus memperhitungkan resiko bisnis klien, resiko adanya produk
pengganti atau perebutan pangsa pasar oleh pesaing, serta harus berbagi pengetahuan dan
pemahaman tentang hal ini dengan klien.
Prosedur analitis yang ditempuh oleh auditor akan membahas efektivitas proses
manajemen persediaan. Biasanya auditor akan mengevaluasi perputaran persediaan suatu
usaha entitas.
22
D. LATIHAN
Pertanyaan:
1. Jelaskan sifat siklus produksi !
2. Sebutkan secara singkat tujuan audit untuk siklus produksi !
3. Sebutkan dokumen-dokumen apa saja yang digunakan dalam menangani audit siklus
produksi !
Jawaban:
1. Siklus Produksi berhubungan dengan konversi bahan baku menjadi barang jadi. Siklus
ini meliputi perencanaan serta pengendalian produksi dari jenis-jenis dan kuantitas
barang yang akan diproduksi, tingkat persediaan yang akan dipertahankan, serta
transaksi dan peristiwa yang berkaitan dengan proses pabrikasi.
2. Tujuan khusus audit terhadap siklus produksi adalah untuk memperoleh keyakinan
terhadap penyajian informasi persediaan produkjadi yang dimiliki perusahaan dan
berapakah kos produk terjual (cost of goods sold)
3. dokumen yang diperlukan dalam penangan siklus produksi yang antara lain:
a. Production order (perintah produksi)
b. Material requarement report (laporan penggunaan bahan)
c. Materials issue slip (kartu pengeluaran bahan),
d. Time ticket (kartu catatan waktu kerja),
e. Move ticket (kartu pemindahan barang),
f. Daily production activity report (laporan aktivitas produksi harian),
g. Completed production report (laporan produksi yang diselesaikan),
h. Inventory subsidiary ledgers (buku pembantu persediaan).
23
E. RANGKUMAN
Audit atas persediaan adalah bagian yang paling kompleks dan menghabiskan waktu
dalam audit, karena hal-hal berikut:
Persediaan adalah bagian utama dalam neraca, dan seringkali merupakanakun
terbesar dalam melibatkan modal kerja. Persediaan terbesar di beberapa lokasi yang
menyulitkan perhitungan dan pengendalian fisik. Perusahaan menempatkan persediaanya
sedemikian rupa untuk efisiensi produksi dan penjualan, tetapi penyebaran ini sering
menimbulkan kesulitan auditor yang besar. Bermacam ragam persediaan juga menyulitkan
auditor. Barang-barang seperti perhiasan, bahan kimia, suku cadang elektronik sering
menyulitkan pengamatan penilaian.Penilaian persediaan juga dipersulit faktor
keusangandaj perlunya mengalokasikan biaya manufaktur ke persediaan. Ada beberapa
metode penilaian persediaan yang dapta diterima, tapi klien harus memakai metode
tersebut secara konsisten dari tahun ke tahun terlebih lagi sering perusahaan menggunakan
metode penilaian persediaan yang berada untuk jenis persediaan yang berbeda.
24
F. DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C.., Raymond N. Johnson & Walter G. Kell. (2003). Modern Auditing,
Jakarta: Erlangga.
Jusup, Al. Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA): Edisi II. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.
https://id.scribd.com/document/324647980/Pengauditan-Siklus-Persediaan-Dan-
Penggudangan-Autosaved# (online) diakses pada 23 februari 2017
25