Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam masalah pembelajaran,
supervisi dengan berbagai konsepnya memiliki peranan yang sangat
penting. Supervisi berusaha untuk membantu meningkatkan proses
pembelajaran dengan mengatasi permasalahan permasalahan yang
terjadi didalamnya, baik itu masalah yang dihadapi guru dalam
mengajar, kondisi belajar siswa, bahkan media dan fasilitas yang
tersedia. Oleh karena itu, setiap lembaga atau intitusi pendidikan
tentunya tidak dapat melepaskan diri dari kegiatan supervisi.
Melaksanakan kegiatan supervisi dalam rangka perbaikan
pembelajaran menjadi salah satu tugas seorang supervisor. Agar
pelaksanaan nya dapat berjalan secara efektif, diperlukan sebuah
keterampilan teknikal yang harus dimiliki oleh seorang supervisor.
Keterampilan yang dimaksud berupa kemampuan menerapkan teknikteknik supervise yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan supervisi.
Pemahaman dan penguasaan teknik-teknik tersebut oleh supervisor,
menjadi suatu keharusan jika ingin pelaksanaan supevisi disekolah atau
madrasah dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat meningkatkan
mutu pembelajaran.
Secara umum, teknik-teknik supervisi yang seharusnya di pahami
dan di kuasai oleh seorang supervisor ada 2 macam. Kedua macam
teknik tersebut yaitu, teknik supervise individual dan teknik supervise
kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan teknik supervisi pendidikan?
2. Apa saja teknik-teknik supervisi pendidikan tersebut?
3. Jelaskan teknik-teknik supervisi pendidikan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu teknik-teknik supervisi pendidikan
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam teknik supervise
pendidikan
3. Untuk mengetahui
penggunaannya

teknik-teknik

supervise

pendidikan

dan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai
tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah
guru-guru dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam kelembagaan
serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan.
Berbagai

teknik

dapat

digunakan

supervisor

dalam

membantu

meningkatkan situasi pembelajaran. Salah satunya adalah teknik supervisi


kelompok. Menurut Piet A. Sahertian dalam bukunya Konsep Dasar &
teknik Supervisi Pendidikan dijelaskan bahwa teknik supervisi kelompok
adalah teknik-teknik yang digunakan dan dilaksanakan bersama-sama
oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.1
B. Teknik-teknik supervise pendidikan
Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu guruguru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok (group
techniques) maupun secara perorangan (individual techniques) ataupun
dengan cara langsung/bertatap muka, dan cara tak langsung melalui
media komunikasi (visual, audial, audio visual)2
Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar
apa yang diharapkan bersama menjadi kenyataan. Secara garis besar cara
atau teknik supervise dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik
perseorangan dan teknik kelompok :

1 Prof. Drs. Piet A. Sahertian. 1982. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan
(Dalam Rangka Membangun Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta, hlm.
52.
2 Prof. Dr. Engkoswara dan Aan komariah. 2012. Administrasi pendidikan.
Bandung : alfabeta, hlm. 230.

1. Teknik Individual
Bila masalah yang dihadapi adalah masalah yang bersifat pribadi
apalagi khusus, maka teknik yang digunakan sebaiknya adalah
teknik individual atau perorangan, dengan pertemuan empat mata
dan dijamin kerahasiaannya, misalnya kasus evaluasi guru atau
pegawai dengan DP3, kasus konflik guru dengan guru atau pegawai
atau murid dan sebagainya.3
Ada sejumlah teknik supervisi individual yang dibahas dimulai
dengan yang popular diantara teknik-teknik itu, yaitu teknik
supervisi observasi kelas, teknik supervisi kunjungan kelas, dan
teknik supervise klinis. Teknik pertama dan kedua itu disebut popular
sebab teknik-teknik itu lah yang sering dipakai supervisor dalam
melaksanakan tugasnya mensupervisi guru-guru. Teknik observasi
kelas adalah mengamati proses pembelajaran di kelas secara
lengkap dan teliti. Ide pokonya adalah mencatat apa yang terjadi
selain reaksi yang ditimbulkan supervisor yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan bagi guru yang diamati4. Teknik kunjungan kelas
adalah mengamati guru mengajar dalam waktu-waktu yang singkat
untuk mendapat data proses pembelajaran yang khusus yang
diinginkan oleh seorang supervisor. Kunjungan Kelas atau observasi
kelas bermanfaat untuk dapat memperoleh gambaran tentang
kegiatan belajar mengajar di kelas.5 Sementara itu teknik supervisi
klinis disebut popular sebab teknik ini menganalisis kondisi guru
sebelum dilakukan supervisi dan memperbaiki guru-guru yang
sangat lemah.6
3Ary H. Gunawan. 2002. Administrasi Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta, hlm. 202203.
4 Mukhtar dan Iskandar. 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Gaung Persada Press, Hlm. 67.
5 Prof. Dr. Engkoswara dan Aan komariah, Op.Cit., hlm. 23.
6 Made Pidata. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta : Rineka Cipta,
hlm. 87.

1.1

Menggadakan kunjungan kelas ( classroom visitation)


Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala

sekolah, pengawas, dan Pembina lainnya dalam rangka mengamati


pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga memperoleh data
yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru.7
Tujuannya adalah untuk mengobservasi bagaimana guru
mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat yang didaktis atau
metodik

yang sesuai. Dengan kata

lain,

untuk

melihat apa

kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.


Setelah kunjugan kelas selesai, selanjutnya diadakan diskusi
empat mata antara supervisoir dengan guru yang bersangkutan.
Supervisior memberikan saran-saran atau nasehat-nasehat yang
diperlukan, dan guru pun dapat mengajukan pendapat dan usul-usul
yang

konstruktif

demi

perbaikan

proses

belajar-mengajar

selanjutnya.8
Dalam melaksanakan kunjungan kelas, terdapat empat tahap, yaitu:
Tahap persiapan, Pada tahap ini, pengawas merencanakan
waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan

kelas.
Tahap

pembelajaran berlangsung.
Tahap akhir kunjungan, pada tahap akhir ini pengawas

pengamatan,

yaitu

mengamati

jalannya

proses

bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan


hasil-hasil observasi, setelah itu dilakukan tindak lanjut.
Ada beberapa kriteria kunjungan kelas yang baik, yaitu:
Memiliki tujuan-tujuan tertentu.
Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki

kemampuan guru.
Menggunakan
instrument

mendapatkan daya yang obyektif.


Terjadi interaksi antara Pembina dan yang dibina sehingga

observasi

tertentu

untuk

menimbulkan sikap saling pengertian.


7 Made Pidata. 2002. Pemikiran Tentang Supervisi pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2002, hlm. 36.
8 M. Ngalim Purwanto, MP. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, hlm. 120-123.

Pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar

mengajar.
Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.9

Fungsi:
a.

Mengoptimalkan cara belajar mengajar yang dilaksanakan para

guru.
b.

Membantu mereka untuk menumbuhkan profesi kerja secara

optimal.10
1.2

Mengadakan kunjungan observasi ( observation visits)


Guru- guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk

melihat/mengamati

seorang

mendemostrasikan

cara-cara

guru

yang

mengajar

sedang

suatu

mata

sedang
pelajaran

tertentu. Misalnya, cara menggunakan alat atau media yang baru,


misalnya

audio-visual

audits,

cara

mengajar

dengan

metode

tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi


panel, fish bowl, metode penemuan (discovery) dan sebagainya.
Kunjugan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri
(intraschool visits) atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah
laian

(interschool

visits).

Sebagai

demonstran

dapat

ditunjuk

seorang guru dari sekolah sendiri atau sekolah lain, yang dianggap
memiliki kecakapan atau keterampilan mengajar sesuai dengan
tujuan kunjungan kelas yang diadakan, atau lebih baik lagi jika
sebagai demonstran tersebut adalah supervisor sendiri, yaitu kepala
sekolah. Sama halnya dengan kunjugan kelas, kunjungan observasi
juga diikuti dengan mengadakan diskusi di antara guru-guru
pengamat dengan demonstran, yang dilakukan segera setelah
demonstrasi mengajar selesai dilakukan.11
Tujuannya:
9 Ibid, hlm. 217
10 Burhanuddin. 1994. Analisi Administrasi Manajmen dan Kepemimpinan
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, hlm. 329.
11 Loc.cit.

Memperoleh data yang subjektif mengenai aspek situasi

dalam proses pembelajaran yang diamati.12


Mempelajari praktek-praktek pembelajaran setiap pendidik

dan mengevaluasinya.
Menemukan kelebihan dan sifat yang menonjol pada setiap

pendidik.
Menemukan kebutuhan para pendidik falam menunaikan

tugasnya.
Memperoleh bahan-bahan dan informasi guna penyusunan

program supervise.
Mempererat dan memupuk integritas sekolah.13

Aspek-aspek yang diobservasi:

Usaha dan aktifitas guru-siswa dalam proses pembelajaran.


Cara penggunaan media pembelajaran.
Reaksi mental para peserta didik dalam proses pembelajaran.
Keadaan media yang digunakan.
Lingkungan social, fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar
kelas dan faktor-faktor penunjang lainnya.14

1.3

Pertemuan

Individual/Percakapan

Individual

(Individual

Conference)
Pertemuan individual yang dimaksud adalah adanya proses
percakapan, dialog, dan saling tukar pikiran antara supervisor dan
guru. Dengan demikian, istilah populer lainnya dari pertemuan
individual adalah percakapan atau perbincangan individual.
Menurut Lantip Diat Prasojo & Sudiyono, pertemuan individual
bertujuan sebagai berikut15 :
Memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui
pemecahan kesulitan yang dihadapi.
12 Ibid, hlm. 331.
13 Ametembun. 1975. Supervisi Pendidikan. IKIP Bandung, hlm.65.
14 Prof. Drs. Piet A. Sahertian. 2002. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 57.
15 Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan Edisi Revisi.
Yogyakarta : Gava Media, hlm. 105.

Mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi.


Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru.
Menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukanbukan.

Menurut George Kyte seperti yang dikutip oleh Piet S. Sahertian &
Frans Mataheru, ada dua jenis percakapan melalui kunjungan kelas,
16

yaitu:

a.

Percakapan pribadi setelah kunjungan kelas (bersifat formal)

Percakapan jenis ini terjadi ketika ada kesepakatan bersama antara


supervisor dan guru untuk mengadakan individual conference
setelah

kunjungan

dilaksanakan,

guna

membicarakan

hasil

kunjungan tersebut.
b.

Percakapan pribadi seperti percakapan biasa sehari-hari

Biasanya percakapan ini berlangsung layaknya kegiatan ramahtamah sehari-hari, di mana guru mengemukakan suatu problema
kepada supervisor atau sebaliknya. Umpamanya, sebelum sekolah
mulai, sebelum mengajar, pada waktu istirahat, atau sesudah
mengajar.

Dalam

mengemukakan

hal

suatu

ini,

keduanya

pertanyaan

yang

secara

tak

berhubungan

langsung
dengan

pembelajaran.
1.4 Kunjungan Antar Kelas (Intervisitation)
Kunjungan antar kelas, maksudnya adalah guru yang satu dengan
guru yang lainnya saling mengunjungi kelas satu sama lain di
sekolah

itu

sendiri.

Tujuannya

adalah

untuk

saling

berbagi

pengalaman dalam pembelajaran.17


Intervisitation ini dapat dibedakan kepada dua bentuk beikut:
a. Supervisor memberikan arahan kepada seorang guru yang
mengalami kesulitan, untuk melihat rekan-rekan guru lain
yang mengajar. Guru yang ditunjuk, tentunya adalah orang

16 Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru. 1982. Prinsip dan Teknik Supervisi
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, hlm. 71.
17 Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono. 2011, Op.Cit., hlm. 106.

yang memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup dalam


menggunakan teknik-teknik mengajar.
b. Di kebanyakan sekolah, kepala sekolah menganjurkan kepada
guru-guru agar saling mengunjungi rekan-rekan di kelas atau
sekolah lain. Tetapi untuk bentuk yang kedua ini, ini diperlukan
perencanaan dan musyawarah terlebih dahulu.
1.5 Menilai diri Sendiri
Menilai diri sendiri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri
sendiri secara obyektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri
sendiri. Adapun cara yang dapat dilakukan dalam upaya menilai diri
sendiri ialah18:
Membuat

suatu

daftar

pandangan

atau

pendapat

yang

ditujukan kepada murid untuk menilai pekerjaan atau aktivitas

guru.
Menganalisa tes-tes terhadap unit-unit kerja.
Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik
mereka bekerja kelompok maupun perseorangan.

2. Teknik Kelompok
Bila Supervisor memperhitungkan bahwa masalah yang dihadapi
adalah sejenis, maka penyelesaianya dapat dilakukan dengan teknik
kelompok,

seperti

rapat

kerja

sekolah,

lokakarya,

penataran,

seminar, diskusi dan sebagainya. Misalnya dalam hal pembuatan


satuan

pelajaran

atau

PPSI,

peningkatan

mutu

pendidikan,

menghadapi atau menangkal kenakalan remaja, perkelahian antara


siswa dan sebagainya.
Pada supervisi kelompok

beberapa

guru

sebagai

suatu

kelompok berhadapan dengan 1 atau lebih supervisor. Gambaran


umum tentang teknik supervise kelompok adalah seperti berikut :
Pertama, tentang pengertian teknik supervise kelompok. Teknik
supervise kelompok adalah suatu pembinaan terhadap sejumlah
guru oleh salah satu atau beberapa supervisor. Sejumlah guu yang
ada pada umumnya memiliki kualifikasi relative sama mendapat
bimbingan oleh seorang supervisor atau beberapa supervisor yang
18 Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto. 1988. Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan. Jakarta : PT Bina Aksara , hlm. 68

biasanya

memiliki

spesialisasi

yang

berbeda.

Masing-masing

supervisor ini memberikan materi atau membahas sesuatu yang


berbeda, yang semuanya berkaitan satu dengan yang lainnya. Atau
dapat juga suatu topic tertentu sebagai matei yang dibahas ditinjau
dari berbagai sudut pandang oleh masing-masing supervisor itu.
Kedua, alasan munculnya teknik supervise kelompok. Munculnya
supervise kelompok tidak dipicu oleh supervise individual yang
kurang efisien dibandingkan dengan supervise kelompok, melainkan
lebih

disebabkan

oleh

kebutuhan

yakni,

kebutuhan

membina

sejumlah guru secara bersama. Ketiga, kapan supervise kelompok


ini di butuhkan. Supervisi kelompok ini dibutuhkan jika sekelompok
guru membutuhkan sesuatu yang sama pada waktu yang sama.
Guru-guru yang mempunyai kebutuhan yang sama lalu dikumpulkan
untuk di supervisi. Keempat, proses supervisi. Suatu supervise
kelompok akan terjadi jika ada beberapa guru memiliki kepentingan
yang sama, yang tidak mereka realisasikan atau pengelola sekolah
memandang perlu meningkatkan kinerja guru dalam unsur tertentu
untuk kepentingan kemajuan pendidikan. Banyak supervisor yang
disiapkan bisa seorang dan juga bisa lebih dari satu orang. Hal itu
bergantung kepada

macam materi yang akan dibahas pada

supervisi itu.
Supervisi kelompok ini tidak hanya membicarakan materi
pelajaran dan proses pembelajaran saja, seperti kebanyakan pada
supervise

individual,

tetapi

juga

membahas

tentang

upaya

meningkatkan profesi guru. Upaya yang dimaksud antara lain adalah


cara-cara agar guru berdedikasi pada tugasnya, meningkatkan
kepribadian, benar-benar belajar seumur hidup, bisa bekerja sama
secara baik dengan orang tua siswa, bisa menganalisis kondidi
daerah dalam rangka melaksanakan kurikulum lokal, bisa menjadi
agen pembaharuan masyarakat dan sebagainya.19
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
19Sri Banun Muslim. 2013. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas
Profesionalisme Guru. Jakarta : Alfabeta, hlm. 165-167.

2.1 Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)


Saat menemukan beberapa permasalahan yang dihadapi hampir
seluruh guru, maka sangat tidak efektif bila dilakukan pembicaraan
individual. Maka bisa dibahas dalam rapat guru.20
Seorang kepala sekolah yang baik pada umumnya menjalankan
tugas-tugasnya

bedasarkan

rencana

yang

telah

disusunnya.

Termasuk didalam perencanaan itu antara lain mengadakan rapatrapat secara periodik dengan guru-guru. Berbagai hal dapat
dijadikan bahan dalam hal rapat-rapat yang diadakan dalam rangka
kegiatan supervise seperti hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan dan pengembangan kurikulum, pembinaan administrasi
atau

tata

laksana

sekolah,

termasuk

BP3

atau

POMG

dan

pengelolaan keuangan sekolah.


Dibawah ini akan dikemukakan secara singkat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam rapat sekolah :
a. Setiap rapat sekolah dapat dijadikan alat supervisi, jika selalu
kita bertanya:
Bagaimana dengan Rapat ini kita dapat meningkatkan

pendidikan atau pengajaran?


Apa yang dapat dimanfaatkan oleh staf sekolah dalam
rapat ini dalam rangka peningkatan pengetahuannya,

pengalamannya, dan keterampilannya?


b. Setiap rapat, bagaimanapun singkatnya, hendaknya dilaksanakan
dengan

sebaik-baiknya

selalu

memperhatikan

taraf-taraf;

persiapan, pelaksanaan, penutupan dan followup.


c. Dalam semua kegiatan rapat, sejak persiapan nya seperti:
merumuskan tujuan rapat,
menyusun agenda atau acara rapat,
menyusun tata tertib rapat, dan sebagainya.
sampai pada pelaksanaan/pimpinan, penutupan dan follow upnya, hendak nya selalu mengikutsertakan anggota staf lainnya, dan
bukan menjadi monopoli kepala sekolah saja
d. Dengan motto memimpin adalah menimbulkan kepimimpinan
pada yang dipimpin, maka rapat sekolah tidak selalu harus
dipimpin atau diketahui oleh Kepala Sekolah saja.

20 Prof. Dr. Engkoswara dan Aan komariah, Op.Cit., hlm. 231.

e. Acara rapat yang bagaimanapun teknik rutinnya,


diusahakan,

agar

selalu

diadakan

penelaahan

hendaknya
dari

segi

pendidikan, dan sedapat mungkin selalu diselipkan masalahmasalah pendidikan mengenai situasi belajar-mengajar.
f. Dari setiap rapat hendaknya diadakan penilaian bersama tentang
hasil/keputusan dan penentuan langkah-langkah sebagai follow
up.
g. follow up memerlukan pengawasan, dan pada setiap rapat
kemudian diperlukan penilaian tentang pelaksanaan hasil-hasil
rapat terdahulu, jadi bukan hanya

membacakan notulen nya

saja.
h. Suasana rapat hendaknya selalu dijaga agar tetap aman, segar
dan tanpa dominasi anggota-anggota yang ingin menonjol, dan
mendorong anggota-anggota yang agak pendiam.21
2.2 Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompokkelompok guru bidang studi sejenis. Untuk SD dapat pula dibentuk
kelompok-kelompok guru yang minat pada mata pelajaran-mata
pelajaran tertentu. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu
diprogramkan

untuk

membicarakan

mengadakan

hal-hal

yang

pertemuan/diskusi

berhubungan

dengan

guna
usaha

pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar.


2.3 Mengadakan penataan-penataan (inservice training)
Teknik supervise kelompok yang dilakukan melalui penataranpenataran sudah banyak dilakukan. misalnya penataran untuk guruguru

bidang

pengajaran,

studi
dan

tertentu,

penataran

penataran
tentang

tentang

metodologi

administrasi

pendidikan.

Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya


diselengarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah
terutama adalah mengolah dan memimbing pelaksanaan tindak
lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekan oleh
guru-guru.22
21 Daryanto. 2011. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Rineka cipta, hlm 185-186.
22 M. Ngalim Purwanto, Op.Cit, hlm. 123.

2.4 Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi
dari sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui
percakapan dan bekerja secara kelompok. Halhal yang perlu
diperhatikan pada waktu pelaksanaan workshop antara lain:
- Masalah yang dibahas bersifat Life center dan muncul dari
-

guru tersebut,
Selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik
dalam kegiatan sehingga tercapai perubahan profesi yang lebih
tinggi dan lebih baik.
Workshop adalah salah satu teknik supervisi yang memberi

kesempatan kepada para peserta untuk memikirkan masalah


mereka, dibantu oleh nara sumber atau resource people, sambil
berusaha memecahkannya. Salah satu fungsi dari workshop adalah
memperbesar, memperkuat, serta mempertimbangkan keterampilan
peserta dalam kerja kelompok.
Unsur yang penting dalam workshop adalah committee work atau
pekerjaan

panitia.

Panitia

utama

adalah

perencana

yang

bertanggung jawab atas perencanaan, organisasi, dan perbaikan


program. Panitia lain yang diperlukan ialah panitia perpustakaan,
penilaian, publikasi, bulletin board, dekorasi, dan akomodasi.
Untuk penyelenggaraan workshop sebaiknya dipilih tempat yang
tenang dan jauh dari keributan, misalnya dikampus suatu perguruan
tinggi pada waktu liburan besar. Waktu penyelenggaraan workshop
kira-kira

dua

sampai

lima

minggu.

Ada

juga

yang

menyelenggarakannya sekali seminggu sepanjang tahun pelajaran.


Apakah setiap orang dapat mengikuti workshop tertentu? Agar
workshop itu berhasil dan mendatangkan manfaat yang sebesarbesarnya,

alangkah

baiknya

jjika

diadakan

penyeleksian

berdasarkan semangat, minat, dan perhatian terhadap masalah


yang

akan

dipecahkan,

pengalaman.
Apakah fungsi

pemimpin

serta

kebutuhan

workshop

itu?

partisipan

Wiles

(1961:

akan
173)

menyatakan sebagai berikut.


The official leaders functions in a workshop program are to
stimulate the original interest in a workshop, to pull together people

who will be interested in planning a workshop, to secure facilities


and staff members with whom to carry out plans, to serve as
tramble shater and coordinator during the workshop program, and to
provide all the help and encouregement possible to those who
implement ideas in their schools after the workshop is over.
Suatu hal yang tidak boleh diabaikan dalam pelaksanaan
workshop ialah evaluasi. Secara teratur, evaluasi dilakukan oleh
panitia

khusus

sejak

workshop

dimulai

sampai

dengan

penutupannya. Bermacam-macam cara dapat dipakai. Biasanya


dipergunakan self evaluation checklist.
2.5 Seminar
Secara terminology seminar adalah sebuah kegiatan yang di buat
untuk penyampaian suatu karya ilmiah dari seorang pakar atau
peneliti

yang

dipresentasekan

kepada

peserta

agar

dapat

mengambil keputusan yang sama terhadap karya ilmiah antara


sumber dengan peserta.
Seminar tentunya haruslah direncanakan baik waktu, tempat,
peserta dan juga menentukan pengarah dan sumber dari hasil karya
ilmiah agar dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan
seminar yang akan dilaksanakan. Sebagaimana kita ketahui tujuan
seminar pendidikan adalah untuk mengkoreksi kembali hasil dari
sebuah karya ilmiah untuk mengambil keputusan bersama demi
kesempurnaan

hasil.

Kegiatan

seminar

pendidikan

tanpa

perencanaan akan jauh dari pada tujuan seminar tersebut, seorang


peneliti atau narasumber dalam seminar juga harus benar-benar
sudah memahami dan menguasai isi dari hasil yang ia dapatkan dan
peserta juga telah mengetahui untuk apa dia mengikuti seminar dan
benar-benar sudah mengetahui minimal judul dari yang akan
diseminarkan serta harus ada seorang pengarah dalam acara
seminar tersebut.
2.6 Diskusi Kelompok
Diskusi adalah pertukaran pendapat tentang sesuatu masalah
untuk

dipecahkan

bersama.

Diskusi

merupakan

cara

untuk

mengembangkan

keterampilan

anggota-anggotannya

dalam

mengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar pikiran.


Yang perlu diketahui oleh seiorang supervisor bila memimpin
diskusi guru-guru ia harus memiliki kemampuan menggerakan
kelompok, membuat pertemuan berhasil dan mengkoordinasikan
pekerjaaan-pekerjaan kelompok.
Kelompok terdiri dari dua atau lebih individu yang bersama-sama
memecahkan beberapa masalah yang umum yang tidak dapat
dipecahkan sendiri.
Ciri-ciri kelompok yang baik adalah:
1.
Tiap anggota merasa turut berpartisipasi
2.
Adanya interaksi antar anggota
3.
Adanya kontrol daripada anggota
b.
Kepemimpinan dalam kelompok23

BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah
mudah. Seorang kepala sekolah, selain harus mengetahui aspek
atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui
karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru,
23 http://septiyaniwafda.blogspot.co.id/2013/09/teknik-teknik-supervisipendidikan.html

sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru


yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan
dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan
agar kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian
guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen
guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic guru.
Teknik yang dilakukan dalam melaksanakan supervisi oleh kepala
sekolah terhadap guru-guru dan pegawai sekolah dapat dilakukan
dengan teknik perseorangan dan teknik kelompok. Kegiatan yang
termasuk teknik prseorangan adalah mengadakan kunjungan kelas,
kunjungan observasi, membimbing guru-guru tentang cara-cara
menpelajari pribadi siswa dan atau mengatasi problema yang
dialami siswa, dan membimbing guru-guru dalam hal-hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah. Sedangkan
yang termasuk teknik kelompok adalah mengadakan pertemuan
pertemuan atau rapat dengan guru-guru untuk membicarakan
berbagai hal yang berhubungan dengan proses dan hasil belajarmengajar, mengadakan dan membimbing diskusi kelompok diantara
guru-guru bidang studi, memberikn kesempatan kepada guru-guru
untuk mengikuti penataran yang sesuai dengan bidang tugasnya,
dan membimbing guru-guru dalam praktekkan hasil-hasil penataran
yang telah diikutinya.

B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, maka dapat dirumuskan saran
saran sebagai berikut :
a. Bagi semua penulis yang akan mengangkat tema ini, cobalah
lakukan

observasi

keberhasilan

dengan

supervisor

menyebarkan

mensupervisi

guru

angket

mengenai

demi

mengukur

sejauh mana keberhasilan kepala sekolah dalam perannya


sebagai supervisor.
b. Bagi semua pembaca yang merupakan guru dan calon guru,
tingkatkan kualitas gaya ajar kita, demi terciptanya kegiatan
supervisi pendidikan yang efektif dan efisien jika kelak kita diberi
amanah sebagai guru.
c. Bagi semua masyarakat pendidikan , khususnya para orang tua,
diharapkan dapat berperan aktif memantau kondisi anaknya,
khususnya dalam hal prestasi belajar anak, hal ini dapat
membantu supervisor dalam mensupervisi guru guru.

Anda mungkin juga menyukai