Anda di halaman 1dari 26

Analisis Implementasi Konsep Six Sigma Dalam Manajemen

Mutu Pada PT UNILEVER INDONESIA Tbk

Manajemen Mutu
Dosen Pengampu :
Iqbal Ramadhani Fuadiputra, S.E., M.SM

Disusun oleh :

Bahri baidhawi (2020-361)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS ILMU DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MALANG

2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan Rahmat-Nya dapat
menyelesaikan Makalah Manajemen Mutu (TQM) ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Akhir Manajemen Mutu Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Analisis Implementasi Konsep
Six Sigma Dalam Manajemen Mutu Pada PT UNILEVER INDONESIA Tbk

Terima kasih kepada Bapak Iqbal Ramadhani selaku dosen pembimbing Mata Kuliah
Manajemen Mutu (TQM) Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen demi tercapainya
makalah yang sempurna.

Malang, 30 Desember 2022

Penyusun,
Bahri baidhawi
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4

Gambar 1. Produk Unilever.........................................................................................................4

1.2 Landasan Teori.......................................................................................................................7

1.2 1 Definisi Manajemen Mutu...............................................................................................7

1.2.2 Tujuan Manajemen Mutu................................................................................................7

1.2.3 Proses Manajemen Mutu.................................................................................................8

1.2.4 Komponen Utama Manajemen Mutu..............................................................................8

1.2.5 Ruang Lingkup Manajemen Mutu..................................................................................9

1.2.6 Metode Dekomposisi.......................................................................................................9

1.2.7 Pengertian Six Sigma....................................................................................................11

1.2.8 Metodologi Six Sgma (DMAIC)...................................................................................12

1.2.9 Critical To Quality (CTQ).............................................................................................13

1.2.10 Tools Yang Dipakai Dalam Six Sigma.......................................................................13

BAB II...........................................................................................................................................16

PEMBAHASAN............................................................................................................................16

2.1 Implementasi Sistem Manajemen Mutu PT. Unilever Indonesia Tbk.................................17

2.2 DMAIC................................................................................................................................19

BAB III..........................................................................................................................................23

PENUTUP.....................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan Unilever Indonesia berdiri pada 5 Desember 1933 dan pada saat ini
unilever menjadi salah satu perusahaan terbesar yang memproduksi kebutuhan sehari-hari
masyarakat atau yang dikenal dengan Fast Moving Consumer Goods (FMCG). Yang
dimaksud dengan FMCG atau Fast Moving Consumer Goodsialah barang atau produk
konsumen yang bergerak cepat, dan barang tersebut dapat terjual secara cepat serta serta
harganya yang relatif murah seperti barang-barang kebutuhan sehari-hari. Produk
keluaran dari Unilever juga sangat beragam mulai dari bahan pembersih pakaian (home
care), bahan perawatan tubuh (personal care), hingga makanan dan minuman (food and
drink).

Gambar 1. Produk Unilever


Perusahaan Unilever Indonesia memproduksi dan menjual lebih dari 400 brand
diseluruh dunia dengan pengguna produknya sebanyak 2 miliyar di seluruh dunia. Untuk
mendukung operasional perusahaan Unilever dalam memenuhi dan menyediakan
kebutuhan konsumen, dibutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni. Manajemen
sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja
agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat.

Tujuan strategi sumber daya manusia adalah mengelola tenaga kerja dan
merancang pekerjaan sehingga orang-orang dapat diberdayakan secara efektif dan efisien.
Kualitas kerja berarti sebuah pekerjaan tidak hanya cukup aman dan cukup bayarannya,
tetapi juga mencapai tingkat memadai dalam persyaratan baik fisik maupun psikologis.
Komitmen bersama adalah baik manajaemn maupun karyawan sama-sama berjuang
mencapai tujuan-tujuan bersama. Kepercayaan bersama tercermin dari kebijakan
ketenagakerjaan yang layak dan terdokumentasi yang diterapkan secara jujur dan adil
demi kepuasan manajemen dan karyawan.

Sebelum memutuskan untuk menentukan strategi yang akan dipakai untuk


mengatur sumber daya manusi kita terlebih dahulu harus mengetahui kendala yang
menghalangi strategi sumber daya manusia tersebut, untuk dapat meminimalisir biaya
dan memperoleh keuntungan. Tiga area keputusan sumber daya manusia yaitu
perencanaan tenaga kerja, rancangan kerja, dan standar tenaga kerja.

Metode manajemen kualitas sendiri mengalami perkembangan dari masa ke masa


sehingga ada banyak pilihan metode manajemen kualitas yang dapat digunakan saat ini.
Metode-metode manajemen kualitas tersebut diantaranya ISO, QFD (Quality Function
Development), Zero Defect Progress, PDCA (Plan, Do, Check, Act), Quality Circle,
Taguchi Methods, Just-in-Time, Lean Manufacturing, Toyota Production System, TQM
(Total Quality Management), CI (Continous Improvement), Kaizen, BPR (Business
Process Reengineering) dan Six Sigma. Semua metode manajemen kualitas tersebut
berusaha untuk meminimalkan produk gagal melalui peningkatan kualitas produk dan
peningkatan kualitas proses.

Saat ini metode manajemen kualitas yang banyak digunakan adalah Six Sigma.
Six Sigma adalah metode yang berfokus pada peningkatan kualitas , SIX SIGMA berasal
dari kata SIX yang berarti 6 dan SIGMA yang merupakan satuan dari Standar Deviasi
yang dilambangkan dengan simbol σ. Six Sigma juga sering disimbolkan menjadi 6σ. Six
Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang
difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (proses variance) sekaligus mengurangi
cacat dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif. Konsep
dasar dari Six Sigma awalnya berasal dari gabungan antara Konsep TQM (Total
Quality Management) dan Statistical Process Control (SPC).

Pada implementasinya Six Sigma mengedepankan konsumen (customer focused)


serta menggunakan fakta dan data untuk mendapatkan solusi-solusi yang lebih baik.
Customer-focused ini adalah pendekatan terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen
sehingga memberikan solusi yang lebih baik dalam mencapai customer satisfaction.
Selain itu six sigma juga menerapkan strategi Reduce Defect untuk menurunkan tingkat
kecacatan, Center around Target yang berkisar di sekitar Pusat Target serta Reduce
Variation untuk Menurunkan Variasi. Hal ini yang menjadi perbedaan utama Six Sigma
dibandingkan metode manajemen kualitas yang lain. Implementasi Six Sigma di
lapangan ternyata tidak hanya sekedar untuk mengurangi cacat. Ini menekankan
perbaikan untuk proses bisnis secara umum, termasuk pengurangan biaya, waktu siklus
yang lebih pendek, kepuasan pelanggan yang lebih besar dan metrik penting lainnya.
Seperti inisiatif populer, Six Sigma telah berkembang menjadi budaya seluruh strategi,
yakni sebagai alat dan metode statistik untuk meningkatkan laba usaha suatu produksi.

Six Sigma sendiri yang pertama kali diimplementasikan oleh Motorola telah
membantu menghemat sebesar US$15 milyar pada periode 10 tahun pertama
pengimplementasian Six Sigma di Motorola. Dupont mengalami penghematan biaya
lebih dari US$1.6 milyar dari implementasi Six Sigma pada empat tahun pertama.
Implementasi Six Sigma pada awalnya diperkenalkan pada perusahaan manufaktur,
seperti Motorola dan General Electric, yang kemudian secara bertahap mulai
diimplementasikan juga pada sektor bisnis lain seperti perbankan, hotel, rumah sakit,
migas, dan sektor lainnya. Contoh perusahaan lain yang telah berhasil
mengimplementasikan Six Sigma antara lain IBM, Honeywell, Dupont, Nokia, LG
Group, Samsung, American Express, Eastman Kodak, PT. Bakrie & Brothers, PT. Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan hampir sepertiga organisasi Fortune 500 telah
memulai Six Sigma dengan tujuan pengendalian biaya dan meningkatkan kualitas. Hal ini
membuktikan bahwa Six Sigma memiliki tingkat keberhasilan pengimplementasian di
beragam jenis perusahaan dan memberikan manfaat cost savings bagi perusahaan yang
mengimplementasikannya.

Dua metode utama yang digunakan untuk Six Sigma adalah DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, Control) dan DMADV (Define, Measure, Analyze, Design,
Validate). DMAIC merupakan metode yang bersifat data- driven. Tujuannya
adalah untuk mengembangkan produk atau jasa yang sudah ada untuk meningkatkan
kepuasan konsumen. Biasanya, DMAIC digunakan untuk manufaktur produk atau
pengiriman sebuah jasa. DMAIC terdiri atas 5 proses yaitu Define, Measure, Analyze,
Improve, dan Control. Sedangkan DMADV merupakan metode yang bisa kamu gunakan
untuk membuat desain atau mendesain ulang proses manufaktur produk baru. Ini adalah
metode yang cocok dipilih jika proses atau produksi yang saat ini dilakukan perusahaan
tidak memuaskan pelanggan meskipun sudah dilakukan optimisasi.

1.2 Landasan Teori

1.2 1 Definisi Manajemen Mutu


Manajemen mutu merupakan sebuah sistem manajemen untuk mengawasi
semua kegiatan dan tugas dalam suatu organisasi untuk memastikan bahwa
produk dan layanan yang ditawarkan, serta sarana yang digunakan untuk
mencapainya bersifat konsisten.
Hal ini diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan tingkat mutu
yang diinginkan dalam organisasi. Termasuk di dalamnya penentuan
kebijakan mutu, menciptakan dan menerapkan perencanaan dan jaminan
kualitas, dan kontrol kualitas serta peningkatan kualitas. Jadi fokus sistem
manajemen mutu tidak hanya pada produk dan kualitas layanan, tetapi juga
pada cara untuk mencapainya sekaligus mempertahankannya.
1.2.2 Tujuan Manajemen Mutu
Tujuan dari manajemen mutu adalah untuk memastikan bahwa semua
bagian dalam organisasi bekerja bersama untuk meningkatkan proses, produk,
layanan, dan budaya perusahaan untuk mencapai keberhasilan jangka panjang
yang berasal dari kepuasan pelanggan.

1.2.3 Proses Manajemen Mutu


Pada proses manajemen mutu melibatkan kumpulan pedoman yang sudah
dikembangkan oleh tim untuk memastikan bahwa produk dan layanan yang
dihasilkan memiliki standar yang tepat atau sesuai dengan tujuan.
a. Aktivitas pada proses manajemen mutu dimulai ketika organisasi
menetapkan target kualitas yang harus dipenuhi dan yang disepakati
dengan pelanggan.
b. Organisasi kemudian mendefinisikan bagaimana target akan diukur.
c. Kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengukur kualitas.
d. Selanjutnya mengidentifikasi masalah kualitas yang muncul dan memulai
perbaikan.
e. Langkah terakhir melibatkan pelaporan tingkat keseluruhan kualitas yang
dicapai.
Proses ini memastikan bahwa kualitas dan desain produk serta layanan
yang dihasilkan oleh tim sesuai dengan harapan pelanggan. Metode
peningkatan kualitas terdiri dari tiga komponen:, yaitu peningkatan kualitas
produk, peningkatan kualitas proses, dan peningkatan kualitas berbasis orang.
Jadi manajemen mutu merupakan gabungan dari semua fungsi manajemen
yang dibangun berdasarkan konsep kualitas yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan.

1.2.4 Komponen Utama Manajemen Mutu


Adapun Komponen manajemen mutu terdiri dari :
a. Perencanaan Kualitas merupakan proses mengidentifikasi standar kualitas
yang relevan dengan proyek dan memutuskan bagaimana cara
memenuhinya.
b. Peningkatan Kualitas merupakan proses perubahan yang disengaja dari
suatu proses untuk meningkatkan kepercayaan atau keandalan hasil.
c. Kontrol Kualitas merupakan upaya berkelanjutan untuk menegakkan
integritas dan keandalan proses dalam mencapai hasil.
d. Jaminan Kualitas merupakan tindakan sistematis atau terencana yang
diperlukan untuk menawarkan keandalan yang memadai sehingga layanan
atau produk tertentu akan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

1.2.5 Ruang Lingkup Manajemen Mutu


Berikut adalah ruang lingkup manajemen sumber daya manusia yaitu :
a. Organisasi yang menginginkan keunggulan melalui implementasi suatu
sistem manajemen mutu.
b. Organisasi yang menginginkan keyakinan dari pemasoknya bahwa
persyaratan produk mereka akan dipenuhi.
c. Pemakai produk.
d. Mereka yang berkepentingan dengan saling pengertian dari istilah yang
dipakai dalam manajemen mutu.
e. Mereka yang didalam atau diluar organisasi yang mengakses sistem
manajemen mutu atau mengauditnya untuk kesesuaian pada persyaratan.
f. Mereka yang didalam atau diluar organisasi yang memberi saran atau
pelatihan tentang sistem manajemen mutu yang sesuai bagi organisasi
tersebut.
g. Pengembang standar terkait.

1.2.6 Metode Dekomposisi


Merupakan salah satu model peramalan yang telah lama dipergunakan
diantara metode-metode lainnya. Model ini diperkenalkan oleh para ahli
ekonomi pada permulaan abad ke-20 dalam mencoba mengendalikan siklus
usaha. Dasar dari metode dekomposisi yang sekarang diperkenalkan pada
tahun 1920 ketika konsep rasio terhadap trend diperkenalkan. Sejak saat itu
metode dekomposisi telah dipergunakan secara luas dalam bidang ekonomi
dan bisnis. Metode dekomposisi mendasarkan asumsi bahwa data yang ada
merupakan gabungan komponen pola dan error.
Data = pola + error
= f (trend, siklik, musiman) + galat
Metode dekomposisi pada umumnya mencoba mengidentifikasikan tiga
komponen secara terpisah sebagai pola dasar. Ketiga komponen tersebut
adalah kecenderungan (trend), siklik (cyclical), dan faktor musiman (seasonal
factor).
• Kecenderungan (trend) menggambarkan perilaku data dalam jangka
panjang, yang dapat bersifat menaik, menurun, atau tidak berubah.
Misalnya, data peningkatan mengenai penjualan perumahan yang
(sebagian) terjadi karena adanya pertumbuhan penduduk jangka
panjang.
• Faktor musiman berkaitan erat dengan fluktuasi periodik yang relatif
konstan di sekitar garis trend yang berulang secara teratur dalam
periode yang sama pada setiap tahun. Misalnya, volume penjualan
pohon natal yang tinggi pada bulan Desember dalam setiap tahun, atau
volume penjualan buku pelajaran pada awal-awal tiap tahun ajaran
baru. Variasi datanya dapat terjadi dalam satuan hari, minggu, bulan,
dan tahun. 3 Makridakis, Wheelwright, Ir, MSC. (1991). Ekonomi
Terapan, Terjemahan Aroef. Matthias, MSIE, Dr, Prof. Tarsito,
Bandung.
• Faktor siklik merupakan suatu pola berkala dalam deret waktu yang
terjadi dan berulang kembali setelah suatu masa dalam beberapa tahun
dan biasanya dengan waktu yang tidak sama. Oleh karena itulah faktor
siklis ini sangat sulit untuk diramalkan. Misalnya, resesi, depresi dan
kondisi perekonomian lainnya.
Konsep dasar dari metode dekomposisi adalah memisahkan secara
empiris pengaruh dari faktor musiman, pengaruh trend dan pengaruh
siklik. Faktor galat yang tidak lain adalah sisaan (selisih antara data actual
dan model) tidak dapat diperkirakan tetapi dapat diidentifaksi. Bentuk
fungsi metode ini, bisa dilakukan dalam bentuk penambahan atau
perkalian. Model perkalian merupakan model yang sering digunakan,
karena pada model ini faktor musim dan siklus dinyatakan dalam bentuk
indeks. Model pertambahan jarang dipergunakan karena lebih sulit
pengerjaannya. Hal ini disebabkan masing-masing faktor berdiri sendiri,
sehingga trend tidak mempunyai pengaruh atas faktor musim.

1.2.7 Pengertian Six Sigma


Sigma merupakan symbol standard deviasi pada statistik (∑ atau σ) yang
berasal dari huruf Yunani, suatu ukuran untuk menyatakan variasi (variance),
atau ketidaktepatan sekelompok item atau proses.
Tujuan dari Sigma adalah untuk mengurangi variasi pada output sehingga
tidak akan melampaui enam standard deviasi (Sigma) antara rata-rata (mean)
dan batas spesifikasi terdekat. Proses-proses Sigma harus dapat menghasilkan
kesalahan kurang dari 3,4 per satu juta peluang (per million opportunities)
atau mencapai 99.9966% tingkat kesuksesan. Makin tinggi nilai sigma, makin
sedikit suatu proses mengalami variasi dan makin sedikit pula kesalahan yang
akan dialami. Implementasi Six Sigma berokus pada proses, baik itu pada
proses produksi atau jasa. Apabila tercapai, maka Six Sigma akan dapat
memastikan bahwa keseluruhan proses produksi berjalan pada efisiensi yang
optimal.
Dari sekian banyak pengertian di atas, maka dapat disederhanakan
menjadi satu definisi yang lengkap dan jelas, yaitu: Six Sigma merupakan
suatu sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi
dukungan dan memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman
akan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data, dan analisis
statistik serta terus menerus memperhatikan pengaturan, perbaikan dan
mengkaji ulang proses usaha.
Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk setiap perusahaan
tergantung pada usaha yang dijalankannya, visi dan misi serta strategi
perusahaan bersangkutan. Tetapi umumnya dengan penerapan Six Sigma akan
ada perbaikan dalam hal-hal berikut ini:
1. Pengurangan biaya
2. Pertumbuhan pangsa pasar
3. Pengurangan waktu siklus
4. Retensi pelanggan atau loyalitas pelanggan
5. Pengurangan kesalahan pada produk atau produk cacat
6. Perubahan budaya kerja
7. Pengembangan produk jasa
Six Sigma mempunyai kesamaan dengan prinsip-prinsip dan alat-alat
kualitas yang dikembangkan oleh W. Edwards Deming dan Joseph Juran.

1.2.8 Metodologi Six Sgma (DMAIC)


Model pendekatan Six Sigma yang paling umum digunakan sekarang
adalah DMAIC (Define – mendefinisikan, Measure – mengukur, Analyze –
menganalisis, Improve – memperbaiki, Control – mengendalikan). Terdapat
dua macam metodologi dalam Six Sigma. Yang pertama adalah DMAIC,
untuk proses yang sudah ada dan yang kedua adalah DMADV (Define,
Measure, Analyze, Design, Verify)/DFSS (Design for Six Sigma) untuk
proses yang belum ada.
Ada tiga kualifikasi dasar yang harus dipenuhi bila akan menggunakan
metode DMAIC, yaitu:
1. Ada celah antara kinerja sekarang dengan yang diharapkan.
Pertamatama perlu ditentukan permasalahan apa yang harus
dipecahkan, atau kesempatan apa yang akan diraih. Pada kasus desain
proses, ada aktivitas baru yang diluncurkan di mana tidak ada proses
yang muncul.
2. Penyebab masalah tidak dipahami secara benar. Pihak manajemen
mungkin hanya mengerti permasalahan secara teoritis, tetapi tidak
mengetahui akar penyebab masalah.
3. Solusi belum ditetapkan. Bila pihak manajemen telah merencanakan
perubahan jangka pendek, masih ada waktu untuk menerapkan Six
Sigma. Penerapan Six Sigma secara cepat dapat menghemat waktu
untuk analisis
yang lebih akurat. Bila suatu usaha secara signifikan telah dijalankan
untuk menjembatani celah tersebut, penerapan Six Sigma tidak akan
berguna.

1.2.9 Critical To Quality (CTQ)


Critical to Quality (CTQ) adalah suatu cara pengukuran produk/proses
yang mana standard kinerja atau batas spesifikasinya harus sesuai dengan
kepuasan pelanggan. CTQ mensejajarkan perbaikan dengan persyaratan
kepuasan pelanggan.
CTQ mewakili karakteristik produk/jasa yang didefinisikan oleh
pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal. CTQ ini mencakup
batas spesifikasi atas dan bawah atau faktor-faktor lainnya yang berhubungan
dengan produk/jasa. Biasanya CTQ ini harus diterjemahkan dari pernyataan
pelanggan yang kualitatif menjadi suatu tindakan spesifikasi bisnis yang
kuantitatif.

1.2.10 Tools Yang Dipakai Dalam Six Sigma


Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan juga alat-
alat yang digunakan dapat memberi kekuatan pada proses usaha perbaikan dan
usaha pembelajaran. Alat-alat atau metode-metode tersebut akan diuraikan
pada bagian ini.
Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu proses yang sistematik
untuk memotivasi suatu bisnis agar lebih fokus terhadap pelanggan. QFD ini
digunakan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang terlibat
dalam penyediaan produk, proses, jasa dan strategi yang akan lebih
memuaskan pelanggan. Ini merupakan suatu proses untuk mengerti keinginan
pelanggan dan pentingnya keuntungan yang akan diperoleh.
Diagram Boxplot adalah suatu alat grafik dasar yang menampilkan
pengumpulan, penyebaran, dan pendistribusian dari kumpulan data yang
berkesinambungan. Diagram boxplot ini menyediakan hasil ringkasan dari
kumpulan data, yaitu nilai tengah dari 50% data, median, dan quartile.
Grafik run chart adalah suatu pengukuran kinerja dari suatu proses pada
suatu periode waktu yang digunakan untuk mengidentifikasi tren atau pola.
Process capability menunjuk kepada kemampuan dari suatu proses untuk
memproduksi suatu produk/jasa yang bebas dari penyimpangan (defect) di
bawah kendali lingkungan produksi/jasa. Beberapa indikator yang digunakan
menunjukkan kinerja keseluruhan dan kinerja potential.
Diagram sebab akibat (Fishbone) adalah analisa yang dilakukan dengan
memulai pada akibat atau masalah yang timbul kemudian secara terstruktur
mencari kemungkinan penyebabnya. Pada umumnya ada enam faktor yang
dapat menimbulkan penyimpangan di dalam proses bisnis yaitu 5 M (material,
method, machine, measures, mother nature) dan 1 P (people).
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) merupakan seperangkat
pedoman, proses, dan format untuk mengidentifikasi dan memprioritas
masalah penting atau kegagalan. Metode FMEA mempunyai banyak aplikasi
dalam lingkungan Six Sigma, dalam hal mencari berbagai masalah bukan
hanya dalam proses serta perbaikan kerja, tapi juga dalam aktivitas
pengumpulan data, usaha- usaha Voice of Customer, prosedur dan bahkan
dalam pelaksanaan inisiatif Six Sigma. Satu-satu prasyarat adalah adanya
situasi yang kompleks atau berisiko tinggi dimana perlu diberikannya
penekanan khusus untuk menghentikan masalah.
Analisa pareto dilakukan dengan menyusun atau mengelompokan data
dari yang terbesar sampai terkecil. Diagram Pareto ini membantu di dalam
mengidentifikasi suatu penyebab masalah yang paling sering terjadi atau
memberikan kontribusi terbesar. Analisa Pareto ini biasanya menggunakan
aturan “80/20” yang mengindikasikan bahwa 80% biaya yang timbul di dalam
perusahaan disebabkan oleh 20% masalah.
Selain tools-tools di atas, terdapat tools lainnya seperti pengujian Tingkat
Signifikan Statistik (Chi – Square, t – test, ANOVA) yang mana merupakan
teknik yang digunakan para ahli statistik untuk mencari pola atau menguji
kecurigaan mereka pada data yang ada. Pada Six Sigma, alat-alat ini dapat
digunakan untuk :
a. Mengkonfirmasi permasalahan yang terjadi atau adanya perubahan yang
berarti pada kinerja proses.
b. Memeriksa validitas data.
c. Menentukan jenis pola data atau distribusi dalam sekelompok data
kontinu.
d. Mengembangkan akar penyebab hipotesis berdasarkan pola dan perbedaan
yang ada.
e. Validasi atau tidak menyetujui akar penyebab hipotesis.
Analisis korelasi dan regresi menganalisa hubungan antara dua faktor atau
lebih. Bila dua faktor saling berhubungan, berarti perubahan pada satu faktor
akan berakibat pada faktor lain. Adapun kegunaan dari Korelasi dan Regresi
itu sendiri adalah :
1. Menguji hipotesa akar masalah dengan melihat apakah ada hubungan
antar penyebab yang diduga (X) dan respon atau ouput (Y).
2. Mengukur dan membandingkan pengaruh berbagai faktor (X) pada hasil
(Y).
3. Memprediksi kinerja sebuah proses, produk, atau jasa dibawah kondisi
tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN

Perusahaan Unilever diawali dengan didirikannya sebuah perusahaan oleh


William dan James Lever pada tahun 1885 dengan nama LEVER BROTHERS yang
memproduksi sabun cuci dengan merk SUNLIGHT.Pada saat yang bersamaan, di negara
Belanda berdiri dua perusahaan keluarga yaitu perusahaan milik keluarga yaitu
perusahaan milik keluarga Anton jurgens dan perusahaan milik keluarga Van de Berg
yang sama – sama memproduksi margarin.Kemudian kedua perusahaan itu begabung
membentuk sebuah perusahaan yang bernama MARGARINE UNION. Perusahaan ini
bergerak dalam bidang produksi, sabun, margarin, dan perdagangan. LEVER
BROTHERS dan MARGARINE UNION memperluas usahanya kedaratan Eropa dan
saling bersaing. Kedua perusahaan tersebut mempunyai persamaan yaitu produksi dengan
bahan baku yang sama dan membuat produk untuk konsumen dalam jumlah yang besar
dan jalur distribusi yang luas. Pada tanggal 1 januari 1930 kedua perusahaan ini
bergabung membentuk satu perusahaan dengan nama UNILEVER. Nama UNILEVER
diambil dari perpaduan nama kedua perusahaan tersebut yaitu dari Margarine Union dan
Lever Brothers. Unilever memiliki kantor pusat di dua kota yaitu di London ,Inggris
(Unilever PLC) dan di Rotterdam, Belanda (Unilever N.V.). Sekarang perusahaan ini
termasuk salah satu perusahaan consumer goods terbesar di dunia yang beroperasi di
lebih 75 negara. PT. Unilever Indonesia Tbk adalah sebuah preusan multinasional yang
memproduksi bahan kebutuhan sehari – hari ( consumer goods ). Bidang produksi PT
Unilever Indonesia dibagi menjadi dua menjadi dua divisi, yaitu Divisi Home and
Personal Care dan Divisi Food.
Metode Six Sigma merupakan satu dari sekian banyak cara dalam melakukan
penilaian terkait dengan pengendalian kualitas, dengan menggunakan metode tersebut
perusahaan akan meningkatkan proses produksinya. Six Sigma termasuk sebagai alat
penting bagi manajemen produksi untuk menjaga, memperbaiki, mempertahankan
kualitas produk dan untuk mengurangi hasil produk cacat. Dalam esensinya, Six Sigma
menganjurkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara cacat produk dan produk yang
dihasilkan, reliability, costs, cycle time, inventory, schedule, dll. Bila jumlah cacat yang
meningkat, maka jumlah sigma akan menurun. Dengan kata lain, dengan nilai sigma
yang lebih besar maka kualitas produk akan lebih baik. Six Sigma adalah sebuah sistem
yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan
sukses bisnis. Six Sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap
kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, analisis statistik, dan
perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki, dan menanamkan kembali proses
bisnis.

2.1 Implementasi Sistem Manajemen Mutu PT. Unilever Indonesia Tbk


PT Unilever Indonesia Tbk didirikan pada 5 Desember 1933. PT. Unilever
Indonesia Tbk bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak
sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari the
dan produk-produk kosmetik. Operasional usaha kami berlandaskan pada sejumlah
sistem manajemen dengan persyaratan mutu yang ketat. Produk-produk, pabrik-
pabrik operasional dan sistem-sistem internal kami telah memperoleh sertifikasi ISO
9001 selama lebih dari sepuluh tahun, yang diverifikasi setiap tahun. Bahkan kami
telah menerapkan ISO 22000 Food Safety System untuk proses fabrikasi Foods &
Beverages kami, sedangkan sistem manajemen lingkungan kami telah memenuhi ISO
14001 Environmental Management Standard.
Keamanan produk selalu merupakan prioritas utama kami, dan kami telah
membangun lembaga Safety and Envrionmental Assurance Center (SEAC) guna
memberikan penilaian sekaligus jaminan terhadap produk maupun proses yang
berlangsung. Produk-produk baru dan teknologi baru menjalani proses keamanan
secara mandiri dan ketat, dan keseluruhan proses inovasi produk dihadapkan pada
penilaian keamanan dan kesehatan yang intensif, termasuk dari aspek penilaian
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan maupun persyaratan legal. Serangkaian
penilaian tersebut dilakukan kembali sebelum peluncuran suatu produk. Kadangkala,
suatu produk secara insidental diluncurkan ke pasar tanpa melalui standar keamanan
dan kualitas yang tinggi. Produk-produk demikian mungkin mengalami cacat
kualitas, kontaminasi bahan mentah, ataupun pelabelan ingredient yang salah.
Untuk memastikan terpenuhinya kualitas dalam mata rantai pasokan, para
pemasok hanya dapat diluluskan setelah menjalani audit yang cermat tentang
keandalan produk, manajemen mutu dan kepatuhan terhadap berbagai kriteria atas
dasar praktik bisnis yang wajar dan berkelanjutan. Setiap pasokan bahan mentah
harus melalui serangkaian checkpoint untuk memastikan keamanan dan kepatuhannya
dengan ketentuan peraturan dan persyaratan hukum yang berlaku.
Perseroan menangani keluhan dan pertanyaan konsumen melalui sebuah layanan
konsumen khusus yang disebut “Suara Konsumen.” Melalui Suara Konsumen, kami
berupaya untuk mempererat hubungan antara Perseroan dengan para konsumen dan
pelanggan kami dengan memberikan respon atas aspirasi dan ekspektasi mereka
terhadap produk-produk kami, sekaligus untuk meningkatkan kepuasan mereka dalam
mengonsumsi produk-produk kami.
Suara Konsumen melayani Saluran Peduli Konsumen yang beroperasi selama
lima hari dalam seminggu, pada jam-jam kerja. Rincian dari para penelpon dijaga
kerahasiaannya. Para konsumen didorong untuk memanfaatkan saluran layanan
telepon untuk memberikan saran dan menyatakan kepuasan sekaligus keluhan dan
pertanyaan. Hasilnya, selama tahun 2011, terdapat 48.726 penerimaan telepon berupa
umpan-balik, dimana 90% berbentuk permintaan penjelasan. Seluruh keluhan dan
pertanyaan dapat dijawab dengan memuaskan.
Umpan balik dilayani sesuai dengan prosedur tetap yang ketat. Agen Consumer
Advisory Service (CAS) atau Layanan Saran Konsumen menerima umpan balik dan
memberikan tanggapan secara cepat, dimana mungkin, menggunakan
databaseproduct knowledge. Bila Agen CAS tidak dapat memberikan tanggapan,
selanjutnya dirujuk ke departemen yang terkait. Keluhan dikelompokkan dalam
kategori normal, prioritas utama dan urgent, selanjutnya tanggapan dikoordinasikan
dengan divisi yang terkait melalui perorangan yang ditunjuk.
Temuan dan wawasan yang diperoleh dari Suara Konsumen dikomunikasikan
melalui Perseroan dalam bentuk Laporan Bulanan dan Online untuk masing-masing
brand. Setiap bulan, daftar “Umpan Balik Sepuluh Tertinggi” diserahkan kepada
manajemen senior untuk ditelaah lebih lanjut.
Kinerja dari Suara Konsumen kemudian di evaluasi melalui Studi Kepuasan
Konsumen secara berkala dan melalui pengecekan spontan dengan menggunakan
“mystery caller” untuk memastikan bahwa prosedur penanganan layanan telepon
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Praktik-praktik pengadaan kami diatur oleh Prinsip Kemitraan Bisnis Unilever
dan Etika Sumber Pertanian Lestari. Prinsip Kemitraan Bisnis kami dirancang untuk
memastikan berlangsungnya kondisi kerja yang adil dalam mata rantai pasokan,
termasuk penghargaan terhadap hak-hak azasi manusia, kebebasan berserikat, sistem
penggajian dan waktu kerja yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di
Indonesia. Kami juga berupaya untuk memastikan bahwa para pemasok kami
memenuhi standar kesehatan, keamanan dan perlindungan lingkungan. Sedangkan
Etika Sumber Pertanian Lestari bertujuan untuk mendorong para pemasok dan petani
untuk mengadopsi praktik-praktik perkebunan lestari.
Kebijakan kami dalam memperoleh sumber material memprioritaskan pada
sumber-sumber lokal dimana memungkinkan. Seluruh calon pemasok menjalani
proses audit atas dasar keandalan dan manajemen mutu mereka, dan kinerja
lingkungan, hak-hak azasi, serta semua isu sosial disaring melalui sejumlah kriteria
Prinsip Kemitraan Bisnis kami.

2.2 DMAIC
Didalam penerapan Six Sigma ada 5 langkah yang disebut DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, Control). Berikut perincian dari tahapan DMAIC :

1. Define
 Critical to Quality (CTQ)

Karakteristik kualitas (CTQ) kunci ditetapkan seyogianya berhubungan


langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan yang diturunkan secara
langsung dari persyaratan-persyaratan output dan pelayanan .

 Diagram SIPOC

Diagram SIPOC adalah peta yang digunakan untuk menentukan


batasan proyek dengan cara mengidentifikasi proses yang sedang
dipelajari, input dan output proses tersebut serta pemasok dan pelanggannya.
Pemahaman tentang jalannya proses yang ada dari awal hingga akhir dapat
dilakukan melalui perolehan informasi yang cukup mengenai fungsi-fungsi
yang terkait dalam perusahaan.

2. Measure

 Peta Kontrol (Control Chart)

Peta kontrol pada dasarnya merupakan alat analisis yang dibuat mengikuti
metode statistik, dimana data yang berkaitan dengan kualitas produk atau
proses akan diplotkan dalam sebuah peta.

 Kinerja Baseline

Kinerja Baseline ini digunakan untuk mengetahui level sigma


perusahaan.

 Diagram Pareto.
Hubungan antara 20% penyebab dan 80% hasil bisa digambarkan
dalam sebuah diagram yang dinamakan diagram pareto. Diagram pareto ini
pertama kali ditemukan oleh Vifredo Pareto yaitu konsep 20-80 atau 20%
dari populasi penduduk menguasai 80% kekayaan di Italy, muncul nama
M. Juran sebagai doktor yang membedah lebih lanjut penemuan Pareto.

3. Analyze

 Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram).

Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor


yang berpengaruh secara signifikan didalam menentukan karakteristik
kualitas output kerja. Disamping juga untuk mencari penyebab-penyebab
yang sesungguhnya dari suatu masalah. Dalam hal ini metode sumbang
saran (brainstorming method) akan cukup efektif digunakan untuk mencari
faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kerja secara detail.

4. Improve

 Failure Mode Effect and Analyze (FMEA)

FMEA merupakan suatu tool penilaian yang penting untuk mengevaluasi


potensi kegagalan yang kritis ketika sebuah kegagalan terjadi.

 Control

Tahap control merupakan tahap terpenting karena perbaikan ulang


terhadap proses tidak diinginkan dan keuntungan dari perbaikan yang terus-
menerus harus didapatkan

Penerapan metode Six Sigma untuk meningkatkan kualitas penting dilakukan


perusahaan agar peningkatan daya saing produk semakin baik dalam era yang
semakin kompetitif dan dinamis. Penerapan tersebut perlu ditunjang oleh adanya
metode dan tools yang sistematis dan komprehensif agar pelaksanaan jalannya
perbaikan berjalan dengan baik dan memenuhi target yang hendak dicapai. Ada
enam aspek yang diperhatikan dalam implementasi konsep Six Sigma pada PT
Unilever, yaitu :

1. Identifikasi karakteristik produk yang akan memuaska npelanggan (sesuai


kebutuhan dan ekspektasi pelanggan)

2. Mengklasifikasikan karakteristik kualitas yang akan dianggap sebagai CTQ


(Critical to Quality)

3. Menentukan apakah setiap CTQ itu dapatdikendalikan melalui pengendalian


material, mesin, proses - proses kerja, dan lain - lain.

4. Menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang


dinginkan pelanggan (menentukan nilai Upper Specification Limit dan
Lower Specification Limit dari setiap CTQ)

5. Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ (menentukan nilai


maksimum standar deviasi untuk setiap CTQ)
BAB III

PENUTUP

Manajemen mutu merupakan sebuah sistem manajemen untuk mengawasi semua


kegiatan dan tugas dalam suatu organisasi untuk memastikan bahwa produk dan layanan
yang ditawarkan, serta sarana yang digunakan untuk mencapainya bersifat konsisten. Hal
ini diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan tingkat mutu yang diinginkan dalam
organisasi. Termasuk di dalamnya penentuan kebijakan mutu, menciptakan dan
menerapkan perencanaan dan jaminan kualitas, dan kontrol kualitas serta peningkatan
kualitas. Jadi fokus sistem manajemen mutu tidak hanya pada produk dan kualitas
layanan, tetapi juga pada cara untuk mencapainya sekaligus mempertahankannya.

PT Unilever Indonesia Tbk didirikan pada 5 Desember 1933. PT. Unilever


Indonesia Tbk bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur
dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari the dan
produk-produk kosmetik. Operasional usaha kami berlandaskan pada sejumlah sistem
manajemen dengan persyaratan mutu yang ketat. Produk-produk, pabrik-pabrik
operasional dan sistem-sistem internal kami telah memperoleh sertifikasi ISO 9001
selama lebih dari sepuluh tahun, yang diverifikasi setiap tahun.

Praktik-praktik pengadaan kami diatur oleh Prinsip Kemitraan Bisnis Unilever


dan Etika Sumber Pertanian Lestari. Prinsip Kemitraan Bisnis kami dirancang untuk
memastikan berlangsungnya kondisi kerja yang adil dalam mata rantai pasokan, termasuk
penghargaan terhadap hak-hak azasi manusia, kebebasan berserikat, sistem penggajian
dan waktu kerja yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia. Kami
juga berupaya untuk memastikan bahwa para pemasok kami memenuhi standar
kesehatan, keamanan dan perlindungan lingkungan. Sedangkan Etika Sumber Pertanian
Lestari bertujuan untuk mendorong para pemasok dan petani untuk mengadopsi praktik-
praktik perkebunan lestari.
Metode Six Sigma merupakan satu dari sekian banyak cara dalam melakukan
penilaian terkait dengan pengendalian kualitas, dengan menggunakan metode tersebut
perusahaan akan meningkatkan proses produksinya. Six Sigma termasuk sebagai alat
penting bagi manajemen produksi untuk menjaga, memperbaiki, mempertahankan
kualitas produk dan untuk mengurangi hasil produk cacat. PT. UNILEVER Tbk memiliki
aspek yang diperhatikan dalam implementasi konsep Six Sigma pada PT Unilever, yaitu;
identifikasi karakteristik produk yang akan memuaska n pelanggan , mengklasifikasikan
karakteristik kualitas yang akan dianggap sebagai CTQ (Critical to Quality), menentukan
apakah setiap CTQ itu dapatdikendalikan melalui pengendalian material, mesin, proses -
proses kerja, menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang
dinginkan pelanggan (menentukan nilai Upper Specification Limit dan Lower
Specification Limit dari setiap CTQ), maksimum variasi proses untuk setiap CTQ
(menentukan nilai maksimum standar deviasi untuk setiap CTQ), dan mengubah desain
produk dan atau proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target Six Sigma
yang berarti memiliki indeks kemampuan proses, Cpminimum sama dengan dua (Cp≥2)
atau 3,4 DPMO. Penerapan PT. UNILEVER Tbk dalam metode Six Sigma untuk
meningkatkan kualitas penting dilakukan perusahaan agar peningkatan daya saing produk
semakin baik dalam era yang semakin kompetitif dan dinamis. Penerapan tersebut perlu
ditunjang oleh adanya metode dan tools yang sistematis dan komprehensif agar
pelaksanaan jalannya perbaikan berjalan dengan baik dan memenuhi target yang hendak
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Azzahra, A., Oktaviani, D. T., Rosanti, E., Prasetyadhi, M. H., & Hidayat, S. R. MANAJEMEN
MUTU PADA PT UNILEVER INDONESIA TBK.

Safitri, S. ANALISIS IMPLEMENTASI KONSEP SIX SIGMA DALAM MANAJEMEN


PROSES BISNIS PADA PT TELKOM INDONESIA TBK.

Wardhan, Shinta., Sitorus, Palti M. 2012. ANALISIS IMPLEMENTASI SIX SIGMA


BERDASARKAN FINANCIAL PERFORMANCE PERUSAHAAN. Universitas
Telkom

Adlan, Denny Michels et al. 2005. PENERAPAN KONSEP SIX SIGMA UNTUK
MENINGKATKAN PROSES PERAMALAN PENJUALAN PADA PERUSHAAN
DISTRIBUSI (STUDI KASUS PT. BOGASARI FLOURMILLS DIV. PASTA)

Putra, Y. M., (2021). Manajemen Komunikasi & Manajemen Resiko pada Manajemen
Proyek. Modul Kuliah Manajemen Proses Bisnis. Jakarta : FEB-Universitas Mercu
Buana.

Haryono, A., & Rimawan, E. Improvement of Business Process Modeling in Small and Medium
Industries (Smis) to Sustain in Global Economic Competition. Operations
Excellence, 9(1), 34-43.

Nugroho, A., & Kusumah, L.H. (2021). Analisis Pelaksanaan Quality Control untuk Mengurangi
Defect Produk di Perusahaan Pengolahan Daging Sapi Wagyu dengan Pendekatan Six
Sigma. Jurnal Manajemen Teknologi 20 (1), 56-78.

Nusraningrum, D., Jaswati, J., & Thamrin, H. (2020). The Quality of IT Project Management:
The Business Process and The Go Project Lean Aplication. Manajemen Bisnis, 10(1),
10-23.

Vidianto, A. S., & Haji, W. H. (2020). Sistem Informasi Manajemen Proyek Berbasis Kanban
(Studi Kasus: PT. XYZ). Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK), 7(2).

Anda mungkin juga menyukai