Setiap organisasi diperlukan manajemen: "Baik itu kasus komersial, industri, politik,
agama, perang, atau filantropi, di setiap keprihatinan ada fungsi manajemen yang akan
dilakukan." Dengan demikian, seperti Charles Dupin, Fayol merasa bahwa manajemen
adalah studi khusus, selain dari hal-hal teknis.
Fayol kemudian menggambarkan kepentingan relatif dari syarat ini untuk personil,
tergantung pada lokasi mereka dalam hirarki. Pada tingkat pekerja, kemampuan teknis
adalah yang paling penting; tetapi sebagai pribadi naik rantai skalar, kepentingan relatif
dari kemampuan manajerial meningkat, sementara kebutuhan akan kemampuan teknis
menurun. Semakin tinggi tingkat otoritas, yang lebih dominan menjadi kebutuhan untuk
kemampuan manajerial. Kemampuan dalam komersial, keuangan, keamanan, dan
akuntansi juga berkurang pentingnya jauh atas rantai skalar. Dalam hal perbedaan ukuran
perusahaan, manajer sebuah perusahaan kecil membutuhkan kemampuan yang relatif
lebih teknis, sedangkan di keprihatinan yang lebih besar, tingkat atas diperlukan
manajerial daripada kemampuan teknis.
Oleh karena itu dibutuhkan prinsip yang fleksibel dan mampu beradaptasi untuk
setiap kebutuhan; hal ini yang menjadi masalah (sulit) untuk mengetahui bagaimana
memanfaatkan mereka, yang membutuhkan kecerdasan, pengalaman, keputusan, dan
proporsi. Diperparah kebijaksanaan dan pengalaman, proporsi adalah salah satu atribut
terpenting dari manajer. Tidak ada batasan untuk jumlah prinsip-prinsip manajemen,
setiap aturan atau prosedur manajerial yang memperkuat tubuh perusahaan atau fasilitas
fungsinya memiliki tempat di antara prinsip-prinsip begitu lama, setidaknya, seperti
pengalaman menegaskan kelayakan nya. Perubahan dalam keadaan dapat bertanggung
jawab untuk perubahan aturan yang telah ditimbulkan oleh negara itu.
Prinsip-prinsip Fayol berasal dari orang-orang yang ia paling sering digunakan
dalam pengalamannya sendiri. Mereka tidak berubah, tetapi disajikan sebagai
"mercusuar" untuk menunjukkan jalan teori. Prinsip-prinsip Fayol adalah:
1. Pembagian kerja
2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
3. Disiplin
4. Kesatuan komando
5. Kesatuan arah
6. Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan individu
7. Penggajian pegawai
8. Pemusatan
9. Hirarki (Tingkatan)
10. Ketertiban
11. Keadilan
12. Stabilitas kondisi karyawan
13. Prakarsa
14. Semangat kesatuan dan semangat korps
Pembagian kerja adalah ide terkenal mengenai spesialisasi tenaga kerja dan
keuntungan yang diperoleh dalam mengurangi limbah, meningkatkan output, dan
meringankan tugas pelatihan kerja. Meskipun pembagian kerja tidak terbatas pada
pekerjaan teknis, tapi dapat berlaku juga untuk "spesialisasi fungsi dan pemisahan
kekuasaan," yaitu, dalam upaya manajerial juga. Fayol juga mengakui bahwa beberapa
tugas dapat diperbesar untuk bertindak sebagai stimulus untuk usaha karyawan. Misalnya,
ketika ia mengelola tambang Commentry ia menanggungjawabkan untuk kayu tambang
ke awak pekerjaan, membalikkan praktek menggunakan personel khusus untuk tugas ini.
Wewenang didefinisikan sebagai "hak untuk memberi perintah dan kekuasaan untuk
membalas ketaatan." Fayol membedakan antara otoritas resmi yang diselenggarakan oleh
manajer berdasarkan jabatan atau pangkat dan otoritas pribadi, yang diperkuat dengan
kecerdasan, pengalaman, nilai moral, kemampuan memimpin, masa lalu, dll Manajer
yang baik akan melengkapi otoritas resminya dengan personal otoritas. Selanjutnya,
wewenang dan bertanggung jawab yang sungguh sungguh dalam arti bahwa di mana
pun otoritas itu dilakukan, tanggung jawab muncul. Fayol menyatakan perawatan klasik
untuk otoritas yang sepadan dengan tanggung jawab, dan prinsip ini telah muncul di
seluruh literatur manajemen untuk menjadi seperti tak terpisahkan sebagai Mary dan
domba kecilnya.
Disiplin adalah pada dasarnya berdasarkan ketaatan dan menghormati antara
perusahaan dan karyawannya. Itu penting untuk keberhasilan dan didasarkan pada
penghormatan bukannya takut. disiplin yang buruk adalah pasti hasil dari kepemimpinan
yang buruk, dan disiplin Doog datang dari pemimpin yang baik, kesepakatan yang jelas
antara manajemen dan tenaga kerja mengenai aturan, dan bijaksana penggunaan sanksi
(hukuman).
Kesatuan komando, prinsip keempat Fayol, adalah bertentangan dengan mandor
fungsional Taylor. Prinsip bahwa "untuk tindakan apapun seorang karyawan harus
menerima perintah dari satu superior saja" adalah fundamental bagi konsep Fayol dari
sebuah organisasi. Sama seperti tidak ada orang dapat melayani dua tuan, perintah ganda
adalah ancaman bagi otoritas, disiplin, dan stabilitas.
Kesatuan arah berarti "satu kepala dan satu rencana untuk sekelompok kegiatan yang
memiliki tujuan yang sama." Kesatuan arah berasal dari struktur organisasi yang sehat
dan sangat penting untuk "kesatuan tindakan, koordinasi kekuatan, dan fokus usaha."
Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan individu adalah
permohonan untuk menghapuskan "ketidaktahuan, ambisi, keegoisan, kemalasan,
kelemahan, dan semua nafsu manusia," yang menyebabkan konflik ketika individu atau
kelompok berusaha untuk menang atas organisasi.
Penggajian pegawai ditangani dengan hari upah, tarif bagian, bonus, dan pembagian
keuntungan. Fayol menyimpulkan bahwa modus pembayaran tergantung pada banyak
faktor dan bahwa tujuannya adalah untuk "membuat personil lebih berharga ... dan juga
untuk menginspirasi ketajaman." pembahasannya jatuh pendek dari kesan mendalam
pengertian motivasi tetapi mengindikasikan kesadaran tentang perlunya memberikan
kompensasi dan insentif.
Sentralisasi lebih jernih dan menunjukkan beberapa wawasan hebat ke dalam
organisasi:
Sentralisasi bukanlah sistem manajemen yang baik atau buruk dari dirinya sendiri,
mampu diadopsi atau dibuang sebagai kehendak dari manajer atau keadaan; itu adalah
masalah menemukan tingkat optimum untuk perhatian khusus. Dalam perusahaan
kecil, di mana perintah manajer langsung ke bawahan, ada sentralisasi mutlak, di
keprihatinan besar, di mana rantai skalar panjang sela antara manajer dan nilai yang
lebih rendah, perintah dan informasi counter, juga harus melalui serangkaian
perantara . Setiap karyawan, sengaja atau tidak sengaja, menempatkan sesuatu dari
dirinya ke transmisi dan pelaksanaan perintah dan informasi yang diterima, juga. Dia
tidak beroperasi hanya sebagai roda penggerak dalam mesin. Apa telah sesuai pangsa
inisiatif dapat dibiarkan untuk perantara tergantung pada karakter pribadi dari
manajer, pada nilai moralnya, pada reability dari bawahannya, dan juga pada kondisi
off bisnis. Tingkat sentralisasi harus bervariasi sesuai dengan kasus yang berbeda.
Tujuan untuk mengejar adalah pemanfaatan optimal dari semua fakultas personil.
Hirarki adalah "atasan rantai mulai dari otoritas tertinggi ke jajaran terendah." Ini
menunjukkan perurutan garis wewenang dan saluran untuk transisi komunikasi.
Ketua
Pengawas Pengawas
Supervisor Supervisor
Mandor Mandor
Pekerja Pekerja
C. Elemen Manajemen
1. Planning
Elemen pertama dari manajemen adalah planning. Menurut Fayol, "manage
atau mengelola berarti melihat ke depan" dan meninjau ke masa depan yang
merupakan elemen penting dari manajemen. Ada beberapa rencana dari sebuah
manajemen itu sendiri yaitu (1)sumber daya perusahaan, diantaranya adalah gedung,
peralatan, material, individu, outlet penjualan, hubungan masyarakat, dll, (2) proses
bekerja, dan (3) aktivitas dalam perusahaan yang tidak bisa diprediksi di masa depan.
2. Organizing
Sebuah organisasi yang telah dibentuk harus memiliki tujuan dan hal ini
melalui peintah. Elemen ketiga dari manajemen adalah command (perintah) yakni
bertumpu pada kualitas pribadi dan pengetahuan dari prinsip umum manajemen.
Seorang manajer yang melaksanakan perintah harus memilliki kriteria sebagai
berikut:
Teliti
Cakap
Menyatukan asisten
Tujuan membuat kesatuan
Catatan Akhir
Weber lahir di Jerman dan hidup didalam pengaruh keluarga yang memiliki koneksi
sosial dan politik yang cukup besar. Weber merupakan ahli ekonomi, sosial dan politik.
Salah satu buku dari Max Weber adalah Protestant and The Spirit of Capitalism.
Weber melakukan konferensi pada tahun 1904 di Saint Louis, dalam melakukan
konferensinya Weber juga melakukan perjalanan untuk melihat bagaimana semangat
kapitalisme di Amerika.
Kesimpulan
Max Weber menentang atau menghindari kontrol politik, tradisi dan kharisma
didalam organisasi. Weber menekankan penerapan sistem administrasi, ilmu pengetahuan
dan kompetensi teknis didalam organisasi, hal itu digunakan untuk membangun
organisasi yang rasional.
Pertama, ilmu harus menekankan pada rule of thumb dalam memandu rancangan
tugas dan aktivitas organisasi. Efektivitas operasi organisasi harus diukur secara
obyektif dan ilmiah.
Keenam, perlunya divisi kerja di antara manajer dan para pekerjanya; manajer
harus bertanggung jawab atas penyelesaian tugas dimana mereka memiliki
dukungan yang lebih baik untuk menangani tugas ketimbang yang dimiliki
bawahannya. Perencanaan dan tugas administrasi harus dilakukan oleh manajer
yang terlatih dan ahli dalam tugas, sedangkan pekerja harus diarahkan untuk
menyelesaikan tugas yang dirancang oleh manajer.
Kedelapan, pekerja harus diberi gaji atas pekerjaan yang dilakukannya melalui
penggunaan piece rate. Berdasarkan tingkat yang ditetapkan dalam studi waktu
dan gerak, standar minimum produksi harus ditentukan, dan pekerja harus
dihargai menurut kemampuan standar minimum. Bonus kepada pekerja dapat
pula diberikan jika standar produksi minimum terlampaui.
a. Tahap Survival ( 1886 - 1930 ), tahun 1886 adalah tahun lahirnya ilmu manajemen
yang ditandai dengan gerakan manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Frederick
Winslow Taylor.Dalam tahap survival ini, para ahli memperjuangkan untuk
diakuinya manajemen sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan.
b. Tahap konsolidasi atau penyempurnaan ( 1930 - 1945 ), dalam tahap ini para
pelopor manajemen ilmiah merumuskan metode - metode dan prinsip - prinsip
dari ilmu manajemen yang dapat dipraktekan dalam kegiatan - kegiatan
perusahaan.
c. Tahap human relation ( 1945 - 1959 ), dalam tahap ini, selain menggunakan
prinsip - prinsip berdasarkan keilmuan, juga lebih mengutamakan perhatian
kepada manusia ( para pekerja ) yang berperan serta dalam kegiatan - kegiatan
mencapai tujuan usaha. Hubungan antara pemimpin dan pegawai diupayakan
dilaksanakan dalam suasana hubungan manusia yang lebih baik.
d. Tahap behaviouralisme ( 1959 - sekarang ), dalam tahap ini perhatian utama para
ahli manajemen terutama dipusatkan terhadap pentingnya peranan manusia kerja
dalam usaha mencapai tujuan perusahaan.
a. Teori Klasik
Awal terjadinya teori klasik sebagai pemerhati bidang manajemen dan organisasi
ditandai oleh terbitnya buku karya Frederick Taylor (1911) yang berjudul
Principles of Scientific Management yang lebih dikenal dengan istilah scientific
management atau manajemen ilmiah. Taylor berusaha memperbaiki pekerjaan
dengan menggunakan metode ilmiah terhadap tugas-tugas didalam organisasi.
Keinginannya untuk mendapatkan metode terbaik tentang bagaimana setiap
pekerjaan harus dilaksanakan dengan mengacu pada desain pekerjaan. Taylor
mengusulkan empat prinsip scientific management, yaitu: (1) penggantian metode
untuk menentukan elemen pekerjaan ditentukan secara ilmiah; (2) seleksi dan
pelatihan pekerja secara ilmiah; (3) kerjasama antara pimpinan dan bawahan
untuk mencapai tujuan sesuai dengan metode ilmiah; (4) pembagian tanggung
jawab yang lebih merata diantara manajer sebagai perencana dan supervise dan
para pekerja sebagai pelaksana. Teori klasik ini dikembangkan pula oleh Henry
Fayol. Fayol mencoba mengembangkan prinsip-prinsip umum yang dapat
diaplikasikan pada semua manajer dari semua tingkatan organisasi, dan
menjelaskan fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer. Sedangkan
Taylor memusatkan perhatian pada tingkatan yang paling rendah dari organisasi
manajemen yaitu aspirasi bawahan. Fayol mengusulkan empat belas prinsip-
prinsip organisasi, yaitu (1) pembagian kerja; (2) wewenang; (3) disiplin; (4)
kesatuan komando; (5) kesatuan arah; (6) mendahulukan kepetingan umum diatas
kepentingan pribadi; (7) remunerasi (gaji sesuai pekerjaan); (8) sentralisasi; (9)
rantai scalar (garis wewenang); (10) tata tertib; (11) keadilan; (12) stabilitas masa
kerja para pegawai; (13) inisiatif; (14) esprit de corps (persatuan dan kesatuan
dalam organisasi). Teori ini juga dikembangkan oleh Max Weber dengan istilah
teori birokrasi. Weber telah mengembangkan sebuah model structural yang ia
katakana sebagai alat yang paling efesien bagi organisasi-organisasi untuk
mencapai tujuannya yang disebut dengan istilah birokrasi. Birokrasi ditandai
dengan adanya pembagian kerja, hierarkhi wewenang yang jelas, prosedur seleksi
yang formal, peraturan yang rinci, serta hubungan yang tidak didasarkan atas
hubungan pribadi (impersonal) dalam organisasi. Tokoh terakhir dalam teori
klasik adalah Ralph C. Davis, ia lebih menekankan pada perspektif perencanaan
rasional, dan mengatakan bahwa struktur merupakan hasil logis dari tujuan-tujuan
organisasi. Sedangkan tujuan utama perusahaan adalah pelayanan ekonomis. Nilai
ekonomis ini dikembangkan melalui aktivitas yang dilakukan oleh para
anggotanya untuk menciptakan produk atau jasa organisasi, aktivitas tersebut
kemudian menghubungkan tujuan organisasi dengan hasil yang dicapai organisasi.
Perspektif perencanaan rasional menawarkan sebuah model yang sederhana dan
langsung untuk merancang sebuah organisasi. Perencanaan organisasi dalam
manajemen menentukan tujuan-tujuan organisasi, tujuan-tujuan tersebut kemudian
menentukan pengembangan struktur, arus wewenang dan hubungan interrelasi.
b. Teori Neo-klasik
Tokoh teori ini diawali oleh Elton Mayo (1927) yang membentuk aliran antar
manusia (human relation school), memandang organisasi sebagai sesuatu yang
terdiri dari tugas-tugas dari sisi manusia dibanding sisi mesin. Pada masa ini
dilakukan percobaan yang menyangkut rancang ulang pekerjaan, perubahan
panjangnya hari kerja dan waktu kerja dalam seminggu, pengenalan waktu
istirahat, serta rencana upah individual dibandingkan dengan upah kelompok.
Disimpulkan bahwa norma sosial kelompok merupakan kunci penentu perilaku
kerja seseorang. Kemudian Hawthorne mempersatukan pandangan Taylor, Fayol,
dan Weber dengan kesimpulan bahwa organisasi merupakan sistem kerjasama.
Organisasi terdiri dari tugas-tugas dan manusia yang harus dipertahankan pada
suatu keseimbangan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Chester Barnard,
yang menawarkan ide-ide dalam the functions of the executive, yaitu ia
menentang pandangan klasik yang mengatakan bahwa wewenang harus
didefinisikan sesuai dengan tanggapan dari bawahan, ia memperkenalkan peran
dari organisasi informal ke dalam teori organisasi dan mengusulkan agar peran
utama manager adalah memperlancar komunikasi dan mendorong para bawahan
untuk berusaha lebih keras. Tokoh lainnya Douglas McGregor, menyatakan bahwa
ada dua pandangan tentang manusia, teori X pandangan negative dan teori Y
pandangan positif. Kesimpulannya adalah pandangan seorang manajer tentang
sifat manusia didasarkan atas pengelompokan asumsi tertentu, dan manusia
cenderung untuk menyesuaikan perilakunya terhadap bawahanya sesuai asumsi
tersebut. Dengan demikian teori Y lebih disukai dan asumsi tersebut harus dapat
membimbing para manajer dalam merancang organisasi dan memotivasi para
pegawainya. Sedangkan Warren Benis mengatakan bahwa pengambilan keputusan
pada birokrasi yang disentralisasi, kepatuhan kepada wewenang, serta pembagian
kerja yang sempit diganti dengan struktur yang didesentralisasi dan demokratis
yang diorganisasi pada kelompok yang fleksibel. Pengaruh yang diambil dari
kekuasan diganti dengan pengaruh yang diambil dari keahlian. Bentuk organisasi
yang ideal adalah adhocracy yang fleksibel.
c. Teori Modern
Teori modern ditandai dengan lahirnya gerakan contingency yang dipelopori
Herbert Simon, yang menyatakan bahwa teori organisasi perlu melebihi prinsip-
prinsip yang dangkal dan terlalu disederhanakan bagi suatu kajian mengenai
kondisi yang dibawahnya dapat diterapkan prinsip yang saling bersaing.
Kemudian Katz dan Robert Kahn dalam bukunya the social psychology of
organization mengenalkan perspektif organisasi sebagai suatu sistem terbuka.
Buku tersebut mendeskripsikan keunggulan-keunggulan perspektif sistem terbuka
untuk menelaah hubungan yang penting dari sebuah organisasi dengan
lingkungannya, dan perlunya organisasi menyesuaikan diri terhadap lingkungan
yang berubah jika organisasi ingin tetap bertahan.
Pada tahun 1960, Joan Woodward dan Charles Perrow, menyampaikan alasan
yang disampaikan oleh James Thomson bahwa dalam menentukan struktur yang
sesuai dalam organisasi diperlukan adanya teknologi. Pendekatan paling mutakhir
mengenai teori organisasi memusatkan perhatian pada sifat politis organisasi.
Teori ini mula-mula dibuat James March dan Herbert Simon, namun telah
diperbaiki secara intensif oleh Jeffrey Preffer. Model yang dikembangkan yaitu
teori organisasi yang mencakup koalisi kekuasaan, konflik inherent atas tujuan,
serta keputusan desain organisasi yang mendukung kepentingan pribadi dari para
pemegang kekuasaan. Organisasi merupakan koalisi yang terdiri dari berbagai
kelompok dan individu dengan tuntutan yang berbeda-beda. Desain organisasi
merupakan hasil dari pertarungan kekuasaan berbagai koalisi tersebut. Jika kita
ingin mengerti mengapa dan bagaimana organisasi tersebut dirancang, maka kita
harus menilai preferensi dan kepentingan dari mereka yang berada di dalam
organisasi yang mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan mengenai
desain organisasi. Pemikiran ini membangun atas dasar pengetahuan tentang
pengambilan keputusan berdasarkan perilaku dan ilmu politik yang telah
meningkatkan kemampuan kita untuk menjelaskan fenomena-fenomena
organisasi.
3. Manajemen Saintifik di DuPont dan General Motors
Ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan
dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000
orang selama 20 tahun. Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa
adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para
pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota
Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana.
Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan
banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh : di
gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap
perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip
dengan model lini perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh Hanry Ford
untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki
sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber
daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak
pendapatan dan biaya.
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa
pertama terjadi pada tahun 1776 ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin
ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan
keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division
of labor) yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang.
Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas
dengan meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, menghemat
waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan menciptakan mesin dan penemuan
lain yang dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah
revolusi industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan
mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan
produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan
ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat
membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan
baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan
lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Di awal abad ke-20 seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan
gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah,
mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan
sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950 dan
terus berlangsung hingga sekarang.
Ahli sosilogi Jerman Max Weber, menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang
disebut sebagai birokrasi bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja,
hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan
sejumlah hubungan yang impersonal. Weber menyadari bahwa bentuk birokrasi yang
ideal itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan
maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan
dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain
struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett
melahirlkan ilmu riset operasi yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan
teori mikroekonomi. Dikenal dengan Sains Manajemen. Beliau mencoba
pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen khususnya di
bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946 Peter F. Drucker sering disebut sebagai
Bapak Ilmu Manajemen menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen
terapan: Konsep Korporasi (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide
Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang
organisasi.
4. Kebijakan dan Filosofi Bisnis
Keberhasilan dan kesinambungan bisnis diperlukan agar manfaatnya dapat
optimal bagi para stakeholder seperti pemilik, pekerja, konsumen, pemerintah maupun
masyarakat. Kebijakan berasal dari kata bijak, yang berarti punya pandangan luas dan
jauh ke depan. Sehinga dapat didefinisikan sebagai langkah dan tindakan untuk
mencapai keinginan masa depan, yang dituangkan dalam bentuk ketetapan atau
keputusan sebagai pedoman dari kegiatan yang dilaksanakan.
Kebijakan bisnis dapat didefinisikan dengan ketetapan atau keputusan
manajemen untuk mencapai tujuan masa depan perusahaan yang merupakan pedoman
dalam melakukan aktivitas bisnis.
a. Kebijakan produksi adalah ketetapan atau keputusan manajemen dalam
berproduksi untuk mencapai tujuan perusahaan dimasa depan (kapan harus
berproduksi (BEP), kapan meningkatkan Volume produksi (MR>MC),
menghentikan peningkatan volume produksi (MR<MC) dan kapan menghentikan
produksi (P<AVC).)
b. Kebijakan harga , dalam menentukan harga produk dipasar , dikenal ada empat
jenis kebijkan harga yang dapat digunakan yaitu :
1) Biaya tambah margin (cost plus margin)yaitu jumlah biaya produksi ditambah
keuntungan
2) Diskriman harga (price discrimination), beberapa persyaratan
a) Segmentasi pasar cukup jelas dan tegas,
b) Elastisitas permintaan pasar (konsumen ) yang berbeda
c) Persaingan dipasar lebih cenderung dalam bentuk Non Price Competition
artinya persaingan yang terjadi dipasar lebih cenderung pada persaingan
non harga.
Jenis diskriminasi harga
Terdapat tiga jenis diskriminasi harga yang biasanya dilakukan dalam dunia
bisnis yaitu ;
a) Derajat pertama (1st degree) adalah kondidi dimana para pembeli atau
konsumen dihadapkan pada pilihan untuk membeli barang dan jasa pada
harga maksimum sesuai dengan kemampuan dan keinginan.
b) Derajat kedua (2nd degree) adalah kondisi dimana konsumen atau pembeli
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan waktu pembelian
(time basis) atau tingkat kemendesakan (urgency basis)
c) Derajat ketiga (3rd degree) adalah kondisi dimana perusahaan dapat
mengganti harga dan mendiskriminasi harga barang danjasa yang
ditawarkan kepada pembeli yang berbeda pada waktu yang sama , contoh
tariff listrik dan telepon untuk rumah tangga dan industri
3) Penyesuaian harga (incremental pricing) adalah kebijakan penetapan atau
penyesuaian harga jual berdasarkan penambahan produksi yang
mengakibatkan perubahan biaya. Tujuan harga ini adalah agar perusahaaan
mendapat laba maksimum. Sepanjang kenaikan biaya masih lebih kecil dari
kenaikan pendapatan maka kegiatan produksi bias diteruskan.
4) Pemindahan atau Pembebanan harga (transfer pricing) adalah teknik
penetapan harga transfer (transfer harga )dari suatu unit bisnis (SBU) ke unit
(SBU) lainnya, atau dapat didefinisikan penetapan harga input antar
devisi/unit usaha secara rasional dan adil agar dapat mendorong produktivitas
masing-masingnya.