Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan utama bagi makhluk hidup. Bagi manusia air
tidak hanya digunakan untuk minum melainkan juga untuk aktifitas lain
seperti memasak, mandi dan rekreasi. Salah satu manfaat rekreasi yang sering
dikunjungi orang adalah kolam renang. Karena selain berfungsi sebagai
tempat rekreasi, kolam renang juga dapat digunakan untuk olahraga jasmani.

Namun demikian air yang digunakan untuk mengisi kolam renang


umum itu sendiri tidak diketahui kandungannya. Apakah air yang digunakan
sudah memenuhi standart air bersih? Bagaimanakah sanitasi yang ada?

Seringkali kita tidak mengetahui atau justru tidak peduli dengan itu
semua, padahal melalui kolam renang banyak penyakit dapat tertular, karena
air merupakan salah satu perantara penyakit. Oleh sebab itu penting sekali
mengerti kandungan air yang digunakan dalam kolam renang itu sendiri.

Selain sebagai rekreasi, air merupakan sumber kehidupan karena


digunakan sebagai minum. Saat ini sudah banyak berkembang depo air minum
isi ulang. Dimana depo ini menawarkan air minum dengan harga yang
terjangkau namun berasal dari sumber pegunungan. Berbeda dengan air
minum dalam kemasan, air minum isi ulang ini relatif rendah harganya,
sehingga masyarakat banyak yang memilih mengkonsumsi air minum isi
ulang daripada air minum dalam kemasan.

Namun demikian sangat penting bagi kita untuk mengetahui kandungan


dari air minum isi ulang tersebut. Karena jika air tersebut dikonsumsi, maka
akan bereaksi langsung dengan tubuh, sehingga air minum isi ulang tersebut
harus memenuhi standar kebersihan air minum.

Dengan alasan itulah peneliti melakukan praktik terhadap beberapa


sampel kolam renang dan air minum isi ulang untuk diketahui kandungan dan
cara penganalisisan dari air tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari kegiatan praktikum ini, antara lain :

1. Apakah Ph dan Residu Chlor dari air kolam renang Kenjeran


Waterpark Surabaya sudah sesuai dengan Permenkes nomor 416/
MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air?

2. Apakah kandungan Fe dan mikrobiologi dari air minum isi ulang Tirta
dan Pure Surabaya sudah sesuai dengan Permenkes nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum?

3. Bagaimanakah cara melakukan pengukuran kualitas air dari kolam


renang maupun air minum kemasan?

1.3 Tujuan

Tujuan Umum :

Mempelajari ketentuan kualitas air kolam renang dan air minum kemasan,
serta mengetahui cara pemeriksaannya.

Tujuan Khusus :

1. Mempelajari kriteria kualitas air kolam renang sesuai ketentuan dan


peraturan yang berlaku;

2. Mempelajari kriteria kualitas air minum isi ulang sesuai dengan


ketentuan dan peraturan yang berlaku;

3. Mempelajari cara pemeriksaan kualitas air bersih, dalam air kolam


renang maupun dalam air minum isi ulang.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari kegiatan praktikum ini antara lain :

1. Untuk mahasiswa

2
1) Mengembangkan kemampuan softskill mahasiswa untuk
melakukan praktikum mengenai air bersih yang berkaitan
dengan kolam renang dan air minum isi ulang;

2) Mengembangkan pengetahuan mahasiswa untuk cara


pemeriksaan kualitas air bersih;

3) Melatih mahasiswa untuk menganalisis kualitas air bersih dan


membandingkan hasilnya.

2. Untuk pengusaha

1) Mengetahui hasil dari pemeriksaan kualitas air dari kolam


renang maupun air minum isi ulang yang dijadikan sampel
pemeriksaan;

2) Mengevaluasi sanitasi yang diterapkan dalam perusahaan


tersebut dalam pengolahan air sehingga dapat memenuhi
kriteria air bersih yang berlaku.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemeriksaan Air, Air Kolam Renang, dan AMIU

2.1.1 Pengertian Pemeriksaan Air Bersih

Pemeriksaan air bersih merupakan pedoman tentang hal-hal teknis


yang berhubungan dengan kesehatan sebagaimana diaturdalam PerMenkes
nomor 416 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.

Pemeriksaan air bersih bertujuan untuk mengetahui gambaran


mengenai keadaan sanitasi sarana air bersihdan kualitas air sebagai data
dasar pemberian rekomendasi untuk pengamanan kualitas air.

Air Bersih adalah air yang digunakan keperluan sehari-hari yang


kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dandapat diminum apabila
dimasak.

2.1.2 Pengertian Air Kolam Renang

Menurut Permenkes nomor 416/ MENKES/PER/IX/1990 tentang


Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang dimaksud air kolam
renang adalah air didalam kolam renang yang digunakan untuk olah raga
renang dan kualitasnyamemenuhi syarat kesehatan.

2.1.3 Pengertian AMIU

Menurut Permenkes nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang


Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Sedangkan Air minum isi ulang (AMIU)
adalah air minum yang diperjual belikan tidak dalam kemasan .

4
2.2 Persyaratan Kualitas

2.2.1 Persyaratan Kualitas Air Bersih

1. Kriteria dan standar kualitas air didasarkan atas :

1) Kesehatan : logam dan logam berat, anorganik (nitrit), zatorganic

2) Estetika : bau, rasa, warna

3) Teknis : the best technology available atau best


practicaltechnology

4) Toksisitas : efek racun

5) Polusi : mencegah teremisinya pencemar ke lingkungan

6) Ekonomi : kerugian-kerugian ekonomi

2. Standar air minum di Indonesia diterapkan dalam rangka


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan menjaga sumber
air minum (air baku) dan air minum sehingga tidak akan menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan manusia :

1) Persyaratan kualitas air minum : Permenkes RI nomor


492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum

2.2.2 Persyaratan Kualitas Air Kolam

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 416/MENKES/PER/IX/1990


tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

1. Mikrobiologi : Jumlah kuman dan Total Coli

2. Kimia :

1) Aluminium

5
2) Kebasaan ( CaCo3 )

3) Oksigen Terabsorbsi ( O2 )

4) pH

5) Sisa khlor

6) Tembaga

3. Fisika

1) Bau

2) Benda Terapung

3) Kejernihan

Tabel 2.1 Parameter Pengukuran Kualitas Air Kolam Renang menurut


Permenkes RI No.416/ MENKES/ PER/IX/1990
No Parameter Satuan Kadar yang Keterangan
diperbolehkan
Minimum Maksimum
1 2 3 4 5 6
A. FISIKA
1. Bau - - - Bebas dari bau yang
mengganggu
2. Benda terapung - - - Bebas dari benda terapung
3. Kejernihan - - - Piringan sechi yang
diletakkan pada dasar
kolam terdalam,dapat
dilihat dari tepi kolam pada
jarak lurus 9 meter
B. KIMIA
1. Alumunium mg/L - 0,2
2. Kesadahan (CaCO3) mg/L 50 500
3. Oksigen terabsorbsi mg/L - 1,0 Dalam waktu 4 jam pada
(O2) suhu udara
4. pH - 6,5 8,5
5. Sisa Chlor mg/L 0,2 0,5
6. Tembaga sebagai Cu mg/L - 1,5
C. BIOLOGI
1 Total koliform Jumlah per - 0
100 ml
2 Jumlah kuman Jumlah per - 200
mangan 100 ml
2.2.3 Persyaratan Kualitas AMIU

6
Persyaratan kualitas air minum sebagaimana yang ditetapkan melalui
Permenkes RI nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat
dan pengawasan kualitas air minum, meliputi persyaratan bakteriologis,
kimiawi, radioaktif dan fisik.

Tabel 2.2 Parameter wajib pada persyaratan kualitas air minum menurut
Permenkes RI nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

N Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum


o yang diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Parameter
Mikrobiologi
1) E.Coli Jumlah per 100 ml 0
sampel
2) Total Bakteri Jumlah per 100 ml 0
Koliform sampel
b. Kima an-organik
1) Arsen mg/l 0,01
2) Fluoride mg/l 1,5
3) Total Kromium mg/l 0,05
4) Kadmium 0,003
5) Nitrit mg/l 3
6) Nitrat mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,01
mg/l
2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan
a. Fisik
1) Bau
2) Warna TCU
3) TDS Mg/l
4) Kekeruhan NTU
5) Rasa
6) Suhu C

7
b. Kimiawi
1) Alumunium mg/l 0,2
2) Besi mg/l 0,3
3) Kesadahan mg/l 500
4) Khlorida mg/l 250
5) Mangan mg/l 0,4
6) pH 6,5-8,5
7) seng mg/l 3
8) sulfat mg/l 250
9) tembaga mg/l 2
10) amonia mg/l 1,5

2.3 Kelebihan Residu Khlorin pada Air Kolam renang

Klorin dan kloramin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan


sebagai pembunuh kuman (disinfektan) di perusahan-perusahan air minum
seperti PAM atau PDAM. Klorin (Cl 2) merupakan gas berwarna kuning
kehijauan dengan bau lumayan menyengat. Bau ini bisa dikenali seperti bau
air kolam renang yang biasanya secara intensif diberi perlakuan klorinasi
dengan kaporit. Sedangkan kloramin merupakan senyawa klorin-amonia
(NH4Cl).

Klorin relatif tidak stabil di dalam air sehingga biasanya akan segera
terbebas keudara, sedangkan kloramin jauh lebih stabil dibandingkan klorin
sehingga beberapa perusahan pengolah air minum (di LN) tidak sedikit yang
menggunakan bahan ini sebagai pengganti klorin. Baik klorin maupun
kloramin sangat beracun bagi ikan. Keduanya akan bereaksi dengan air
membentuk asam hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel protein
dan sisitem enzim ikan. Tingkat keracunan klorin dan kloramin secara
alamiah akan meningkat pada pH lebih rendah dan temperatur lebih tinggi,
karena pada kondisi demikian proporsi asam hipoklorus yang terbentuk akan
meningkat.

8
Untuk menghindari efek kronis dari bahan tersebut maka residu
klorin dalam air harus dijaga agar tidak lebih dari 0.003 ppm. Klorin pada
konsentrasi 0.2 - 0.3 ppm sudah cukup untuk membunuh ikan dengan cepat.

Tanda-tanda Keracunan

Ikan yang terkena klorin akan menunjukkan gejala seperti ingin


keluar dari akuarium/tank, meluncur kesana kemari dengan cepat dalam
usaha mencari daerah yang bebas dari klorin atau kloramin. Selanjutnya
ikan akan gemetar dan warna menjadi pucat, lesu dan lemah. Klorin dan
kloramin secara langsung akan merusak insang sehingga dapat
menimbulkan gejala hipoxia, meningkatkan kerja insang dan ikan tampak
tersengal-sengal dipermukaan. Apabila ada aerasi atau aliran air, maka ikan-
ikan tersebut akan tampak berkerumun disana.

Pencegahan dan Perlakuan

Air keran harus selalu di deklorinasi sebelum digunakan, baik secara


kimiawi maupun fisika. Klorin dapat dihilangkan dengan pemberian aerasi
secara intensif, atau dengan menyemburkan air keras-keras pada wadah
(penampungan), atau dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan
membiarkan (mengendapkan) air selama semalam. Dengan cara demikian
maka gas klorin akan terbebas ke udara.

Cara lain adalah dengan menggunkan bahan deklorinator atau lebih


dikenal dengan nama anti klorin yang biasa dijual di toko-toko akuarium.
Penggunaan anti-klorin lebih dianjurkan untuk air-air yang diolah dengan
kloramin. Sebelumnya pastikan bahwa anti klorin tersebut dapat bekerja
baik untuk klor maupun kloramin, karena tidak semua produk anti klorin
bisa menangani keduanya sekaligus. Pada umumnya anti-klorin
mengandung natrium tiosulfat yang akan segera mengikat klorin.

Kloramin relatif lebih sulit diatasi oleh natrium tiosulfat saja


dibandingkan dengan klorin, karena maskipun gas klorinnya dapat diikat
dengan baik, tetapi akan menghasilkan amonia. Anti klorin yang ditujukan

9
untuk mengatasi kloramin, biasanya akan mengandung bahan kimia lain
yang akan mengingat amonia tersebut. Apabila tidak maka dianjurkan untuk
mengalirkan air hasil deklorinasi tersebut melewati zeolit.

Anti klorin hendaknya digunakan pada air sebelum air tersebut


dimasukkan kedalam akuarium. Pemberian secara langsung di dalam
akuarium disarankan hanya dilakukan dalam keadaan darurat saja.

Pada kasus terjadinya keracunan klorin, segera pindahkan ikan yang


terkena kedalam akuarium/wadah yang tidak terkontaminasi. Dalam
keadaan terpaksa tambahkan anti-klorin pada akuarium yang terkontaminasi
untuk menetralisir/manghilangkan residu klorin sesegera mungkin.
Tingkatkan intensitas aerasi untuk mengatasi kemungkinan terjadinya stres
pernapasan pada ikan-ikan didalamnnya.

10
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat

3.1.1 Waktu dan tempat pengambilan sampel air kolam renang

Waktu : 25-26 Maret 2012

Tempat : Kenjeran WaterPark

3.1.2 Waktu dan tempat pengambilan sampel air minum isi ulang

Waktu : 26 Maret 2012

Tempat : Depo AMIU Tirta

Depo AMIU Pure

3.1.3 Praktikum

Waktu : 26-30 Maret 2012

Tempat : Akademi Kesehatan Lingkungan Surabaya

3.2 Pengambilan Sampel

3.2.1 Sampel air kolam renang

a. Sambungkan selang ke tabung timba alternatif.


b. Masukkan tabung timba alternatif dan selang sekitar 10 cm
dari permukaan air hingga tabung terendam di dalam air
c. Dengarkan suara air yang masuk ke dalam tabung dengan
menggunakan selang, apabila sudah terdengar bunyi blub
paling keras, tarik tabung keluar dari permukaan air
d. Agar tidak kontak dengan udara selama memindahkan air ke
dalam botol winkler, tutup lubang di atas tabung (bukan
sambungan selang)

11
e. Miringkan tabung timba alternatif 45 , lalu masukkan air
yang keluar dari selang ke dalam botol winkler
f. Tutup rapat dan beri label (waktu dan tempat)
g. Pengambilan sampel dilakukan dua kali (sore hari setelah
digunakan dan pagi hari sebelum digunakan)

3.2.2 Sampel air minum isi ulang

a. Siapkan alat dan bahan (botol steril, kapas, Bunsen/lampu


spirtus, korek api, label, alcohol)
b. Buka botol steril dari kertas pembungkusnya
c. Nyalakan Bunsen
d. Alirkan AMIU dari selangnya selama 2 3 menit
e. Buka aluminium foil dan kapas yang menutup mulut botol
steril
f. Usap mulut botol steril dengan alcohol kemudian bakar dengan
api Bunsen
g. Usap mulut selang mesin AMIU dengan alcohol
h. Alirkan AMIU ke dalam botol steril hingga penuh
i. Buang 1/3 bagian dari air tersebut
j. Bakar mulut botol steril dengan api Bunsen
k. Tutup segera botol steril dengan kapas dan aluminium foil,
kemudian ikat
l. Bungkus botol steril dengan kertas
m. Berikan label

3.3 Pemeriksaan Kualitas Air Kolam Renang

3.3.1 Kualitas kimia air

a. Pengukuran pH air kolam renang


1. Ukur pH sampel air dengan menggunakan kertas strip
indikator pH

12
2. Tunggu hingga 1 menit hingga kertas strip indikator
pH berubah warna
3. Cocokkan kertas strip indikator pH dengan skala
warna yang tersedia
4. Catat hasil pH dari kedua sampel yang telah
dicocokkan dengan skala warna yang tersedia
5. Ulangi langkah kerja di atas untuk sampel air yang
kedua

b. Pengukuran Residu Chlorine


1. Tuangkan 5 ml sampel air tersebut ke atas gelas ukur
yang telah tersedia
2. Teteskan 4 tetes Chlorine test 0,1-2,0 mg/l Cl2 ke
dalam sampel air kolam renang tersebut
3. Tunggu selama 3 menit hingga sampel air tersebut
berubah warna
4. Cocokkan perubahan warna tersebut dengan kartu
indikator warna yang telah tersedia
5. Catat hasil residu Chlorine yang terlarut dalam air
berdasarkan kartu indikator warna
6. Ulangi langkah-langkah kerja di atas untuk sampel air
kedua

3.4 Pemeriksaan Kualitas Air Minum Isi Ulang (AMIU)

3.4.1 Pemeriksaan kimia

a. Pemeriksaan kadar besi (Fe)

a. Pembuatan larutan baku dan Larutan Kerja

a) Larutan baku besi : larutan induk

1) Menyiapkan 1,404 gram Fe(NH4)2 (SO4)2 6H2O3

13
2) Menambahkan 20 ml H2SO4 pekat dan 50 ml
aquadest, aduk sampai larut;

3) Menambahkan tetes demi tetes KMnO4 0,1 N


sampai timbul warna pink;

4) Mengencerkan dalam labu ukur 1.000 ml sampai


tanda batas. (Fe = 200 mg/l atau 1 ml = 0,2 mg)

b) Larutan Kerja : Standar Pengencer

1) Memasukkan larutan Baku Besi di atas sebanyak


50 ml dengan menggukana pipet gondok ke dalam
labu ukur 1.000 ml

2) Mengencerkan sampai tanda batas dengan


menggunakan aquadest (Fe 1 ml = 10 g = 0,01
mg)

b. Pembuatan Kurva Kalibrasi

a) Menyiapkan 6 tabung Erlenmeyer

b) Mengisikan masing-masing dengan Larutan Baku


yang setara dengan 1 mg/ 1 ml, 1,2 ,3,4,5 ml dengan
pipet gondok, labu ke-6 kosong

c) Menambahkan aquadest masing-masing 25 ml

d) Menambahkan 2 4 tetes H2SO4 pekat, didihkan


kemudian dinginkan

e) Menambahkan NH4(CNS) 1 ml masing-masing labu


Erlenmeyer

f) Memindahkan ke dalam labu ukur volume 50 ml

g) Mengencerkan dengan aquadest sampai volume 50 ml

h) Mengkocok sampai rata dan biarkan 5 10 menit

14
i) Pada labu ke-6 dipakai untuk menentukan titik nol
(diisi murni aquadest sebanyak 6 ml)

j) Baca pada spektro dengan panjang gelombang 510


nm.

c. Penentuan Besi

a) Memasukkan sampel sebanyak 50 ml ke dalam


Erlenmeyer

b) Menambahkan 0,2 ml H2SO4 pekat, didihkan sampai


mendidih, hingga volume tinggal separohnya,
kemudian dinginkan.

c) Menambahkan 1 ml NH4(CNS), lalu memindahkan ke


dalam labu ukur 50 ml

d) Menambahkan aquadest ke dalam labu ukur hingga


tanda batas

e) Kocok rata

f) Biarkan 5 10 menit

g) Baca pada spektrofotometer dengan panjang


gelombang 510 nm

3.4.2 Pemeriksaan Mikrobiologi (Coliform)

a. Presumptive Test

a. Menuangkan 5 ml larutan TSL ke dalam 5 tabung durham


dan larutan SSL 1 ml serta 0,1 ml ke dalam tabung durham
yang lain

b. Menambahkan 10 ml larutan sampel ke dalam 7 tabung


durham

15
c. Mengocok tabung dan memasukkan ke dalam inkubator 37
selama 48 jam

d. Tabung test dinyatakan positif apabila terbentuk gas di


dalam tabung fermentasi (larutan sekeliling nampak keruh),
dan jika larutan keruh tanpa gas di dalam tabung fermentasi
maka test dinyatakan negatif. Setelah 48 jam, di dalam
tabung fermentasi terbentuk gas sehingga sampel
dinyatakan positif mengandung bakteri dan dilanjutkan ke
test penegasan.

b. Confirmed Test

1. Siapkan tabung yang digunakan untuk confirment test yang


telah berisi BGLB

2. Secara steril dari tiap tabung hasil presumptive test yang


positif diambil dengan ose 1-3 mata dan ditanamkan
masing-masing ketabung yang berisi media BGLB ( waktu
mengambil biakan dengan ose, tabung media supaya
dimiringkan sehingga dapat dihindari gumpalan pada
media)

3. Di inkubasikan dalam inkubator 370 C selama 2 X 24 jam

4. Jika timbul gas dalam tabung, maka test dinyatakan positif


dan jika tidak terbentuk gas meskipun keruh maka
dinyatakan negative

5. Hasil ditulis berurutan menurut perbandingan volume


pengenceran yang ditanamkan

Misal:

Presumptive test ( 10ml; 1ml; 0,1ml) : 5/5 2/5 0/5

Confirmed test : 4 1 -

16
( tanda () berarti tidak dilakukan penanaman, karena
presumptive test negatif)

6. Hasilnya confirment test yang positif dicocokan dengan


tabel sesuai urutan perbandingan volume tadi untuk
menentukan MPN coliform dari test ini.

3.5 Anggaran Dana

Pengeluaran :

Tiket masuk Kenjeran 4 buah @ 8.000,00 Rp 32.000,00

Pemeriksaan kimia

Residu Chlor 2 sampel @ 5.000 Rp 10.000,00

pH 2 sampel @5.000 Rp 10.000,00

Pemeriksaan biologi

Pemeriksaan kadar besi @ 9.000 Rp 18.000,00

MPN coliform 2 sampel @60.000 Rp 120.000,00

Rp 190.000,00

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemeriksaan Air Kolam Renang


4.1.1 Pengukuran pH
Pegukuran pH air kolam renang hanya dilakukan
menggunakan strip indikator pH seperti pada umumnya. Lalu
didapatkan hasil untuk sampel I (setelah kolam renang digunakan )
pH air sebesar = 6. Dan untuk sampel II (sebelum kolam renang
digunakan) mempunyai hasil yang sama yaitu pH air sebesar 6 .
Tingkat pH rendah di kolam renang akan menyebabkan klorin dalam
air dengan cepat larut, mengakibatkan penambahan sering untuk
menjaga tingkat klorin up. Memiliki pH rendah akan menyebabkan
item logam apapun seperti langkah, pagar dan aksesori kolam
renang untuk menimbulkan korosi dan meninggalkan noda di
dinding kolam. Memburuknya mainan kolam dan pakaian renang
mungkin juga diperhatikan. Efek pada manusia mungkin
pembakaran mata atau hidung dan menyebabkan kulit kering gatal
pada kulit dan kulit kepala. Penambahan alkali atau basa harus
mengurangi keasaman air, membawa pH sampai ke tingkat yang
diinginkan.
Menurut Permenkes No.416/ MENKES/ PER/IX/1990
tentang persyaratan kualitas air kolam renang, kadar pH air kolam
renang yang diperbolehkan adalah 6,5 -8,5 . Sedangkan hasil
pengukuran didapatkan pH sebesar 6 untuk kedua sampel. Maka
kadar pH air kolam renang Waterpark Kenjeran Surabaya tidak
memenuhi ketentuan yang berlaku.

4.1.2 Pengukuran residu chlorine


Hasil pengukuran residu chlorine pada sampel I dan II
sebesar 0,1 mg/l Cl2. Besarnya residu chlorine dilihat dari perubahan

18
yang terjadi pada sampel air setelah diberi Chlorine test sesuai
ketentuan lalu dicocokkan dengan indikator warna yang
menginterpretasikan besarnya kadar chlorine.
Menurut Permenkes No.416/ MENKES/ PER/IX/1990
tentang persyaratan kualitas air kolam renang, residu Chlorine yang
diperbolehakan sebanyak minimum 0,2 dan maksimum 0,5 . Dan
hasil pengukuran residu Chlorine air kolam renang Waterpark
Kenjeran Surabaya sebesar 0,1 mg/l Cl2. Jadi kadar residu Chlorine
masih belum memenuhi batas minimal yang diberikan oleh
Permenkes, sehingga masih dimungkinkan kurang berfungsi baik
dalam desinfeksi.

4.2 Hasil Pemeriksaan Air Minum Isi Ulang


4.2.1 Pemeriksaan besi

a. Kaliberasi besi

Hasil yang didapat dari pembuatan kurva kalibrasi Besi dari


keenam tabung tadi adalah faktor yang dibutuhkan untuk
dikalikan dengan absorbance besi sampel untuk mendapatkan
hasil miligram besi dari sampel air minum isi ulang Tirta dan
Pure Surabaya.

Setelah dimasukkan dalam spektrofotometri memberikan hasil


absorbance dari masing-masing tabung (1 ml sampai 5 ml dan
blanko) yang kemudian dianalisis berdasarkan rumus, yang
kemudian didapatkan faktor tiap tabungnya. Dihitung rata-rata
faktor dari kurva kalibrasi untuk dikalikan dengan absorbance
besi sampel.

19
Tabel 4.1 Kurva kalibrasi besi

Ml Baku Konsentras absorbeanc Faktor Hasil


baku setara besi i e

1 ml 0,01 0,2 0,042 4,761

2 ml 0,01 0,4 0,047 8,510

3 ml 0,01 0,6 0,053 11,32 10,800

4 ml 0,01 0,8 0,058 13,79

5 ml 0,01 1 0,064 15,62

blanko 0 0 0 0

8 ml I 0,01 1,6 0,052 30,77

8 ml II 0,01 1,6 0,047 34,04

Konsentrasi :

Keterangan Tabel :

1)Absorbance besi sampel AMIU didapatkan dari pembacaan


alat spektofotometri dengan menetapkan F, C, A, dan %T
pada alat sebagai berikut :

F : 1,00

C : 0,0

A : 0,0

%T : 100

Dengan pembacaan alat tersebut didapatkan hasil


absorbance :

20
1) Sampel AMIU Pure (I) : 0,052

2) Sampel AMIU tirta (II) : 0,047

2) Angka 10,800 pada hasil, menunjukkan hasil analisis faktor


dari kurva kalibrasi. (yang akan dikalikan dengan
absorbance sampel), hasil tersebut didapatkan dari olahan
computer.

3) Hasil faktor sampel didapatkan dari penghitungan factor


sampel dengan memasukkan rumus :

Faktor :

Jadi :

1)Sampel AMIU Pure (I) :

2)Sampel AMIU Tirta (II) :

2. Penghitungan kandungan besi (Fe)

Penghitungan kandungan besi didapatkan dari :

Mg Besi =

Jadi :

21
1)Sampel AMIU Pure (I) :

mg/l

2)Sampel AMIU Tirta (II) :

mg/l

Berdasarkan Permenkes No 492/MENKES/PER/IV/2010


kadar maksimal besi dalam air minum adalah 0,3 mg/l.
sedangkan dalam hasil pemeriksaan kandungan besi dalam
sampel AMIU Pure maupun AMIU Tirta 0,5616 mg/l dan
0,5076 mg/l.

4.2.2 Pemeriksaan MPN Coliform

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan MPN Coliform

No Nama Depo Presumtive test Confirmed test


AMIU 5 1 1
10 ml 1 ml 0,1 ml
1 Depo pure 4 : 1 : 0 17 tiap 100 ml
2 Depo tirta 5 : 1 : 0 33 tiap 100 ml

1. Presumptive test untuk sampel yang pertama ( Depo Pure)


diperoleh hasil 4 : 1 : 0artinya 4 sampel tabung dari 5 tabung yang
berisi 10 ml dan 1 sampel tabung yang berisi 1 ml terdapat
gelembung udara setelah di inkubator selama 2x24 jam. Sehingga
untuk confirmed test diperoleh hasil kandungan coliform 17 tiap
100 ml.

2. Presumptive test untuk sampel yang kedua ( Depo Tirta)


diperoleh hasil 5 : 1 : 0 artinya 5 sampel tabung dari 5 tabung
yang berisi 10 ml dan 1 sampel tabung yang berisi 1 ml terdapat

22
gelembung udara setelah di inkubator selama 2x24 jam. Sehingga
untuk confirmed test diperoleh hasil kandungan coliform 33 tiap
100 ml

Menurut Permenkes nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 , kadar


maksimum total Coliform sebanyak 0 . Sedangkan kedua sampel
positif mengandung coliform, maka kedua sampel tersebut tidak
memenuhi persyaratan kualitas air minum.

4.3 Kendala
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi selama praktikum
pemeriksaan kualitas air bersih ini, seperti berikut :
a. Pengambilan sampel AMIU yang tidak streril dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan, kemungkinan sampel AMIU terkontaminasi saat
dilakukan pengambilan sampel karena keterbatasan pengalaman
dan pengetahuan.

b. Ada kemungkinan terjadinya aerasi saat pengambilan sampel air


kolam renang. Aerasi dapat mempengaruhi hasil pengukuran residu
chlorine, karena chlorine sangat mudah menguap.

c. Keterbatasan dana menjadi salah satu kendala yang dihadapi


sehingga hanya mampu mencakup 4 macam pemeriksaan.

23
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. Menurut Permenkes No.416/ MENKES/ PER/IX/1990 tentang
persyaratan kualitas air kolam renang, kadar pH air kolam renang yang
diperbolehkan adalah 6,5 -8,5 . Sedangkan hasil pengukuran didapatkan
pH sebesar 6 untuk kedua sampel. Maka kadar pH air kolam renang
Waterpark Kenjeran Surabaya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
b. Menurut Permenkes No.416/ MENKES/ PER/IX/1990 tentang
persyaratan kualitas air kolam renang, residu Chlorine yang
diperbolehakan sebanyak minimum 0,2 dan maksimum 0,5 . Dan hasil
pengukuran residu Chlorine air kolam renang Waterpark Kenjeran
Surabaya sebesar 0,1. Jadi kadar residu Chlorine masih belum
memenuhi batas minimum ketentuan yang berlaku.
c. Kandungan Besi (Fe) dalam AMIU Pure dan AMIU Tirta masih
melebihi kadar besi yang diijinkan menurut Permenkes No 492 /
MENKES / PER / IV / 2010.
d. Menurut Permenkes nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 , kadar
maksimum total Coliform sebanyak 0 . Sedangkan kedua sampel positif
mengandung coliform, maka kedua sampel tersebut tidak memenuhi
persyaratan kualitas air minum.

5.2 Saran
a. Memperkecil resiko kontaminasi bakteri pada saat pengambilan sampel
dengan menutup mulut selama proses pengambilan sampel Air Minum
Isi Ulang.
b. Memperbaiki system dan sarana prasarana laboratorium kesehatan
lingkungan di FKM Unair agar dapat digunakan sebagai sarana
perkuliahan, sehingga mahasiswa tidak perlu melakukan praktikum di
instansi lain.

25
c. Menurunkan kadar besi dalam air minum isi ulang, karena kadar besi
yang berlebih dapat mempengaruhi rasa dari air tersebut dan berakibat
buruk bagi kesehatan tubuh.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.Pengukuran Kekeruhan. http://www.scribd.com/doc/79186978/Secchi-


Disk. Diakses tanggal 2 Maret 2012
Candrawati,Isnaini. Uji Sisa Klorin.http://isnainicandra.blogspot.com/2011/12/uji-
sisa-chlorin.html. Diakses tanggal 1 Maret 2012
Solihah,Sufiana. Praktikum Laboratorium Lingkungan.http://www.scribd.com/doc
/76595051/18/ Pengukuran-Sisa-Klor. Diakses 1 Maret 2012

27
Lampiran 1
Dokumentasi

Tabung Timba Alternatif Botol Winkler

Chlorine Test dan Kartu Indikator

28
Alat pengukuran pH Persumptive Tes

29

Anda mungkin juga menyukai