LP DHF
LP DHF
OLEH :
NURYA KUMALA
P27820114005
OLEH :
EKANAILATUL WAFIROH
P27820114004
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai referensi dan menambah pengetahuan di bidang kesehatan.
Khususnya mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan dengue
hemorrhagic fever (DHF).
2.1.3 Etiologi
Menurut Andra Saferi (2013), penyakit DBD disebabkan oleh virus
dengue. Virus ini termasuk genus flavivirus dari famili flaviviridae
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty di daerah perkotaan dan mungkin
juga Albopictus di pedesaan. Virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi
menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari
arthropedi borne viruses atau disingkat arbovirus, yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotipe menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe lain. Distribusi kedua jenis nyamuk ini
hampir meliputi seluruh daerah di Indonesia kecuali daerah yang mencapai
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypty
adalah:
1. Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih.
2. Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak
mandi, WC, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti
kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung dan lain-
lain.
3. Jarak terbang 100 meter.
4. Nyamuk betina bersifat multiple bitters (menggigit beberapa orang
karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat).
5. Tanah dalam suhu panas dan kelembaban tinggi.
2.1.4 Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan
terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi
sistem komplement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,
dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DBD.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Renjatan terjadi
secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya
plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dengan hilangnya
plasma klien mengalami hipovolemik. Hilangnya plasma dapat
meningkatkan cairan ektravaskuler menuju abdomen sehingga
menyebabkan acites menjadi mual, muntah yang dapat menyebabkan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pathway:
Mengaktifasi
sistem
Membentuk dan
Peningkatan Hipotalamus
melepaskan zat
suhu tubuh
C3a, C5a
Renjatan hipovolemik
Trombositopenia
Cairan ekstravaskuler
Perdarahan
Menuju abdomen
Risiko Perubahan
Acites
perfusi jaringan
Mual, muntah
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada klien DBD menurut Gama (2012) adalah:
1. Sepsis
2. Pneumonia
3. Hidrasi berlebihan yang menyebabkan gagal jantung atau pernafasan
4. Perdarahan otak
5. Miokarditis dan gangguan konduksi jantung
6. Sindrom syok dengue.
2.1.8 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan DBD menurut Widoyono (2008) adalah
simptomatis-supportif dengan penggantian cairan atau darah, diet, obat-
obatan, dan memperhatikan penyakit lain yang mungkin menyertai. Pada
DBD derajat I bisanya tidak membutuhkan terapi cairan. Hanya diberikan
obat penurun panas seperti parasetamol dan dilakukan kompres dingin.
Perlu dilakukan pemeriksaan hematrokit sebelum memulai terapi
cairan agar keefektifannya bisa dievaluasi dan mencegah kelebihan cairan.
Berikan jenis cairan kristaloid 0.9% saline. Berdasarkan penelitian, cairan
yang terbaik untuk resusitasi cairan pada DBD adalah kristaloid. Mulai
dengan 5-7 ml/kg 1 jam selama 1 -2 jam, selanjutnya kurangi menjadi 3-5
ml/kg/ jam selama 2-4 jam, dan selanjutnya kurangi hingga 2-3 ml/kg/hr
atau kurang dari jumlah tersebut berdasarkan respon kondisi klien. Berikan
nutrisi tinggi kalori-protein. Untuk klien yang tidak mengalami shock
dukung intake cairan melalui oral, terapi cairan intravena diperuntukan
jika klien mengalami maul-muntah, tidak toleran terhadap pemenuhan
cairan melalui oral, atau peningkatan hematokrit, cairan yang digunakan
kristaloid.
Menurut FKUI (2002) pada fase demam klien dianjurkan :
1. Tirah baring selama masih demam
2. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan bila diperlukan.
3. Pada klien dewasa, analgetik atau sedatif ringan kadang-kadang
diperlukan untuk mengurangi rasa sakit kepala, nyeri otot, atau nyeri
sendi.
4. Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral.
5. Monitor suhu, jumlah trombosit serta kadar hematokrit sampai normal
kembali.
2.1.9 Pencegahan
Cara-cara mencegah dan memberantas nyamuk menurut Nasronuddin
(2007) antara lain:
1. Abatisasi
Abatasasi yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gr untuk 100 liter air
pada tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk. Sebaiknya
abatisasi dilakukan setiap 3 bulan sekali. Ada dua macam kegiatan
abatisasi yaitu pertama abatisasi selektif yang dilakukan pada tempat-
tempat penampungan air yang ditemukan jentik, kedua abatisasi masal
yaitu dilakukan pada semua tempat penampungan air di desa atau
kelurahan apabila terjadi kejadian luar biasa.
2. Melakukan Gerakan 3 M yaitu Menutup, Menguras, dan Mengubur.
Cara ini efektif dalam usaha pencegahan nyamuk untuk berkembang
biak. Jika nyamuk tidak bisa berkembang biak maka tidak ada yang
perlu dikhawatirkan. Upaya-upaya yang dilakukan dalam kegiatan 3
M adalah sebagai berikut:
1) Menutup dengan rapat tempat penampungan air seperti menutup
tempayan air. Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan
lubang pohon dengan tanah.
2) Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air
sekurang- kurangnya seminggu sekali.
3) Mengubur barang-barang bekas ke dalam tanah, seperti kaleng-
kaleng, botol pecah dan lain-lain.
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat mencegah peningkatan
kepadatan vektor yaitu sebagai berikut:
1) Menghindari perilaku menggantung baju
2) Rajin membersihkan tempat-tempat yang terdapat genangan air di
sekitar rumah.
3) Rajin membersihkan pekarangan dari sampah-sampah yang dapat
menampung air seperti kaleng dan botol.
4) Menghindari perilaku tidur siang.
5) Menjaga kebersihan saluran air.
6) Memasang kelambu pada tempat tidur.
7) Pelihara ikan, dengan memelihara ikan di dalam bak mandi atau
kolam dapat membantu mengendalikan nyamuk. Ini karena ikan
memakan jentik- jentik dan telur nyamuk.
8) Pelihara tanaman pengusir nyamuk. Sekarang sudah banyak dijual
dipasaran tanaman yang dapat mengusir nyamuk. Biasanya Zodia
atau Lavender, tanaman ini mengusir nyamuk melalui bau yang
dikeluarkan oleh tanaman tersebut.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem pernafasan: Tidak ada gangguan dalam pernafasan.
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal,
epistaksis, pergerakan dada simetris, pada auskultasi terdengar
ronchi, krakles.
2) Sistem persyarafan: Gangguan dalam sistem persyarafan adalah
terdapat respon nyeri.
3) Sistem kardiofaskuler: Terjadi pendarahan dan kegagalan
sirkulasi.
4) Sistem pencernaan: Terjadi anoreksia, mual dan muntah. Selaput
mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat
hematemesis, melena.
5) Sistem perkemihan: Produksi urine menurun, kadang kurang
dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing
berwarna merah.
6) Sistem otot dan integument: Ditemukan peteki, pegal-pegal pada
seluruh tubuh.
7) Sistem eliminasi: Terjadi gangguan pada sistem eliminasi alvi
yaitu terjadi konstipasi. Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit
kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi
peteki, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
5. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan, sekunder
akibat anoreksia dan mual.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan demam.
3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
(viremia).
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi
tirah baring.
6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan
kurangnya volume cairan tubuh.
7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
7. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan. Dalam pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis mandiri
dan tindakan kolaborasi (Hidayat, 2008)
8. Evaluasi Keperawatan
a. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5C
b. Nyeri hilang atau berkurang
c. Gangguan pemenuhuan kebutuhan nutrisi tubuh tercukupi
d. Keseimbangan volume cairan
e. Aktivitas dan kebuthan sehari-hari terpenuhi
f. Syok hipovolemik tidak terjadi
g. Tidak terjadi perdarahan luas
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan
dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian. Adapun gejala yang
timbul pada orang yang terserang DBD antara lain: demam, atau riwayat
demam akut, berlangsung 2 sampai 7 hari, nyeri otot, nyeri sendi, perdarahan,
trombositopenia atau trombosit berjumlah 100.000/mm3 atau kurang.
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya
serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
3.2 Saran
Untuk mencegah dan memberantas terjangkitnya penyakit DBD harus
digalangkang program gerakan 3 M yaitu menutup, menguras, dan
mengubur.Cara ini efektif dalam usaha pencegahan nyamuk untuk
berkembang biak. Jika nyamuk tidak bisa berkembang biak maka tidak ada
yang perlu dikhawatirkan. Upaya-upaya yang dilakukan dalam kegiatan 3 M
adalah sebagai berikut:
1. Menutup dengan rapat tempat penampungan air seperti menutup
tempayan air. Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang
pohon dengan tanah.
2. Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-
kurangnya seminggu sekali.
3. Mengubur barang-barang bekas ke dalam tanah, seperti kaleng-kaleng,
botol pecah dan lain-lain.
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Kepala Ruangan,
TTD