Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH SPIROMETRI

By:

Name: Michelle Jansye

NIM : 030 09 154

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti


Jakarta
2010
KATA PENGANTAR

Syukur dan terima kasih saya panjatkan kepada Tuhan, karena atas kelimpahan berkat
dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini merupakan salah satu sarana untuk memajukan pendidikan, khususnya
pada bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran. Saya berharap makalah ini dapat berguna bagi
pembaca. Dan secara tidak langsung dapat pengetahuan dan informasi bagi pembaca.
Saya menyadari makalah ini tidak dapat terselesaikan jika tanpa bimbingan para
dosen, dan kedua orang tua saya yang telah menyediakan sarana dan prasarana. Juga kepada
teman-teman kami yang telah membantu, serta sumber informasi bagi saya untuk makalah
ini.
Karena keterbatasan saya sebagai manusia, makalah ini tidak terlepas dari kesalahan.
Maka saya mohon maaf jika ada salah kata dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat
berguna.

Jakarta, 25 Juni 2010

Penulis

26
DAFTAR ISI

Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Daftar Gambar 4
Daftar Tabel 4
Pendahuluan 5
Isi 6
A. Traktus Respiratorius 6
B. Mekanisme bernapas 14
C. Volume dan Kapasitas Respirasi 18
D. Spirometri 19
E. Volume Ekspirasi Pertama satu detik pertama 22
F. Kapasitas Vital 23
Kesimpulan 25
Daftar Pustaka 26

26
DAFTAR GAMBAR

Traktus Respiratorius (Gambar 1) 6


Saluran Napas Atas (Gambar 2) 8
Mukosa Trakea (Gambar 3) 9
Laring Trakea, Bronkus dan cabang-cabangnya (Gambar 4) 10
Bronkus dan cabang-cabangnya dan Alveoli (Gambar 5) 11
Alveoli dan Kapiler (Gambar 6) 13
Inspirasi (Gambar 7) 15
Ekspirasi (Gambar 8) 17
Volume dan Kapasitas Paru (Gambar 9) 18
Pemeriksaan Spirometri (Gambar 10 20
Spirometri (Gambar 11) 21

DAFTAR TABEL

Traktus Respiratorius (Tabel 1) 13


Inspirasi (Tabel 2) 16
Ekspirasi (Tabel 3) 17
Volume dan Kapasitas Respirasi (Tabel 4) 18
Indikasi Spirometri (Tabel 5) 20

26
PENDAHULUAN

Sebagian besar sistem pernapasan berkaitan dengan apa yang kita pikirkan
pernapasan seperti: udara yang bergerak ke dalam dan keluar paru-paru. Paru-paru adalah
situs pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara udara dan darah. 1
Saluran napas bagian atas meliputi hidung, faring dan laring. Saluran napas bagian
bawah dimulai dari trakea sampai ke paru. Kedua paru ditutupi oleh rongga thoraks, yang
terbentuk dari iga, sternum dan kolumna vertebrae dengan diafragma yang berbentuk kubah
memisahkan thoraks dan abdomen. Paru kiri memiliki dua lobus, dan paru kanan memiliki
tiga lobus. Jalan napas, pembuluh darah, dan limfatik memasuki setiap bagian paru pada akar
atau hilus. Paru dilapisi oleh suatu membran tipis yaitu pleura viseralis, yang dilanjutkan oleh
pleura parietalis yang melapisi permukaan bagian dalam tulang rangka thoraks. Rongga tipis
antarpleura berisi cairan pleura sebagai pelumas. 2
Spirometri adalah tes fisiologis yang mengukur bagaimana seseoranng
mengembuskan napas atau menghirup udara sebagai fungsi waktu. Sinyal utama diukur
dalam spirometri mungkin volume atau aliran. Spirometri sangat berharga sebagai tes
skrining umum pernafasan kesehatan dengan cara yang sama dengan tekanan darah yang
memberikan informasi penting tentang kardiovaskular kesehatan 3

26
ISI

A. Traktus Respiratorius

26
Traktus Respiratorius
Gambar 1
Sistem pernapasan (Traktus respiratorius) dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
saluran napas bagian atas dan saluran napas bagian bawah. Saluran pernapasan bagian
atas terdiri dari bagian-bagian luar rongga dada: saluran udara pada hidung, rongga
hidung, sinus, faring, laring, dan trakea bagian atas. Sedangkan saluran napas bagian
bawah terdiri dari bagian-bagian yang ditemukan dalam rongga dada: trakea bagian

26
bawah dan paru-paru sendiri, yang meliputi bronkial dan alveoli. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 1. 1
Paru kiri memiliki dua lobus, dan paru kanan memiliki tiga lobus. Jalan napas,
pembuluh darah, dan limfatik memasuki setiap bagian paru pada akar atau hilus. Paru
dilapisi oleh suatu membran tipis yaitu pleura viseralis, yang dilanjutkan oleh pleura
parietalis yang melapisi permukaan bagian dalam tulang rangka thoraks. Rongga tipis
antarpleura berisi cairan pleura sebagai pelumas. 2

Hidung dan Rongga Hidung


Hidung, fitur menonjol dari wajah, adalah satu-satunya eksternal bagian dari sistem
pernapasan. Udara masuk melalui hidung bukaan eksternal disebut lubang hidung.
Hidung berisi dua rongga hidung, yang dipisahkan kanal sempit dari satu lain oleh septum
terdiri dari tulang dan tulang rawan (Gambar 2). Membran mukosa berada di saluran
rongga hidung. Konka hidung adalah tulang punggung bahwa proyek lateral ke dalam
rongga hidung. Konka hidung ini bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan untuk
membasahi dan pemanasan udara selama inhalasi dan untuk menangkap air tetesan
selama pernapasan.4 Dalam rongga hidung atas adalah reseptor olfaktorius, yang
mendeteksi bahan kimia yang telah menguap dihirup. Saraf penciuman melewati ethmoid
tulang ke otak. 1

Sinus
Sinus (paranasal sinus) adalah ruang udara yang terletak pada tulang maksilaris, frontal,
ethmoid, dan sphenoid dalam tulang tengkorak (Gambar 2). Ruang-ruang sinus ini
terbuka ke dalam rongga hidung dan dilapisi dengan membran mukosa yang
berkesinambungan dengan dinding rongga hidung. Akibatnya, lendir-lendir ada saluran
dari sinus ke rongga hidung. Selaput yang meradang dan bengkak karena hidung infeksi
atau reaksi alergi (sinusitis) dapat blok ini drainase tekanan, peningkatan dalam sinus dan
menyebabkan sakit kepala. Sinus mengurangi berat tengkorak. Sinus juga digunakan
sebagai ruang resonansi yang mempengaruhi kualitas suara. 5

26
Saluran napas bagian atas
Gambar 2

Faring
Faring adalah saluran berbentuk lorong yang menghubungkan hidung dan rongga mulut
ke laring. Akibatnya, biasanya disebut sebagai "tenggorokan," Faring memiliki tiga
bagian: nasofaring, dimana rongga hidung posterior terbuka ke langit-langit lunak
(palatum mole), yang orofaring, dimana bergabung dengan rongga mulut dengan faring;
dan laryngofaring, yang membuka ke pangkal tenggorokan (laring). Palatum mole
memiliki ekstensi lunak yang disebut uvula yang dapat dilihat proyeksi ke orofaring
tersebut. Amandel (tonsila palatina) membentuk cincin pelindung di persimpangan
rongga mulut dan faring. Tonsila palatina menjadi jaringan limfatik, mengandung
limfosit yang melindungi terhadap invasi patogen. Di sini, kedua sel B dan sel T yang
siap untuk menanggapi untuk antigen yang kemudian dapat menyerang jaringan internal
dan cairan. Dengan cara ini, saluran pernapasan membantu kekebalan tubuh sistem dalam
mempertahankan homeostasis. Di tenggorokan, saluran udara dan saluran makanan
bersilangan karena laring, yang menerima udara, anterior dari kerongkongan (esofagus),
yang menerima makanan. Laring terletak di bagian atas trakea. Laring dan trakea

26
biasanya terbuka, sehingga udara untuk lewat, tapi kerongkongan biasanya tertutup dan
hanya terbuka ketika seseorang menelan. 4

Laring
Laring ini adalah pembesaran di jalan napas superior dari trakea dan inferior dari faring.
Laring adalah sebuah jalan untuk udara masuk dan keluar dari trakea dan mencegah
benda asing masuk ke trakea. Laring juga rumah pita suara. Laring yang terdiri dari
kerangka otot dan terikat dengan jaringan tulang rawan elastis. Terbesar dari kartilago
adalah tiroid, krikoid, dan tulang rawan epiglotis (Gambar 4). 5
Saat makanan ditelan, laring bergerak ke atas terhadap epiglotis (katup tenggorok),
sebuah flap jaringan yang mencegah makanan dari melewati celah suara ke dalam laring.
Dapat dideteksi gerakan dengan menempatkan tangan dengan lembut pada pangkal
tenggorokan dan menelan. 4

Trakea
Trakea (tenggorokan) adalah tabung fleksibel sekitar 2,5 cm dengan diameter dan 12,5
cm panjang. Memanjang ke bawah anterior kerongkongan dan masuk ke rongga dada, di
mana terbagi menjadi bronkus kiri dan bronkus kanan (Gambar 4). Mukosa dari trakea
diisi dengan silia yang mengandung banyak sel goblet. Membran ini terus menyaring
udara yang masuk dan untuk partikel yang terjebak bergerak ke faring dimana lendir
dapat ditelan. 5

Mukosa Trakea
Gambar 3
Dinding trakea berisi 16-20 potongan-potongan tulang rawan berbentuk C, yang membuat
trakea tetap terbuka. Kesenjangan dalam cincin tulang rawan posterior tidak lengkap,
untuk memungkinkan perluasan kerongkongan ketika makanan menelan ludah. 1

26
Bronkus serta cabang-cabangnya
Bronkus kanan dan bronkus kiri adalah cabang-cabang dari trakea yang masuk ke paru-
paru. Strukturnya adalah seperti yang trakea, dengan tulang rawan berbentuk C dan epitel
silia. Dalam paru-paru, masing-masing bercabang menuju ke masing-masing lobus paru-
paru (tiga kanan, dua kiri). 1
Berturut-turut divisi dari cabang-cabang dari trakea (Gambar 4 dan 5) ke mikroskopis
kantung-kantung udara (alveoli) berikut:
1. Bronkus utama (bronchus principalis) kiri dan kanan.
2. Bronkus sekunder, atau bronchus lobaris. Tiga cabang dari bronchus principalis
kanan, dan dua cabang dari kiri.
3. Bronkus tersier, atau bronchus segmentalis. Masing-masing cabang memasok
sebagian dari paru-paru disebut bronkopulmonalis segmen. Biasanya ada sepuluh di
segmen paru kanan dan delapan di segemen paru kiri.
4. Intralobular bronkiolus (intralobular bronchioles). Cabang kecil ini dari bronchus
segementalis yang masuk ke unit dasar paru, yaitu lobulus. 5

Laring, Trakea, Bronkus dan cabang-cabangnya


Gambar 4

26
5. Bronkiolus terminal (bronchiolus terminalis). Cabang dari bronkiolus. 50 - 80
bronchiolus terminalis menempati lobulus paru-paru.
6. Bronchiolus respiratorius. Dua atau lebih bronchiolus respiratorius cabang dari setiap
bronchiolus terminalis. Pendek dan sekitar 0,5 milimeter dengan diameter, ini struktur
disebut "pernapasan" karena beberapa kantung udara dari sisi, membuat dapat
mengambil bagian dalam pertukaran gas.
7. Duktus alveolar (ductus alveolar). Panjang dua sampai sepuluh, merupakan cabang
dari bronchiolus respiratorius.
8. Kantung alveolar (sacus alveolar). kantung alveolar yang berdinding tipis, erat
dikemas dari duktus alveolar.
9. Alveoli. Alveoli yang berdinding tipis, mikroskopis kantung udara yang terbuka ke
kantung alveolar. Dengan demikian, udara dapat berdifusi bebas dari duktus alveolar,
melalui kantung alveolar dan masuk ke alveoli. 5

Bronkus dan cabang-cabangnya dan alveoli


Gambar 5

26
Paru-paru
Paru-paru berjumlah 2 (berpasangan), merupakan organ berbentuk kerucut yang
menempati rongga dada kecuali untuk mediastinum, daerah pusat yang berisi bronkus
utama, jantung, dan organ lainnya. Paru kanan memiliki tiga lobus dan paru-paru kiri
memiliki dua lobus, memungkinkan ruang untuk apeks hati. Lobus kemudian dibagi
menjadi lobulus, dan setiap lobulus memiliki bronkiolus yang melayani banyak alveoli.
Apeksnya (puncak) adalah bagian sempit superior dari paru-paru, dan basis adalah bagian
inferior yang luas kurva agar sesuai dengan diafragma berbentuk kubah, otot yang
memisahkan rongga dada dari rongga perut. Lateral permukaan paru-paru mengikuti
kontur tulang rusuk dalam rongga dada.
Setiap paru tertutup oleh lapisan ganda membran serosa disebut pleura. Pleura viseralis
melekat ke permukaan paru-paru, sedangkan pleura parietalis yang melekat ke permukaan
rongga toraks. Pleura ini menghasilkan cairan pelumas serosa yang memungkinkan dua
lapisan untuk bergeser terhadap satu sama lain. Permukaan ketegangan adalah
kecenderungan untuk molekul air untuk berpegang teguh pada masing-masing lain
(karena ikatan hidrogen antara molekul) dan untuk membentuk sebuah tetesan. Tegangan
permukaan memegang dua lapisan pleura bersama-sama ketika paru-paru melakukan
ekspirasi. 4

Alveoli
Ada jutaan alveoli di masing-masing paru-paru, dan luas permukaan total diperkirakan
700 sampai 800 kaki persegi. 1 Setiap inhalasi, udara lewat melalui bronkus serta cabang-
cabangnya menuju alveoli. Sebuah kantung alveolar (sacus alveolar) terdiri dari
skuamosa epitel yang dikelilingi oleh kapiler darah (Gambar 6). Pertukaran gas terjadi
antara udara dalam alveoli dan darah dalam kapiler. Oksigen berdifusi melintasi alveolar
dan dinding kapiler untuk masuk ke aliran darah, sedangkan karbon dioksida berdifusi
dari darah di dinding-dinding untuk masuk ke alveoli. Alveoli harus tetap terbuka untuk
menerima udara dihirup jika gas pertukaran terjadi. Pertukaran gas terjadi di seluruh
selaput selular yang lembab namun tegangan permukaan air lapisan alveoli yang mampu
menyebabkan menutup. Alveoli dipenuhi dengan surfaktan, sebuah film dari lipoprotein
yang menurunkan tegangan permukaan dan mencegah dari penutupan. 4

26
Alveoli dan kapilernya
Gambar 6

Tabel 1 Traktus Respiratorius 4-5


Bagian Deskripsi Fungsi
Saluran napas bagian atas
Hidung Bagian dari wajah berpusat Menyediakan pintu masuk ke
di atas mulut dan di antara rongga hidung; bulu-bulunya mulai
kedua mata filter udara yang masuk
Rongga Rongga di belakang hidung Meneruskan udara ke faring;
Hidung Lapisan mukosanya memfilter,
menghangatkan, menyamakan suhu
dari udara yang masuk
Sinus Rongga-rongga dalam tulang Mengurangi berat tengkorak;
tengkorak berfungsi sebagai ruang resonansi
Faring Ruang posterior rongga Jalan untuk udara bergerak dari
mulut dan antara rongga rongga hidung ke tenggorokan dan
hidung dan laring makanan bergerak dari rongga
mulut ke kerongkongan
Laring Pembesaran di bagian atas Jalan untuk udara; mencegah benda
trakea asing dari memasuki trakea; tempat
pita suara
Saluran napas bagian bawah
Trakea Saluran fleksibel yang Jalan untuk udara; lapisan mukosa
menghubungkan laring lanjut memfilter udara

26
dengan bronkus
Bronkus Paduan saluran yang lebih Jalan untuk udara menuju paru-paru
rendah daripada trakea yang
masuk paru-paru
Bronkiolus Cabang saluran yang Jalan untuk udara menuju ke setiap
mengarah dari bronkus alveolus
menuju ke alveoli
Paru-paru Lembut, berbentuk kerucut Terdiri dari saluran udara, alveoli,
organ yang menempati pembuluh darah, jaringan ikat,
sebagian besar dalam rongga pembuluh limfatik, dan saraf pada
dada saluran pernafasan bagian bawah;
Pertukaran udara

B. Mekanisme bernapas
Bernapas, yang juga disebut ventilasi, adalah gerakan udara dari luar tubuh ke dalam
bronkus beserta cabangnya dan alveoli, diikuti oleh pembalikan dari gerakan udara.
Tindakan bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan udara disebut inspirasi atau inhalasi
dan ekspirasi atau ekshalasi. 5

Inspirasi
Inspirasi adalah fase aktif ventilasi karena ini adalah fase di mana diafragma dan
musculus intercostalis externus kontraksi (Gambar 7). Dalam keadaan yang santai,
diafragma berbentuk kubah; selama inspirasi dalam, diafragma kontraksi dan mendatar
(menurun). musculus intercostalis externus kontraksi, dan tulang rusuk bergerak ke atas
dan ke luar. Setelah kontraksi diafragma dan musculus intercostalis externus, volume
rongga dada akan lebih besar daripada sebelumnya. Dengan meningkatnya volume
toraks, memperluas paru-paru. Sekarang udara tekanan dalam alveoli (disebut tekanan
intrapulmonari) menurun, menciptakan vakum parsial. Dengan kata lain, tekanan
alveolar sekarang kurang dari tekanan atmosfer (tekanan udara luar paru-paru), dan udara
secara alami akan mengalir dari luar tubuh ke saluran pernapasan dan masuk ke alveoli.
Penting untuk menyadari bahwa udara masuk ke dalam paru-paru karena telah membuka;
udara tidak memaksa paru-paru terbuka. Itulah sebabnya mengapa terkadang dikatakan
bahwa manusia bernapas dengan tekanan negatif. Pembentukan vakum parsial dalam

26
alveoli menyebabkan udara masuk paru-paru. Sementara inspirasi adalah fase aktif
bernapas, aliran udara aktual ke alveoli bersifat pasif. 4

Inspirasi
Gambar 7

Tabel 2 Inspirasi 5
1. Impuls saraf perjalanan pada saraf frenikus untuk serat otot di diafragma, dan
diafragma kontraksi

26
2. Diafragma bergerak ke bawah berbentuk kubah, rongga dada mengembang
3. Pada saat yang sama, musculus intercostalis externus kontraksi, meningkatkan
dan memperluas rusuk torakalis sehingga rongga lebih luas.
4. Penurunan tekanan intra-alveolar.
5. Tekanan atmosfer yang lebih besar di luar, membuat udara masuk ke saluran
pernapasan menuju alveoli.
6. Paru-paru terisi oleh udara.

Ekspirasi
Biasanya, ekspirasi adalah fase pasif dari ventilasi, dan tidak ada upaya dibutuhkan untuk
mewujudkannya. Selama ekspirasik, diafragma dan otot-otot interkostal relaksasi. Oleh
karena itu, diafragma membentuk kubah dan tulang rusuk bergerak ke bawah (Gambar
8). Saat volume rongga toraks berkurang, paru-paru bebas untuk mundur. Sekarang
tekanan udara dalam alveoli (tekanan intrapulmonari) meningkat di atas tekanan
atmosfer udara secara alami akan mengalir ke luar tubuh .
Kehadiran surfaktan menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli. Surfaktan juga,
sebagai pengerut paru-paru, tekanan antara dua lapisan pleura menurun, dan ini
cenderung membuat alveoli tetap terbuka. Pentingnya tekanan intrapleural dikurangi
ditunjukkan saat kecelakaan, yaitu udara memasuki ruang intrapleural.
Sementara inspirasi adalah fase aktif pernapasan, ekspirasi biasanya pasif yaitu,
diafragma dan musculus intercostalis externus relaksasi saat berakhir. Namun, ketika
bernapas lebih dalam dan / atau lebih cepat, berakhirnya juga dapat aktif. Kontraksi
musculus intercostalis internus dapat memaksa tulang rusuk bergerak ke bawah dan ke
dalam. 4

26
Ekspirasi
Gambar 8

Tabel 3 Ekspirasi 5
1. Diafragma dan musculus intercostalis externus relaksasi.
2. Jaringan elastis paru-paru dan toraks kandang, yang yang membentang selama
inspirasi, tiba-tiba mengerut, dan tegangan permukaan dinding alveolar
menurun
3. Jaringan sekitar paru-paru meningkatkan tekanan intra-alveolar.
4. Udara keluar dari paru-paru.

26
C. Volume dan Kapasitas Respirasi

Volume dan kapasitas paru


Gambar 9

Tabel 4 Volume dan Kapasitas Respirasi6


Nama Nama lain Volume Deskripsi
(mL)
Volume Tidal Volume 500 Volume udara yang diinspirasi atau
Tidal (VT) (TV) diekspirasi setiap kali bernapas normal
Volume Inspiratory 3000 Volume udara ekstra yang dapat diinspirasi
Cadangan Reserve setelah dan diatas volume tidal normal bila
Inspirasi Volume (IRV) dilakukan inspirasi kuat
(VCI)
Volume Expiratory 1100 Volume udara ekstra maksimal yang dapat
Cadangan Reserve diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir
Ekspirasi Volume ekspirasi tidal normal
(VCE) (ERV)
Volume Residual 1200 Volume udara yang masih tetap berada
Residu (VR) Volume (RV) dalam paru setelah ekspirasi paling kuat
Kapasitas Inspiratory 3500 Jumlah udara yang dapat dihirup seseorang,
Inspirasi Capacity (IC) dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan
(KI) pengembangan paru sampai jumlah
maksimum
Kapasitas Functional 2300 Jumlah udara yang tersisa dalam paru pada
Residu Residual akhir ekspirasi normal

26
Fungsional Capacity
(KRF) (FRC)
Kapasitas Vital Capacity 4600 Jumlah udara maksimum yang dapat
Vital (KV) (VC) dikeluarkan seseorang dari paru, setelah
terlebih dahulu mengisi paru secara
maksimum dan kemudian mengeluarkan
sebanyak-banyaknya
Kapasitas Total Lung 5800 Volume maksimum yang dapat
Paru Total Capacity mengembangkan paru sebesar mungkin
(KPT) (TLC)

Keterangan tambahan:
Kapasitas Inpirasi merupakan jumlah dari volume tidal ditambah volume cadangan
inspirasi
Kapasitas Residual Fungsional merupakan jumlah dari volume residual ditambah
volume cadangan ekspirasi
Kapasitas vital merupakan kapasitas paru total dikurangi volume residual. Kapasitas
vital juga merupakan jumlah dari kapasitas inspirasi ditambah volume cadangan
ekspirasi.

D. Spirometri
Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume
udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri. Bentuk
spirometri dasar yang khas dilukiskan pada Gambar 11. Spirometer ini terdiri dari sebuah
drum yang dibalikkan di atas bak air dan drum tersebut diimbangi oleh suatu beban.
Dalam drum terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen; dan sebuah pipa
yang menghubungkan mulut dan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari dan ke
dalam ruang ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai di atas
gulungan kertas yang berputar (Gambar 100 dan 11). 6

26
Pemeriksaan Spirometri
Gambar 10

Tabel 5 Indikasi Spirometri 2


Diagnostik
Untuk mengevaluasi gejala, tanda atau tes laboratorium abnormal
Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru
Untuk layar berisiko individu memiliki penyakit paru
Untuk menilai risiko pra-operasi
Untuk menilai prognosis
Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat program

Monitoring
Untuk menilai intervensi terapeutik
Untuk menggambarkan perjalanan penyakit yang mempengaruhi fungsi paru-paru
Untuk memantau orang terkena agen merugikan
Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui

Penurunan nilai evaluasi


Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi
Untuk menilai risiko sebagai bagian dari evaluasi asuransi
Untuk menilai orang karena alasan hukum

26
Kesehatan masyarakat
Survei epidemiologi
Penurunan persamaan referensi
Penelitian klinis (PFT2)

Caranya :
1. Pointer vitalometer disesuaikan dengan tanda nol
2. Aktivitas gagang vitalometer itu terhubung ke mulut pasien
3. Pasien diminta untuk mengeluarkan napas biasanya ke spirometer setelah inspirasi
normal melalui hidung untuk merekam volume tidal
4. Pointer disesuaikan kembali lagi ke nol.
5. The subjek diminta untuk mengeluarkan napas paksa ke spirometer pada akhir
berakhirnya normal setelah inspirasi biasa melalui hidung dan mencatat volume
cadangan ekspirasi
6. Pointer telah disesuaikan kembali lagi ke nol.
7. Pasien diminta untuk membuat inspirasi dalam melalui hidung dengan mulut di
mulut, sekarang lubang hidung ditutup dengan tangannya sendiri dan diminta untuk
mengeluarkan napas secara paksa untuk maksimum melalui mulut ke spirometer.
Kapasitas vital direkam.
8. Prosedur di atas diulang tiga kali dengan jarak 2 menit interval di antara dan nilai
tertinggi dilaporkan.7

Spirometri
Gambar 11
E. Volume Ekspirasi Pertama satu detik pertama

26
FEV1 (Forced Expiratory Volume in one second) atau VEP1 adalah volume maksimal
udara dari ekspirasi paksa pada satu detik pertama, inspirasi penuh. VEP1 menurun pada
keadaan dimana nilai VEP1 berada di bawah normal (=/> 70%). Bila nilai VEP1 < 70%
terjadi pada penyakit paru obstruktif, yaitu bronkitis kronis, emfisema dan asma bronkial.
FVC (Force Vital Capacity) adalah volume maksimal udara dihembuskan dengan
maksimal upaya paksa dari inspirasi maksimal. 2
% FEV1 dapat dicari menggunakan rumus :

Penyakit paru obstruktif


Bronkitis kronis merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan
mukus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestrasi sebagai batuk kronik dan
pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya
dalam dua tahun berturut-turut.
Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh
pembesaran alveolus dan duktus alveolaris yang tidak normal, serta destruksi dinding
alveolar.
Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas cabang
trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan dan keadaan ini bermanifestasi sebagai
penyempitan jalan napas secara periodic dan reversible akibat bronkospasme. Gejalanya
antara lain mengi (wheezing), batuk produktif sering pada malam hari, napas atau dada
seperti tertekan. 8-9

Data-data yang mempengaruhi Volume Ekspirasi Paksa 1 detik pertama


Usia (tahun)
Makin dewasa seseorang makin besar volume respirasinya
Tinggi badan (cm)
Makin tinggi badan seseorang membuat rongga thorax akan menjadi bertambah besar
yang berpengaruh terhadap volume respirasi
Berat badan (kg)
Pada orang obesitas volume respirasi akan semakin kecil
Jenis kelamin

26
Pada pria volume respirasi lebih besar dari wanita karena perbedaan rongga thorax
dan kontraksi otot pada saat inspirasi lebih kuat

F. Kapasitas Vital
Kapasitas vital (VC =Vital Capacity) adalah jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum
dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya 6
Kapasitas Vital (KV) paru-paru menurun pada keadaan dimana nilai KV berada dibawah
normal (=/> 80%). Bila nilai KV < 80% terjadi pada penyakit paru restriktif, yaitu TBC
paru, skoliosis, pleuritis, tumor paru, dan lumpuhnya otot-otot pernapasan.
% VC dapat dicari menggunakan rumus :

Penyakit paru restriktif


Tuberculosis merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah yang menyerang
jaringan paru atau atau parenkim paru oleh basil mycobakterium tuberkulosis, dapat
mengenai hampir semua organ tubuh (meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe,
dll) dengan lokasi terbanyak di paru, yang biasanya merupakan lokasi primer. 10
Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum,
malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada dan batuk darah.
Skoliosis adalah kondisi abnormal lekukan tulang belakang. Tidak menimbulkan rasa
nyeri, tetapi bisa mengganggu rasa percaya diri anak.
Pleuritis adalah peradangan dari lapisan sekeliling paru-paru (pleura). Ada dua pleura:
satu yang melindungi paru (visceral pleura) dan yang lain melindungi dinding bagian
dalam dari dada (parietal pleura). Dua lapisan-lapisan ini dilumasi oleh cairan pleural.
Pleuritis seringkali dihubungkan dengan akumulasi dari cairan ekstra dalam ruang antara
dua lapisan dari pleura. Cairan ini dirujuk sebagai efusi pleura. Serat-serat nyeri dari paru
berlokasi pada pleura. Ketika jaringan ini meradang, itu berakibat pada nyeri yang tajam
pada dada yang memburuk dengan napas, atau pleuritis. Gejala-gejala lain dari pleuritis
dapat termasuk batuk, kepekaan dada, dan sesak napas.11

26
Tumor paru diakibatkan oleh sel yang membelah dan tumbuh tak terkendali pada organ
paru, dan biasanya tumor ini berkembang disaluran nafas namun, bisa pula menyebar
keseluruh tubuh jika sudah menjadi kanker paru stadium yang lebih berbahaya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kapasitas Vital


Kapasitas paru akan yang meningkat bergantung kepada bentuk anatomi pasien, posisi
selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernafasan, pengembangan rangka dada
dan paru, dan kebiasaan berolah raga.
Pada pasien yang mempunyai postur tubuh besar, kapasitas vital paru akan meningkat bila
pasien tersebut mempunyai bentuk paru yang normal. Kebiasaaan olah raga juga
meningkatkan kapasitas paru dikarenakan saat berolah raga, nafas akan menjadi teratur
dan juga membiasakan paru-paru untuk mengembang maksimal.
Sedangkan faktor-faktor yang menurunkan kapasitas paru ialah kebiasaan merokok,
riwayat pekerjaan, dan pada penderita penyakit paru restriktif (tidak bisa mengembang
dengan baik) seperti TBC paru, skoliosis, pleuritis, tumor paru, dan otot-otot pernafasan
yang lumpuh.
Pasien yang bekerja di daerah yang tingkat polusinya tinggi mempunyai resiko
menurunkan kaapsitas vital parunya. Hal ini disebabkan karena beban polutan akan
terhirup, sehingga jika terlalu sering menghirup polusi, suplai oksigen bagi tubuhnya
akan berkurang dan mengganggu proses bernafas.
Pasien dengan TBC paru mengalami gangguan pada jaringan paru, yaitu alveol. Skoliosis
adalah penyakit paru-paru yang disebabkan karena rusaknya vertebra thoracalis. Pleuritis
merupakan radang pada rongga pleura. Pada pleuritis, pasien akan merasa nyeri dibagian
paru-parunya. Otot-otot pernafasan yang lumpuh dapat dijumpai pada pernderita stroke.

26
Kesimpulan
1. Spirometri adalah metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan
mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru menggunakan alat yang
bernama spirometer dan hasil pengukurannya disebut spirogram.
2. Volume udara pernafasan terdiri dari Volume Tidal (VT), Volume Cadangan Inspirasi
(VCI), Volume Cadangan Ekspirasi(VCE),Volume Residu (VR).
3. Kapasitas paru terdiri Kapasitas Inspirasi (KI), Kapasitas Residu Fungsional (KRF),
Kapasitas Vital (KV), dan Kapasitas Paru-Paru Total (KPT).
4. Nilai KV < 80% terjadi pada penyakit paru restriktif yang terdiri dari TBC paru, skoliosis,
pleuritis, tumor paru, dan lumpuhnya otot-otot pernapasan
5. Nilai VEP1 < 70% terjadi pada penyakit paru obstruktif, yaitu bronkitis kronis, emfisema
dan asma bronkial.

26
DAFTAR PUSTAKA
1. Scanlon VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5th ed. Philadelphia ; F.
A. Davis ; 2007
2. Ward JP, Clark RW, Linden RW. At a Glance Fisiologi. Jakarta : Erlangga : 2009
3. Miller MR. Standaritation of Spirometry. Available :
http://www.thoracic.org/statements/resources/pfet/PFT2.pdf Accessed Jun 2010
4. Mader, Sylvia S. Understanding Human Anatomy and Physiology. 5th ed. Albany: Tim
McGraw-Hill ; 2004
5. Shier, David. Butler, Jackie. Lewis, Ricki. Holes Human Anatomy and Physiology. 9th
ed. Albany: Tim McGraw-Hill ; 2004
6. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. In: Irawati, editor.
Jakarta: EGC; 2007.
7. Scribd staff.[updated Jun 2010]Available :
http://www.scribd.com/doc/16869197/VitaLoMeTry , Accessed Jun 2010
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th ed. In :
Hartanto H, Susi N, Wulansari P, Mahanani D. Jakarta : EGC ; 2005
9. Manjoer A, editors. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI ; 2009
10. Soewondo ES. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009
11. Pleuritis. [updated Jun 2010] Available :
http://www.totalkesehatananda.com/pleurisy1.html , Accessed Jun 2010

26

Anda mungkin juga menyukai