Anda di halaman 1dari 8

KOMUNIKASI DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN

1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk social, karenanya manusia selalu berhubungan dengan manusia
lainya. Sebagai makhluk social, maka manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain.
Kegiatan komunikiasi telah dilakukan oleh manusia sejak adanya manusia itu sendiri. Jadi,
keberadaan komunikasi sama dengan keberadaan manusia di dunia. Namun demikian,
komunikasi itu berkembang mulai dari tingkatan yang paling sederhana sampai pada
tingkatan yang kompleks. Dengan kata lain, komunikasi itu berkembang dari tingkatan
alamiah sampai pada taraf ilmiah. Secara alamiah dimaksudkan bahwa komunikasi manusia
itu telah dilakukan sejak manusia masih bayi, kemudian meningkat pada taraf imitasi, dan
akhirnya pada taraf identifikasi terhadap kehidupan bermasyarakat. Sedangkan secara ilmiah,
komunikasi itu dipelajari.
Komunikasi merupakan bagian yang pokok dari kehidupan manusia, untuk itu mereka selalu
hidup berkelompok, dan bermasyarakat. Dalam hal ini, hilangnya komunikasi berarti hilang
pula hakikat manusia sebagai makhluk social. Komunikasi yang baik akan membawa
interaksi yang baik pula. Artinya, komunikasi yang buruk akan menimbulkan jurang
komunikasi, dan bahkan tidak jarang terjadi komunikasi yang salah, yang dapat menghambat
perkembangan dirinya, merusak hubunganya dengan orang lain dalam lingkunganya
(Lunardi, 1975).
Dalam dunia pendidikan, dikenal kegiatan supervisi. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas
supervisi terhadap pihak yang disupervisi. Pelaksanaan supervisi tidak akan terlepas dengan
kegiatan komunikasi. Sebab, hakikat supervise adalah menciptakan kondisi belajar yang
peserta didik ke arah yang lebih baik. Kondisi belajar yang lebih baik dapat diciptakan
apabila ada komunikasi antara supervisor dengan pihak yang disupervisi. Tentu saja
komunikasi yang dimaksud adalah bahwa komunikasi yang disampaikan oleh supervisor
dapat dipahami dengan baik oleh pihak yang disupervisi, dan sebaliknya, informasi yang
disampaikan oleh pihak yang disupervisi dapat dipahami oleh supervisor. Dengan demikian,
kondisi belajar yang diharapkan oleh kedua belah pihak (supervisor dan yang disupervisi)
dapat terwujud. Namun demikian, keberhasilan tersebut sangat ditentukan oleh supervisor
dan pihak yang disupervisi didalam melaksanakan komunikasi. Untuk keperluan tersebut,
teori komunikasi, model dan cara berkomunikasi yang efektif harus dipahami oleh kedua
belah pihak.

2. Pengertian Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication
berasal dari kata communis yang berarti sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama
makna mengenai suatu hal. Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang
yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya,
maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu
bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung.
Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu ddak komunikatif.
Sedangkan secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang
dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human
communication, yang sering kali pula disebut komunikasi sosial atau social
comunication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia
dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada
manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari
paling sedikit dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai
penjalinnya. Robinson Crusoe, yang hidup menyendiri di sebuah pulau terpencil, tidak
hidup bermasyarakat karena dia hidup sendirian. Oleh sebab itu dia tidak berkomunikasi
dengan siapa-siapa.
Secara paradigmatis komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan
yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan
sosial. Komunikasi dalam pengertian ini sering terlihat pada perjumpaan dua orang.
Mereka saling memberikan salam, bertanya tentang kesehatan dan mengenai keluarga,
dan sebagainya. Atau dapat disaksikan pada dua orang yang , meskipun tidak saling
mengenal sebelumnya, tetapi karena duduk berdekatan, lalu terlibat dalam percakapan,
misalnya di dalam kereta api, bis, atau pesawat terbang.
Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional (intentional),
mengandung tujuan; karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar
perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada
komunikan yang dijadikan sasaran.
Mengenai pengertian komunikasi secara paradigmatis ini banyak definisi yang
dikemukakan oleh para ahli, tetapi dari sekian banyak definisi itu dapat disimpulkan
secara lengkap dengan menampilkan maknanya yang hakiki, yaitu: Komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu
atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun
tak langsung melalui media.
Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah
sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior). Jadi ditinjaudari segi si
penyampai pernyataan, komunikasi yangbertujuan bersifat informatifdan persuasif.
Komunikasi persuasif (persuasive communication) lebih sulit daripada komunikasi
informatif (informative communicattion), karena memang tidak mudah untuk mengubah
sikap, pendapat, atau penlaku seseorang atau sejumlahorang. Demikian pengertian
komunikasi secara umum dan secara paradigmatis yang penting untuk dipahami sebagai
landasan bagi penguasaan teknik berkomunikasi. Adalah komunikasi secara paradigmatis
yang dipelajari dan diteliti ilmu Komunikasi.

b. Bentuk-bentuk Komunikasi

c. Model-model Komunikasi
Ada beberapa model komunikasi yang perlu diketahui dalam memenuhi komunikasi antar
manusia, yaitu :
1) Model Stimulus Respons (S-R)
Model S R adalah model komunikasi paling dasar, dimana komunikasi itu
dinyatakan sebagai suatu proses aksi-reaksi yang sangat sederhana. Jadi model ini
mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat nonverbal, gambar dan tindakan
tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu.
Pertukaran informasi ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek dan setiap
efek dapat mengubah tindakan komunikasi.Contoh : Anda menyukai seseorang, lalu
anda melihat dan memperhatikan wajahnya sambil senyum-senyum. Ternyata orang
tersebut malah menutup wajahnya dengan buku atau malah teriak apa liat-liat,
nantang ya? lalu anda kecewa dan dalam pikiran anda merasa cintanya bertepuk
sebelah tangan dan anda ingin bunuh dia.
2) Model Aristoteles
Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, yang sering juga disebut
model retoris. Model ini sering disebut sebagai seni berpidato.Menurut Aristoteles,
persuasi dapat dicapai oleh siapa anda (etos-keterpercayaan anda), argumen anda
(logos-logika dalam emosi khalayak). Dengan kata lain, faktor-faktor yang
memainkan peran dalam menentukan efek persuatif suatu pidato meliputi isi pidato,
susunannya, dan cara penyampainnya.
3) Model Lasswell
Model ini berupa ungkapan verbal, yaitu : Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect. Dimana Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi
yaitu :
a) Pengawasan lingkungan, yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan
bahaya dan peluang dalam lingkungan.
b) Korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan,
c) Transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.Akan tetapi
model ini dikritik karena model ini mengisyaratkan kehadiran komunikator dan
pesan yang bertujuan. Model ini juga terlalu menyederhanakan masalah.
4) Model Shannon dan Weaver
Model yang sering disebut model matematis atau model teori informasi. Model ini
melukiskan suatu sumber yang menyandi atau menyiptakan pesan dan
menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima. Konsep penting
Shannon dan Weaver adalah : Gangguan (noise), Setiap rangsangan tambahan dan
tidak dikendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan.Konsep
lain yang ikut andil adalah entropi dan redundasi serta keseimbangan yang diperlukan
diantara keduanya untuk menghasilkan komunikasi yang efisien dan dapat mengatasi
gangguan dalam saluran.
5) Model Schramm
Komunikasi dianggap sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi (encode)
- menafsirkan (interpret) - menyandi ulang (decode) - mentransmisikan (transmit) -
dan menerima sinyal (signal). Schramm berpikir bahwa komunikasi selalu
membutuhkan setidaknya tiga unsur : sumber (source), pesan (message), dan tujuan
(destination).Sumber dapat menyandi pesan, dan tujuan dapat menyandi balik pesan,
tergantung dari pengalaman mereka masing-masing. Jika kedua lingkaran itu
mempunyai daerah yang sama, maka komunikasi menjadi mudah. Makin besar
daerahnya akan berpengaruh pada daerah pengalaman (field of experience)yang
dimiliki oleh keduanya.
Menurut Schramm, setiap orang di dalam proses komunikasi sangat jelas menjadi
encoder dan decoder. Kita secara konstant menyandi ulang tanda dari lingkungan kita,
menafsirkan tanda itu, dan menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Proses kembali di
dalam model ini disebut feedback, yang memainkan peran penting dalam komunikasi.
Karena hal ini membuat kita tahu bagaimana pesan kita ditafsirkan.
6) Model Newcomb
Komunikasi adalah suatu cara yang lazim dan efektif yang memungkinkan orang
orang mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka. Ini adalah model tindakan
komunikatif dua orang yang disengaja. Model ini mengisyaratkan bahwa setiap
sistem ditandai oleh suatu keseimbangan atau simetri,karena ketidakkeseimbangan
atau kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan
tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan.
7) Model Westley dan Maclean
Menurut pakar ini, perbedaan dalam umpan balik inilah yang membedakan
komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa. Umpan balik dari penerima
bersifat segera dalam komunikasi antarpribadi, dalam komunikasi massa bersifat
minimal atau tertunda. Sumber dalam komunikasi antar pribadi dapat langsung
memanfaatkan umpan balik dari penerima sedangkan dalam komunikasi massa
sumber misalnya penceramah agama, calon presiden yang berdebat dalam rangka
kampanye politik. Konsep pentingnya adalah Umpan balik, Perbedaan dan kemiripan
komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa. Pesan ini juga membedakan
pesan yang bertujuan dan pesan yang tidak bertujuan.
8) Model Gerbner
Model Verbal : Seseorang mempersepsi kejadian dan bereaksi dalam situasi itu
melalui berbagai pemaknaan untuk mebuat bahan-bahan yang dibutuhkan di dalam
beberapa bentuk dan konteks dalam suatu isi dengan konsekuensi yang ada.
Model Diagramatik : Seseorang mempersepsi kejadian dan mengirim beberapa pesan
untuk pemancar yang akan mengirim sinyal kepada penerima. Pada transmisi ini,
sinyal akan menghadapi gangguan dan menjadi SSSE untuk si tujuan.
9) Model Berlo
Model ini dikenal dgn model SMCR, kepanjangan dari Source (Sumber), Message
(pesan), Channel (Saluran), Reciever (penerima).Menurut model Berlo, sumber dan
penerima pesan dipengaruhi oleh faktor : Keterampilan komunikasi,, Sikap,
Pengetahuan, Sistem sosial, Budaya.Salah satu kelebihan model ini adalah model ini
tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, namun juga
komunikasi antarpribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model ini bersifat
heuristik (merangsang penelitian) karena merinci unsur2 yg penting dalam proses
komunikasi dan lebih bersifat organisasional dari pada mendeskripsikan proses karna
tidak menjelaskan umpan balik.
10) Model DeFleur
Source dan Transmitter adalah dua fase yang berbeda yang dilakukan seseorang,
fungsi receiver dalam model ini adalah menerima informasi dan menyandi baliknya
mengubah peristiwa fisik informasi menjadi pesan.Menurut DeFleur komunikasi
adalah terjadi lewat suatu operasi perangkat komponen dalam suatu sistem teoretis,
yang konsekuensinya adalah isomorfisme diantara respons internal terhadap
seperangkat simbol tertentu pada pihak pengirim dan penerima.
11) Model Tubbs
Pesan dalam model ini dapat berupa pesan verbal, juga non verbal, bisa disengaja
ataupun tidak disengaja. Salurannya adalah alat indera, terutama pendengaran,
penglihatan dan perabaan.Gangguan dalam model ini ada 2, gangguan teknis dan
gangguan semantik. Gangguan teknis adalah faktor yang menyebabkan si penerima
merasakan suatu perubahan dalam informasi atau rangsangan yang tiba, misalnya
kegaduhan. Ganguan semiatik adalah pemberian makna yang berbeda atas lambang
yang disampaikan pengirim.
12) Model Gudykunst dan Kim
Merupakan model antar budaya, yakni komunikasi antara budaya yang berlainan, atau
komunikasi dengan orang asing.Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian pesan dan
penyandian balik pesan merupakan suatu proses interaktif yang dipengaruhi oleh
filter-filter konseptual yang dikategprikan menjadi faktor-faktor budaya, sosial
budaya, psikobudaya, dan faktor lingkungan.
13) Model Interaksional
Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang
mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui apa
yang disebut pengambilan peran orang lain.Berbeda dengan model S-R yang lebih
bersifat linier, model yang dikemukakan oleh George Herbert Mead lebih
menganggap manusia merupakan makhluk yang lebih aktif reflektif, kreatif,
menafsirkan, menampilkan perilaku yang lebih rumit, dan sulit diramalkan. Bukan
hanya sekedar makhluk pasif yang melakukan sesutu berdasarkan stimulus dari luar
tubuhnya.
a. Komunikasi yang efektif
3. Pengertian Supervisi Pendidikan
a. Pengertian Supervisi
b. Pengertian Pendidikan
c. Pengertian Supervisi Pendidikan
Istilah supervisi pendidikan dibangun dari dua kata: supervise dan pendidikan.
Dalam uraian-uraian berikut hanya istilah supervise yang lebih banyak diberbicarakan
dari pendidikan, karena istilah pendidikan (education) lebih lengkap telah dikupas habis
dalam mata kuliah Dasar-Dasar Kependidikan. Supervisi adalah istilah yang relative baru
dikenal di dunia pendidikan di Indonesia (lihat sejarah, karena itu perlu uraian secara
lengkap tentang pengertiannya, yang akan dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu dari sudut
etimologis, morfologis, dan semantik.
Secara etimologis, kata supervisi berasal dari bahasa Inggris, yaitu supervision,
artinya pengawasan (Echols, 1983: 569). Oteng (1983: 222) mengatakan bahwa
penggunaan istilah supervisi sering diartikan sama dengan directing atau pengarahan.
Sementara Suharsimi (1988: 152) mengatakan bahwa memang sejak dulu banyak orang
menggunakan istilah pengawasan, penilikan atau pemeriksaan untuk istilah supervisi,
demikian pula pada zaman Belanda orang mengenal istilah inspeksi.
Secara morfologis, kata supervisi terdiri atas dua kata, super dan visi (super dan
vision). Menurut Ametembun (1981: 1) super berarti atas atau lebih, sedangkan visi
berarti lihat, tilik, dan awasai. Jadi supervisi berarti melihat, menilik dan mengawasi dari
atas; atau sekaligus menunjukan bahwa orang yang melaksanakan supervise berada lebih
tinggi dari orang yang dilihat, ditilik, dan diawasi.
Secara semantik, para ahli memberikan berbagai corak definisi, tapi pada
prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut (Wiles,1955: 8) "Supervision is
assistance in the development of a better teaching-learning situation" (supervisi adalah
bantuan dalampengembangan situasi mengajar yang lebih baik. Neagley dalam Pidarte
(1986: 2) menyebutkan bahwa supervisi adalah layanan kepada guru-guru di sekolah
yang bertujuan untuk menghasilkan perbaikan instruksional, belajar, dan kurikulum.
Menurut Mc. Nerney (dalam Sahertian, 1982: 20) mengartikan supervisi sebagai
prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses
pengajaran. Sedangkan Poerwanto (1986: 84) menyatakan, supervisi adalah suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Pendapat-pendapat di atas menunjukkan bahwa istilah supervise mengandung
makna banyak, tapi mengandung makna yang sama, misalnya bantuan, pelayanan,
memberikan arah, penilaian, pembinaan, meningkatkan, mengembangkan dan perbaikan.
Dengan kata lain, istilah supervisi dipertentangkan dengan makna mengawasi ,menindak,
memeriksa, menghukum, mengadili, inspeksi, mengoreksi, dan menyalahkan. Dengan
demikian istilah supervisi "tidak sama" dengan istilah controlling, inspection (inspeksi),
dan directing (mengarahkan).
Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai
berikut serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan
profesional yang diberikan oleh supervisor (pengawas sekolah, kepala sekolah, dan
pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena
supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut
pula Pembinaan profesional guru yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.Supervisi dapat kita
artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala
sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula
pembinaan guru. (Neagley, Ross L. dan Evans, N. Dean. 1980:8).

4. Komunikasi dalam Supervisi Pendidikan

5. Fungsi Komunikasi dalam Supervisi Pendidikan


6. Teknik Komunikasi dalam Supervisi Pendidikan
7. Penutup

Anda mungkin juga menyukai