Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) akhir-akhir ini semakin


populer, seakan-akan K3 tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan di
Indonesia. K3 memang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kesejahteraan
para pekerja, baik tenaga kerja formal maupun informal. Indonesia merupakan
negara berkembang dimana masih banyak tenaga kerja informal yang bekerja
secara manual dengan mengandalkan kekuatan tubuhnya sendiri. Hal ini tentu
sangat berisiko mengingat pekerja sektor informal cenderung mengabaikan
kesehatan dan keselamatannya demi mengejar nilai finansial yang sebesar-
besarnya.1
Data statistik kecelakaan kerja dari Jamsostek menunjukkan pada tahun
2013 terjadi 103.285 kasus kecelakaan kerja, atau rata-rata terjadi 283 kecelakaan
kerja setiap hari, dengan korban meninggal rata-rata 7 orang, cacat 18 orang dan
sisanya kembali sembuh. Disinilah peran tenaga kesehatan dalam memberikan
edukasi dan promosi kesehatan bagi tenaga kerja informal untuk mengurangi
tingkat kecelakaan kerja.1,2
Banyak sekali jenis pekerjaan yang memiliki risiko gangguan kesehatan di
tempat kerja. Salah satunya adalah petugas laundry. Petugas laundry merupakan
salah satu jenis pekerjaan informal yang banyak diminati oleh masyarakat
Indonesia. Seiring dengan rendahnya pengetahuan dan kepedulian para petugas
laundry dalam memelihara kesehatan tubuhnya seringkali menjadi penyebab
gangguan kesehatan di tempat kerja, salah satunya adalah munculnya keluhan
muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu indikasi adanya
gangguan kesehatan dan keselamatan pekerja, sering ditandai dengan rasa sakit
atau nyeri saat bekerja maupun setelah bekerja. Bagian otot yang sering
dikeluhkan adalah otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang.
Nyeri muskuloskeletal seringkali disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak
seperti bursa, ligamen, tendon dan otot yang diakibatkan aktivitas berulang yang

1
berhubungan dengan olahraga ataupun pekerjaan. Petugas laundry seringkali
melakukan aktivitas yang menggunakan gerakan bahu dalam bekerja maupun
dalam penggunaan peralatan, baik gerakan secara statis maupun dinamis. Petugas
laundry juga sering mengangkat beban yang sangat berat dan mempertahankan
posisi bahu dalam waktu lama yang diperparah dengan sikap kerja yang tidak
ergonomi yang dapat memunculkan keluhan muskulo-skeletal saat bekerja. Sikap
tubuh yang buruk sewaktu bekerja dan berlangsung lama menyebabkan adanya
beban pada sistem muskuloskeletal dan berefek negatif pada kesehatan, disamping
itu pekerja tidak mampu mengerahkan kemampuannya secara optimal.1,3,4
Bahu merupakan sendi yang paling sering bergerak dan jaringan lunaknya
sangat rentan terhadap cedera dalam aktivitas-aktivitas dimana lengan berada
lebih diatas daripada garis horizontalnya. Bekerja dengan lengan lebih tinggi dari
bahu sangat melelahkan dan meningkatkat risiko cedera yang disebut
impingement syndrome, atau lebih dikenal dengan swimmers shoulder, pitchers
arm atau rotator cuff injury. Para petugas laundry seringkali menggunakan
peralatan yang menuntut kerja dari otot-otot rotator cuff, baik secara statis
maupun dinamis dan dalam posisi yang kurang ergonomis.1,4,5
Sikap kerja yang salah dan tidak ergonomis menyebabkan otot menjadi
lebih cepat mengalami kelelahan. Jika terus dilakukan berulang-ulang dalam
jangka waktu yang lama maka akan meningkatkan risiko terjadinya rotator
cuff injury. Selain itu, bekerja dengan rasa sakit akan menurunkan produktivitas
kerja dan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja yang lebih parah.
Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan peletitian
tentang hubungan sikap kerja dengan Rotator Cuff Injury pada petugas laundry.3,4

2
BAB II

LAPORAN KASUS

DAN LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS OKUPASI

I. ANAMNESIS

A. Anamnesis Klinis

1) Identitas Pasien

Nama : Ny. W

Umur : 58 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Alamat : Jl. Urip Sumoharjo

Pekerjaan : Petugas laundry di RS. Ibnu Sina

Suku : Makassar

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Tanggal pemeriksaan : 8 Februari 2017

2) Keluhan Utama

Nyeri pada bahu kiri

3) Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh nyeri sejak kurang lebih 3 hari yang lalu dan memberat
sejak malam kemarin. Pasien merasa sulit untuk menggerakkan tangan

3
karena nyeri pada bahu sebelah kiri. Nyeri dirasakan pertama kali saat
pasien ketika menarik troli linen yang penuh dengan hanya tangan kirinya
masuk ke dalam lift untuk dibawa ke ruangan laundry RS Ibnu Sina.
Waktu itu terdengar bunyi seperti klik, dan mulai nyeri, tapi membaik
dengan istirahat. Pada malam harinya, pasien bangun karena nyeri pada
bahu kirinya sehingga tidak bisa tidur. Nyeri pada bahu kirinya itu
semakin memberat apabila pasien melakukan aktivitas tertentu seperti
melakukan gerakan-gerakan ke atas, seperti menyisir rambut, memakai
baju, dan menarik Pasien tidak pernah minum obat pengurang rasa sakit.
BAB dan BAK lancar, kesan normal. Riwayat trauma sebelumnya
disangkal, mual serta muntah di.sangkal.

4) Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat diabetes mellitus (-)


Riwayat hipertensi (-)
Riwayat alergi obat atau makanan (-)
Penyakit paru atau jantung (-)
5) Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien tidak pernah mengalamai keluhan yang sama sebelumnya.

6) Riwayat sosio ekonomi dan kebiasaan:

Pasien merupakan ibu rumah tangga, penghasilan utama sebagai petugas


laundry dengan waktu kerja 8 jam perhari, riwayat keluarga suami telah
meninggal dunia dan 2 orang anak, anak sulung telah menikah. Riwayat
hipertensi tidak ada, riwayat asam urat tidak diketahui.

4
B. Anamnesis Okupasi

1) Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan bahan/materia tempat kerja Masa kerja


l yang (perusahaan)
digunakan (dalam bulan /
tahun)

Pegawai di Linen, Laundry RS Ibnu 23 Tahun


bagian Laundry Detergen, Sina
Mesin Cuci,
Seterika
2) Uraian Tugas

Pasien adalah seorang pegawai di bagian laundry RS Ibnu Sina. Pasien


bekerja 6 hari dalam seminggu dari Senin-Sabtu, bekerja dari jam 07.00-
14.00 atau sekitar 7-8 jam dalam sehari dengan waktu istirahat sekitar 30
menit 1 jam.

Uraian Tugas Rutin

Jam 05.00 : Bangun, shalat, mandi, sarapan

Jam 06.45 : Berangkat ketempat kerja

Jam 07-00 12.00 : Mengerjakan tugas-tugas ditempat kerja

Jam 12.00 13.00 : Istirahat makan siang

Jam 13.00 14.00 : Kegiatan di tempat kerja

Jam 14.00 : Pulang ke rumah

Jam 19.00 - 21.00 : Berkumpul dengan keluarga

Jam 22.00 : Istirahat

5
Bangun Berangkat ke tempat kerja jam 06.45 di tempat kerja jam 07.00 12.00
Kegiatan

Istirahat Istirahat makan siang


Jam 22.00 Jam 12.00-13.00

Dirumah bersama keluarga Jam 19.00-21.00


Pulang ke rumah Kegiatan di tempat kerja Jam 13.00-14.00
Jam 14.00

3) Bahaya Potensial

Urutan Bahaya Potensial Gangguan Risiko


kegiatan kesehatan kecelakaan
yang kerja
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psiko
mungkin

Beban Debu pada Bakteri, Gerakan Monotoni, Jatuh terpeleset,


Pembawa Dermatitis, stress
berat linen kotor virus, parasit repetitif kerja berlebih strain ligamen,
linen kerja,LBP
sprain muscle

Bakteri, Gerakan
Beban Debu pada Monotoni, Jatuh terpeleset,
virus, parasit repetitif, Dermatitis, stress
Penimbang berat linen kotor kerja berlebih strain ligamen,
membungkuk kerja,LBP
sprain muscle

Bakteri, Gerakan
Debu pada Monotoni, Jatuh terpeleset,
- virus, parasit repetitif, Dermatitis, stress
Pemilah linen kotor kerja berlebih strain ligamen,
membungkuk kerja,LBP
sprain muscle

Gerakan
Beban Debu pada Monotoni, Jatuh terpeleset,
Penampunga Bakteri, repetitif, Dermatitis, stress
berat linen kotor virus, parasit kerja berlebih strain ligamen,
n membungkuk kerja,LBP
sprain muscle

Bakteri, Gerakan
Debu pada Monotoni, Dermatitis, stress
Pencucian - virus, parasit repetitif,
linen kotor kerja berlebih kerja,LBP Jatuh terpeleset
infeksius membungkuk

6
Urutan Bahaya Potensial Gangguan Risiko
kegiatan kesehatan kecelakaan
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psiko yang kerja
Bakteri, Gerakan
Debu pada Monotoni,
Pencucian - virus, parasit repetitif, Dermatitis, stress
linen kotor kerja berlebih Jatuh terpeleset
non infeksius membungkuk kerja,LBP

Beban
berat
(linen Debu pada Gerakan Monotoni,
- Dermatitis, LBP,
Pengeringan yang linen kotor repetitif kerja berlebih Jatuh terpeleset
stress kerja
sudah
dicuci)

Bagian yang Panas Debu - Posisi kerja Monotoni, Carpal tunnel Luka bakar
menyetrika lama berdiri bekerja syndrome, LBP, akibat setrika
& melipat berlebih frozen shoulder,
stress kerja

Gudang - Debu - Monotoni, Rhinitis alergi, Jatuh terpeleset


Gerakan
penyimpanan bekerja carpal tunnel
repetitif,
berlebih syndrome, LBP,
membungkuk frozen shoulder,
stress kerja

Pembawa Beban Debu pada Bakteri, Gerakan Monotoni, Jatuh terpeleset,


Dermatitis, stress
linen kembali berat linen kotor virus, parasit repetitif kerja berlebih strain ligamen,
kerja,LBP
ke perawatan sprain muscle

4) Hubungan Pekerjaan dengan Penyakit yang Dialami (Gejala/Keluhan


yang Ada)

Pasien mengeluh nyeri pada bahu kiri. Rasa nyeri membatasi aktivitas
dan pergerakan bahu. Keluhan ini dialami sejak 3 hari yang lalu memberat
sejak malam kemarin setelah menarik troli yang penuh linen masuk ke dalam
lift.

7
5) Body Discomfort Map

Keterangan :

1. Tanyakan kepada pekerja atau


pekerja dapat mengisi sendiri
2. Isilah : keluhan yang sering dirasakan
oleh pekerja dengan memberti
tanda/mengarsir bagian-bagian sesuai
dengan gangguan muskulo skeletal
yang dirasakan pekerja

//// Tanda pada gambar area yang dirasakan :


Kesemutan = x x x Pegal-pegal = / / / / /

Baal = vvv Nyeri = ////////

8
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
a. Nadi : 83 x/menit c. Tekanan Darah (duduk) : 120/70 mmHg

b. Pernafasan : 19 x/menit d. Suhu Badan : 36,7 C

2. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 153 Berat Badan : 50 Kg c. IMT = 21,69 kg/m2

b. Lingkar perut : 90 cm d. Bentuk badan : Astenikus Atletikus Piknikus

3. Tingkat Kesadaran dan keadaan umum Keterangan


a. Kesadaran : Compos Mentis Kesadaran menurun

b. Tampak kesakitan Tidak Ya

c. Gangguan saat berjalan : tidak Ya

4. Kelenjar Getah Bening Jumlah, Ukuran, Perlekatan, Konsistensi

a. Leher : Normal Tidak Normal

b. Submandibula Normal Tidak Normal

c. Ketiak : Normal Tidak Normal

d. Inguinal Normal Tidak Normal

5. Mata mata kanan mata-kiri

a. Persepsi Warna Normal Buta Warna Parsial Normal Buta Warna Parsial
Buta Warna Total
Buta Warna Total

b. Kelopak Mata Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal

c. Konjungtiva Normal Hiperemis Sekret Normal Hiperemis Sekret

Pucat Pucat Pterigium


Pterigium

d.Kesegarisan/gerak bola mata Normal Strabismus Normal Strabismus

Sklera Normal Ikterik Normal Ikterik

Lensa mata Tidak Keruh Tidak keruh Keruh


keruh

B ulu Mata Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal

Penglihatan 3 dimensi Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal

i. Visus mata:

9
Tanpa koreksi: 6/6

Dengan koreksi: 6/6

6.Telinga Telinga kanan Telinga kiri


a. Daun Telinga Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal

b. Liang Telinga Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal

- Serumen Tidak ada ada serumen Tidak ada ada serumen

Menyumbat (prop) Menyumbat (prop)

c. Membrana Timpani Intak Tidak intak Intak Tidak intak

lainnya lainnya sulit dinilai

d. Test berbisik Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal

e. Test Garpu tala Rinne Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal

f. Weber

g. Swabach

h. Lain lain .

7. Hidung

a. Meatus Nasi Normal Tidak Normal

b. Septum Nasi Normal Deviasi ke ........

c. Konka Nasal Normal Udem warna merah lubang hidung normal

d. Nyeri Ketok Sinus maksilar Normal Nyeri tekan positif di ..

e. Penciuman : normal

8. Gigi dan Gusi

9. Tenggorokan

a. Pharynx Normal Hiperemis Granulasi

b. Tonsil : Kanan : To T1 T2 T3 Kiri : To T1 T2 T3


Ukuran
Normal Hiperemis Normal Hiperemi

c. Palatum Normal Tidak Normal

d. Lain- lain

10
10. Leher Keterangan

a. Gerakan leher Normal Terbatas

b. Kelenjar Thyroid Normal Tidak Normal

c. Pulsasi Carotis Normal Bruit

d. Tekanan Vena Jugularis Normal Tidak Normal

e. Trachea Normal Deviasi

f. Lain-lain : ..

Spurling test : tidak ada kelainan

11. Dada Keterangan


a. Bentuk Simetris Asimetris

b. Mammae Normal Tidak Normal Tumor : Ukuran

Letak

Konsistensi

c. Lain lain

12. Paru- Paru dan Jantung


a. Palpasi Normal Tidak Normal

Kanan Kiri

b. Perkusi Sonor Redup Sonor Redup


Hipersonor Hipersonor

Iktus Kordis : Tidak Normal,


Normal sebutkan .............

Batas Jantung : Tidak Normal, sebutkan


Normal

c. Auskultasi : - bunyi Vesikular Vesikular


napas Bronchovesikular Bronchovesikular

- Bunyi Napas tambahan tak ada Ronkhi tak ada Ronkhi memanjang
Wheezing Wheezing

- Bunyi Jantung Normal Tidak Normal Sebutkan ....

13. Abdomen

Normal Tidak Normal


a. Inspeksi

Timpani Redup
b. Perkusi

Normal Tidak Normal


c. Auskultasi: Bising Usus

Normal Teraba.jbpx
d. Hati jbac

Normal- Teraba shoeffne ..


e. Limpa

11
14. Genitourinaria

a. Kandung Kemih Normal Tidak Normal

b. Anus/Rektum/Perianal Normal Tidak Normal

Normal Tidak Normal


c Genitalia Eksternal

d. Prostat (khusus Pria) Normal Tidak Normal

Kanan Kiri

15a.Tulang / sendi

Ekstremitas atas

- Gerakan Nyeri pada bahu


Normal tidak normal Normal tidak normal kiri

- Tulang Normal tidak normal Normal tidak normal

- Sensibilitas baik tidak baik baik tidak baik

- Oedema tidak ada ada tidak ada ada

- Varises tidak ada ada tidak ada ada

- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5

- vaskularisasi baik tidak baik baik tidak baik

- kelainan Kuku jari tidak ada ada


tidak ada ada

Pemeriksaan Khusus :

Tes Range of Motion : Gerakan terbatas, pasien sulit untuk melakukan gerakan fleksi pada sendi bahu

Kanan Kiri

15b.Tulang / Sendi Ekstremitas bawah

- Gerakan Normal tidak


Normal tidak normal
normal

- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5

- Tulang Normal tidak


Normal tidak normal
normal

- Sensibilitas baik tidak baik baik tidak baik

- Oedema tidak ada ada tidak ada ada

- Varises tidak ada ada tidak ada ada

- vaskularisasi baik tidak baik baik tidak baik

- kelainan kuku jari tidak ada ada tidak ada ada

12
Pemeriksaan khusus :

Tes Range of Motion: (+)

Tes Strength: a. Heel walking: (+) b. Toe walking: (+) c. Resistes great toe dorsoflexion: (+)

Tes Patrick: (+)

Tes Kontra patrick : (+)

15c. Otot motoric

1. Trofi Normal Tidak Normal Tidak


Normal Normal

2. Tonus Normal Tidak Normal Tidak


Normal Normal

3. Kekuatan 5/5/5/5 5/5/5/5 Gerakan abnormal :

(Fs motorik) tidak ada

tic ataxia lainya ..

16. Refleks kanan kiri


a. Refleks Fisiologis patella, Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
lainnya .........

b Refleks Patologis: Babinsky negatif Positif negatif Positif

lainnya.

d. Knee jerk/ankle jerk: (+)


e. Straight leg raise: (+)

17. Kulit Efloresensi dan Lokasi nya

a. Kulit Normal Tidak Normal

b. Selaput Lendir Normal Tidak Normal

c. Kuku Normal Tidak Normal

d. Lain lain

III. RESUME KELAINAN YANG DIDAPAT:

Seorang perempuan 58 tahun mengeluh nyeri pada bahu kiri. Nyeri bersifat
tumpul, hilang timbul, nyeri diperberat dengan aktivitas dan membaik dengan

13
istirahat. Keluhan ini dialami sejak 3 hari yang lalu semenjak pasien menarik troli
linen yang penuh masuk ke dalam lift dengan tangan kirinya. Ada riwayat bangun
malam karena nyeri pada bahu kiri. Riwayat hipertensi tidak ada, riwayat asam
urat tidak diketahui. Riwayat keluarga mengalami penyakit yang sama tidak ada.
Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan N :
83 x/menit, RR : 19 x/menit, S : 36,7C. Pada pemeriksaan fisik lain tidak
ditemukan adanya kelainan.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

Hasil Body Map : Nyeri pada bahu kiri

Hasil Brief Survey ; Bahu dan punggung risiko medium

V. DIAGNOSIS KERJA :

Rotator Cuff Injury

VI. DIAGNOSIS BANDING :

Frozen Shoulder

Rotator Cuff Tendinitis

Glenohumeral arthritis

VII. DIAGNOSIS OKUPASI :

14
Langkah Diagnosis Pertama
1. Diagnosis Klinis Rotator Cuff Injury
Dasar diagnosis Seorang perempuan 58 tahun mengeluh nyeri pada
bahu kiri. Nyeri bersifat tumpul, hilang timbul, nyeri
diperberat dengan aktivitas dan membaik dengan
istirehat. Keluhan ini dialami sejak 3 hari yang lalu
semenjak pasien menarik troli linen yang penuh masuk
ke dalam lift dengan tangan kirinya. Ada riwayat
bangun malam karena nyeri pada bahu kiri. Riwayat
hipertensi tidak ada, riwayat asam urat tidak
diketahui.Riwayat keluarga mengalami penyakit yang
sama tidak ada. Pasien belum pernah berobat
sebelumnya. Hasil brief survey bahu dan punggung
berisiko medium terhadap cedera muskuloskeletal.
2. Pajanan di
tempat kerja
Fisik Beban berat, getaran,suhu dan kelembaban tempat
kerja
Kimia Debu
Biologi Infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit dari pasien
yang berobat di rumah sakit
Ergonomi Bekerja dengan beban berat dan posisi bekerja yang
tidak ergonomis, seperti membungkuk, sering
berjongkok, dan berdiri lama, menarik troli berat
dengan 1 tangan
Psikososial Tekanan saat bekerja
3 . Evidence Based Nyeri muskuloskeletal seringkali disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak seperti bursa, ligamen, tendon
dan otot yang diakibatkan aktivitas berulang yang
berhubungan dengan olahraga ataupun pekerjaan.
Petugas laundry seringkali melakukan aktivitas yang
menggunakan gerakan bahu dalam bekerja maupun
dalam penggunaan peralatan, baik gerakan secara statis
maupun dinamis. Petugas laundry juga sering
mengangkat beban yang sangat berat dan
mempertahankan posisi bahu dalam waktu lama yang
diperparah dengan sikap kerja yang tidak ergonomi
yang dapat memunculkan keluhan muskulo-skeletal
saat bekerja. Sikap tubuh yang buruk sewaktu bekerja
dan berlangsung lama menyebabkan adanya beban
pada sistem muskuloskeletal dan berefek negatif pada
kesehatan, disamping itu pekerja tidak mampu
mengerahkan kemampuannya secara optimal.
Sumber:
Rinawati, Seviana. 2016. Analisis Risiko Postur Kerja
pada Pekerja di Bagian Pemilahan dan Penimbangan
Linen Kotor RS. X. Journal of Industrial Hygiene and
Occupational Health. 15

Itoi, Eiji. 2013. Rotator cuff tear: physical examination


VIII. KATEGORI KESEHATAN

Kesehatan baik (sehat untuk bekerja = physical fitness)


Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat dipulihkan
(sehat untuk bekerja dengan catatan)
Kemampuan fisik terbatas
Tidak fit untuk sementara

IX. PROGNOSIS

1. Klinik : ad vitam : bonam


ad sanasionam : dubia ad bonam

ad fungsionam: dubia ad bonam

2. Okupasi (bila ada d/ okupasi): ad vitam : bonam


ad sanasionam : dubia ad bonam

ad fungsionam: dubia ad bonam

X. PERMASALAHAN PASIEN & RENCANA PENATALAKSANAAN

Jenis Rencana Tindakan (materi & metoda); Tatalaksana


permasalahan medikamentosa; non medika mentosa(nutrisi,
No Target Hasil yang
olahraga, konseling dan OKUPASI)
Medis & non waktu diharapkan
medis dll)

1. Rotator Cuff Terapi okupasi:


Injury - Eliminasi : sulit dilakukan
- Subsitusi : sulit dilakukan.
- Isolasi : sulit dilakukan
- Engineering Control : sulit dilakukan. Keluhan
Segera
- Administrative control : diberikan edukasi berkurang
kepada pegawai untuk melakukan rotasi
pekerja.
Alat pelindung diri (APD): handschoen, masker,
celemek dan sepatu boot.

16
Terapi medikamentosa:
- Tab. Asam mefenamat 3 x 500mg
- Tab. Vit. B komplek 1x1 tab
- Disarankan melakukan pemeriksaan Keluhan
Segera
penunjang berupa : Foto Rontgen Left berkurang
Shoulder AP/Lateral, dan CT Scan Left
Shoulder

Terapi non medikamentosa:

- Edukasi :
Perbaiki posisi pada saat bekerja
(hindari posisi dan gerakan-
gerakan yang memperberat
gejala)
Mengurangi pengangkatan Keluhan
Segera
beban yang berat berkurang
Melakukan gerakan peregangan
otot-otot di sela-sela pekerjaan
Mengkonsumsi makanan-makan
yang bergizi
Mengajarkan pasien dan pekerja
yang lain senam ergonomis
- Fisioterapi

Persetujuan Pembimbing
Pembimbing : dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK
Tanda Tangan:

Nama Jelas: Fierda Eka Pratiwi


Tanggal: 8 Februari 2017

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

17
Sikap Kerja
Sikap kerja adalah posisi relatif bagian tubuh tertentu pada saat bekerja
yang dipengaruhi oleh interaksi dengan fasilitas yang digunakan maupun
kebiasaan kerja. Sikap kerja yang baik merupakan persyaratan untuk mencegah
pekerja untuk mengalami kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan. Sikap kerja
yang baik adalah suatu kondisi dimana bagian-bagian tubuh secara nyaman
melakukan kegiatan seperti sendisendi bekerja secara alami dimana tidak terjadi
penyimpangan yang berlebihan.5
Tempat Kerja
Menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tempat kerja adalah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci
pada pasal 2: Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat
kerja tersebut.5
Menurut OHSAS 18001: 2007 risiko didefinisikan sebagai kombinasi dari
kemungkinan suatu kejadian berbahaya terjadi atau terpapar keadaan berbahaya
dan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kejadian berbahaya atau paparan dari keadaan berbahaya.6
Faktor Lingkungan Kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No
PER.13/MEN.X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor
Kimia di Tempat Kerja yang tercantum faktor lingkungan fisika dan kimia. 5
Faktor biologi, faktor Mental dan Psikologi (reaksi mental dan kejiwaan
terhadap suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan
prosedur organisasi pelaksanaan kerja) dan Faktor Fisiologis/Ergonomi adalah
interaksi antara faal kerja manusia dengan pekerjaan atau lingkungan kerjanya
seperti konstruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi indera manusia, postur

18
dan cara kerja yang mempertimbangkan aspek antropometris dan fisiologis
manusia.5,7
Anatomi dan Fisiologi Rotator Cuff
Rotator cuff: adalah grup dari 4 otot yang terdiri dari M.Supraspinatus,
M.Infraspinatus, M.Subsacpularis, dan M.Teres minor. Fungsi dari ke-4 otot ini
menarik humerus ke arah skapula. Menstabilkan sendi glenohumeral untuk fungsi
ball and socket dan membantunya saat gerakan-gerakan sendi glenohumeral
seperti abduksi-adduksi, rotasi, fleksi-ekstensi. 3,4
Definisi Rotator Cuff Injury
Rotator Cuff Injury adalah kumpulan gejala yang timbul akibat kerusakan
atau lesi dari rotator cuff yang bisa ditimbulkan akibat trauma, dan degenerasi,
postur tubuh yang salah.3,4
Patofisiologi Rotator Cuff Injury
Otot rotator cuff berperan pada aktifitas sendi bahu, seperti Muskulus
Supraspinatus. Otot supraspinatus merupakan otot postural atau otot tonik yang
bekerja melakukan gerakan abduksi bahu. Kerja otot ini akan bertambah berat
dengan adanya postur yang jelek, mikro dan makro trauma. Akibatnya yang
terjadi adalah fase kompresi dan ketegangan lebih lama dari pada rileksasi,
terjadinya suatu keadaan melebihi batas critical load dan juga otot tadi mengalami
kelelahan otot yang cepat.3

Pada saat jaringan miofasial dalam keadaan immobilisasi, maka akan


terjadi perubahan pada substansi dan serabut kolagen, protein dan karbohidrat
kompleks dalam substansia dasar akan mengikat air dan menjadikan banyak gel
tak terbentuk yang dikenal sebagai glikoaminoglikan. Dengan immobilisasi
viskositas matrik akan berkurang dan bagian terbesar dari substansia dasar akan
menurun. Akibatnya serabut kolagen akan saling berdempetan, ketika jarak dari
satu molekul kolagen ke molekul kolagen lain menurun hingga pada ambang
kritis, yang terjadi adalah molekul mulai membentuk ikatan menyilang (cross
binding). Jaringan ikat juga menjadi kurang elastis karena serabut kolagen dan
lapisan fascia kehilangan pelumas. Hal ini akan menyebabkan molekul dari
lembaran fascia ternyata terikat bersama-sama. Keadaan immobilisasi dari

19
jaringan miofasial ini banyak disebabkan misalnya oleh ergonomik kerja yang
jelek, dimana keadaan ini akan mencetuskan timbunan fibroblast dan banyak
kolagen membuat ikatan tali (cross link). Cross link kolagen secara fisiologis
timbul perlahan-lahan pula akan menyebabkan tekanan dalam jaringan. Akibatnya
akan menurunkan jarak kritis pada area ini. Disamping itu aliran darah pada area
ini juga akan menurun bahkan hingga tingkat iskemia sehingga mencetuskan
timbulnya nyeri.3,4

Langkah Mengatasi Keluhan Sistem Muskuloskeletal


Langkah preventif ini dimaksudkan untuk mengeleminir
overexertion dan mencegah adanya sikap kerja tidak alamiah yaitu : Rekayasa
teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alternatif sebagai
berikut : eliminansi, subtitusi, partisi dan ventilasi. Rekayasa manajemen dapat
dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai berikut : pendidikan dan pelatihan,
pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang dan pengawasan yang
intensif.8
Tindakan untuk mencegah atau mengatasi terjadinya keluhan otot skeletal
pada berbagai kondisi atau aktivitas seperti yang dijabarkan berikut: 1. Aktivitas
angkat-angkut material secara manual seperti mengupayakan agar beban angkat
tidak melebihi kapasitas angkat pekerja 2. Berat bahan dan alat, dengan
mengupayakan untuk menggunakan bahan dan alat yang ringan 3. Alat tangan
misal memasang lapisan peredam getaran pada pegangan tangan 4. Melakukan
pekerjaan pada ketinggian, seperti : menggunakan alat bantu kerja yang memadai
seperti; tangga kerjadan lift.9,10

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Zubairi, Okky. 2015. Hubungan antara Sikap Kerja dengan Kejadian


Rotator Cuff Injury pada Montir Bengkel Mobil. Surakarta. Program Studi
Fisioterapi UMS.
2. Rinawati, Seviana. 2016. Analisis Risiko Postur Kerja pada Pekerja di
Bagian Pemilahan dan Penimbangan Linen Kotor RS. X. Journal of
Industrial Hygiene and Occupational Health.
3. Itoi, Eiji. 2013. Rotator cuff tear: physical examination and conservative
treatment. Japan. J Orthop Sci 18:197-204.
4. American Academy Orthopaedic Surgeon. Rotator Cuff Tears.
OrthoInfo.org (diakses pada tanggal 8 Februari 2017)
5. Widyastoeti, Prita. 2008. Hubungan Sikap Kerja Berdiri dengan Keluhan
Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja di Bagian Laundry Rumah Sakit
Telogorejo Semarang. Semarang. Program Studi Fisioterapi UMS.
6. Hajrah Hi. Sultan Bedu, Syamsiar S. Russeng, Muhammad Rum Rahim.
2013. Faktor yang Berhubungan dengan Gannguan Muskuloskeletal pada
Cleaning Servicedi RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Makassar.
Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM Universitas Hasanuddin.
7. Anisa Imadul Bilad, MG Catur Yuantari, Supriyono Asfawi. 2013.
Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Instalasi Laundry
RSUD Kota Semarang Tahun 2013. Semarang. Program Studi FKM UDN.
8. Jannatul, Amaluna. 2015. Pengaruh Terapi Bekam dan Muscle Energy
Tecnique terhadap Penurunan Nyeri Bahu pada Pekerja Laundry.
Surakarta. Program Studi Fisioterapi UMS.
9. Ervianta, Widya. 2013. Pengaruh Terapi Manipulasi Terhadap
Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Bahu Pada Frozen Shoulder Di RST
Dr. Soedjono Magelang. Surakarta. Program Studi Fisioterapi UMS.
10. Organisasi Perburuhan Internasional. 2005. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Cara Kerja Aman Binatu (Laundry) dalam Pedoman Bersama
ILO/WHO tentang Pelayanan Kesehatan dan HIV/AIDS. Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai