Anda di halaman 1dari 2

Dwi Wahyu Arifuddiin Najib

(15/382308/GE/08078)

ESAI LAJU PEMBENTUKAN TANAH DAN AMBANG BATAS EROSI


Dosen Pengampu : Dr. Anggri Setyawan, M.Sc
Tanah merupakan bagian tubuh alam gembur yang menyelimuti sebagian
besar permukaan bumi yang mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia dan
biologi serta morfologi yang khas akibat dari serangkaian proses yang terjadi
(Sartohadi dkk, 2014 ). Pembentukan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti : Iklim, organisme, bahan induk, relief, waktu dan faktor lokal. Laju
pembentukan tanah merupakan kecepatan pembentukan tanah pada suatu wilayah
dalam satuan waktu. Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui laju
pembentukan tanah dapat dilakukan melalui beberapa metode salah satunya yaitu
melalui analisa radio isotop. Analisa radio isotop merupakan metode dimana
berfokus pada waktu paruh sebuah senyawa.
Metode TCN merupakan salah satu pendekatan untuk mengetahui laju
pembentukan tanah. Metode TCM menggunakan isotop Be (Berilium) yang terdapat
pada tanah dan dianalisis waktu paruh dan hubunganya dengan laju pelapukan
batuan induk. Metode TCN berasumsi bahwa pembentukan laju tanah sangat
dipengaruhi oleh pelapukan batuan dasarnya. Penambahan material dari tempat
lain tidak diperhitungkan, karena metode TCN bersifat in-situ. Laju pembentukan
tanah dengan metode TCN ini dilakukan di beberapa tempat terpisah di sekitar
benua Amerika dan benua Australia dengan keadaan alam yang berbeda beda
untuk sebisa mungkin merepresentasikan keadaan permukaan bumi yang
kompleks. Hasil percobaan laju pembentuk laju tanah dengan metode TCN ini
dianggap mewakili sebagian besar wilayah permukaan bumi. Faktor pembentuk
tanah selain bahan induk yangsangat mempengaruhi pembentukan tanah pada
metode TCN adalah iklim. Perbedaan iklim menjadi dasar perbedaan laju tanah di
daerah sampel. Iklim arid dan hyperarid memiliki laju pembentukan tanah yang
lambat jika dibandingkan dengan jenis iklim lainya.(Heimsath,2016).
Penentuan laju pembentukan tanah menggunakan metode TCN menganggap
bahwa laju pembentukan tanah didasari oleh perkembangan dari tanah itu sendiri
dan pelapukan bahan nduk dibawahnya. Metode TCN menganggap bahwa semakin
tebal tanah maka laju pembentukan tanah semakin lambat akibat tebalnya lapisan
yang menutupi batuan induk sehingga proses pelapukan bahan induk menjadi
lambat.
Laju pembentukan tanah dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam
penentuan ambang batas erosi. Ambang batas erosi adalah batas erosi yang masih
diperbolehkan karena masih dianggap wajar. Erosi yang melebihi ambang batas
erosi akan menyebabkan kerugian pada berbagai sektor, mulai dari ekonomi, sosial,
lingkungan, politik dan sektor lainya. Dasar penentuan ambang batas erosi berbeda
beda untuk setiap negara. Faktor yang menjadi peran penting dalam penentuan
ambang batas yaitu : 1. Laju pembentukan tanah, 2. Ketebalan antara lapisan
topsoil dan subsoil, 3. Laju penurunan hasil panen, 4. Keadaan tanah, 5. Kandungan
bahan organik tanah, 6. Faktor ekonomi dan, 7. Faktor politik.
Metode penentuan ambang batas bermacam macam dan memiliki dasar
yang berbeda beda dalam penentuan parameter parameter penyususnya.
Dwi Wahyu Arifuddiin Najib
(15/382308/GE/08078)

Metode USLE, RUSLE, MUSLE merupakan sebuah metode untuk menentukan


ambang batas erosi suatu wilayah dengan kemiringan dan pengunaan lahan
tertentu. Faktor lereng menjadi salah satu pertimbangan yang penting, namun lereg
pada metode ini maksimal bernilai 15% sehingga akan kurang efektif jika
diterapkan pada daerah daerah dengan kondisi tanah yang tebal dan laju
pembentukan tanah yang tinggi seperti Indonesia. Metode penentuan ambang
batas erosi selain memperhitungkan kemiringan dan penutulahan, ada pula yang
menekankan pada nilai produktifitas tanah, seperti metode hammer dan
Productivity Index(PI). Metode hammer dan PI menggnakan beberapa parameter
penentu nilai produktifitas tanah seperti : Bulk density, Ph, Organic Material,
Tekstur, waktu produktif, kedalaman tanah dan beberapa parameter lainya. Salah
satu kekurangan metode pengukuran ambang batas yang berdasarkan pada
penurunan nilai produktifitas lahan memiliki konstanta berbeda untuk jenis tanaman
yang berbeda. Metode penentuan ambang batas erosi yang sudah banyak dilakukan
peneliti prnrliti dunia ialah melalui pendekatan jejak isotop. Metode jejak isotop
menggunakan waktu paruh sebuah isotop pada tanah untuk memperkirakan laju
pembentukan tanah. Metode jejak isotop dianggap lebih kuantitatif namun memiliki
biaya penelitian yang tinggi.

Sumber :
Heimsath, A.M., Chappell, J., Finkel, R.C., Fifield, K., Alimanovic, A., 2006.
Escarpment erosion and landscape evolution in southeastern Australia. Geol.
Soc. Am. 398, 173190.
Krmar, M., Et. Al, 2015, Wind Erosion on Deliblato (the Largest European Continental
Sandy Terrain) Studied Using210 Pbex and 137Cs Measurements. Journal
Radioanal Nuclear Chemistry (2015) 303:2511-2515
Nugraheni, Aprillya, dkk. 2013. PERBANDINGAN HASIL PREDIKSI LAJU EROSI
DENGAN METODE USLE,MUSLE,RUSLE DI DAS KEDUANG. Universitas Sebelas
Maret.
Rantung, Marizca Monica, dkk. 2013. ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI LAHAN DI
SUB DAS PANASEN KABUPATEN MINAHASA. Universitas Sam Ratulangi.
Sartohadi, J., Suratman., Jamulya., dan Dewi, N.I.S. 2014. Pengantar Geografi Tanah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Stockmann ,U., Minasny, B., dan McBratney, A.B. 2014. Howfast does soil grow?.
Geoderma 216 (2014) 4861.

Anda mungkin juga menyukai