PENDAHULUAN
1
berhubungan dengan olahraga ataupun pekerjaan. Petugas laundry seringkali
melakukan aktivitas yang menggunakan gerakan bahu dalam bekerja maupun
dalam penggunaan peralatan, baik gerakan secara statis maupun dinamis. Petugas
laundry juga sering mengangkat beban yang sangat berat dan mempertahankan
posisi bahu dalam waktu lama yang diperparah dengan sikap kerja yang tidak
ergonomi yang dapat memunculkan keluhan muskulo-skeletal saat bekerja. Sikap
tubuh yang buruk sewaktu bekerja dan berlangsung lama menyebabkan adanya
beban pada sistem muskuloskeletal dan berefek negatif pada kesehatan, disamping
itu pekerja tidak mampu mengerahkan kemampuannya secara optimal.1,3,4
Bahu merupakan sendi yang paling sering bergerak dan jaringan lunaknya
sangat rentan terhadap cedera dalam aktivitas-aktivitas dimana lengan berada
lebih diatas daripada garis horizontalnya. Bekerja dengan lengan lebih tinggi dari
bahu sangat melelahkan dan meningkatkat risiko cedera yang disebut
impingement syndrome, atau lebih dikenal dengan swimmers shoulder, pitchers
arm atau rotator cuff injury. Para petugas laundry seringkali menggunakan
peralatan yang menuntut kerja dari otot-otot rotator cuff, baik secara statis
maupun dinamis dan dalam posisi yang kurang ergonomis.1,4,5
Sikap kerja yang salah dan tidak ergonomis menyebabkan otot menjadi
lebih cepat mengalami kelelahan. Jika terus dilakukan berulang-ulang dalam
jangka waktu yang lama maka akan meningkatkan risiko terjadinya rotator
cuff injury. Selain itu, bekerja dengan rasa sakit akan menurunkan produktivitas
kerja dan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja yang lebih parah.
Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan peletitian
tentang hubungan sikap kerja dengan Rotator Cuff Injury pada petugas laundry.3,4
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. ANAMNESIS
A. Anamnesis Klinis
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 58 tahun
Suku : Makassar
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
2) Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri sejak kurang lebih 3 hari yang lalu dan memberat
sejak malam kemarin. Pasien merasa sulit untuk menggerakkan tangan
3
karena nyeri pada bahu sebelah kiri. Nyeri dirasakan pertama kali saat
pasien ketika menarik troli linen yang penuh dengan hanya tangan kirinya
masuk ke dalam lift untuk dibawa ke ruangan laundry RS Ibnu Sina.
Waktu itu terdengar bunyi seperti klik, dan mulai nyeri, tapi membaik
dengan istirahat. Pada malam harinya, pasien bangun karena nyeri pada
bahu kirinya sehingga tidak bisa tidur. Nyeri pada bahu kirinya itu
semakin memberat apabila pasien melakukan aktivitas tertentu seperti
melakukan gerakan-gerakan ke atas, seperti menyisir rambut, memakai
baju, dan menarik Pasien tidak pernah minum obat pengurang rasa sakit.
BAB dan BAK lancar, kesan normal. Riwayat trauma sebelumnya
disangkal, mual serta muntah di.sangkal.
4
B. Anamnesis Okupasi
1) Jenis Pekerjaan
5
Bangun Berangkat ke tempat kerja jam 06.45 di tempat kerja jam 07.00 12.00
Kegiatan
3) Bahaya Potensial
Bakteri, Gerakan
Beban Debu pada Monotoni, Jatuh terpeleset,
virus, parasit repetitif, Dermatitis, stress
Penimbang berat linen kotor kerja berlebih strain ligamen,
membungkuk kerja,LBP
sprain muscle
Bakteri, Gerakan
Debu pada Monotoni, Jatuh terpeleset,
- virus, parasit repetitif, Dermatitis, stress
Pemilah linen kotor kerja berlebih strain ligamen,
membungkuk kerja,LBP
sprain muscle
Gerakan
Beban Debu pada Monotoni, Jatuh terpeleset,
Penampunga Bakteri, repetitif, Dermatitis, stress
berat linen kotor virus, parasit kerja berlebih strain ligamen,
n membungkuk kerja,LBP
sprain muscle
Bakteri, Gerakan
Debu pada Monotoni, Dermatitis, stress
Pencucian - virus, parasit repetitif,
linen kotor kerja berlebih kerja,LBP Jatuh terpeleset
infeksius membungkuk
6
Urutan Bahaya Potensial Gangguan Risiko
kegiatan kesehatan kecelakaan
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psiko yang kerja
Bakteri, Gerakan
Debu pada Monotoni,
Pencucian - virus, parasit repetitif, Dermatitis, stress
linen kotor kerja berlebih Jatuh terpeleset
non infeksius membungkuk kerja,LBP
Beban
berat
(linen Debu pada Gerakan Monotoni,
- Dermatitis, LBP,
Pengeringan yang linen kotor repetitif kerja berlebih Jatuh terpeleset
stress kerja
sudah
dicuci)
Bagian yang Panas Debu - Posisi kerja Monotoni, Carpal tunnel Luka bakar
menyetrika lama berdiri bekerja syndrome, LBP, akibat setrika
& melipat berlebih frozen shoulder,
stress kerja
Pasien mengeluh nyeri pada bahu kiri. Rasa nyeri membatasi aktivitas
dan pergerakan bahu. Keluhan ini dialami sejak 3 hari yang lalu memberat
sejak malam kemarin setelah menarik troli yang penuh linen masuk ke dalam
lift.
7
5) Body Discomfort Map
Keterangan :
8
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
a. Nadi : 83 x/menit c. Tekanan Darah (duduk) : 120/70 mmHg
2. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 153 Berat Badan : 50 Kg c. IMT = 21,69 kg/m2
a. Persepsi Warna Normal Buta Warna Parsial Normal Buta Warna Parsial
Buta Warna Total
Buta Warna Total
i. Visus mata:
9
Tanpa koreksi: 6/6
e. Test Garpu tala Rinne Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
f. Weber
g. Swabach
h. Lain lain .
7. Hidung
e. Penciuman : normal
9. Tenggorokan
d. Lain- lain
10
10. Leher Keterangan
f. Lain-lain : ..
Letak
Konsistensi
c. Lain lain
Kanan Kiri
- Bunyi Napas tambahan tak ada Ronkhi tak ada Ronkhi memanjang
Wheezing Wheezing
13. Abdomen
Timpani Redup
b. Perkusi
Normal Teraba.jbpx
d. Hati jbac
11
14. Genitourinaria
Kanan Kiri
15a.Tulang / sendi
Ekstremitas atas
Pemeriksaan Khusus :
Tes Range of Motion : Gerakan terbatas, pasien sulit untuk melakukan gerakan fleksi pada sendi bahu
Kanan Kiri
12
Pemeriksaan khusus :
Tes Strength: a. Heel walking: (+) b. Toe walking: (+) c. Resistes great toe dorsoflexion: (+)
lainnya.
d. Lain lain
Seorang perempuan 58 tahun mengeluh nyeri pada bahu kiri. Nyeri bersifat
tumpul, hilang timbul, nyeri diperberat dengan aktivitas dan membaik dengan
13
istirahat. Keluhan ini dialami sejak 3 hari yang lalu semenjak pasien menarik troli
linen yang penuh masuk ke dalam lift dengan tangan kirinya. Ada riwayat bangun
malam karena nyeri pada bahu kiri. Riwayat hipertensi tidak ada, riwayat asam
urat tidak diketahui. Riwayat keluarga mengalami penyakit yang sama tidak ada.
Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan N :
83 x/menit, RR : 19 x/menit, S : 36,7C. Pada pemeriksaan fisik lain tidak
ditemukan adanya kelainan.
V. DIAGNOSIS KERJA :
Frozen Shoulder
Glenohumeral arthritis
14
Langkah Diagnosis Pertama
1. Diagnosis Klinis Rotator Cuff Injury
Dasar diagnosis Seorang perempuan 58 tahun mengeluh nyeri pada
bahu kiri. Nyeri bersifat tumpul, hilang timbul, nyeri
diperberat dengan aktivitas dan membaik dengan
istirehat. Keluhan ini dialami sejak 3 hari yang lalu
semenjak pasien menarik troli linen yang penuh masuk
ke dalam lift dengan tangan kirinya. Ada riwayat
bangun malam karena nyeri pada bahu kiri. Riwayat
hipertensi tidak ada, riwayat asam urat tidak
diketahui.Riwayat keluarga mengalami penyakit yang
sama tidak ada. Pasien belum pernah berobat
sebelumnya. Hasil brief survey bahu dan punggung
berisiko medium terhadap cedera muskuloskeletal.
2. Pajanan di
tempat kerja
Fisik Beban berat, getaran,suhu dan kelembaban tempat
kerja
Kimia Debu
Biologi Infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit dari pasien
yang berobat di rumah sakit
Ergonomi Bekerja dengan beban berat dan posisi bekerja yang
tidak ergonomis, seperti membungkuk, sering
berjongkok, dan berdiri lama, menarik troli berat
dengan 1 tangan
Psikososial Tekanan saat bekerja
3 . Evidence Based Nyeri muskuloskeletal seringkali disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak seperti bursa, ligamen, tendon
dan otot yang diakibatkan aktivitas berulang yang
berhubungan dengan olahraga ataupun pekerjaan.
Petugas laundry seringkali melakukan aktivitas yang
menggunakan gerakan bahu dalam bekerja maupun
dalam penggunaan peralatan, baik gerakan secara statis
maupun dinamis. Petugas laundry juga sering
mengangkat beban yang sangat berat dan
mempertahankan posisi bahu dalam waktu lama yang
diperparah dengan sikap kerja yang tidak ergonomi
yang dapat memunculkan keluhan muskulo-skeletal
saat bekerja. Sikap tubuh yang buruk sewaktu bekerja
dan berlangsung lama menyebabkan adanya beban
pada sistem muskuloskeletal dan berefek negatif pada
kesehatan, disamping itu pekerja tidak mampu
mengerahkan kemampuannya secara optimal.
Sumber:
Rinawati, Seviana. 2016. Analisis Risiko Postur Kerja
pada Pekerja di Bagian Pemilahan dan Penimbangan
Linen Kotor RS. X. Journal of Industrial Hygiene and
Occupational Health. 15
IX. PROGNOSIS
16
Terapi medikamentosa:
- Tab. Asam mefenamat 3 x 500mg
- Tab. Vit. B komplek 1x1 tab
- Disarankan melakukan pemeriksaan Keluhan
Segera
penunjang berupa : Foto Rontgen Left berkurang
Shoulder AP/Lateral, dan CT Scan Left
Shoulder
- Edukasi :
Perbaiki posisi pada saat bekerja
(hindari posisi dan gerakan-
gerakan yang memperberat
gejala)
Mengurangi pengangkatan Keluhan
Segera
beban yang berat berkurang
Melakukan gerakan peregangan
otot-otot di sela-sela pekerjaan
Mengkonsumsi makanan-makan
yang bergizi
Mengajarkan pasien dan pekerja
yang lain senam ergonomis
- Fisioterapi
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing : dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK
Tanda Tangan:
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
17
Sikap Kerja
Sikap kerja adalah posisi relatif bagian tubuh tertentu pada saat bekerja
yang dipengaruhi oleh interaksi dengan fasilitas yang digunakan maupun
kebiasaan kerja. Sikap kerja yang baik merupakan persyaratan untuk mencegah
pekerja untuk mengalami kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan. Sikap kerja
yang baik adalah suatu kondisi dimana bagian-bagian tubuh secara nyaman
melakukan kegiatan seperti sendisendi bekerja secara alami dimana tidak terjadi
penyimpangan yang berlebihan.5
Tempat Kerja
Menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tempat kerja adalah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci
pada pasal 2: Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat
kerja tersebut.5
Menurut OHSAS 18001: 2007 risiko didefinisikan sebagai kombinasi dari
kemungkinan suatu kejadian berbahaya terjadi atau terpapar keadaan berbahaya
dan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kejadian berbahaya atau paparan dari keadaan berbahaya.6
Faktor Lingkungan Kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No
PER.13/MEN.X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor
Kimia di Tempat Kerja yang tercantum faktor lingkungan fisika dan kimia. 5
Faktor biologi, faktor Mental dan Psikologi (reaksi mental dan kejiwaan
terhadap suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan
prosedur organisasi pelaksanaan kerja) dan Faktor Fisiologis/Ergonomi adalah
interaksi antara faal kerja manusia dengan pekerjaan atau lingkungan kerjanya
seperti konstruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi indera manusia, postur
18
dan cara kerja yang mempertimbangkan aspek antropometris dan fisiologis
manusia.5,7
Anatomi dan Fisiologi Rotator Cuff
Rotator cuff: adalah grup dari 4 otot yang terdiri dari M.Supraspinatus,
M.Infraspinatus, M.Subsacpularis, dan M.Teres minor. Fungsi dari ke-4 otot ini
menarik humerus ke arah skapula. Menstabilkan sendi glenohumeral untuk fungsi
ball and socket dan membantunya saat gerakan-gerakan sendi glenohumeral
seperti abduksi-adduksi, rotasi, fleksi-ekstensi. 3,4
Definisi Rotator Cuff Injury
Rotator Cuff Injury adalah kumpulan gejala yang timbul akibat kerusakan
atau lesi dari rotator cuff yang bisa ditimbulkan akibat trauma, dan degenerasi,
postur tubuh yang salah.3,4
Patofisiologi Rotator Cuff Injury
Otot rotator cuff berperan pada aktifitas sendi bahu, seperti Muskulus
Supraspinatus. Otot supraspinatus merupakan otot postural atau otot tonik yang
bekerja melakukan gerakan abduksi bahu. Kerja otot ini akan bertambah berat
dengan adanya postur yang jelek, mikro dan makro trauma. Akibatnya yang
terjadi adalah fase kompresi dan ketegangan lebih lama dari pada rileksasi,
terjadinya suatu keadaan melebihi batas critical load dan juga otot tadi mengalami
kelelahan otot yang cepat.3
19
jaringan miofasial ini banyak disebabkan misalnya oleh ergonomik kerja yang
jelek, dimana keadaan ini akan mencetuskan timbunan fibroblast dan banyak
kolagen membuat ikatan tali (cross link). Cross link kolagen secara fisiologis
timbul perlahan-lahan pula akan menyebabkan tekanan dalam jaringan. Akibatnya
akan menurunkan jarak kritis pada area ini. Disamping itu aliran darah pada area
ini juga akan menurun bahkan hingga tingkat iskemia sehingga mencetuskan
timbulnya nyeri.3,4
20
DAFTAR PUSTAKA
21