Anda di halaman 1dari 18

Berkas Okupasi

Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan : xxxxx


No Berkas : xxxxx
No Rekam Medis : xxxxx

Data Administrasi

Tanggal : 15 Agustus 2017 diisi oleh Nama : Aswin Agus NPM/NIP : 111 2015 2200

Nama Nn. SA
Alamat Jl. Insinyur H. Juanda
Umur 30 tahun Tempat/tanggal lahir : Makassar, 16 Maret 1987
Kedudukan dalam keluarga Anak
Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan Pegawai Puskesmas
Status perkawinan Belum menikah
Kedatangan yang ke -
Telah diobati sebelumnya Tidak pernah
Alergi obat Tidak ada
Sistem pembayaran -

Data Pelayanan

I. ANAMNESIS (subyektif)
dilakukan secara: autoanamnesis dengan pasien sendiri

A. Alasan kedatangan/keluhan utama


Gatal pada kaki

B. Keluhan lain /tambahan


Tidak ada

C. Riwayat perjalanan penyakit sekarang:


Seorang perempuan, bersia 30 tahun sebagai pegawai di sala satu puskesmas di Makassar, beragama Islam
datang tangal 15 Agustus 2017 dengan keluhan gatal pada kaki. Bercak kehitaman yang gatal d kedua
punggng kaki muncul sejak ± 7 tahun yang lalu. Gatal dirasakan hilan timbul dan tidak bertambah jika berkeringat.
Awalnya berupa kulit yang memerah saja pada bagian punggung kaki yang berkontak dengan sandal karet. Kemerahan
pada kulit tidak langsung muncul melainkan setelah berkontak ulang dengan sandal karet. Kemudian kulit yang
memerah tersebut mulai terasa gatal dan mulai menjadi bercak kehitaman pada punggung kaki yang berkontak dengan
sandal karet. Bercak kehitaman mulai menyebar ke ibu jari dan jari telunjuk kedua kaki ± 2 bulan kemudian. Tidak
terasa nyeri, tidak pedih, tidak ada rasa terbakar, dan tidak panas. Tidak ada bercak kehitaman pada bagian tubuh yang
lain. Selama ini pasien sudah berobat ke bidan dan mendapat obat diminum (nama obat lupa). Setelah minum obat
tersebut pasien mengaku gatal hilang pada telapak kaki, ibu jari dan jari telunjuk berkurang. Bercak kehitaman masih
ada. Tapi setelah obat habis gatal kembali terasa dan pasien berobat ke dokter Poliklinik Kulit.

D. Riwayat penyakit keluarga:


 Ada riwayat batuk lama yang diderita oleh nenek pasien
 Ayah alergi terhadap cuaca dingin
 Tidak ada riwayat hipertensi
 Tidak ada riwayat diabetetes mellitus

E. Riwayat penyakit dahulu:


Pasien pernah mengalami gejala yang sama, pasien berobat ke dokter dan sembuh. Riwayat asma tidak ada,
riwayat alergi ada (suhu dingin dan debu).

F. Riwayat Sosioekonomi dan kebiasaan


Pasien menyangkal kebiasaan minum alkohol, merokok, dan mengonsumsi obat-obat terlarang.

Anamnesis Okupasi (khusus untuk pasien yang bekerja)

1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali, serta lama kerja di tiap pekerjaan tersebut

Jenis pekerjaan bahan/material yang tempat kerja (perusahaan) Masa kerja


digunakan (dalam bulan / tahun)

Pegawai laundry Air, sabun, Puskesmas Ujung Pandang 2 tahun


Puskesmas Baru

2. Uraian tugas/pekerjaan

Pasien adalah seorang pegawai di salah satu Puskesmas di Makassar. Pasien berada di puskesmas 6 hari dalam seminggu dari
senin-sabtu, dari jam 08.00-14.00 atau sekitar 6 jam dalam sehari dengan waktu istirahat sekitar 30 menit – 1 jam.

Uraian Tugas Rutin


Jam 05.30 : Bangun, sholat, mandi
Jam 07.30 : Berangkat ke puskesmas
Jam 08.00 – 12.00 : Kegiatan di puskesmas
Jam 12.00 – 13.00 : Istirahat makan siang
Jam 13.00 – 14.00 : Kegiatan di puskesmas dan Pulang ke rumah
Jam 14.00 – 17.00 : Istirahat siang
Jam 19.00 – 21.00 : Bersama keluarga
Jam 21.00 : Istirahat

Berangkat ke Kegiatan di
Bangun Puskesmas puskesmas jam.
Jam 05.30 Jam 07.30 08.00-12.00

Istirahat makan
Istirahat
siang
Jam 21.00
Jam 12.00-13.00

Bersama keluarga Pulang ke rumah Kegiatan di puskesmas


Jam 19.00-21.00 dan istirahat Jam 13.00-14.00
Jam 14.00-17.00

3. Bahaya Potensial (potential hazard) dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta pada lingkungan kerja

Urutan Bahaya Potensial Gangguan Risiko


kegiatan kesehatan kecelakaan
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psiko yang mungkin kerja

Berangkat ke - Debu - - - ISPA, batuk, Terkena debu


puskesmas pilek
Urutan Bahaya Potensial Gangguan Risiko
kegiatan kesehatan kecelakaan
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psiko
yang mungkin kerja
Kegiatan di Penerang Cairan Infeksi Bekerja dengan Tekana CTS,LBP, HNP, Terkena
puskesmas an : lampu bakteri, gerakan repetitive, stress kerja,
Di ruang kimia/ virus, posisi duduk lama, n saat ISPA penyakit
bekerja bahan jamur pinggang twisted, bekerja yang
kimia dan side bending, menular
parasit di Pergelangan tangan
tempat dan jari- jari fleksi dari pasien
kerja >45o dan ekstensi
>45o , leher
fleksi>30o

4. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami (gejala / keluhan yang ada)
Pasien mengeluh batuk berlendir karena sering terpapar debu pada saat perjalanan berangkat dan pulang dari tempat kerja
serta terkena cairan kimia dari sabun deterjen secara langsung saat mencuci. Keluhan berkurang setelah pasien rutin minum
obat.

5. Body Discomfort Map:

Keterangan :
1. Tanyakan kepada pekerja atau pekerja
dapat mengisi sendiri
2. Isilah : keluhan yang sering dirasakan oleh
pekerja dengan memberti tanda/mengarsir
bagian- bagian sesuai dengan gangguan
muskulo skeletal yang dirasakan
pekerja
Tanda pada gambar area yang dirasakan :
Kesemutan = x x x Pegal-pegal = / / / / /
Baal = v v v Nyeri = ////////
hasil

II. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda Vital
a. Nadi : 96x/menit c. Tekanan Darah (duduk) : 120/80 mmHg

b. Pernafasan : 20x/menit d. Suhu Badan : 36,8oC

2. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 150 cm Berat Badan : 45 Kg c IMT = kg/m2
b. Lingkar perut : cm d. Bentuk badan : Astenikus Atletikus  Piknikus

3. Tingkat Kesadaran dan keadaan umum Keterangan


a. Kesadaran :  Compos Mentis Kesadaran menurun
b. Tampak kesakitan : Tidak Ya
c. Gangguan saat berjalan :  tidak Ya
4. Kelenjar Getah Bening jumlah, Ukuran, Perlekatan, Konsistensi
a. Leher : Normal Tidak Normal
b. Submandibula Normal Tidak Normal
c. Ketiak : Normal Tidak Normal
d. Inguinal Normal Tidak Normal

5. Mata mata kanan mata-kiri Ket

a. Persepsi Warna Normal Buta Warna Parsial Normal Buta Warna Parsial
Buta Warna Total Buta Warna Total
b. Kelopak Mata  Normal Tidak Normal  Normal Tidak Normal
c. Konjungtiva  Normal Hiperemis Sekret  Normal Hiperemis Sekret
Pucat Pterigium Pucat Pterigium
d.Kesegarisan / gerak bola  Normal Strabismus  Normal Strabismus
mata
e. Sklera  Normal Ikterik  Normal Ikterik
f. Lensa mata tidak keruh Keruh tidak keruh Keruh
g. B ulu Mata  Normal Tidak Normal  Normal Tidak Normal

h. Penglihatan 3 dimensi Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal

i. Visus mata : tanpa koreksi :


Dengan koreksi:

6.Telinga Telinga kanan Telinga kiri


a. Daun Telinga  Normal Tidak Normal  Normal Tidak Normal
b. Liang Telinga Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
- Serumen tidak ada ada serumen tidak ada ada serumen
Menyumbat (prop) Menyumbat (prop)
c. Membrana Timpani Intak Tidak intak Intak Tidak intak
lainnya…… lainnya sulit dinilai
d. Test berbisik Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
e. Test Garpu tala Rinne Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
f. Weber
g. Swabach
h. Lain – lain ……….

7. Hidung

a. Meatus Nasi Normal Tidak Normal


b. Septum Nasi Normal Deviasi ke ........
c. Konka Nasal Normal Udem warna merah lubang hidung normal
d. Nyeri Ketok Sinus maksilar Normal Nyeri tekan positif di ……..
e. Penciuman : normal

8. Gigi dan Gusi

9. Tenggorokan
a. Pharynx  Normal Hiperemis Granulasi

b. Tonsil : Kanan : To T1 T2 T3 Kiri : To T1 T2 T3


Ukuran Normal □ Hiperemis Normal □Hiperemi

c. Palatum Normal Tidak Normal


d. Lain- lain

10. Leher Keterangan


a. Gerakan leher  Normal Terbatas
b. Kelenjar Thyroid  Normal Tidak Normal
c. Pulsasi Carotis Normal Bruit
d. Tekanan Vena Jugularis  Normal Tidak Normal
e. Trachea Normal Deviasi
f. Lain-lain : …..
Spurling test : tidak ada kelainan

11. Dada Keterangan


a. Bentuk  Simetris Asimetris
b. Mammae  Normal Tidak Normal Tumor : Ukuran
Letak
Konsistensi
c. Lain – lain

12. Paru- Paru dan Jantung Keterangan


a. Palpasi  Normal Tidak Normal
Kanan Kiri
b. Perkusi  Sonor Redup Hipersonor  Sonor Redup Hipersonor

Iktus Kordis :  Normal Tidak Normal , sebutkan .............


Batas Jantung :  Normal Tidak Normal , sebutkan ………

c. Auskultasi : - bunyi napas  Vesikular Bronchovesikular  Vesikular Bronchovesikular


- Bunyi Napas tambahan tak ada Ronkhi Wheezing tak ada Ronkhi Wheezing memanjang

- Bunyi Jantung  Normal Tidak Normal Sebutkan ....

13. Abdomen Keterangan


a. Inspeksi  Normal Tidak Normal
b. Perkusi  Timpani Redup
c. Auskultasi: Bising Usus  Normal Tidak Normal
d. Hati  Normal Teraba…….jbpx ……jbac
e. Limpa  Normal- Teraba shoeffne …..

Kanan ; Normal Kiri : Normal


f. Ginjal
Tidak Normal Tidak Normal

Kanan ; Normal Kiri : Normal


g. Ballotement Tidak Normal Tidak Normal

Kanan ;  Normal Kiri :  Normal


h. Nyeri costo vertebrae
Tidak Normal Tidak Normal

14. Genitourinaria
a. Kandung Kemih Normal Tidak Normal
b. Anus/Rektum/Perianal Normal Tidak Normal
Normal Tidak Normal
c Genitalia Eksternal
d. Prostat (khusus Pria) Normal Tidak Normal

Kanan Kiri
15a.Tulang / sendi Ekstremitas atas
- Gerakan  Normal tidak normal  Normal tidak normal
- Tulang  Normal tidak normal  Normal tidak normal
- Sensibilitas  baik tidak baik  baik tidak baik
- Oedema  tidak ada ada tidak ada ada
- Varises  tidak ada ada  tidak ada ada
- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
- vaskularisasi  baik tidak baik  baik tidak baik
- kelainan Kuku jari  tidak ada ada
 tidak ada ada
Pemeriksaan Khusus :
Tes Range of Motion : (+)

Kanan Kiri
15b.Tulang / Sendi Ekstremitas bawah
- Gerakan  Normal tidak normal  Normal tidak normal
- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
- Tulang  Normal tidak normal  Normal tidak normal
- Sensibilitas  baik tidak baik  baik tidak baik
- Oedema  tidak ada ada  tidak ada ada
- Varises  tidak ada ada  tidak ada ada
- vaskularisasi  baik tidak baik  baik tidak baik
- kelainan Kuku jari  tidak ada ada  tidak ada ada

Pemeriksaan khusus :
Tes Range of Motion: (+)
Tes Strength: a. Heel walking: (+) b. Toe walking: (+) c. Resistes great toe dorsoflexion: (+)
Tes Patrick: (+)
Tes Kontra patrick : (+)

15c. Otot motoric


1. Trofi  Normal Tidak Normal  Normal Tidak Normal
2. Tonus  Normal Tidak Normal  Normal Tidak Normal
3. Kekuatan 5/5/5/5 5/5/5/5 Gerakan abnormal :
(Fs motorik)  tidak ada
tic ataxia lainya ..

16. Refleks kanan kiri


a. Refleks Fisiologis patella,  Normal Tidak Normal  Normal Tidak Normal
lainnya .........
b Refleks Patologis: Babinsky  negatif Positif  negatif Positif
lainnya ………

d. Knee jerk/ankle jerk: (+)


e. Straight leg raise: (+)
17. Kulit Efloresensi dan Lokasi nya
a. Kulit  Normal Tidak Normal
b. Selaput Lendir  Normal Tidak Normal
c. Kuku  Normal Tidak Normal
d. Lain – lain ………

18. Status Lokalis:

Eritema, terbentuk plaque serta iritasi pada bagia n


punggung kedua kaki dan jari jempol

Gambar lokasi kelainan kulit

III. RESUME KELAINAN YANG DIDAPAT:


Seorang perempuan, bersia 30 tahun sebagai pegawai di sala satu puskesmas di Makassar, beragama Islam
datang tangal 15 Agustus 2017 dengan keluhan gatal pada kaki. Bercak kehitaman yang gatal d kedua
punggng kaki muncul sejak ± 7 tahun yang lalu. Gatal dirasakan hilan timbul dan tidak bertambah jika berkeringat.
Awalnya berupa kulit yang memerah saja pada bagian punggung kaki yang berkontak dengan sandal karet. Kemerahan
pada kulit tidak langsung muncul melainkan setelah berkontak ulang dengan sandal karet. Kemudian kulit yang
memerah tersebut mulai terasa gatal dan mulai menjadi bercak kehitaman pada punggung kaki yang berkontak dengan
sandal karet. Bercak kehitaman mulai menyebar ke ibu jari dan jari telunjuk kedua kaki ± 2 bulan kemudian. Tidak
terasa nyeri, tidak pedih, tidak ada rasa terbakar, dan tidak panas. Tidak ada bercak kehitaman pada bagian tubuh yang
lain. Selama ini pasien sudah berobat ke bidan dan mendapat obat diminum (nama obat lupa). Setelah minum obat
tersebut pasien mengaku gatal hilang pada telapak kaki, ibu jari dan jari telunjuk berkurang. Bercak kehitaman masih
ada. Tapi setelah obat habis gatal kembali terasa dan pasien berobat ke dokter Poliklinik Kulit.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

Hasil Body Map :

Nyeri pada pundak dan rasa gatal pada kedua punggung kaki

Hasil Brief Survey ;

V. DIAGNOSIS KERJA :
DermatitisKontak

VI. DIAGNOSIS DIFERENSI :


Dermatitis Kontak Iritan
VII. DIAGNOSIS OKUPASI :
Langkah Diagnosis Pertama
1. Diagnosis Klinis Dermatitis Komtak Iritan
Dasar diagnosis (anamnesis, Adanya keluhan gatal pada punggung kaki yang berwarna merah kehitaman yang
pemeriksaan fisik, pemeriksaan awalnya muncul karna pasien sering mencuci. Pasien merupakan seorang pegawai di
penunjang, body map, brief salah satu puskesmas di Makassar. Pasien sering terpapar cairan kimia pada saat
survey) mencuci. Pada pemeriksaan fisis didapatkan TD 120/80 mmHGg, nadi 96 x/menit,
pernapasan 20 x/menit, suhu 36,8oC, faring hiperemis.
2. Pajanan di tempat kerja
Fisik Suhu dan kelembaban tempat kerja
Kimia Debu, cairan kimia
Biologi Infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit dari pelanggan yang dating ke salon
Ergonomi Posisi duduk dan berdiri yang tidak benar dan tepat saat bekerja
Psikososial Tekanan saat bekerja dari pelanggan yang tidak puas
3 . Evidence Based (sebutkan Dermatitis Kontak Akibat Kerja (DKAK)
secara teoritis) pajanan di tempat adalah kejadian patologis pada kulit non-infeksi
kerja yang menyebabkan
diagnosis klinis di langkah 1. yang terjadi karena pekerja mengalami kontak
Dasar teorinya apa? dengan bahan iritan maupun alergen. Penyakit
kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan
urtikaria. Dermatitis kontak merupakan 50% dari
semua PAK (Penyakit Akibat Kerja), terbanyak
bersifat non-alergi atau iritan. Dikenal dua jenis
dermatitis kontak, yaitu Dermatitis Kontak Iritan
(DKI) yang merupakan respon non-imunologi
dan Dermatitis Kontak Alergik (DKA) yang
diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik.

Keduanya dapat bersifat akut maupun kronik


(Nugraha, 2008).
Di dunia, prevalensi DKAK sekitar 68,2%
(Bock et al., 2003). Insiden dari penyakit kulit
akibat kerja di beberapa negara adalah sama,
yaitu 50- 70 kasus per 100.000 pekerja pertahun
(Fathiya, 2011).

Faktor-faktor risiko DKAK secara garis


besar terdiri atas dua macam, yaitu faktor
eksogen dan faktor endogen. Faktor eksogen
tersebut teridiri atas jenis iritan, penetrasi iritan,
suhu tubuh, faktor mekanik, lingkungan, dan
faktor lain. Sedangkan faktor endogennya yaitu,
dermatitis atopik, permeabilitas kulit, ras, umur,
hipersensitivitas kulit (Honari, 2012).
4. Apakah pajanan cukup Ya
Masa kerja 2 tahun
Jumlah jam terpajan/ hari 6 jam
Pemakaian APD Tidak ada
Konsentrasi pajanan Sulit dinilai
Lainnnya........... -
Kesimpulan jumlah pajanan dan -
dasar perhitungannya
5. Apa ada faktor individu yang Ada. Dirumah dan tempat yang berpoensi yang menimbulkan dermatitis kontak.
berpengaruh thd timbulnya
diagnosis klinis? Bila ada,
sebutkan.
6 . Apa terpajan bahaya Tidak ada
potensial yang sama spt di
langkah 3 luar tempat kerja?
Bila ada, sebutkan
7 . Diagnosis Okupasi Dermatitis Kontak yang didapat dari mencuci di Puskesmas tanpa memakai alat
Apa diagnosis klinis ini termsk pelidung diri.
penyakit akibat kerja?
Bukan penyakit akibat kerja PENYAKIT AKIBAT KERJA
(diperberat oleh pekerjaan/
bukan sama sekali PAK)_
Butuh pemeriksaan lbh lanjut)?

VIII. KATEGORI KESEHATAN (pilih salah satu)


a. Kesehatan baik (sehat untuk bekerja = physical fitness),
b. Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat dipulihkan (sehat untuk bekerja dengan catatan)
c. Kemampuan fisik terbatas
d. Tidak fit untuk sementara

IX. PROGNOSIS
1. klinik : ad vitam : dubia et bonam
ad sanasionam : dubia et bonam
ad fungsionam : dubia et bonam
2.Okupasi (bila ada d/ okupasi): dubia et bonam

X. PERMASALAHAN PASIEN & RENCANA PENATALAKSANAAN


Jenis Rencana Tindakan (materi & metoda); Tatalaksana
No permasalahan medikamentosa; non medika mentosa(nutrisi, olahraga, Target Hasil yang
Medis & non medis konseling dan OKUPASI) waktu diharapkan
dll)
1. Infeksi Saluran Okupasi:
Pernapasan Akut
- Eliminasi : sulit dilakukan
- Subsitusi : sulit dilakukan
- Isolasi : sulit dilakukan
- Engineering Control : sulit dilakukan
- Administrative control : sulit dilakukan
- APD : masker, handscoen

Terapi Medikamentosa:
- Steroid
- Anti-histamin

Terapi nonmedikamentosa
- Menggunakan alat pelindung diri saat bekerja
-
TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon


terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan,
bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan
menjadi kronis (Sularsito, dkk, 2011).
Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non imunologik
pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen. (1)
Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun biologik) dan
faktor endogen memegang peranan penting pada penyakit ini.(1)
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang
menempel pada kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak
iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergik (DKA), keduanya dapat bersifat akut maupun
kronik. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, sehingga
kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis
kontak alergik terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen
(Sularsito, dkk, 2011).
Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah penderita DKA lebih sedikit, karena hanya
mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitif). Diramalkan bahwa jumlah
DKA maupun DKI makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang
mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat. Namun informasi mengenai
prevalensi dan insidensi DKA di masyarakat sangat sedikit, sehingga berapa angka yang
mendekati kebenaran belum didapat (Sularsito, dkk, 2011).
Dahulu diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80% dan
DKA 20%, tetapi data baru dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa
dermatitis kontak akibat alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50 dan 60
persen. Sedangkan dari satu penelitian ditemukan frekuensi DKA bukan akibat kerja
tiga kali lebih sering dari pada DKA akibat kerja (Sularsito, dkk, 2011).

II. Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin.(2) Data epidemiologi penderita dermatitis
kontak iritan sulit didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan
cukup banyak, namun sulit untuk diketahui jumlahnya. (2) Hal ini disebabkan antara
lain oleh banyak penderita yang tidak datang berobat dengan kelainan ringan.(2)
Dari data yang didapatkan dariU.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan
bahwa 249.000 kasus penyakit okupasional non fatal pada tahun 2004 untuk kedua
jenis kelamin 15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab
kedua terbesar untuk semua penyakit okupasional.(1,3)Juga berdasarkan survei
tahunan dari institusi yang sama, bahwaincident rateuntuk penyakit okupasional pada
populasi pekerja di Amerika, menunjukkan 90-95%dari penyakit okupasional adalah
dermatitis kontak, dan 80% dari penyakit didalamnya adalah dermatitis kontak iritan.
(1, 3)

III. Etiologi

Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa


bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut
bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi
alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit (Djuanda, 2005).
Dermatitis kontak iritan adalah penyakit multifaktor dimana faktor eksogen
(iritan dan lingkungan) dan faktor endogen sangat berperan, antara lain :(1)
Faktor-faktor yang dimaksudkan termasuk : (1) Sifat kimia bahan iritan: pH,
kondisi fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar,
kelarutan; (2) Sifat dari pajanan: jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan jenis
kontak, pajanan serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah pajanan
sebelumnya; (2) Faktor lingkungan: lokalisasi tubuh yang terpajan dan suhu, dan
faktor mekanik seperti tekanan, gesekan atau goresan. Kelembaban lingkungan yang
rendah dan suhu dingin menurunkan kadar air pada stratum korneum yang
menyebabkan kulit lebih rentan pada bahan iritan. (1)

a. Faktor Endogen, antara lain :


 Faktor genetik
Ada hipotesa yang mengungkapkan bahwa kemampuan individu
untuk mengeluarkan radikal bebas, untuk mengubah level enzim antioksidan, dan
kemampuan untuk membentuk perlindungan heat shock protein semuanya dibawah
kontrol genetik.(1) Faktor tersebut juga menentukan keberagaman respon tubuh
terhadap bahan-bahan iritan. Selain itu, predisposisi genetik terhadap kerentanan
bahan iritan berbeda untuk setiap bahan iritan.(1) Pada penelitian, diduga bahwa faktor
genetik mungkinmempengaruhi kerentanan terhadap bahan iritan. TNF-α polimorfis
telah dinyatakan sebagai marker untuk kerentanan terhadap kontak iritan.(4)
 Jenis Kelamin
Gambaran klinik dermatitis kontak iritan paling banyak pada tangan, dan wanita
dilaporkan paling banyak dari semua pasien.(1) Dari hubungan antara jenis kelamin
dengan dengan kerentanan kulit, wanita lebih banyak terpajan oleh bahan iritan, kerja
basah dan lebih suka perawatan daripada laki-laki.(5) Tidak ada pembedaan jenis
kelamin untuk dermatitis kontak iritan yang ditetapkan berdasarkan penelitian. (4)
 Umur
Anak-anak dibawah 8 tahun lebih muda menyerap reaksi-reaksi bahan-bahan kimia
dan bahan iritan lewat kulit.(1) Banyak studi yang menunjukkan bahwa tidak ada
kecurigaan pada peningkatan pertahanan kulit dengan meningkatnya umur. (1) Data
pengaruh umur pada percobaan iritasi kulit sangat berlawanan. Iritasi kulit yang
kelihatan (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit yang tidak
kelihatan (kerusakan pertahanan) meningkat pada orang muda.(1) Reaksi terhadap
beberapa bahan iritan berkurang pada usia lanjut. (4) Terdapat penurunan respon
inflamasi dan TEWL, dimana menunjukkan penurunan potensial penetrasi
perkutaneus. (4)
 Suku
Tidak ada penelitian yang mengatakan bahwa jenis kulit mempengaruhi
berkembangnya dermatitis kontak iritan secara signifikan.(1) Karena eritema sulit
diamati pada kulit gelap, penelitian terbaru menggunakan eritema sebagai satu-
satunya parameter untuk mengukur iritasi yang mungkin sudah sampai pada
kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten terhadap bahan iritan
daripada kulit putih.(1)
 Lokasi Kulit
Ada perbedaan sisi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan, sehingga kulit
wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan terhadap dermatitis
kontak iritan.(1) Telapak tangan dan kaki jika dibandingkan lebih resisten.(1, 4)
 Riwayat Atopi
Adanya riwayat atopi diketahui sebagai faktor predisposisi pada dermatitis iritan
pada tangan.(1) Riwayat dermatitis atopi kelihatannya berhubungan dengan
peningkatan kerentanan terhadap dermatitis iritan karena rendahnya ambang iritasi
kulit, lemahnya fungsi pertahanan, danlambatnya proses penyembuhan. (1) Pada pasien
dengan dermatitis atopi misalnya, menunjukkan peningkatan reaktivitas ketika
terpajan oleh bahan iritan.
IV. Patogenesis
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan
melalui kerja kimiawi atau fisis.(1,2) Ada empat mekanisme yang dihubungkan dengan
dermatitis kontak iritan, yaitu: (1, 2)
1. Hilangnya substansi daya ikat air dan lemak permukaan
2. Jejas pada membran sel
3. Denaturasi keratin epidermis
4. Efek sitotoksik langsung

V. Gambaran Klinis

Dermatitis kontak iritan dibagi tergantung sifat iritan. Iritan kuat memberikan
gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis.(2) Selain itu juga banyak hal
yang mempengaruhi sebagaimana yang disebutkan sebelumnya. (2)
Berdasarkan penyebab tersebut dan pengaruh faktor tersebut, dermatitis
kontak iritan dibagi menjadi sepuluh macam, yaitu: (2)

1. Dermatitis Kontak Iritan Akut


Luka bakar oleh bahan kimia juga termasuk dermatitis kontak iritan akut.
Penyebab DKI akut adalah iritan kuat, misalnya larutan asam sulfat dan asam
hidroklorid atau basa kuat,misalnya natrium dan kalium hidroksida. Biasanya terjadi
karena kecelakaan, dan reaksi segera timbul. Intensitas dan lamanya kontak iritan,
terbatas pada kontak kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat
berupa eritema edema, bula, mungkin juga nekrosis. Pinggir kelainan kulit berbatas
tegas, dan pada umumnya asimetris(2).

Gambar 2: DKI akut akibat penggunaan pelarut industri.(3)


2. Dermatitis Kontak Iritan Lambat (Delayed ICD)
Pada dermatitis kontak iritan akut lambat, gejala obyektif tidak muncul
hingga 8-24 jam atau lebih setelah pajanan.(1,2,3) gambaran klinisnya mirip dengan
dermatitis kontak iritan akut.
3. Dermatitis Kontak Iritan Kronis (DKI Kumulatif)
Disebabkan oleh iritan lemah (seperti air, sabun, sampo, detergen, dll) dengan
pajanan yang berulang-ulang, biasanya lebih sering terkena pada tangan.(1, 2, 3).

Kelainan kulit baru muncul setelah beberapa hari, minggu, bulan, bahkan tahun.
Gejala berupa kulit kering, eritema, skuama, dan lambat laun akan menjadi
hiperkeratosis dan dapat terbentuk fisura jika kontak terus berlangsung.(1, 2)

Gambar3 : DKI Kronis akibat efekkorosif dari semen.(3)


4. Reaksi Iritan
Secara klinis menunjukkan reaksi akut monomorfik yang dapat berupa
skuama, eritema, vesikel, pustul, serta erosi, dan biasanyaterlokalisasi di dorsum
daritangan danjari, biasanya hal ini terjadi pada orang yang terpajan dengan
pekerjaan basah, reaksi iritasi dapat sembuh, menimbulkan penebalan kulit atau
dapat menjadi DKI kumulatif. (1, 2, 3)

5. ReaksiTraumatik (DKITraumatik)
Reaksi traumatik dapat terbentuk setelah trauma akutpada kulit seperti panas
atau laserasi.(1,2) Biasanyaterjadi padatangan dan penyembuhan sekitar 6 minggu atau
lebih lama.(1,2) Pada proses penyembuhan akan terjadi eritema, skuama, papul dan
vesikel.

6. Dermatitis Kontak Iritan Noneritematous

Juga disebut reaksi suberitematous, pada tingkat awal dari iritasi kulit,
kerusakan kulit terjadi tanpa adanya inflamasi, namun perubahan kulit terlihat secara
histologi.(1)
7. Dermatitis Kontak Iritan Subyektif (Sensory ICD)
Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal, rasa tersengat,
rasa terbakar, beberapa menit setelah terpajan dengan iritan, biasanya terjadi di
daerah wajah, kepala dan leher, asam laktat biasanya menjadi iritan yang paling
sering menyebabkan penyakit ini. (1,2)
8. Dermatitis Kontak Iritan Gesekan (Friction ICD)
Terjadi iritasi mekanis yang merupakan hasil dari mikrotrauma atau gesekan
yang berulang. (1, 2) DKI Gesekan berkembang dari respon pada gesekan yang lemah,
dimana secara klinis dapat berupa eritema, skuama, fisura, dan gatal pada daerah
yang terkena gesekan.(2) DKI Gesekan dapat hanya mengenai telapak tangan dan
seringkali terlihat menyerupai psoriasis dengan plakat merah menebal dan bersisik,
tetapi tidak gatal.(1)

Gambar 5 : DKI Gesekan.(5)


9. Dermatitis Kontak Iritan Akneiform
Disebut juga reaksi pustular atau reaksi akneiform, biasanya dilihat setelah
pajanan okupasional, seperti oli, metal, halogen, serta setelah penggunaan beberapa
kosmetik, reaksi ini memiliki lesi pustular yang steril dan transien, dan dapat
berkembang beberapa hari setelah pajanan, tipe ini dapat dilihat pada pasien
dermatitis atopi maupun pasien dermatitis seboroik. (1)

Gambar 6 : DKI Akneiform.


10. Dermatitis Asteatotik
Biasanya terjadi pada pasien-pasien usia lanjut yang sering mandi tanpa
menggunakan pelembab pada kulit. Gatal yang hebat, kulit kering, dan skuama
ikhtiosiform merupakan gambaran klinik dari reaksi ini. (1, 2)
Gambar 7 : DKI Asteatotik.
VI. Diagnosis
Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat dan
pengamatan gambaran klinis yang akurat, DKI akut lebih mudah diketahui karena
munculnya lebih cepat sehingga penderita lebih mudah mengingat penyebab
terjadinya, DKI kronis timbul lambat serta mempunyai gambaran klinis yang luas,
sehingga kadang sulit dibedakan dengan DKA, selain anamnesis, juga perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan untuk lebih memastikan diagnosis DKI antara lain :
(2)

Pemeriksaan Penunjang :
Patch test merupakan pemeriksaan gold standard dan digunakan untuk
menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis dan digunakan untuk
mendiagnosis DKA.(1,3)
Patch test dilepas setelah 48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif
dicatat.Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan kembali dilakukan pemeriksaan pada 48
jam berikutnya. Jika hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik (negatif) , maka
dapat didiagnosis sebagai DKI.(1,3)
VII. Penatalaksanaan

Beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita dermatitis


kontak iritan adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan kompres dingin 3 kali sehari selama 20-30 menit dengan larutan Burrowi
dan kalium permagnant.
2. Hal penting dalam pengobatan dermatitis kontak iritan adalh menghindari pajanan
bahan iritan baik bersifat mekanis, fisik, dan kimiawi dan memakai alat pelindung
diri bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan.
3. Glukokortikoid topikal
Efek topikal dari glukokortikoid pada penderita DKI akut masih kontrofersional
karena efek yang ditimbulkan, namun pada penggunaan yang lama dari
kortikosteroid dapat menimbulkan kerusakan kulit pada stratum korneum. Pada
pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian prednison
pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di tappering 10mg.(3,5)
2. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah
perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara bersamaan,
glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga digunakan. Sedangkan
antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis
akibat iritan(4).
VIII. Prognosis
Prognosis untuk dermatitis iritan yang akut adalah baik jika iritan penyebab
dapat diidentifikasi dan dieliminasi. Prognosis untuk dermatitis iritan kumulatif atau
dermatitis iritan yang kronis ditangani seksama dan mungkin lebih buruk daripada
dermatitis alergi. Dengan latar belakang atopi, kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, diagnosis, dan terapi yang terlambat merupakan faktor yang menyebabkan
prognosis buruk. Dermatitis post-occupational persistent telah terlihat pada 11% dari
individu.(3)

Persetujuan Pembimbing
Pembimbing : dr. Sultan Buraena, MS,Sp.OK
Tanda Tangan:

Nama Jelas: Aswin Agus


Tanggal: 15 Agustus 2017
DAFTAR PUSTAKA

1. Baratawijaya, Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
2. Bourke, et al. 2009. Guidelines For The Management of Contact Dermatitis: an update. Tersedia
dalam : http://www.bad.org.uk/portals/_bad/guidelines/clinical%20guidelines/contact%20dermatitis
%20bjd%20guidelines%20may%202009.pdf. Diakses pada tanggal 22 November 2012
3. Djuanda, Suria dan Sularsito, Sri. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: FK UI
4. Morgan, Geri, Hamilton, Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik Edisi 2. Jakarta :
EGC
5. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
6. Siregar, R.S,. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: EGC
7. Sularsito dan Djuanda. 2007. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 5.
Jakarta : FKUI
8. Sularsito, Sri Adi dan Suria Djuanda. 2010. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
6. Jakarta : FKUI
9. Sularsito, Sri Adi, Suria Djuanda. 2011. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta :
FKUI.
10. Sumantri, M.A., Febriani, H.T., Musa, S.T. 2005. Dermatitis Kontak. Yogyakarta : Fakultas Farmasi
UGM
11. Thyssen, Jacob Pontoppidan. 2009. The Prevalence and Risk Factors of Contact Allergy in the Adult
General Population. Denmark : National Allergy Research Centre, Departement of Dermato-
Allergology, Genofte Hospital, University of Copenhage.
12. Trihapsoro, Iwan. 2003. Dermatitis Kontak Alergik pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Haji Adam
Malik Medan. Universitas Sumatra Utara, Medan. Tersedia dalam :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6372 diakses pada tanggal 11 November 2012.
13. Habif T. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th ed. USA: mosby; 2003.
p.62-64

Anda mungkin juga menyukai