240210140079
Gambar
4 Bentuk Padat
Jenis lemak yang lainnya yang banyak digunakan pada industri roti dan kue
diantaranya adalah shortening, margarin, kursvet (pastry margarin), dan butter.
Mentega putih (Shortening) diperoleh dari hasil pencampuran dua macam lemak
atau lebih, atau dengan cara hidrogenasi. Umumnya digunakan untuk membuat
biskuit, pastry, dan merupakan bahan dasar pembuatan buttercream. Mentega
putih (shortening/compound fat=lemak padat), terbuat dari 100% lemak/minyak
sayuran (vegetable oil), seperti minyak kelapa sawit, atau minyak nabati lain.
Berfungsi sebagai pengempuk. Cara kerja shortening adalah dengan
memutuskan atau memperpendek ikatan gelatin yang terbentuk pada
pengukusan/pemanasan adonan air dan tepung. Warna dari shortening
adalah cenderung putih hingga kekuningan, hal tersebut tergantung pada lamanya
proses hidrogenasi. Makin lama proses penjenuhan asam lemaknya, warnanya
makin putih. Mentega putih (Shortening/Compound fat) adalah lemak padat yang
mempunyai sifat plastis dan kestabilan tertentu dan umumnya berwarna putih.
Pada umumnya sebagian besar mentega putih dibuat dari minyak nabati seperti
minyak biji kapas, minyak kacang kedelai, minyak kacang tanah dan lain-lain.
Mentega putih mengandung 80% lemak dan 17% air (Wahyuni & Made, 1998).
4.1.3 Pengamatan Jenis BTM
Selain bahan baku utama dalam pembuatan roti dan kue digunakan juga
bahan tambahan pangan untuk membuat rasa, warna, maupun tekstur menjadi
lebih baik. Bahan tambahan pangan yang diamati diantaranya adalah kismis,
wijen, ceri, pewarna, ragi, cokelat bubuk, baking powder / baking soda, gula
palem, gula batu, gula halus, gula pasir, dan garam. Hasil pengamatan praktikum
disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Hasil Pengamatan Jenis Bahan Tambahan Makanan
Kriteria Mutu Gambar
Jenis Bahan
Citaras
Tambahan Warna Bentuk Tekstur Aroma
a
Asam
Hitam
Oval Asam Manis
Kismis Kecokelata Kasar
Keriput Manis Menyenga
n
t
Cokelat Tepung Pahit
Cokelat Halus Cokelat
Bubuk (bubuk) Cokelat
Jenis Bahan Kriteria Mutu Gambar
Ratih Radithya Utami
240210140079
Citaras
Tambahan Warna Bentuk Tekstur Aroma
a
Cherry Merah Lingkaran Halus Manis Manisan
Oval
Putih Kacang Kacang
Wijen Berujung Halus
Kekuningan Wijen Gosong
Lancip
Broken Butiran
Ragi Kasar - Asam
White Tabung
Baking
Bubuk
Powder/Sod Putih Kasar - -
Kristal
a
Citaras
Tambahan Warna Bentuk Tekstur Aroma
a
Garam Putih Kristal Kasar Asin Garam
Halus
adalah 21-27oC. Faktor utama rusaknya ragi adalah penyimpanan karena terjadi
oksidasi lipid dalam ragi (Herudiyanto, 2008). Ragi kering ini berwarna coklat,
aroma tidak sekuat ragi basah, dan teksturnya berpasir. Tekstur berpasir karena
kandungan air di dalamnya sudah sedikit dan aromanya tidak terlalu menyengat
karena kandungan ragi aktifnya lebih sedikit dibandingkan ragi basah.
Ragi menggunakan enzim zimase untuk memecah gula menghasilkan CO 2
dan etil alkohol yang akan menambah sifat elastis dan daya mengembang adonan.
Ragi berperan menghasilkan enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi dalam
fermentasi. Enzim-enzim yang dihasilkan oleh yeast selama proses fermentasi
adalah invertase yang mengubah sukrosa menjadi invert (glukosa dan fruktosa),
maltase yang mengubah maltosa menjadi glukosa dan zimase yang merupakan
kompleks enzim yang dapat mengubah glukosa dan fruktosa menjadi CO2 dan
alkohol. Gas karbondioksida yang terbentuk kemudian ditahan oleh adonan
sehingga adonan menjadi mengembang. Selain sebagai bahan pengembang
adonan, ragi ini juga berfungsi sebagai pelunak gluten dengan asam yang
dihasilkan serta pemberi rasa dan aroma.
Cocoa Powder atau bubuk coklat terbuat dari bungkil/ampas biji coklat
yang telah dipisahkan lemak coklatnya.Bungkil ini dikeringkan dan digiling halus
sehingga terbentuk tepung coklat. Coklat bubuk ada 2 jenis, yang pertama melalui
proses natural dan yang kedua melalui proses dutch. Cocoa natural sedikit asam,
sedangkan cocoa dutch warnanya lebih gelap dan coklatnya lebih lembut. Cocoa
proses dutch lebih disukai untuk membuat coklat panas karena aromanya lebih
lembut. Kebanyakan coklat bubuk yang dijual dipasaran adalah jenis cocoa
natural. Coklat jenis ini berbentuk tepung, mengandung sedikit lemak, dan
rasanya pahit.Banyak sekali yang menggunakan coklat bubuk jenis ini sebagai
bahan campuran untuk membuat kue. Menurut hasil pengamatan coklat bubuk
memiliki warna coklat muda, beraroma coklat serta memiliki tekstur yang halus,
namun cokelat bubuk ini memiliki rasa yang pahit karena tidak di berikan
penambahan bahan tambahan apapun. Bubuk cokelat yang diamati pada saat
praktikum memiliki kenampakan warna cokelat dengan bentuk tepung atau bubuk
bertekstur halus dengan aroma khas cokelat dan memiliki citarasa pahit cokelat
Ratih Radithya Utami
240210140079
yang lain, karena adanya air dalam kristal. Ukuran kristal gula batu ini paling
besar dibandingkan dengan jenis gula lainnya karena partikelnya menyatu
membentuk suatu bongkahan yang memadat seperti batu, sehingga tekstur gula
batu ini keras. Gula ini sering digunakan dalam pembuatan rock candy, fondant
dan fudge. Gula batu biasanya digunakan untuk minuman. Takarannya 1 sdt gula
pasir = 2 sdt gula batu. Untuk memudahkan penggunaannya gula batu harus
dihancurkan lebih dahulu.
Icing sugar merupakan gula tepung atau gula halus yang terbuat dari gula
cube, gula batu atau gula pasir yang digiling dan diayak dengan ayakan halus.
Umumnya gula tepung dibuat dari gula pasir yang keras agar tidak mudah
menjadi basah. Gula tepung merupakan produk kering sehingga bersifat
higroskopis. Gula tepung ini biasanya digunakan sebagai taburan untuk donat, roti
maupun kue (atau sering disebut juga dengan proses icing), dan digunakan pula
sebagai bahan untuk membuat krim. Gula halus pada praktikum memiliki warna
putih dengan bentuk butiran halus, memiliki tekstur kasar aroma khas manis gula
dan memiliki rasa manis.
Gula pasir adalah gula yang dihasilkan dari pengolahan air tebu, memiliki
kristal yang besar, dan memerlukan waktu agak lama untuk larut dalam adonan
(Herudiyanto, 2008). Hasil pengamatan gula pasir memiliki warna bening
kekuningan dengan bentuk butiran kristal, memiliki tekstur kasar aroma manis
gula dan memiliki rasa manis.
Warna gula pasir ini putih kekuningan karena tidak dilakukan proses
bleaching ketika proses penggilingan. Kemudian dilakukan proses adsorbsi untuk
memutihkan kristal dengan cara melarutkannya dengan air panas lalu dialirkan ke
sistem koloid berupa mineral halus berpori. Kristal gula yang kecoklatan akan
diserap oleh mineral halus berpori sehingga dihasilkan gula yang berwarna lebih
putih tetapi masih sedikit kekuningan.
Aroma gula pasir cukup menyengat karena masih adanya senyawa volatil
di dalam gula tersebut dan tidak hilang pada proses penggilingan. Gula pasir ini
kelarutan dalam airnya cukup mudah walaupun tidak semudah gula halus karena
tidak adanya rongga-rongga yang terbentuk di dalam kristal gula pasir tersebut.
berat jenis gula pasir adalah 0,91881 g/ml.
Ratih Radithya Utami
240210140079
susu segar, susu cair kemasan, susu kaleng, susu bubuk full cream, dan susu skim.
Diantara berbagai jenis susu, maka susu bubuk full cream adalah yang paling
sering digunakan sebagai bahan baku roti. Banyak produsen roti lebih menyukai
susu bubuk full cream karena dianggap lebih praktis dalam penggunaannya dan
lebih mudah dalam penyimpanannya (Sumarwan, 2012). Sampel yang digunakan
pada praktikum kali ini adalah susu jenis susu bubuk. Hasil pengamatan
praktikum disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Pengamatan Jenis Susu
Jenis Susu
No Kriteria Mutu Gambar
Susu Bubuk
1 Warna Putih Kekuningan
2 Aroma Susu (Lemak)
3 Tekstur Kasar Berpasir
4 Citarasa Susu
Gambar
Ratih Radithya Utami
240210140079
yang digunakan adalah kuning telur dimana kuning telur ini mengandung lesitin
sebagai emulsifier dan akan memberikan fasilitas terjadinya koagulasi,
pembentukan gel, emulsi, dan pembentukan struktur (Winarno, 1995). Garam
dalam hal ini adalah membuat proses fermentasi ragi dapat dikontrol, jika tidak
ada garam, fermentasi berjalan lebih cepat dan gula habis dimakan ragi. Fungsi
lainnya adalah memperbaiki citarasa roti menjadi lebih gurih dan lebih awet. Gula
dalam adonan roti berfungsi sebagai makanan bagi ragi sehingga ragi bisa
berkembang lebih cepat dan proses fermentasi berjalan dengan baik, selain itu
juga memberikan rasa manis serta memperbaiki warna dan aroma karena proses
karamelisasi selama pemanggangan (Rochintaniawati, 2008).
Roti isi juga termasuk kedalam roti perbedaannya adalah pada bentuk. Dan
penggunakaan loyang. Pada roti isi adonan yang digunakan tidak dicetak dengan
menggunakan loyang tetapi dibentuk terlebih dahulu lalu di letakkan diatas
loyang. Hasil pengamatan praktikum didapat warna roti isi adalah krem dengan
sisi luar kecoklatan, memiliki aroma harum daging yang berasal dari isian roti,
memiliki tekstur agak lembut, memiliki bentuk bulat agak lonjong, tidak memiliki
remah, berpori, terdapat bahan pengisi yaitu daging tidak ada cacat dan rasa
daging.
Menurut Herudiyanto (2008), yeast dalam roti memiliki fungsi sebagai:
1. Pengembangan adonan.
Terjadi melalui proses fermentasi yang menghasilkan CO2. Gas ini
kemudian akan terperangkap dalam matriks gluten dan mendorongnya,
sehingga terjadi pengembangan adonan. Seringkali industri menggunakan dua
kali fermentasi, yakni sebelum dan sesudah pencetakan. Tujuannya adalah
untuk menghasilkan pengembangan yang lebih optimal.
2. Asidifikasi.
Selain gas CO2, fermentasi juga menghasilkan metabolit lainnya. Di
antaranya adalah asam-asam organik, sehingga akan menurunkan pH adonan.
Penurunan pH ini juga sangat penting dalam menentukan tingkat elastisitas
dan ekstensibilitas jaringan gluten yang terbentuk.
3. Produksi flavor.
Penurunan pH dan pembentukan metabolit dapat berperan sebagai
precursor flavor (rasa dan aroma) roti. Di antaranya dengan mendukung
Ratih Radithya Utami
240210140079
kehitaman, dan memiliki rasa khas dominan cokelat. Brownies merupakan jenis
kue yang berbahan dasar cokelat serta dapat dibuat dengan proses panggang dan
kukus. Berdasarkan hasil pengamatan, karakteristik brownies adalah berwarna
coklat kehitaman, beraroma cokelat dan moka, bertekstur lembut, berbentuk
balok, memiliki remah dan pori, terdapat bahan pengisi yaitu coklat, tidak terdapat
cacat dan memiliki rasa manis coklelat dan agak pahit. Rasa pahit karena bahan
dasar yang digunakan adalah dark chocolate.
Brownies terbagi menjadi dua macam, yaitu brownies kukus dan brownies
panggang. Struktur brownies pada dasarnya sama seperti cake yaitu ketika
dipotong terlihat keseragaman pori remah dan berwarna menarik. Jika dimakan,
brownies terasa lembut, lembab, dan menghasilkan flavor yang baik. Brownies
kukus dan panggang, secara umum tidak terlalu berbeda. Perbedaannya terletak
yaitu pada brownies kukus yang mempunyai kadar air lebih tinggi daripada
panggang sehingga mempunyai umur simpan yang jauh lebih rendah. Dari segi
rasa, brownies panggang terasa lebih gurih.
4.2.2 Pengamatan Biskuit, Cookies dan Pastry
Biskuit dan cookies merupakan produk pangan yang terbuat dari bahan
yang hampir sama dengan roti dan quick bread. Perbedaannya teletak dari
penggunaan lemak pada proses pembuatannya. Cookies dibuat dengan cara lemak
dicampurkan bersama dengan bahan yang lain sampai tercampur rata, sedangkan
untuk pembuatan biskuit, lemak tidak dicampurkan sampai merata melainkan
ditambahkan dan dicampurkan samapai membentuk adonan kasar. Lemak pada
pembuatan biskuit tidak dicampurkan merata agar karakteristik akhir biskuit
menjadi berlapislapis (Herudiyanto, 2008). Sampel yang digunakan pada
praktikum kali ini antara lain wafer, waffer stick, biskuit, cookies, crackers dan
pie. Hasil pengamatan yang didapat pada praktikum disajikan pada tabel berikut:
Agak
Agak
renyah, Melempem,
Tekstur Renyah Renyah Renyah renyah,
permukaan agak liat
ber-layer
tidak rata
Silinder
Bulat Bulat
Bentuk Balok panjang Persegi
pipih pipih
berongga
Remah -
Pori
Bahan
Vanilla Coklat - - - Bluberry
Pengisi
Cacat - - - - -
Manis Manis,
Citarasa Manis Manis Manis Manis
dan gurih sedikit asin
Gambar
remah dan pori, tidak terdapat bahan pengisi dan memiliki citarasa manis.
Kehalusan ketika dikunyah halus karena tepung terigu yang digunakan adalah
tepung terigu yang tidak ada serat gandumnya. Biskuit ini mudah lebur dalam
mulut karena kandungan lemaknya yang lebih tinggi.
Kue kering (cookies) adalah salah satu jenis makanan ringan/kecil yang
sangat digemari masyarakat salah satunya adalah dengan merek Good Time.
Pembuatan cookies ditambahkan cairan dan bahan pengembang. Menurut Smith
(1972), cookies merupakan kue kering yang renyah, tipis datar (gepeng), dan
biasanya berukuran kecil. Cookies adalah jenis biscuit yang dibuat dari adonan
lunak, berkadar lemak tinggi, dan bila dipatahkan penampang potongannya.
bertekstur kurang padat. Cookies yang dibuat biasanya hanya berbahan dasar
tepung terigu tanpa ada campuran tepung lain.
Cookies yang diamati terbuat dari adonan yang empuk kemudian di cetak
dan diberikan topping/tambahan coklat sehingga memiliki rasa coklat susu,
teksturnya renyah dan ketika dipatahkan penambahnya kurang padat. Cookies
yang diamati saat praktikum memiliki karakteristik yaitu berbentuk bulat. Warna
kuning kecoklatan berasal dari perubahan warna yang terjadi diakibatkan oleh
pemanggangan dan pewarna dan perisa coklat yang ditambahkan. Adonan yang
dipanggang menjadi kuning kecoklatan karena adanaya reaksi antara panas, telur,
minyak, dan susu. Citarasanya agak manis kemungkinan karena gula yang
ditambahkan tertutup rasanya oleh susu. Teksturnya yang rapuh/remah, renyah
dan berpori dikarenakan formulasinya yaitu dengan adonan batter type yaitu cara
pembuatannya hampir sama dengan cake hanya penggunaan telur, susu, dan
tepung dikurangi sehingga teksturnya renyah. Kehalusan ketika dikunyah berpasir
karena kemungkinan tepung terigu yang digunakan adalah tepung terigu yang
serat gandumnya masih banyak. Cookies ini mudah lebur dalam mulut karena
kandungan lemaknya yang lebih banyak. Cookies yang diamati tidak
menggunakan bahan pengisi.
Cookies membutuhkan waktu pemanggangan yang sebentar. Cookies
mengandung gula dalam konsentrasi rendah (kurang dari 35% berat tepung)
membutuhkan suhu pemanggangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
cookies dengan kandungan lemak rendah dan gula dalam konsentrasi yang tinggi.
Ratih Radithya Utami
240210140079
Bahan pengembang yang digunakan harus ditimbang dengan tepat karena apabila
terlalu banyak, cookies akan terlalu mengembang dan menyebar serta warna kerak
biskuit akan berwarna pucat dan bertekstur keras. Salah satu leavening agents
yang sering digunakan dalam pengolahan cookies adalah baking powder.
Kombinasi sodium bikarbonat dan asam dimaksudkan untuk memproduksi gas
karbondioksida baik sebelum dipanggang atau pada saat dipanaskan dioven.
Fungsi bahan pengembang adalah untuk mengaerasi adonan, sehingga menjadi
ringan dan berpori, menghasilkan cookies yang renyah dan halus teksturnya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa selain bahan baku utama di atas
digunakan pula emulsifier (biasanya lecithin) untuk menstabilasi emulsi yang
terjadi antara lemak dan air pada adonan. Pemakaian bahan pengembang juga bisa
tunggal ataupun berupa kombinasi dari berbagai macam pengembang (Faridah,
2008).
Crackers merupakan jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras melalui
proses fermentasi/pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah asin dan
relatif renyah, serta bila dipatahkan penampang potongannya berlapis-lapis.
Bahan dasar dalam pembuatan crackers adalah tepung terigu, lemak, garam, dan
agen fermentasi seperti ragi, gula dan ditambahkan air. Bahan-bahan tambahan
lain yang digunakan adalah bahan pengembang seperti bikarbonat, susu bubuk
atau skim yang dicampurkan hingga menjadi adonan sampai homogen setelah itu
dilakukan proses fermentasi selama kurang lebih satu jam (Smith, 1972).
Crackers ini memiliki karakteristik yaitu berwarna kuning keemasan, beraroma
abon karena merupakan topping crackers, bertekstur renyah, berbentuk persegi,
remah dan memiliki pori, tidak terdapat bahan pengisi dan memiliki rasa manis
dan gurih.
Pastry menurut Pengolahan kue dan roti dalam Sudewi dan Patriasih
(2005) ialah adonan yang berlapis-lapis dengan mentega atau lemak agar
memperoleh hasil berlapisan atau berlembaran. Sedangkan menurut Gisslen
(1994:151) adonan lembaran ialah adonan pastry yang digiling, dilipat dan
dilapisi dengan mentega atau lemak agar memperoleh hasil berlapis, mengeripik
karena sewaktu dalam pembakaran telah terjadi peragian dan pengembangan pada
adonan tersebut oleh adanya panas, uap air dan mentega yang menguap. Bahan-
Ratih Radithya Utami
240210140079
bahan yang digunakan dalam pembuatan produk pastry sama dengan bahan dalam
pembuatan roti, tetapi lemak yang digunakan ialah butter korsvet/lemak pelapis
(rollin fat) merupakan margarin khusus untuk menghasilkan adonan yang biasa
dilipat, seperti puff pastry dan danish pastry.
Pastry yang diamati saat praktikum adalah jenis pie dengan karakteristik
berwarna kuning keemasan, berbau agak tengik yang disebabkan karena pie telalu
lama kontak dengan udara sehingga teroksidasi, bertekstur agak renyah dan
memiliki layer, berbentuk persegi panjang, terdapat remah dan pori, terdapat
bahan isian yaitu bluberry tidak terdapat cacat dan memiliki rasa manis sedikit
asin.
4.2.2 Identifikasi Kemasan/packaging Produk
Labelling merupakan informasi nutrisi yang ditampilkan pada kemasan
makanan yang disesuaikan dengan undang-undang atau peraturan yang berlaku.
Teknik pencantuman informasi, isi informasi umum dan informasi nutrisi juga
mempunyai ketentuan sendiri ditinjau dari produk yang dikemas, kelompok umur
konsumen dan ukuran kemasannya (Herudiyanto, 2008).
Berdasarkan urutan dan jaraknya dengan produk, kemasan dapat
dibedakan atas kemasan primer, sekunder dan tersier. Kemasan primer adalah
kemasan yang langsung bersentuhan dengan makanan, sehingga bisa saja terjadi
migrasi komponen bahan kemasan ke makanan yang berpengaruh terhadap rasa,
bau dan warna. Kemasan sekunder adalah kemasan lapis kedua setelah kemasan
primer, dengan tujuan untuk lebih memberikan perlindungan kepada produk.
Kemasan tersier adalah kemasan lapis ketiga setelah kemasan sekunder, dengan
tujuan untuk memudahkan proses transportasi agar lebih praktis dan efisien
(Astawan, 2008).
Kemasan sekunder dalam produk pangan sangat penting karena dapat
sebagai informasi tentang produk tersebut. Informasi yang ada di label tersebut
diantaranya adalah jenis produknya, nama produk, tanggal kadaluarsa, komposisi,
dan lain-lain. Selain itu, kemasan sekunder juga dapat menarik konsumen untuk
membelinya. Kemasan yang digunakan disesuaikan dengan jenis produknya,
supaya dapat melindungi produk dari serangan luar dan mencegah kerusakan
produk serta mempertahankan umur simpan produk pangan.
Ratih Radithya Utami
240210140079
telah tercantum pada semua sampel kecuali sampel donat dan muffin. Label halal
telah tercantum pada semua sampel kecuali sampel donat dan muffin.
Label paling lengkap adalah sampel brownish dan wafer, sedangkan yang
paling tidak lengkap adalah sampel donat.
4.3 Pengenalan Kue Tradisional
Kue tradisional merupakan makanan yang berbasis sumber daya alam
lokal, sangat potensial dalam menunjang ketahanan pangan bagi masyarakat
masing-masing daerah. Umumnya kue tradisional dapat dikategorikan sebagai
makanan selingan atau kudapan (Herudiyanto, 2009).
Kue-kue tradisional yang biasanya menggunakan santan sebagai pengganti
margarine atau mentega sebagai sumber lemak (Widowati, 2003). Penggunaan
santan kelapa dalam pembuatan kue pukis yaitu sebagai pelarut tepung dan bahan-
bahan lain, peranan lemak santan merupakan zat gizi yang dapat meningkatkan
energi, meningkatkan selera dan membantu memperbaiki tekstur, membantu
pembentukan gluten pada tepung terigu dan mengendalikan suhu adonan (Buckle
et al, 1987).
Bahan-bahan dasar yang sering digunakan dalam pembuatan kue
tradisional ialah tepung (tepung beras, tepung ketan, tepung hunkwe, tepung
terigu, dan lain-lain), gula (gula merah, gula pasir, gula aren, dan lain-lain),
santan, dan pengharums erta pewarna alami. Teknik memasak dasar dalam
pembuatan kue tradisional diantaranya menguleni, menggoreng, mengukus,
merebus, dan memanggang (Herudiyanto, 2009). Sampel yang digunakan pada
praktikum antara lain onde-onde, klepon, wajik, bolu kukus dan moci. Hasil
pengamatan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 8. Hasil Pengamatan Kue Tradisional
No Kriteria Jenis Kue Tradisional
Mutu Onde-Onde Klepon Wajik Bolu Mochi
Kukus
1 Warna Kuning Hijau Cokelat Cokelat Hijau
Keemasan dengan
bubuk
putih
2 Aroma Wijen, Minyak, Asam Kelapa, Mocca Kacang dan
Kacang Hijau Gula Bakar, Tepung
Kemasan
3 Tekstur Elastis Kenyal Lengket, Lembut Lengket,
Ratih Radithya Utami
240210140079
Gambar
atau pewarna sintetis. Aroma kelepon asam hal ini dikarenakan kelapa yang telah
basi dan menurun kualitasnya sehingga menghasilkan aroma masam. Tekstur
kelepon agak kenyal karena pembuatannya dengan menggunakan tepung ketan.
Kelepon pada praktikum tidak memiliki kemasan.
Wajik merupakan makanan tradisional yang terbuat dari beras ketan
dengan rasa manis dan legit yang dibungkus dengan menggunakan kulit jagung.
Berdasarkan hasil pengamatan karakteristik wajik adalah berwarna coklat tua
dengan aroma kelapa dan gula yang berasal dari bahan baku wajik, memiliki
tekstur lengket berpasir yang disebabkan karena bahan wajik yaitu beras ketan
dengan citarasa manis dengan kemasan kulit jagung kering.
Bolu kukus merupakan salah satu kue tradisional yang berbahan dasar
tepung terigu dan telur serta bahan pengembang (baking soda/baking powder).
Proses penting pada pembuatan bolu kukus adalah pada saat proses pengocokan
yang tepat sehingga membuat bolu kukus mengembang. Karakteristik bolu kukus
yang diamati pada saat praktikum antara lain berwarna coklat dengan aroma
moka, bertekstur lembut, dengan citarasa manis dengan after taste pahit yang
disebebkan penggunaan BTM yaitu perasa moka yang sedikit berlebihan.
Kemasan bolu pada praktikum adalah menggunakan kertas roti.
Mochi adalah kue tradisional yang berbahan dasar tepung ketan yang
diberi isian berupa kacang tanah. Proses pembuatan mochi adalah dengan
membentuk adonan hingga kalis yang kemudian dikukus hingga matang dan
dibentuk serta diberi isian. Karakteristik mochi pada praktikum antara lain
berwarna hijau yang dikarenakan penambahan zat pewarna. Bertekstur lengket
dan chewy yang disebabkan karena penggunaan tepung ketan, memiliki citarasa
yang manis dan kemasan menggunakan kertas roti.
4.4 Pengenalan Alat Pada Pengolahan Roti dan Kue
Tabel 9. Hasil Pengamatan Alat Alat Pengolahan Roti dan Kue
No Nama Alat Gambar Fungsi dan Bahan
Ratih Radithya Utami
240210140079
yang biasanya ditimbang adalah tepung, coklat batangan, gula, bahan tambahan
pangan, dan lain-lain.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah:
1. Tepung A, B, C, D, E, dan F masing-masing adalah tepung segitiga biru,
tepung cakra kembar, tepung sagu, tepung kunci biru, tepung beras dan
tepung maizena.
2. Tepung yang berwarna paling putih adalah tepung sagu sedangkan yang
paling kuning adalah tepung terigu.
3. Tepung yang bertekstur paling halus adalah tepung maizena sedangkan
yang paling kasar adalah tepung terigu.
4. Mentega adalah produk makanan berbentuk padat lunak yang dibuat dari
lemak atau krim susu atau campurannya.
5. BTM ditambahkan untuk memperbaiki tekstur, menambah citarasa dan
mempercantik produk pangan.
6. Ada berbagai jenis gula yang dapat digunakan sebagai pemanis
diantaranya gula halus, gula batu, gula aren dan gula pasir.
7. Garam berwarna putih dan digunakan untuk seasoning atau penambah
citarasa, dan menghentikan proses fermentasi.
8. Produk baking dibagi menjadi Yeast Bread dan Quick Bread.
9. Yeast bread merupakan roti yang membutuhkan bantuan mikroorganisme
untuk mengembangkan adonannya.
10. Quick bread merupakan roti yang membutuhkan bahan pengembang
adonan (baking powder/baking soda) untuk mengembangkan adonan.
11. Karakteristik produk baking ditentukan dari bahan yang digunakan.
12. Kemasan yang paling lengkap adalah sampel brownish dan wafer
13. Kemasan yang paling tidak lengkap adalah sampel donat
14. Kue tradisional memiliki karakteristik sesuai dengan bahan yang
digunakan, isian dan cara pengolahannya.
15. Alat yang digunakan untuk pembuatan roti dan kue bermacam-macam.
Untuk cetakan dapat menentukan bentuk produk.
Ratih Radithya Utami
240210140079
16. Kemasan stainless steel paling banyak digunakan karena food grade, tahan
lama dan ringan.
DAFTAR PUSTAKA
A.J. Jaworski, Yates, I.E. F. Meredith, W. Smart dan C.W. Bacon. (1999).
Trichoderma viride suppresses fumonisin B1 production by Fusarium
moniliforme. Journal of Food Protection, 62 (11), 1326 1332.
Bucle, K.A., dkk. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press . Jakarta
Cauvain., Stanley, P., Linda SY. 2006. Baked Products: Science. Technology and
Practice. Blackwell Publishing Ltd, Garsington Road.
Gisslen, W. 2005. Professional Baking 4th edition. John Wiley and Sons, Inc.
USA
Herudiyanto, S. M. dan Saripah. 2009. Teknologi Pengolahan Roti dan Kue.
Penerbit Widya Padjadjaran. Jatinangor.
Smith, W.H. 1972. Biscuit, Crackers, and Cookies Technology Production and
Management. Penerbit Aplied Science Publisher LTD, London.
Sudewi, Yogha dan Patriasih, Rita. 2005. Modul Mata Kuliah Cake dan Roti.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Ratih Radithya Utami
240210140079
Sumarwan, Ujang. 2012. Dairy Product dan Kualitas Produk Bakery. Available
online at : http://www.bakerymagazine.com/2012/11/12/dairy-product
dan-kualitas-produk-bakery/ (Diakses tanggal 9 Oktober 2016).
Wahyuni, A.M. dan Made, A. 1998. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat
Guna. Penerbit CV Akademika Pressindo. Jakarta.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta