Anda di halaman 1dari 25

MODUL PENGAUDITAN 2

AUDIT SIKLUS PRODUKSI

AHSANUL HAQ JALIL


(A31114319)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN

1
A. TINJAUAN MATA KULIAH
Nama Mata Kuliah : Pengauditan 2
Jurusan : Akuntansi
Semester : IV
Kode : 302A333
Jumlah SKS :3

1. Deskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah pengauditan 2 adalah lanjutan dari mata kuliah pengauditan 1 yang
membahas tentang lanjutan pemeriksaan akuntansi (auditing) yang telah dibahas
sebelumnya di pengauditan 1. Materi yang dibahas pada mata kuliah ini secara garis
besar terdiri dari dua bagian yaitu: (1)Audit atas siklus transaksi dan (2)penyelesaian
audit, pelaporan, dan jasa lainnya.
Bagian pertama, audit atas siklus transaksi membahas tentang audit siklus
pendapatan: pengujian pengendalian dan pengujian subtantif, audit siklus pengeluaran:
pengujian pengendalian dan pengujian subtantif, audit siklus produksi, audit siklus
persedian dan pergudangan, audit siklus penggajian dan personalian, audit siklus
investasi, audit siklus pembiyaan, serta audit saldo kas yang akan dibahas pada
pertemuan 2 sampai dengan pertemuan 11.
Bagian kedua, penyelesaian audit, pelaporan, dan jasa lainnya membahas
tentang penyelesaian audit dan tanggungjawab pasca audit, penyusunan laporan audit
atas laporan keuangan yang telah diaudit, jasa-jasa lain akunttan dan pelapornya, serta
BAPEPAM dan akuntan public yang akan dibahas pada pertemuan 12 sampai dengan
15.
2. Manfaat Mata Kuliah
Manfaat yang akan diperoleh setelah mempelajari mata kuliah ini adalah
mahasiswa dapat memahami tentang audit atas siklus transaksi dan penyelesaian audit,
pelaporan, dan jasa lainnya.
3. Sasaran Belajar
Mahasiswa mampu memahami setiap materi pembelajaran yang telah disusun
dalam GBRP (Garis Besar Rencana Pembelajaran).

2
4. Urutan Penyajian
Setiap materi disajikan setiap pekan sesuai GBRP dengan urutan sebagai berikut:
1. Audit siklus pendapatan: pengujian pengendalian
2. Audit siklus pendapatan: pengujian subtantif
3. Audit siklus pengeluaran: pengujian pengendalian
4. Audit siklus pengeluaran: pengujian subtantif,
5. Audit siklus produksi,
6. Audit siklus persedian dan pergudangan
7. Audit siklus penggajian dan personalian
8. Audit siklus investasi
9. Audit siklus pembiyaan
10. Audit saldo
11. Penyelesaian audit dan tanggungjawab pasca audit
12. Penyusunan laporan audit atas laporan keuangan yang telah diaudit
13. Jasa-jasa lain akuntan dan pelapornya
14. BAPEPAM dan akuntan publik
5. Petunjuk Belajar bagi Mahasiswa dalam memepelajari modul
Bentuk pembelajaran:
Collaborative Learning (CL)
Diskusi kelompok
Kuliah
Indikator Penilaian:
Mampu melaksanakan dan menerapkan proses pengauditan berdasarkan siklus
akuntansi perusahaan
Mampu melasanakan dan mamahami pengauditan berbasis resiko (ISA)
Mampu menilai, mendeteksi dan merespon resiko kecurangan yang terjadi
Serta mampu menggunakan pengetahuan akuntansi dan komputerisasi dalam
melaksanakan audit.
Mahasiswa juga diharapkan untuk membaca dan mencari referensi materi yang
berkaitan dengan materi bahasan dengan tujuan untuk memperkaya wawasan.

3
B. PENDAHULUAN
Materi Pembelajaran: Audit siklus pendapatan: pengujian pengendalian

1. Sasaran pembelajaran:
Mampu memahami sifat siklus produksi
Mampu memahami aktivitas pengenddalian transaksi pabrikan
Mampu memahami pengujian subtansi atas saldo persediaan
2. Ruang lingkup bahan modul:

Modul ini disusun berdasarkan Garis Besar Rencana Pembelajaran (GBRP) mata
kuliah Pengauditan II. Penyusunan modul ini merujuk pada berbagai referensi yang
relevan. Hadirnya modul ini diharapkan mampu menambah pengetahuan terkait dengan
pengauditan pada siklus pengeluaran khususnya pada pengujian pengendalian.

3. Manfaat mempelajari modul


Manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari modul adalah mahasiswa
memiliki pedoman dalam proses pembelajaran agar lebih terarah dalam kaitannya
untuk:
Mampu menjelaskan sifat siklus produksi
Mampu menjelaskan ativitas pengenddalian transaksi pabrikan
Mampu menjelaskan pengujian subtansi atas saldo persediaan
4. Urutan pembahasan :
1. sifat siklus produksi
2. aktivitas pengenddalian transaksi pabrikan
3. pengujian subtansi atas saldo persediaan

4
C. MATERI PEMBELAJARAN

AUDIT SIKLUS PRODUKSI

A. MERENCANAKAN AUDIT ATAS SIKLUS PRODUKSI

Siklus Produksi berhubungan dengan konversi bahan baku menjadi barang jadi. Siklus ini
meliputi perencanaan serta pengendalian produksi dari jenis-jenis dan kuantitas barang yang
akan diproduksi, tingkat persediaan yang akan dipertahankan, serta transaksi dan peristiwa yang
berkaitan dengan proses pabrikasi. Transaksi yang terjadi dalam siklus ini mulai dari saat bahan
baku diminta untuk produksi, dan berakhir pada saat barang yang diproduksi ditransfer ke
barang jadi. Transaksi yang terjadi dalam siklus ini disebut sebagai transaksi pabrikasi.

Siklus produksi saling berkaitan dengan 3 siklus lain, yaitu siklus pengeluaran dalam
pembelian bahan baku dan pembayaran berbagai biaya overhead, siklus jasa personalia dalam
pembayaran biaya tenaga kerja pabrik, dan yang terakhir siklus pendapatan dalam penjualan
yang terjadi.

1. Tujuan Audit

Tujuan khusus audit terhadap siklus produksi adalah untuk memperoleh keyakinan
terhadap penyajian informasi persediaan produkjadi yang dimiliki perusahaan dan
berapakah kos produk terjual (cost of goods sold). Tujuan ini antara lain:

a. Kos produk terjual mencerminkan kos poroduk yang telah dikirimkan kepada
pembeli dalam periode yang diaudit.

b. Kos produk terjual mempertimbangkan pengaruh dari semua transaksi penjualan


dalam periode ini

c. Kos produk terjual menggunakan basis metode aliran kos yang dapat diterima serta
diterapkan dengan konsisten.

d. Kos produk terjual diklasifikasi dengan layak dalam statemen penghasilan, dan
penggunaan metode aliran kos telah diungkapkan.

5
2. Menggunakan pemahaman tentang bisnis dan industri untuk mengembangkan
strategi audit

Kategori Tujuan Audit atas Kelompok


Tujuan Audit atas Saldo Akun
Asersi Transaksi

Keberadaan Transaksi pabrikasi yang dicatat Persediaan yang tercetak dalam neraca
atau menyajikan bahan, tenaga kerja, secara fisik ada.
Keterjadian dan overhead yang ditransfer ke
Harga pokok penjualan menunjukkan
produksi serta pemindahan
harga pokok barang yang dijual selama
produksi yang sudah selesai ke
periode berjalan.
barang jadi selama periode berjalan

Kelengkapan Semua transaksi pabrikasi yang Persediaan mencakup semua bahan,


terjadi selama periode berjalan produk, dan perlengkapan yang ada di
sudah dicatat. tangan pada tanggal neraca.

Harga pokok penjualan mencakup


dampak semua transaksi penjualan
selama periode berjalan.

Hak dan Entitas memegang hak atas Entitas pelapor memegang hak milik
Kewajiban persediaan yang berasal dari atas persediaan pada tanggal neraca.
transaksi pabrikasi yang dicatat.

Penilaian atau Transaksi pabrikasi telah dijurnal, Persediaan telah dinyatakan dengan
alokasi diikhtisarkan, dan dibukukan atau tepat pada harga yang terendah antara
diposting dengan benar. harga pokok dan harga pasar.

Harga pokok penjualan didasarkan


pada penerapan metode arus biaya
yang berlaku secara konsisten.

Penyajian dan Rincian transaksi pabrikasi Persediaan dan harga pokok penjualan
Pengungkapan mendukung penyajiannya dalam telah diidentifikasi dan diklasifikasikan
laporan keuangan termasuk secara tepat dalam laporan keuangan.
klasifikasi dan pengungkapannya
Pengungkapan yang berhubungan
dengan dasar penilaian dan

6
pengagunan atau penjaminan
persediaan sudah memadai.

3. Materialitas, Resiko Inheren, dan Prosedur Analitis

Materialitas

Pertimbangan utama dalam mengevaluasi alokasi materialitas adalah penentuan


besarnya salah saji yang akan mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang
berakal sehat. Pertimbangan sekunder adalah hubungannya dengan biaya untuk mendeteksi
kesalahan.

Resiko Inheren

Resiko Inheren dari terjadinya salah saji dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh
transaksi persediaan pada jaringan hotel atau distrik sekolah relatif rendah karena
persediaan bukan merupakan bagian yang material dari proses inti entitas itu. Untuk
pabrikan, pedagan grosir / pedagang eceran, persediaan dapat dinilai sebesar atau mendekati
maksimum karena alasan-alasan berikut :

Volume transaksi pembelian, pabrikasi, dan penjualan yang mempengaruhi akun-akun


ini biasanya tinggi, sehingga meningkatkan peluang terjadinya salah saji.
Seringkali terjadi masalah yang diperdebatkan seputar identifikasi, pengukuran, dan
alokasi biaya-biaya yang dapat dimasukkan dalam persediaan, untuk bahan sisa dari
proses produksi, dan masalah akuntansi biaya lainnya.
Sangat beragamnya jenis persediaan kadang-kadang mengharuskan digunakannya
prosedur khusus untuk menentukan kuantitas persediaan
Persediaan seringkali disimpan di lokasi, sehingga menambah kesulitan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pengendalian fisik terhadap pencurian dan
kerusakan, serta akuntansi yang tepat untuk barang dalam perjalanan di antara lokasi-
lokasi itu.
Sangat beragamnya jenis persediaan mungkin saja menimbulkan masalah khusus dalam
menentukan kualitas dan nilai pasarnya.
Persediaan sangat rentan terhadap pembusukan, keusangan, dan faktor-faktor lain.
Persediaan mungkin dijual dengan perjanjian retur atau pembelian kembali.

7
Prosedur Analitis

Prosedur Analitis adalah prosedur yang murah dari segi biaya dan dapat membuat
auditor waspada terhadap potensi terjadinya salah saji.

Tabel Prosedur Analitis Siklus Persediaan dan Penggudangan

Prosedur Analitis Kemungkinan Kesalahan Penyajian


Membandingkan persentase laba Lebih saji atau kurang saji persediaan dan
kotor dengan tahun lalu. harga pokok penjualan.
Membandingkan kecepatan Keusangan persediaan yang mempengaruhi
perputaran persediaan dengan tahun persediaan dan harga pokok penjualan.
lalu. Lebih saji atau kurang saji persediaan.
Membandingkan harga pokok per Lebih saji atau kurang saji harga pokok per
unit dengan tahun lalu. unit yang mem[engaruhi persediaan dan
harga pokok penjualan.
Membandingkan biaya produksi Kesalahan penyajian harga pokok per unit
tahun ini dengan tahun lalu. persediaan, terutama biaya tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik, yang
mempengaruhi persediaan dan harga pokok
penjualan.
Pertimbangan Komponen Pengendalian Internal

Pemantauan pengendalian oleh manajemen dalam siklus produksi meliputi umpan balik
dari pelanggan tentang kualitas produk dan ketepatan waktu pengiriman, serta penggunaan
auditor internal untuk menilai efektivitas pengendalian biaya, akurasi data biaya, dan
pengendalian fisik atas persediaan.

B. AKTIVITAS PENGENDALIAN TRANSAKSI PABRIKASI

1. Dokumen dan catatan umum

Berikut disajikan daftar dokumen yang diperlukan dalam penangan siklus produksi
yang antara lain:

a. Production order (perintah produksi), yaitu perintah produksi yang menunjukkan


berapa banyak suatu produk harus diproduksi, serta spesifikasi produk yang dibuat.

8
Perintah produksi dapat berupa job order method, maupun perintah berkelanjutan
(continuous) dan dikeluarkan oleh Kepala Bagian Produksi (atau pejabat di atasnya).
b. Material requarement report (laporan penggunaan bahan), adalah dokumen yang
berisi daftar permintaan bahan baku atau bahan lainnya yang akan digunakan untuk
suatu proses produksi.
c. Materials issue slip (kartu pengeluaran bahan), merupakan perintah tertulis yang
dikeluarkan oleh bagian produksi (atau oleh PPC) persetujuan mengeluarkan
barang- barang yang dibutuhkan dalam berproduksi.
d. Time ticket (kartu catatan waktu kerja), adalah kartu yang digunakan untuk mencatat
aktivitas seorang karyawan di tempat kerjanya masing-masing.
e. Move ticket (kartu pemindahan barang), adalah memo yang dibuat untuk
memindahkan produk yang masih dalam proses dari departemen yang satu ke
departemen berikutnya.
f. Daily production activity report (laporan aktivitas produksi harian), adalah Iaporan
harian yang dibuat untuk melaporkan berapa produk yang dibuat dalam sati hari
kerja. Laporan ini dibuat olek kepala bagian produksi atau para supervisor produksi.
g. Completed production report (laporan produksi yang diselesaikan), adalah laporan
yang berisi penegasan bahwa proses produksi yang diperintahkan oleh dokumen
perintah produksi telah dilaksanakan.
h. Inventory subsidiary ledgers (buku pembantu persediaan), adalah catatan yang
dimiliki oleh bagian akuntansi mengenai berbagai macam persediaan barang-
barang yang dimiliki perusahaan.
2. Fungsi-fungsi pabrikasi
a. Memulai produksi :
Merencanakan dan mengendalikan produksi

Beberapa pengendalian yang harus diperhatikan dalam fungsi ini adalah:

Departemen perencanaan dan pengendalian produksi yang melakukan


otorisasi berdasarkan pesanan yang diterima dari pelanggan atau analisis
peramalan penjualan serta kebutuhan persediaan.
Otorisasi didokumentasi dengan menerbitkan perintah produksi dengan
nomor urut.
Pertanggungjawaban atas seluruh perintah produksi yang dikeluarkan dan
pencatatan akhir mengenai biaya pabrikasi.

9
Bila melakukan pemesanan pada pemasok, salinan laporan kebutuhan bahan
perlu diberikan kepada bagian pembelian.
Penelaahan atas laporan produksi harian dan laporan produksi yang telah
selesai untuk memantau penggunaan bahan, tenaga kerja dan kemajuan
perintah produksi sampai barang diselesaikan dan menjadi barang jadi.
Mengeluarkan bahan baku

Beberapa pengendalian yang harus diperhatikan dalam fungsi ini adalah:

Bagian gudang akan menyerahkan bahan baku kepada bagian produksi


setelah menerima slip pengeluaran bahan baku (slip menunjukkan kuantitas
dan jenis bahan yang diminta serta nomor perintah produksi yang harus
dibebani).
Slip harus ditanda tangani oleh pekerja produksi yang berwenang.
Mencocokan slip pengeluaran bahan dengan perintah produksi dan
pencatatan akhir mengenai biaya pabrikasi.
Menyiapkan ikthisar harian mengenai penggunaan bahan yang dijadikan
sebagai salah satuh komponen laporan aktivitas produksi harian yang
digunakan dalam perencanaan dan pengendalian produksi.
b. Memindahkan barang
Memroses barang dalam produksi

Beberapa pengendalian yang harus diperhatikan dalam fungsi ini adalah:

Tenaga kerja yang digunakan dicatat dengan time ticket. Dilakukan dengan
mengharuskan karyawan memasukan tanda pengenal pada terminal
komputer dan mengetikan nomor perintah produksi setiapkan memulai atau
berhenti mengerjakan suatu pesanan. Sehingga akan dibuat ikhtisar atas
penggunaan tenaga kerja dari catatan waktu sebagai komponen laporan
aktivitas produksi harian.
Bila pekerjaan atas suatu perintah produksi telah selesai dan telah diinspeksi,
maka pemindahan barang ke departemen lainnya perlu diotorisasi dengan
sebuah moving ticket yang harus ditandatangani oleh departemen penerima
barang tersebut.
Time Ticket dan Move ticket perlu dicocokan dengan pencatatan akhir
mengenai biaya pabrikasi.

10
Memindahkan pekerjaan yang sudah selesai ke barang jadi

Beberapa pengendalian yang harus diperhatikan dalam fungsi ini adalah:

Menyusunan sebuah laporan produksi bila pembuatan pesanan sudah selai


dan barangnya telah lulus inspeksi.
Barang yang telah jadi dikirim ke gudang dan yang menerima tanggung
jawab atas barang itu dengan menandatangani move ticket akhir.
Melindungi persediaan

Beberapa pengendalian yang harus diperhatikan dalam fungsi ini adalah:

Mengunci dan membatasi akses yang terbatas pada orang-orang yang telah
diberi otorisasi.
Perlindungan atas barang dalam proses dengan cara mengawasi daerah
produksi oleh penyelia dan petugas keamanan pabrik, pemberian label pada
barang, dan menggunakan move ticket yang bernomor urut untuk
mengendalikan perpindahan barang dalam proses.
c. Mencatat transaksi pabrikasi dan persediaan
Menentukan dan mencatat biaya-biaya pabrikasi

Untuk menentukan biaya-biaya pabrikasi harus memperhatikan:

Membebankan bahan langsung dan tenaga kerja langsung ke dalam barang


dalam proses.
Mengenakan overhead pabrikasi ke barang dalam proses.
Memindahkan biaya diantara departemen produksi (menurut sistem biaya
proses)
Memindahkan biaya produksi yang sudah selesai ke barang jadi.
Pengendalian yang dapat dilakukan dalam fungsi ini adalah:
Mengklasifikasikan dan memantau biaya untuk memastikan biaya telah
dicatat secara tepat.
Pengecekan independen atas kesesuaian ayat jurnal untuk pengalokasian
biaya pabrikasi ke barang dalam proses dengan data mengenai penggunaan
bahan dan tenaga kerja dalam laporan aktivitas produksi harian.
Pengecekan independen atas kesesuaian ayat jurnal untuk transfer barang
dalam proses ke barang jadi dengan data yang ada dalam laporan produksi

11
yang sudah selesai.
Menjaga kebenaran saldo-saldo persediaan

Beberapa pengendalian yang harus diperhatikan dalam fungsi ini adalah:

Perhitungan independen secara periodik atas persediaan yang ada di tangan


dan pembandingan dengan kuantitas yang tercatat menurut persediaan
perpentual.
Pengecekan independen secara periodik atas kesesuaian jumlah uang yang
tercatat dalam file induk persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi dengan masing-masing akun pengendali buku besar umum.
Inspeksi periodik atas kondisi persediaan dengan penelaahan manajemen
atas laporan aktivitas persediaan, penyesuaian utnuk menurunkan nilai
tercatat persediaan ke nilai pasar yang harus dilakukan bila perlu.
3. Bagian-bagian dalam pengauditan persediaan

Tujuan keseluruhan pengauditan siklus persediaan dan penggudangan adalah untuk


memberikan asurans bahwa laporan keuangan menyajikan bahan baku, barang dalam
proses, dan persediaan barang jadi secara wajar.

Audit atas siklus persediaan dan penggudangan dapat dibagi menjadi lima aktivitas
dalam siklus sebagai berikut:

Pembelian dan pencatatan bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead.
Transfer asset dan biaya internal.
Pengiriman barang dan pencatatan pendapatan dan biaya.
Observasi perhitungan fisik persediaan.
Penetapan harga dan kompilasi persediaan.

a. Pembelian dan pencatatan bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead

Auditor harus memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal ketiga fungsi


ini dan kemudian melakukan pengujian pengendalian serta pengujian subtantif
golongan transaksi pada kedua siklus yaitu siklus pembelian dan pembayaran, serta
siklus penggajian dan personalia. Pengujian-pengujian tersebut harus memuaskan
auditor bahwa pengendalian yang berkaitan dengan pembelian bahan baku dan biaya

12
manufaktur beroperasi secara efEktif dan bahwa transaksi pembelian telah ditetapkan
dengan benar. Apabila tenaga kerja langsung merupakan bagian yang signifikan dari
persediaan barang yang diproduksi, auditor harus memeriksa ketetapan akuntansi untuk
biaya-biaya yang tercakup dalam siklus pengajian dan personalia.

b. Transfer aset dan biaya internal

Klien mencatat aktivitas dalam catatan akuntansi biaya yang independen terhadap
siklus lain dan diuji sebgai bagian dari audit atas siklus persediaan dan penggudangan.

c. Pengiriman barang dan pencatatan pendapatan dan biaya

Pencatatan pengiriman barang dan biaya yang bersangkutan merupakan fungsi


terakhir. Karena ini merupakan bagian dari siklus penjualan dan pengumpulan
piutang,auditor memperoleh pemahaman dan menguji pengendalian internal atas
pencatatan pengiriman sebagai bagian dari pengauditan atas siklus tersebut, termasuk
prosedur-prosedur untuk memeriksa ketelitian pengkreditan atas catatan persediaan
dalam master file persediaan.

d. Observasi perhitungan fisik persediaan

Auditor harus mengobservasi (mengamati) perhitungan fisik persediaan yang


dilakukan klien untuk memastikan bahwa persediaan terbukukan sungguh-sungguh ada
pada tanggal neraca dan telah dihitung dengan benar oleh klien. Pemeriksaan fisik
merupakan jenis bukti penting yang digunakan untuk memeriksa keberadaan dan
penghitungan persediaan, lebih-lebih jika persediaan material terhadap laporan
keuangan.

e. Penetapan harga dan kompilasi persediaan

Biaya perolehan yang digunakan untuk menilai persediaan harus diuji untuk
menentukan apakah klien telah menerapkan metoda persediaan yang sesuai dengan
standar akuntansi dan kinsistn dengan tahun sebelumnya. Prosedur audit yang
digunakan untuk memeriksa biaya perolehan ini disebut pengujian harga. Selain itu,
auditor juga harus melakukan, pengujian kompilasi persediaan yaitu pengujian yang
dilakukan untuk memeriksa apakah perhitungan fisik tekah diikhtisarkan dengan benar,
jumlah dan harga telah dikalikan dengan benar, dan hasil perkalian tersebut telah
dijumlahkan vertical untuk kemudian dicocokkan dengan saldo di buku besar.

13
4. Pengauditan akuntansi biaya

Pembahasan tentang pengauditan akuntansi biaya akan kita mulai dengan transfer
internal, mulai dari bahan baku ke barang dalam proses dan kemudian ke persediaan barang
jadi.

Sistem dan pengendalian akuntansi niaya berbeda-beda antar perusahaan yang satu
dengan perusahaan lainnya. Perbedaan ini sangat bervariasi dan lebih banyak disbanding
dengan bidang audit kainnya karena keanekaragaman unsur persediaan dan tingkat
kecanggihan yang diinginkan manajemen.

a. Pengendalian akuntansi biaya

Pengaendalian akuntansi biaya adalah pengendalian yang berkaitan dengan proses


yang memengaruhi persediaan fisik dan jejak biaya sejak biaya bahan baku diminta
hingga selesainya hasil produksi dan memindahkannya ke gudang. Pengendalian ini
dapat dibagi menjadi dua ketegori utama sebagai berikut:

Pengendalian fisik atas persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang
jadi.
Pengendalian atas biaya yang bersangkutan.
Hampir semua perusahaan memerlukan pengawasan fisik atas asset-asetnya untuk
mencegah terjadinya kerugian akibat penyalahgunaan dan pencurian. Untuk melindungi
asset, kebanyakan perusahaan memisahkan secara fisik dan membatasi akses ke area
penyimpanan barang (gudang) bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi untuk
mengawasi pergerakan persediaan.

Master file persediaan perpentual diselenggarakan oleh orang yang tidak bertugas
menyimpan asset atau tidak memiliki akses ke asset adalah pengendalian akuntansi
biaya untuk mencapai tujuan-tujuan berikut:

Menyediakan catatan tentang persediaan yang ada, yang digunakan untuk


menginisiasi produksi atau permintaan tambahan bahan baku atau barang.
Menyediakan suatu catatan tentang pemakaian bahan baku dan penjualan barang
jadi, yang bisa direview untuk melihat ada tidaknya barang yang usang atau
lambat laku.

14
Menyediakan catatan yang dapat menunjukkan penanggungjawabannya apabila
terjadi selisih antara hasil perhitungan fisik dengan jumlah yang tercantum
dalam catatan perpentual.
Selain itu, pengendalian internal yang memadai yang mengintegrasikan catatan
produksi dan akuntasi untuk menyediakan data biaya yang akurat untuk semua produk
sangat penting untuk membantu manajemen dalam menetapkan harga barang jadi,
mengendalikan biaya, dan menetapkan harga pokok persediaan.

b. Pengujian akuntansi biaya

Konsep pengauditan akuntansi biaya persediaan tidak berbeda dengan apa yang
telah kita bahas untuk siklus-siklus transaksi lainnya, yaitu: memahami pengendalian
internal dalam sistem akuntansi biaya, menilai risiko pengendalian direncanakan,
menentukan luasnya pengujian pengendalian, dan merancang pengujian pengendalian
dan pengujian subtantif golongan transaksi untuk memenuhi tujuan audit transaksi.
Auditor biasanya menekankan pada empat aspek akuntansi biaya sebagai berikut:

Pengendalian fisik atas persediaan.


Dokumentasi dan catatan untuk perpindahan persediaan.
Master file persediaan perpentual.
Catatan harga pokok perunit

c. Pengendalian Fisik

Pengujian atas pengendalian fisik bahan baku,barang dalam proses, dan barang jadi
yang dilakukan auditor biasanya dibatasi pada observasi dan meminta keterangan.
Auditor dapat memeriksa area gudang bahan baku untuk menentukan apakah persediaan
dilindungi dari kemungkinan pencurian dan penyalahgunaan dengan menggunakan
gudang berkunci atau alat pengaman lainnya, termasuk ada tidaknya penanggungjawab
penyimpangan dalam gudang. Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengendalian fisik
sangat tidak memadai sehingga persediaan akan menjadi sulit untuk dihitung dengan
tepat, maka auditor harus memperluas observasi atas pengujian perhitungan fisik
persediaan untuk memastikan bahwa penghitungan yang memadai telah dilakukan.

15
d. Dokumentasi dan Catatan untuk Perpindahan Persediaan

Pada waktu mengaudit perpindahan persediaan, auditor pertama harus memahami


pengendalian internal klien dalam pencatatan perpindahan sebelum auditor melakukan
pengujian yang relevan. Setelah pengendalian internal dipahami,auditor akan mudah
melakukan pengujian pengendalian atau pengujian subtantif golongan transaksi, dengan
memeriksa dokumen dan catatan untuk menguji keterjadian dan ketelitian perpindahan
barang dari gudang bahan baku ke pabrik.

e. Master File Persediaan Perpentual

Auditor menguji master file persediaan perpentual dengan memeriksa dokumentasi


yang mendukung penambahan dan pengurangan jumlah persediaan dalam master file.
Pengujian ketelitian master file persediaan perpentual relative mudah setelah auditor
menentukan kecukupan rancangan dan implementasi pengendalian internal persediaan
dan menilai tingkat risiko pengendalian. Auditor menguji catatan perpentual untuk
pembelian bahan baku dalam siklus pembelia n dan pembayaran, sedangkan
pengurangan dalam barang jadi karena adanya penjualan diuji dalam siklus penjualan
dan penerimaan piutang.

Pada kebanyakan perusahaan, dokumen tradisional yang ada hanya dalam bentuk
elektronik dan sistem pengendalian perpentual diintegrasikan dengan siklus akuntansi
lain. Sebagai akibatnya,auditor bisa menguji pengendalian computer untuk mendukung
pengurangan dalam risiko pengendalian, yang selanjutnya akan mengurangi pengujian
subtansifdan berdampak pada efisiensi audit.

f. Catatan Harga Pokok Per Unit

Pada waktu melakukan pengujian atas catatan persediaan, auditor pertama-tama


harus mendapatkan pemahaman tentang pengendalian internal dengan sistem akuntansi
biaya. Pemahaman ini bisa memakan banyak waktu karena aliran biaya diintegrasikan
dalam catatan akuntansi dalam tiga siklus lainnya, yaitu: pembelian dan pembayaran,
penggajian dan personalia, dan penjualan dan pengumpulan piutang.

Setelah auditor memahami pengendalian internal uang memengaruhi


catatan,akuntansi biaya ,pendekatan terhadap verifikasi internal atas catatan akuntasi
biya menyangkut konsep yang sama seperti yang telah kita bahas dalam verifikasi

16
terhadap transaksi pembelian,penggajian,dan penjualan. Auditor biasanya menguji
catatan akuntansi biaya sebagai bagian dari pengujian atas pembelian, penggajian, dan
penjualan untuk menghindari pengujia catatan lebih dari sekali dan untuk meningkatkan
efisiensi audit. Ketika menguji trnsaksi pembelian, auditor harus menelusur jumlah unit
dan biaya perolehan bahan baku per unit ke catatan penambahan dalam master file
persediaan perpentual dan total biaya ke akuntansi biaya. Demikian pula, ketika klien
menyelenggarakan data biaya tenaga kerja untuk pesanan yang berbeda,auditor harus
menelusur dari ikhtisar biaya tenaga kerja langsung ke catatan biaya per pesanan pada
saat auditor mengaudit penggajian.

Manajemen biasanya mengalokasikan overhead dengan menggunakan total biaya


tenaga kerja langsung sebagai basisi pengalokasian. Dalam situasi demikian, tariff
overhead merupakan rata-rata dari total biaya overhead pabrik dibagi dengan total biaya
tenaga kerja langsung. Karen auditor menguji total biaya overhead pabrik sebagai
bagian dari pengujian siklus pembelian dan pembayaran dan pengujian biaya tenaga
kerja langsung sebagai bagian dari siklus penggajian dan personalia, seandainya biaya
overhead pabrik dibebankan atas dasar jam kerja mesin, auditor harus memeriksa
kewajaran jam kerja mesin dalam perusahaan klien.

Karena pengendalian internal atas catatan akuntansi biaya bervariasi sangat


signifikan pada berbagai perusahaan, maka pengujian uang spesifik tidak dibahas disini.
Auditor harus merancang pengujian sesuai berdasarkan pemahamannya tentang catatan
akuntansi biaya dan seberapa jauh bisa dipercaya untuk mengurangi pengujian
subtnantif.

C. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO PERSEDIAAN

1. Menentukan resiko deteksi untuk pengujian rincian

Penilaian resiko pengendalian yang relevan bervariasi menurut kelompok transaksi


yang mempengaruhi akun persediaan tertentu seperi pada tabel berikut ini:

17
Kelompok transaksi yang
Akun Persediaan Memperbesar Akun Memperkecil Akun
Persediaan barang dagang Pembelian Penjualan
Bahan baku Pembelian Transaksi pabrikasi yang
mentransfer biaya bahan ke
produksi
Barang dalam proses Transaksi pabrikasi yang Transaksi pabrikasi yang
mentransfer biaya bahan, mentransfer biaya dari akun ini
tenaga kerja, dan overhead ke akun barang dalam proses
dalam proses lainnya atau barang jadi lainnya
Barang jadi Transaksi pabrikasi yang Penjualan
mentransfer biaya produksi
yang sudah selesai ke
barang jadi.
Karena gabungan biaya antara penilaian resiko inheren dan pengendalian seringkali
paling tinggi untuk asersi keberadaan atau kejadian dan penilaian atau alokasi atas
persediaan, maka tingkat resiko deteksi keseluruhan yang dapat diterima mungkin harus
diperkecil untuk asersi ini dibandingkan untuk asersi lainnya. Hal tersebut akan
menpengaruhi keputusan mengenai perancangan pengujian substantif dan bauran prosedur
analitis serta pengujian rincian.

2. Merancang pengujian substantif

Dalam pengujian substantif, bukti yang diperoleh dari beberapa pengujian yang dapat
diterapkan pada persediaan barang dagang dan pada persediaan barang jadi yang telah
diproduksi juga berkaitan dengan tujuan untuk akun harga pokok penjualan yang
bersesuaian. Pengujian yang dapat diterapkan pada tujaun audit spesifik yang berkaitan
dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan serta penilaian atau alokasi.

3. Prosedur awal

Prosedur awal yang perlu diperhatikan adalah pemahaman mengenai bisnis dan industri
suatu entitas untuk menetapkan konteks untuk mengevaluasi prosedur analitis dan
pengujian rincian. Bila klien merupakan pabrikan, maka pentik untuk memahami bauran
suatu biaya tetap dan biaya variabel. Bila klien merupakan pengecer, maka penting untuk
memahami pentingnya sumber pasokan produk serta peran klien dalam mata rantai

18
distribusi. Selain itu auditor perlu menelusuri saldo persediaan awal, menentukan skedul
persediaan perpentual dan lain-lain.

4. Prosedur analitis

Penerapan prosedur analitis pada persediaan seringkali bersifat ekstensif. Penelaahan


atas pengalaman dan kecenderungan industri merupakan hal yang penting dalam
mengembangkan ekspetasi yang akan digunakan dalam mengevaluasi data analitis bagi
klien. Buktinya prosedur analitis membantu menentukan kewajaran asersi-asersi
manajemen yang berkaitan persediaan dan harga pokok penjualan. Selain itu dalam
prosedur analitis, auditor harus memahami dan mengevaluasi sebatas mana biaya-biaya
bersifat tetap dan variabel, serta hubungannya dengan biaya, volume, dan laba kotor. Selain
itu kesesuaian rasio-rasio ini dengan yang diharapkan dapat memberikan keyakinan yang
terbatas mengenai kewajaran dara historis yang digunakan dalam perhitungan, kecuali jika
bukti dari sumber lain bertentangan.

5. Pengujian rincian transaksi


f. Pengujian Ayat Jurnal atas Akun persediaan

Dalam pengujian ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

Sebagian atau semua jenis pengujian dapat dilakukan sebagai bagian dari
pengujian yang bertujuan ganda selama melaksanakan pekerjaan interim.
Vouching ayat jurnal yang memperbesar saldo persediaan akan memberikan
bukti tentang keberadaan dan penilaian persediaan barang. Vouching ayat jurnal
yang memperkecil saldo persediaan untuk menentukan ketepatan penurunan
persediaan akan memberikan bukti lebih lanjut mengenai asersi penilaian dan
menunjukan masalah asersi kelengkapan jika tidak terdapat bukti yang
mendukung.
Penelusuran dokumentasi pembelian dan faktor biaya yang ditambahkan ke
produksi ke ayat jurnal persediaan akan memberikan bukti mengenai
kelengkapan dan penilaian persediaan. Sedangkan penelusuran dokumentasi
yang mengecilkan saldo digunakan untuk menentukan bahwa ayat jurnal sudah
dicatat pada jumlah yang tepat dan memberikan bukti yang lebih jauh mengenai
asersi keberadaan dan penilaian persediaan.
Vouching dan penelusuran juga memberikan bukti mengenaii asersi hak dan
kewajiban persediaan.

19
g. Pengujian pisah batas transaksi pembelian, pabrikasi, dan penjualan

Tujuan dari pengujian dari pisah batas pembelian serta penjualan adalah mengenai
hubungannya dengan audit atas saldo piutang usaha dan utang usaha untuk memastikan
bahwa transaksi yang terjadi menjelang akhir tahun tercatat dalam periode akuntansi
yang tepat. Auditor harus memasitikan melalui inspeksi dokumen dan observasi fisik
atas perhitungan persediaan yang telah dikoordinasikan. Bukti yang diperoleh dari
pengujian pisah batas ini berhubungan dengan asersi keberadaan maupun kelengkapan
saldo persediaan.

6. Pengujian rincian saldo

Pengujian rincian saldo pada persediaan bersifat ekstensif, terutama prosedur


pengamatan persediaan fisik flien dan pengujian yang berkaitan diwajibkan.

a. Mengamati Perhitungan Persediaan Fisik

Prosedur ini diwajibkan apabila persediaan merupakan hal yang material dalam
laporan keuangan perusahaan. Pertimbangan audit utama yang dapat diterapkan pada
prosedur yang diwajibkan ini adalah:

Penetapan waktu dan luas pengujian


Rencana penghitungan persediaan
Melaksanakan pengujian
Persediaan yang ditentukan dengan sampel statistik
Pengamatan persediaan awal
Dampak atas laporan auditor
Aplikabilitas pada asersi
b. Pengujian Klerikal atas akurasi daftar persediaan

Pengujian ini dilakukan setelah perhitungan fisik dilakukan. Pengujian klerikal atas
akurasi meliputi menghitungan kembali total yang tampak dalam daftar persediaan dan
memverifikasi akurasi perkalian kuantitas dengan harga per unit atas dasar pengujian.
Kemudian auditor perlu menelusuri pengujian perhitungan yang telah dilakukan ke
daftar persediaan, dan memvouching barang daftar ke label persediaan dan lembar
perhitungan yang digunakan dalam penghitungan persediaan fisik. Kemudian
perhitungan persediaan fisik tersebut dibandingkan atas dasar pengujian per catatan
perpentual dan bila memungkinkan mencatat dan menyelidiki setiap selisih dan

20
ditelusuri ke ayat jurnal penyesuaian persediaan. Pengujian ini memberikan bukti
mengenai keberadaan atau keterjadian, kelengkapan dan penilaian atau alokasi.

c. Pengujian Penetapan harga persediaan

Pengujian ini mencakup pemeriksaan atas dokumentasi yang mendukung baik untuk
harga pokok maupun nilai pasar persediaan. Pengujian ini berfokus pada asersi penilaian
atau alokasi. Pengujian ini juga menyangkut penentuan bahwa prosedur penetapan
harga yang digunakan konsisten dengan yang digunakan tahun sebelumnya.

d. Mengkonfirmasi Persediaan pada lokasi-lokasi diluar entitas

Bila klien memiliki persediaan yang disimpan diluar gudang umum atau
menggunakan jasa penyimpanan, maka auditor harus memperoleh bukti mengenai
keberadaan barang tersebut. Jenis bukti akan dianggap memadai kecuali bila jumlah
yang dilibatkan merupakan proporsi yang signifikan dari aktiva lancar atau total aktiva.
Selain itu, pengujian ini juga memberikan bukti mengenai asersi hak dan kewajiaban
serta asersi kelengkapan jika pihak penyimpan mengkonfirmasikan lebih banyak barang
ditangan daripada yang dinyatakan dalam permintaan konfirmasi.

e. Memeriksa Perjanjian dan kontrak konsinyasi

Barang yang dimiliki oleh klien mungkin dapat berupa barang konsinyasi, sehingga
manajemen perlu memisahkan barang milik perusahaan sendiri dengan barang yang
dititipkan. Auditor perluk meminta asersi tertulis mengenai kepemilikan persediaan
dalam bsurat representatif klien. Auditor kemudian harus mengajukan pertanyaan atas
barang-barang konsinyasi tersebut, seperti syarat dan perjanjian konsinyasi. Bukti yang
diperoleh dari pengujian ini berkaitan dengan asersi hak dan kewajiabn. Untuk barang
yang disimpan sebagai konsinyasi juga harus disertai bukti mengenai asersi penyajian
dan pengungkapan.

7. Pengujian rincian saldo: estimasi akuntansi

Audit atas estimasi akuntasi sangat menantang karena bersifat prospektif. Auditor harus
menentukan apakah terpat untuk menurunkan nilai persediaan dibawah harga pokok karena
persediaan tersebut leah usang atau lambat gerak, dan apakah situasi yang ada menyebabkan
klien menjual persediaan tersebut pada harga yang membuat klien rugi. Auditor hanya
diharapkan untuk menentukan apakah persediaan sudah berada dalam kondisi yang siap
dijual, digunakan atau dikonsumsi dan apakah ada barang yang usang, lambat bergerak,
21
atau rusak. Auditor dapat memperoleh bukti mengenai kondisi umum atau keusangan
dengan cara:

Mengamati perhitungan persediaan yang dilakukan klien.


Melakukan scanning atas catatan persediaan perpentual untuk mengetahui bahwa
barang-barang bergerak secara lambat.
Menelaah laporan produksi pengendalian mutu.

Auditor juga dapat menggunakan pengalamannya untuk menelaah penjualan persediaan


setelah akhir tahun untuk menentukan kewajaran harga pokok bila dibandingkan dengan
harga jual sesudahnya.

8. Jasa-Jasa Bernilai Tambah Dalam Siklus Produksi

Manajemen persediaan merupakan proses inti yang harus dikelola dengan baik oleh
setiap perusahaan pabrikasi, pedagang grosir, serta pengecer agar dapat mencapai tujuan
profitabilitas dan arus kas. Pada saat mengevaluasi masalah-masalah seperti nilai realisasi
bersih persediaan, auditor harus memperhitungkan resiko bisnis klien, resiko adanya produk
pengganti atau perebutan pangsa pasar oleh pesaing, serta harus berbagi pengetahuan dan
pemahaman tentang hal ini dengan klien.

Prosedur analitis yang ditempuh oleh auditor akan membahas efektivitas proses
manajemen persediaan. Biasanya auditor akan mengevaluasi perputaran persediaan suatu
usaha entitas.

22
D. LATIHAN
Pertanyaan:
1. Jelaskan sifat siklus produksi !
2. Sebutkan secara singkat tujuan audit untuk siklus produksi !
3. Sebutkan dokumen-dokumen apa saja yang digunakan dalam menangani audit siklus
produksi !

Jawaban:
1. Siklus Produksi berhubungan dengan konversi bahan baku menjadi barang jadi. Siklus
ini meliputi perencanaan serta pengendalian produksi dari jenis-jenis dan kuantitas
barang yang akan diproduksi, tingkat persediaan yang akan dipertahankan, serta
transaksi dan peristiwa yang berkaitan dengan proses pabrikasi.
2. Tujuan khusus audit terhadap siklus produksi adalah untuk memperoleh keyakinan
terhadap penyajian informasi persediaan produkjadi yang dimiliki perusahaan dan
berapakah kos produk terjual (cost of goods sold)
3. dokumen yang diperlukan dalam penangan siklus produksi yang antara lain:
a. Production order (perintah produksi)
b. Material requarement report (laporan penggunaan bahan)
c. Materials issue slip (kartu pengeluaran bahan),
d. Time ticket (kartu catatan waktu kerja),
e. Move ticket (kartu pemindahan barang),
f. Daily production activity report (laporan aktivitas produksi harian),
g. Completed production report (laporan produksi yang diselesaikan),
h. Inventory subsidiary ledgers (buku pembantu persediaan).

23
E. RANGKUMAN
Audit atas persediaan adalah bagian yang paling kompleks dan menghabiskan waktu
dalam audit, karena hal-hal berikut:
Persediaan adalah bagian utama dalam neraca, dan seringkali merupakanakun
terbesar dalam melibatkan modal kerja. Persediaan terbesar di beberapa lokasi yang
menyulitkan perhitungan dan pengendalian fisik. Perusahaan menempatkan persediaanya
sedemikian rupa untuk efisiensi produksi dan penjualan, tetapi penyebaran ini sering
menimbulkan kesulitan auditor yang besar. Bermacam ragam persediaan juga menyulitkan
auditor. Barang-barang seperti perhiasan, bahan kimia, suku cadang elektronik sering
menyulitkan pengamatan penilaian.Penilaian persediaan juga dipersulit faktor
keusangandaj perlunya mengalokasikan biaya manufaktur ke persediaan. Ada beberapa
metode penilaian persediaan yang dapta diterima, tapi klien harus memakai metode
tersebut secara konsisten dari tahun ke tahun terlebih lagi sering perusahaan menggunakan
metode penilaian persediaan yang berada untuk jenis persediaan yang berbeda.

24
F. DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C.., Raymond N. Johnson & Walter G. Kell. (2003). Modern Auditing,
Jakarta: Erlangga.

Jusup, Al. Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA): Edisi II. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara.

https://id.scribd.com/document/324647980/Pengauditan-Siklus-Persediaan-Dan-
Penggudangan-Autosaved# (online) diakses pada 23 februari 2017

https://id.scribd.com/doc/249149116/Audit-Siklus-Produksi-16a# (online) diakses pada 23


februari 2017

25

Anda mungkin juga menyukai