Data Administrasi
Tanggal : 15 Agustus 2017 diisi oleh Nama : Aswin Agus NPM/NIP : 111 2015 2200
Nama Nn. SA
Alamat Jl. Insinyur H. Juanda
Umur 30 tahun Tempat/tanggal lahir : Makassar, 16 Maret 1987
Kedudukan dalam keluarga Anak
Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan Pegawai Puskesmas
Status perkawinan Belum menikah
Kedatangan yang ke -
Telah diobati sebelumnya Tidak pernah
Alergi obat Tidak ada
Sistem pembayaran -
Data Pelayanan
I. ANAMNESIS (subyektif)
dilakukan secara: autoanamnesis dengan pasien sendiri
1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali, serta lama kerja di tiap pekerjaan tersebut
2. Uraian tugas/pekerjaan
Pasien adalah seorang pegawai di salah satu Puskesmas di Makassar. Pasien berada di puskesmas 6 hari dalam seminggu dari
senin-sabtu, dari jam 08.00-14.00 atau sekitar 6 jam dalam sehari dengan waktu istirahat sekitar 30 menit – 1 jam.
Berangkat ke Kegiatan di
Bangun Puskesmas puskesmas jam.
Jam 05.30 Jam 07.30 08.00-12.00
Istirahat makan
Istirahat
siang
Jam 21.00
Jam 12.00-13.00
3. Bahaya Potensial (potential hazard) dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada lingkungan kerja
4. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami (gejala / keluhan yang ada)
Pasien mengeluh batuk berlendir karena sering terpapar debu pada saat perjalanan berangkat dan pulang dari tempat kerja
serta terkena cairan kimia dari sabun deterjen secara langsung saat mencuci. Keluhan berkurang setelah pasien rutin minum
obat.
Keterangan :
1. Tanyakan kepada pekerja atau pekerja
dapat mengisi sendiri
2. Isilah : keluhan yang sering dirasakan oleh
pekerja dengan memberti tanda/mengarsir
bagian- bagian sesuai dengan gangguan
muskulo skeletal yang dirasakan
pekerja
Tanda pada gambar area yang dirasakan :
Kesemutan = x x x Pegal-pegal = / / / / /
Baal = v v v Nyeri = ////////
hasil
1. Tanda Vital
a. Nadi : 96x/menit c. Tekanan Darah (duduk) : 120/80 mmHg
2. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 150 cm Berat Badan : 45 Kg c IMT = kg/m2
b. Lingkar perut : cm d. Bentuk badan : Astenikus Atletikus Piknikus
a. Persepsi Warna Normal Buta Warna Parsial Normal Buta Warna Parsial
Buta Warna Total Buta Warna Total
b. Kelopak Mata Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
c. Konjungtiva Normal Hiperemis Sekret Normal Hiperemis Sekret
Pucat Pterigium Pucat Pterigium
d.Kesegarisan / gerak bola Normal Strabismus Normal Strabismus
mata
e. Sklera Normal Ikterik Normal Ikterik
f. Lensa mata tidak keruh Keruh tidak keruh Keruh
g. B ulu Mata Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
7. Hidung
9. Tenggorokan
a. Pharynx Normal Hiperemis Granulasi
14. Genitourinaria
a. Kandung Kemih Normal Tidak Normal
b. Anus/Rektum/Perianal Normal Tidak Normal
Normal Tidak Normal
c Genitalia Eksternal
d. Prostat (khusus Pria) Normal Tidak Normal
Kanan Kiri
15a.Tulang / sendi Ekstremitas atas
- Gerakan Normal tidak normal Normal tidak normal
- Tulang Normal tidak normal Normal tidak normal
- Sensibilitas baik tidak baik baik tidak baik
- Oedema tidak ada ada tidak ada ada
- Varises tidak ada ada tidak ada ada
- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
- vaskularisasi baik tidak baik baik tidak baik
- kelainan Kuku jari tidak ada ada
tidak ada ada
Pemeriksaan Khusus :
Tes Range of Motion : (+)
Kanan Kiri
15b.Tulang / Sendi Ekstremitas bawah
- Gerakan Normal tidak normal Normal tidak normal
- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
- Tulang Normal tidak normal Normal tidak normal
- Sensibilitas baik tidak baik baik tidak baik
- Oedema tidak ada ada tidak ada ada
- Varises tidak ada ada tidak ada ada
- vaskularisasi baik tidak baik baik tidak baik
- kelainan Kuku jari tidak ada ada tidak ada ada
Pemeriksaan khusus :
Tes Range of Motion: (+)
Tes Strength: a. Heel walking: (+) b. Toe walking: (+) c. Resistes great toe dorsoflexion: (+)
Tes Patrick: (+)
Tes Kontra patrick : (+)
Nyeri pada pundak dan rasa gatal pada kedua punggung kaki
V. DIAGNOSIS KERJA :
DermatitisKontak
IX. PROGNOSIS
1. klinik : ad vitam : dubia et bonam
ad sanasionam : dubia et bonam
ad fungsionam : dubia et bonam
2.Okupasi (bila ada d/ okupasi): dubia et bonam
Terapi Medikamentosa:
- Steroid
- Anti-histamin
Terapi nonmedikamentosa
- Menggunakan alat pelindung diri saat bekerja
-
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan
II. Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin.(2) Data epidemiologi penderita dermatitis
kontak iritan sulit didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan
cukup banyak, namun sulit untuk diketahui jumlahnya. (2) Hal ini disebabkan antara
lain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan.(2)
Dari data yang didapatkan dariU.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan
bahwa 249.000 kasus penyakit okupasional non fatal pada tahun 2004 untuk kedua
jenis kelamin 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab
kedua terbesar untuk semua penyakit okupasional.(1,3)Juga berdasarkan survei
tahunan dari institusi yang sama, bahwaincident rateuntuk penyakit okupasional pada
populasi pekerja di Amerika, menunjukkan 90-95%dari penyakit okupasional adalah
dermatitis kontak, dan 80% dari penyakit didalamnya adalah dermatitis kontak iritan.
(1, 3)
III. Etiologi
V. Gambaran Klinis
Dermatitis kontak iritan dibagi tergantung sifat iritan. Iritan kuat memberikan
gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis.(2) Selain itu juga banyak hal
yang mempengaruhi sebagaimana yang disebutkan sebelumnya. (2)
Berdasarkan penyebab tersebut dan pengaruh faktor tersebut, dermatitis
kontak iritan dibagi menjadi sepuluh macam, yaitu: (2)
Kelainan kulit baru muncul setelah beberapa hari, minggu, bulan, bahkan tahun.
Gejala berupa kulit kering, eritema, skuama, dan lambat laun akan menjadi
hiperkeratosis dan dapat terbentuk fisura jika kontak terus berlangsung.(1, 2)
5. ReaksiTraumatik (DKITraumatik)
Reaksi traumatik dapat terbentuk setelah trauma akutpada kulit seperti panas
atau laserasi.(1,2) Biasanyaterjadi padatangan dan penyembuhan sekitar 6 minggu atau
lebih lama.(1,2) Pada proses penyembuhan akan terjadi eritema, skuama, papul dan
vesikel.
Juga disebut reaksi suberitematous, pada tingkat awal dari iritasi kulit,
kerusakan kulit terjadi tanpa adanya inflamasi, namun perubahan kulit terlihat secara
histologi.(1)
7. Dermatitis Kontak Iritan Subyektif (Sensory ICD)
Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal, rasa tersengat,
rasa terbakar, beberapa menit setelah terpajan dengan iritan, biasanya terjadi di
daerah wajah, kepala dan leher, asam laktat biasanya menjadi iritan yang paling
sering menyebabkan penyakit ini. (1,2)
8. Dermatitis Kontak Iritan Gesekan (Friction ICD)
Terjadi iritasi mekanis yang merupakan hasil dari mikrotrauma atau gesekan
yang berulang. (1, 2) DKI Gesekan berkembang dari respon pada gesekan yang lemah,
dimana secara klinis dapat berupa eritema, skuama, fisura, dan gatal pada daerah
yang terkena gesekan.(2) DKI Gesekan dapat hanya mengenai telapak tangan dan
seringkali terlihat menyerupai psoriasis dengan plakat merah menebal dan bersisik,
tetapi tidak gatal.(1)
Pemeriksaan Penunjang :
Patch test merupakan pemeriksaan gold standard dan digunakan untuk
menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis dan digunakan untuk
mendiagnosis DKA.(1,3)
Patch test dilepas setelah 48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif
dicatat.Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan kembali dilakukan pemeriksaan pada 48
jam berikutnya. Jika hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik (negatif) , maka
dapat didiagnosis sebagai DKI.(1,3)
VII. Penatalaksanaan
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing : dr. Sultan Buraena, MS,Sp.OK
Tanda Tangan:
1. Baratawijaya, Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
2. Bourke, et al. 2009. Guidelines For The Management of Contact Dermatitis: an update. Tersedia
dalam : http://www.bad.org.uk/portals/_bad/guidelines/clinical%20guidelines/contact%20dermatitis
%20bjd%20guidelines%20may%202009.pdf. Diakses pada tanggal 22 November 2012
3. Djuanda, Suria dan Sularsito, Sri. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: FK UI
4. Morgan, Geri, Hamilton, Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik Edisi 2. Jakarta :
EGC
5. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
6. Siregar, R.S,. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: EGC
7. Sularsito dan Djuanda. 2007. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 5.
Jakarta : FKUI
8. Sularsito, Sri Adi dan Suria Djuanda. 2010. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
6. Jakarta : FKUI
9. Sularsito, Sri Adi, Suria Djuanda. 2011. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :
FKUI.
10. Sumantri, M.A., Febriani, H.T., Musa, S.T. 2005. Dermatitis Kontak. Yogyakarta : Fakultas Farmasi
UGM
11. Thyssen, Jacob Pontoppidan. 2009. The Prevalence and Risk Factors of Contact Allergy in the Adult
General Population. Denmark : National Allergy Research Centre, Departement of Dermato-
Allergology, Genofte Hospital, University of Copenhage.
12. Trihapsoro, Iwan. 2003. Dermatitis Kontak Alergik pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Haji Adam
Malik Medan. Universitas Sumatra Utara, Medan. Tersedia dalam :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6372 diakses pada tanggal 11 November 2012.
13. Habif T. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th ed. USA: mosby; 2003.
p.62-64