PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Harapan dan tuntutan bagi seorang guru adalah bagaimana bahan pelajaran
yang disampaikan dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Hal ini terkadang
dirasa menjadi masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu
dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya,
tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan.
Paling tidak ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang
lainnya, yaitu apek intelektual, psikologis, dan biologis.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2000, hal.7
3
Tujuan utama pendidikan dalam islam adalah mencari ridha Allah SWT.
Dengan pendidikan, diharapakan akan lahir individu-individu yang baik,
bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarganya,
masyarakatnya, negaranya dan umat manusia secara keseluruhan.
Tujuan interaksi belajar antara siswa dengan guru merupakan titik temu
dan bersifat mengikat serta mengarahkan aktivitas dari kedua belah pihak.
Sehingga kriteria keberhasilan keseluruhan proses interaksi hendaknya ditimbang
atau dievaluasi agar tercapai tujuan pendidikan.
2
Sumiati, dkk, Metode Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2008, hal.59
3
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, hal.94
4
Kegiatan komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki
dalam kehidupannya. Kalau dihubungkan dengan istilah interaksi edukatif
sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang
lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, tidak semua bentuk dan
kegiatan interaksi dalam suatu kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi
edukatif, yang didesain untuk suatu tujuan tertentu. Demikian juga tentunya
hubungan antara guru dan siswa, anak buah dengan pimpinannya, antara buruh
dengan pimpinannya serta lain-lain. Proses belajar-mengajar akan senantiasa
merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa
sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa
sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru,
dibutuhkan komponen-komponen, yang komponen-komponen tersebut dalam
berlangsungnya proses belajar tidak dapat dipisah-pisahkan. Dan perlu ditegaskan
bahwa proses teknis ini juga tidak dapat dilepaskan dari segi normatifnya, segi
normatif inilah yang mendasari proses belajar mengajar. Interaksi edukatif yang
secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar mengajar itu, memiliki
ciri-ciri yang membedakan dengan bentuk interaksi yang lain.
5
g) Ada penilaian terhadaap hasil interaksi.4
Dalam interaksi normatif, antara guru, peserta didik harus berpegang pada
norma yang diyakini benar. Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan,
sedangkan pendidikan itu sifatnya normatif. Maka dalam proses pengajaran ini
mencerminkan interaksi yang bersumber pada sumber-sumber norma, agama,serta
falsafah hidup (pancasila).
Setiap aktivitas pengajaran tidak dapat dilepaskan dari segi teknis. Secara
teoritis pemisahan pembahasan mengenai aspek normatif dan aspek teknis lazim
terjadi. Namun secara prakteknya merupakan suatu kesulitan (bahkan mustahil)
untuk memisahkan kedua aspek tersebut. Karena pendidikan merupakan peristiwa
normatif dan teknis, kedua sifat ini menunjukkan suatu senyawa terhadap suatu
persoalan dasar yang sama.5
C. FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI
1. Faktor Tujuan
Terdapat beberapa istilah tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus,
baik yang bersifat akhir maupun terminal/ intermediet/ sementara. Aims, di
4
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011, hal.13
5
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, hal.95
6
konotasikan sebagai tujuan yang paling umum bersifat luas dan paling akhir. Aims
sebagai suatu statement umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan
dituju, ia menjadi pangkal tolak, ide/ inspirasi dan pengarahan.
Tujuan kognitif
Tujuan efektif
Tujuan psikomotorik
7
pengajaran harusnya diharapkan dan disesuaikan dengan tujuan pengajaran itu
sendiri. Maka tujuan pengajaran pengajaran itu harus berfungsi :
8
atau jenjang pendidikan dari SD sampai Perguruan Tinggi, secara formal, tujuan
ini di rinci dan dikembangkan sampai yang paling rendah. Perjenjangan tujuan ini
disesuaikan dengan jenjang pendidikan formal yang berlaku di negara kita. Setiap
tahap dari perjenjangan tujuan hidup, harus berisi unsur yang meliputi kandungan
tujuan secara penuh dengan bobot dan kualitas yang semakin meningkat sesuai
dengan tingkatan pengajaran.
9
pengajaran. Tujuan pengajaran dirumuskan untuk mencapai tujuan kurikuler
secara bertahap. Karena suatu bidang studi itu terdiri dari beberapa pokok bahasan
/topik maka tujuan pengajaran di rumuskan berdasarkan dan/atau untuk mencapai
pokok-pokok bahasan/topik disebut “tujuan umum pengajaran (TUP)”. Jadi,
masing-masing TUP ini dicapai untuk mendukung pencapaian akhir tujuan suatu
bidang studi. Tetapi, karena tujuan mum itu, dirasa masih belum operasional
masih bisa ditafsirkan secara berbeda-beda, dan diperlukan penjabaran lebih rinci,
lebih khusus, lebih operasional dan dapat diukur/dinilai. Untuk itu dirumuskan
“tujuan khusus pengajaran (TKP).” Pada setiap rumusan TUP dapat terdiri banyak
TKP, banyak sedikitnya rumusan TKP disesuaikan dengan keluasan TUP dan
alokasi waktu pertemuan pengajaran. Dengan berdasarkan rumusan-rumusan TKP
inilah suatu interaksi proses pengajaran dilangsungkan. Aktivitas pengajaran
harus diupayakan untuk memenuhi rumusan TKP. Dengan tercapainya sejumlah
TKP oleh suatu aktivitas pengajaran pada akhirnya akan dinyatakan bahwa TUP
telah dirampungkan/dicapai.
Dari penjelasan diatas, kami simpulkan bahwa tujuan merupakan hal yang
pertama kali harus dirumuskan dalam kegiatan interaksi edukatif. Sebab, tujuan
dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana kegiatan pembelajaran
dibawa oleh guru. Dengan berpedoman pada tujuan guru dapat menyeleksi
tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang harus ditinggalkan.
10
Penguasaan bahan oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik atau
kasus atas ilmu kecakapan yang diajarkannya , mengingat isi , sifat dan luasnya
ilmu , maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa
yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan.
Penyusunan unsur-unsur atau informasi-informasi yang baik itu bukan saja akan
mempermudah peserta didik untuk mempelajarinya, melainkan juga memberikan
gambaran yang jelas sebagai petunjuk dalam menetapkan metode pengajaran.
Kami simpulkan bahwa, bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan
interaksi edukatif, sebab tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak
akan berjalan, dalam pemilihan pelajaran harus disesuaikan dengan kondisi
tingkatan murid yang akan menerima pelajaran. Selain itu bahan pelajaran mutlak
harus dikuasai guru dengan baik.
Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pengajaran.
Guru sebagai pihak yang berinisiatif awal untuk pentelengaraan pengajaran,
sedangkan peserta didik sebagai pihak yang secara langsung mengalami dan
mendapatkan kemanfaatan dari peristiwa belajar mengajar yang terjadi.
11
menunjukkan sebagai dua subjek pengajaran yang sama-sama menempati status
yang penting.6
Al- Ghazali pernah mengatakan bahwa tugas seorang guru itu mulia dan
mengandung 2 manfaat yaitu :
1). Bagi orang yang mengajar itu sendiri yang menyampaikan ilmu pengetahuan,
ia akan semakin bertambah pengetahuan dan pengalamannya.
2). Bagi orang yang diberi ilmu pengetahuan yang dididik akan semakin
bertambah pula pengetahuan dan pengalamannya hingga mereka dapat mengambil
manfaat ilmu pengetahuan tersebut.
6
Ibid, hal.114
7
Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008,
hal.53
12
yang eduatif yaitu dengan memperhatikan 2 aspek sekaligus, pertama, segi
normatif dan segi teknis, kedua, segi mendidik dan segi mengajar.8
4. Faktor metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan
maka guru menggunakan metode yang bervariasi. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk memilih metode mengajar sebagai berikut:
Tujuan pengajaran yang jelas dan tepat akan membantu dalam merencanakan
kegiatan pengajaran, salah satunya dapat membantu memilih metode apa yang
8
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, hal.114
9
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 1996, hal. 184
13
akan digunakan untuk proses belajar mengajar. Secara umum metode-metode
diklasifikasikan menjadi 2:
1) Metode ceramah.
2) Metode diskusi.
4) Metode penugasan.
5. Faktor Situasi
14
mampu menjembatani dan memecahkan masalah yang sedang guru hadapai dalam
kegiatan interaksi edukatif. Prinsip tersebut harus dikuasai oleh guru agar dapat
tercapai tujuan pengajaran. Prinsip – prinsip tersebut adalah :
1. Prinsip Motivasi : Agar setiap anak dapat memiliki motivasi dalam belajar.
Apabila anak didik telah memiliki motivasi dalam dirinya disebut motivasi
intrinsik, sangat memudahkan guru memberikan pelajaran , namun apabila
anak tersebut tidak meilikinya, guru akan memberikan motivasi ekstrinsik
yaitu motivasi yangbersumber dari luar diri anak didik tersebut dan dapat
berbentuk ganjaran, pujian , hadiah dan sebaginya.
2. Prinsip Berangkat dari Persepsi yang Dimiliki : Bila ingin bahan pelajaran
mudah dikuasai oleh sebagian atau seluruh anak, guru harus
memperhatikan bahan apersepsi yang dibawa anak didik dari lingkungan
kehidupan mereka. Penjelasan yang diberikan mengaitkan dengan
pengalaman dan pengetahuan anak didik akan memudahkan mereka
menanggapi dan memahami pengalaman yang baru dan bahkan membuat
anak didik memusatkan perhatiannya.
3. Prinsip Mengarah kepada Titik Pusat Perhatian Tertentu atau Fokus
Tertentu : Pelajaran yang direncanakan dalam suatu pola tertentu akan
mampu mengaitkan bagian-bagian yang terpisah dalam suatu pelajaran.
Tanpa suatu pola, pelajaran dapat terpecah-pecah dan para anak didik akan
sulit memusatkan perhatian . Titik pusat akan tercipta melalui upaya
sebagai berikut :
4. Merumuskan masalah yang hendak dipecahkan.
5. Merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab.
6. Merumuskan konsep yang hendak ditemukan.
7. Membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajar serta.
8. Memberikan arah kepada tujuannya.
15
5. Prinsip Pemecahan Masalah yang Dihadapi : Salah satu indikator
keandaian anak didik banyak ditemukan oleh kemampuan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah dapat
mendorong anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai
masalah belajar dan anak didik akan cepat tanggap dan kreatif.
6. Prinsip Mencari, Menemukan dan Mengembangkan Sendiri : Guru yang
bijaksana akan membiatkan dan memberi kesempatan kepada anak didik
untuk mencari dan menemukan sendiri informasi. Kepercayaan anak didik
untuk selalu mencari dan menemukan sendiri informasi adalah pintu
gerbang kearah CBSA yang merupakan konsep belajar mandiri yang
bertujuan melahirkan anak didik yang aktif – kreatif.
7. Prinsip Belajar Sambil Bekerja : Artinya belajar sambil melakukan
aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil untuk anak didik sebab kesan
yang didapatkan anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak
anak didik.
8. Prinsip Hubungan Sosial : Hal ini untuk mendidik anak didik terbiasa
bekerja sama dalam kebaikan. Kerja sam memberikan kesan bahwa
kondisi sosialisasi juga diciptakan di kelas yang akan mengakrabkan
hubungan anak didik denga anak didik lainnya dalam belajar.
9. Prinsip Perbedaan Individual : Sudut pandang untuk melihat aspek
perbedaan anak didik adalah segi bilologis, intelektual dan
psikologis.Semua perbedaan ini memudahkan guru melakukan pendekatan
edukatif kepada setiap anak didik.11
11
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, hal. 190
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Grafindo Persada.
Offset.
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
18