Mie Basah
Mie Basah
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
a. Tinjauan Bahan
Mie basah adalah jenis mie yang mengalami proses setelah tahap
pemotongan dan sebelum dipasarkan. Kadar airnya mencapai 52 % sehingga daya
tahan simpannya relatif singkat (40 jam pada suhu kamar). Rasanya yang hambar
membuat bahan makanan ini dapat diolah dengan bumbu yang sesuai dengan
selera. Biasanya dibuat dari adonan terigu, air, garam, dan minyak. Pembuatan
mie basah lebih sering dibuat dengan mencampur air khi atau kansui atau lebih
dikenal dengan air abu. Dalam proses pembuatan mie, harus dipertimbangkan
dalam memilih terigu terutama adalah kadar protein dan kadar abunya. Kadar
protein mempunyai korelasi erat dengan jumlah gluten. Sedangkan kadar abu erat
dengan kualitas mie yang dihasilkan. Mie basah disebut juga mie kuning adalah
jenis mie yang mengalami perebusan dengan kadar air mencapai 52 % sehingga
daya tahan atau keawetannya cukup singkat. Pada suhu kamar hanya bertahan
sampai 10-12 jam. Setelah itu mie akan berbau asam dan berlendir atau basi.
Adapun ciri-ciri mie basah yang baik adalah berwarna putih atau kuning terang,
tekstur agak kenyal, tidak mudah putus-putus. Pada umumnya mie yang disukai
masyarakat adalah mie berwarna kuning. Bentuk khas mie berupa pilinan panjang
yang dapat mengembang sampai batas tertentu dan lentur serta kalau direbus tidak
banyak padatan yang hilang. Semua ini termasuk sifat fisik mie yang sangat
menentukan terhadap penerimaan konsumen. Tanda-tanda kerusakan mie adalah
berbintik putih atau hitam karena tumbuhnya kapang, berlendir pada permukaan
mie, berbau asam dan berwarna agak gelap (Widianingsih dan Murtini, 2006).
Terigu banyak digunakan untuk pemuatan mie, kue, roti, biskuit. Ciri khas
terigu adalah mengandung protein yang lebih tinggi dan dapat membentuk gluten
yang berupa jaringan dari sebagian penyusun protein, apabila terigu diberi air dan
digilas-gilas. Adonan yang mengandung gluten tersebut berikatan satu sama lain
dan bersifat lenting, dengan demikian lebih mudah dibentuk, lebih mudah matang,
dalam keadaan encer adonan tidak segera mengendap dibanding tepung beras.
Pada produk makanan, gluten juga cenderung memberikan rasa lebih enak
daripada produk makanan yang dibuat dari tepung yang lain. Tepung terigu adalah
bahan dasar pembuatan mie. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum yang
digiling. Tepung ini berfungsi untuk membentuk struktur mie, sumber protein, dan
karbohidrat. Kandungan protein utama tepung terigu yang berperan dalam
pembuatan mie adalah gluten. Protein dalam tepung terigu untuk pembuatan mie
harus dalam jumlah yang cukup tinggi supaya mie menjadi elastis dan tahan
terhadap penarikan sewaktu proses produksi berlangsung (Handayani, 2007).
Tapioka berasal dari pati yang diperoleh dari hasil ekstraksi ubikayu yang
dapat digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai industri. Sedangkan menurut
SNI 0134511994, definisi tapioka adalah pati (amilum) yang diperoleh dari
umbi ubi kayu segar setelah melalui cara pengolahan tertentu, dibersihkan dan
dikeringkan. Tepung tapioka memiliki ukuran granula pati berkisar antara 5 35
mikron. Tepung ini mengandung cukup banyak karbohidrat yaitu sebesar 86.9%
dan sebagian kecil lemak dan protein dengan kandungan amilosanya sebanyak
17% dari seluruh pati. Kandungan molekul amilosa akan mempengaruhi sifat-sifat
pati yang sudah tergelatinisasi (Christine, 2008).
Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mie. Tepung terigu
diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Tepung terigu
berfungsi membentuk struktur mie, sumber protein dan karbohidrat. Kandungan
protein utama tepung terigu yang berperan dalam pembuatan mie adalah gluten.
Gluten dapat dibentuk dari gliadin (prolamin dalam gandum) dan glutenin. Protein
dalam tepung terigu untuk pembuatan mie harus dalam jumlah yang cukup tinggi
supaya mie menjadi elastis dan tahan terhadap penarikan sewaktu proses
produksinya. Bahan-bahan lain yang digunakan antara lain air, garam, bahan
pengembang, zat warna, bumbu dan telur. Air berfungsi sebagai media reaksi
antara gluten dan karbohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal
gluten. Pati dan gluten akan mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan
sebaiknya memiliki pH antara 6 9, hal ini disebabkan absorpsi air makin
meningkat dengan naiknya pH. Makin banyak air yang diserap, mie menjadi tidak
mudah patah. Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang baik. Garam
berperan dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mie, meningkatkan
fleksibilitas dan elastisitas mieserta mengikat air. Garam dapat menghambat
aktivitas enzim protease dan amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan
tidak mengembang secara berlebihan. Putih telur akan menghasilkan suatu lapisan
yang tipis dan kuat pada permukaan mie. Lapisan tersebut cukup efektif untuk
mencegah penyerapan minyak sewaktu digoeng dan kekeruhan saus mie sewaktu
pemasakan. Lesitin pada kuning telur merupakan pengemulsi yang baik, dapat
mempercepat hidrasi air pada terigu, dan bersifat mengembangkan adonan
(Anonim2, 2010).
Tepung gandum yang dibuat berwarna krem, karena adanya zat xantofil.
Warna tepung akan memutih selama penyimpanan, tetapi prose tersebut berjalan
lambat. Tepung yang dikurangi patinya atau ditambah gluten, sering digunakan
untuk pembuatan mie atau roti. Gluten seringkali ditambahkan saat adonan
dicampur. Fortifikasi tepung dengan menggunakan protein seperti protein kedelai,
konsentrat protein ikan sering kali ditambahkan. Protein-protein ini dari segi gizi
merupakan unsur yang dikehendaki dalam tepung serealia, bukan hanya karena
meningkatkan kandungan protein, tetapi juga karena protein meningkatkan kadar
asam amino terutama lisin dalam tepung (Buckle, 1985).
b. Tinjauan Teori
Penambahan garam dapur NaCl selain menambah cita rasa dapat pula untuk
mengawetkan mie kalau kadarnya tidak kurang dari 2 %. Garam dapur dapat
mengawetkan mie karena mempunyai tekanan osmotik yang tinggi serta bersifat
hidroskopik sehingga dapat memecah dinding sel dari mikroba tersebut. Air
merupakan komponen yang penting dalam pembentukan gluten, selain itu juga
berfungsi sebagai media dalam pencampuran garam dan pengikatan untuk
member rasa, memperkuat tekstur mie dan meningkatkan elastisitas serta
mengurangi kelengketan adonan. Penambahan telur pada umumnya dapat
meningkatkan mutu karena meningkatkan nilai gizi. Selain itu sifat mie dapat
lebih liat sehingga tidak mudah putus-putus. Natrium karbonat, kalium karbonat,
dan garam fisfat dipakai sebagai alkali dalam pembuatan gluten, meningkatkan
elastisitas dan ekstensibilitas serta menghaluskan tekstur. Penambahan natrium
karbonat dimaksudkan untuk dapat mengembangkan adonan karena oleh cair,
soda tersebut akan terurai dan melepaskan CO 2 sebagai gas yang mengembangkan
adonan mie (Anonim1, 2008)
Prinsip pembuatan mie basah pada dasarnya sama dengan pembuatan mie
pada umumnya. Hanya pada pembuatan mie basah perlu ditambah kansui (air
alkali) atau kie (air abu) dan beberapa zat aditif atau bahan tambahan makanan
lain. Maksud pemberian zat-zat tambahan tersebut untuk memperbaiki sifat-sifat
fisiko-kimia mie serta meningkatkan daya awet mie. Pada proses pembuatan mie
memerlukan berbagai bahan tambahan yang masing-masing bertujuan tertentu
antara lain menambah bobot, menambah volume, memperbaiki mutu ataupun
citarasa serta warna. Banyak pabrik yang menggunakan tepung tapioka atau aci
untuk memperoleh adonan dengan mutu tertentu. Semakin banyak tepung tapioka
digunakan semakin menurun mutunya (Widianingsih dan Murtini, 2006).
Roll press adalah mesin produksi yang terdiri dari 3 buah unit, yaitu unit
pressing (penggilingan),slitter dan unit wave conveyor. Unit pressing berfungsi
membentuk lembaran adonan mie sampai ketebalan tertentu. Unit slitter berfungsi
seperti pisau yang akan memotong lembaran mie secara membujur menjadi
untaian mie. Terakhir adalah unit wave conveyor yang akan membentuk untaian
mie menjadi bergelombang atau keriting. Untaian mie tersebut kemudian masuk
ke dalam steam box untuk proses lebih lanjut (Anonim3, 2009).
Pada waktu sebelum dikukus, ikatan bersifat lunak dan fleksibel, tetapi
setelah dikukus menjadi keras dan kuat. Pada proses selanjutnya, mie digoreng
dengan minyak pada suhu 140 150oC selama 60 sampai 120 detik. Tujuannya
agar terjadi dehidrasi lebih sempurna sehingga kadar airnya menjadi 3 5 %.
Suhu minyak yang tinggi menyebabkan air menguap dengan cepat dan
menghasilkan pori-pori halus pada permukaan mie, sehingga waktu rehidrasi
dipersingkat. Teknik tersebut biasa dipakai dalam pembuatan mie instan. Setelah
digoreng, mie ditiriskan dengan cepat hingga suhu 40oC dengan kipas angin yang
kuat pada ban berjalan. Proses tersebut bertujuan agar minyak memadat dan
menempel pada mie. Selain itu juga membuat tekstur mie menjadi keras.
A. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi definisi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
B. Acuan
SNI 01-0222-1995. Bahan Tambahan Makanan.
SNI 19-0428-1989. Petunjuk Pengambilan Contoh Padatan.
SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman.
SNI 01-2894-1992. Cara Uji Bahan Tambahan Makanan/Bahan
Pengawet.
SNI 01-2895-1992. Cara Uji Pewarna Tambahan Makanan.
C. Definisi
Mie basah adalah produk makanan yang dibuat dari tepung terigu dengan
atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang
D. Syarat Mutu
F. Cara Uji
1. Keadaan
3. Air
4. Abu
5. Protein
G. Syarat Penandaan
Sesuai dengan Dep. Kes. R.I. yang berlaku tentang label dan periklanan
makanan.
H. Syarat Pengemasan
Mie basah dikemas dalam wadah yang baik dan dapat melindungi isi dari
BAB III
METODE PRAKTIKUM
hingga habis.
3. Adonan yang membentuk seperti oatmeal dibagi menjadi dua dengan
Ratakan
Istirahatkan 15 menit
Buat lembaran
Tiriskan
a Sebelum Dimasak
b Sesudah Dimasak
Prinsip pembuatan mie basah, pada dasarnya sama saja dengan pembuatan
mie pada umumnya. Hanya pada pembuatan mie basah perlu ditambah kansui (air
alkali) dan beberapa zat adiktif/bahan tambahan makanan lain. Maksud pemberian
zat zat makanan tersebut untuk memperbaiki sifat sifat dan kimia mie serta
volume, memperbaiki mutu ataupun cita rasa serta warna. Penambahan natrium
karbonat dimaksudkan untuk dapat mengembangkan adonan karena oleh air, soda
tersebut akan terurai dan melepaska CO2 sebagai gas yang mengembangkan
adonan mie. Penambahan garam dapur NaCl, selain 2% garam dapur dapat
hidroskopik sehingga dapat memecahkan dinding sel dari mikroba sehingga dapat
adalah natrium benzoat 1% zat ini selain dapat merusak dinding sel mikroba dapat
pula mengubah suasana basa cairan sel menjadi asam sehingga mematikan
mikroba. Penambahan telur pada umumnya dapat meningkatkan nilai gizi. Selain
itu sifat mie dapat lebih kuat jadi tidak mudah terputus putus.
Bahan lainnya terdiri dari air dan garam garam seperti NaCl, Natrium Karbonat,
pembuatan gluten, selain itu juga berfungsi sebagai media dalam pencampuran
garam dan pengikatan karbonat sehingga membentu adonan yang baik. Garam
dapat berfungsi untuk member rasa, memperkuat tekstur mie dan meningkatkan
tripoliphospat digunakan sebagai bahan pengikat air, agar air dalam adonan tidak
perebusan yang lebih singkat dibandingkan dengan mie yang dibuat dengan
menggunakan tepung terigu protein tinggi. Mie yang dibuat dengan tepung terigu
Pada saat penggilingan mie ditaburi dengan tepung tapioca, hal ini
a. Warna
Mie basah sebelum dimasak (direbus) memiliki warna krim
Warna mie basah yang diolah tidak seperti mie yang dijual
b. Bentuk
Pada mie basah sebelum dimasak berbentuk tipis (halus),
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan secara organoleptik pada mie basah maka
didapat :
Warna : sebelum dimasak memiliki warna krim tua sedangkan