043944015
Teknologi pangan adalah ilmu yang mempelajari semua aspek dalam bidang
pangan baik dari sifat fisik, biologis, maupun kimiawi suatu produk pangan.
Dalam teknologi pangan dipelajari berbagai macam hal yang berkaitan
dengan teknik dan proses pengolahan pangan, dari mulai pengolahan bahan
pangan pasca panen hingga menjadi produk pangan setengah jadi ataupun
produk pangan akhir yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Di Indonesia,
bahan pangan hasil pertanian banyak mengalami kerusakan sebelum
dikonsumsi.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Roti
Roti merupakan salah satu produk pangan yang populer di masyarakat
karena roti dianggap praktis dan memiliki kandungan nutrisi yang cukup
lengkap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi konsumen. Berbagai olahan roti
dapat ditemukan dengan mudah di pasaran dengan variasi tampilan dan
bentuk yang bermacam-macam ditambah lagi dengan berbagai varian rasa
mulai dari manis hingga roti tawar.
Roti adalah makanan berbahan dasar utama tepung terigu dan air, yang
difermentasikan dengan ragi, tetapi ada juga yang tidak menggunakan ragi.
Namun kemajuan teknologi manusia membuat roti diolah dengan berbagai
bahan seperti garam, minyak, mentega, ataupun telur untuk menambahkan
kadar protein di dalamnya sehingga didapat tekstur dan rasa tertentu. Roti
termasuk makanan pokok di banyak negara Barat.Roti adalah makanan
olahan tertua di dunia. Bukti dari 30.000 tahun lalu di Eropa memperlihatkan
residu tepung di permukaan bebatuan yang digunakan untuk menumbuk
makanan yang mungkin pada waktu itu tepung sudah mulai diekstraksi dari
umbi-umbian. Tepung ini ditebarkan diatas batu yang datar, dibakar dengan
api, menjadi flatbread primitif. Sekitar tahun 10.000 SM, dengan munculnya
era neolitikum dan perkembangan pertanian, biji-bijian menjadi bahan utama
roti serta bibit ragi belum dikenal, sehingga adonan mengembang secara
alami, tanpa banyak campur tangan manusia. Pada tahun 1961 proses roti
Chorleywood dikembangkan, yang menggunakan mesin untuk mengurangi
masa fermentasi dan waktu pembuatan adonan. Proses ini, yang
memungkinkan penggunaan biji-bijian berprotein lebih rendah, kini banyak
digunakan di berbagai pabrik roti dunia. Sebagai hasilnya, roti bisa dibuat
lebih cepat dengan biaya lebih rendah bagi produsen maupun konsumen
10
2.2 Selai
Selai tidak dimakan begitu saja, melainkan untuk dioleskan di atas roti tawar
atau sebagai isi roti manis. Selai juga sering digunakan sebagai isi pada kue-
kue seperti kue Nastar atau pemanis pada minuman, seperti yogurt dan es
krim. Selai yang di dalamnya masih ditemukan potongan buah dalam
berbagai ukuran disebut preserve atau conserves, sedangkan selai yang
dibuat dari sari buah dan kulit buah disebut marmalade. Pektin yang
dikandung buah-buahan atau sari buah bereaksi dengan gula dan asam
membuat selai menjadi kental. Buah-buahan dengan kadar pektin atau
keasaman yang rendah perlu ditambahkan pektin atau asam agar selai bisa
menjadi kental. Buah-buahan yang dijadikan selai biasanya buah yang
sudah masak, tetapi tidak terlalu matang dan mempunyai rasa sedikit
masam. Di Indonesia, sebagian besar selai dibuat dari buah-buahan tropis
seperti: nanas, srikaya, jambu biji, pala, dan ceremai. Selai merupakan
produk awetan yang dibuat dengan memasak hancuran buah yang dicampur
gula atau campuran gula dengan dekstrosa atau glukosa, dengan atau tanpa
penambahan air dan memiliki tekstur yang lunak dan plastis. Selai adalah
makanan semi padat atau kental, yang terbuat dari bubur buah dan gula
pasir. Bubur buah adalah daging buah yang telah dihaluskan. Selai diperoleh
dengan jalan memanaskan campuran antara bubur buah dengan gula.
3. Alat
3.1 Roti
- Wadah pencampuran bahan
- Timbangan
- Loyang
- Oven
- Sendok pengaduk/spatel
- Kuas
- Roller
- Plastik lembaran
- Kemasan
10
3.2 Selai
- Pisau
- Talenan
- Wajan / penggorengan
- Sodet kayu
- Blender
- Parutan kecil
- Baskom
- Kompor
- Wadah / kemasan jem
4. Bahan
4.1 Roti
- Tepung terigu protein tinggi 480 gr
- Tepung terigu protein rendah 60 gr
- Gula pasir 60 gr
- Garam 4 gr
- Ragi instan 8 gr
- Butter 60gr
- Susu cair + 1 butir telur 360 gr
- Kuning telur secukupnya
- Mentega secukupnya
4.2 Selai
- Buah mangga 1000 gr
- Gula pasir 250 gr
- Kayu manis 1 gr
- Cengkeh 0.5 gr
- Garam 1.5 gr
10
5. Prosedur Kerja
Bulatkan adonan
Kempiskan adonan dan gulung adonan hingga memanjangTutup rapat, masukan ke inkubaotor
Setelah roti matang olesi permukaan roti dengan mentega Dinginkan pada suhu ruang
10
5.2 Proses Pengolahan Selai
10
6. Data Pengamatan
6.1. Roti
Kelompok Parameter
Rasa Warna Tekstur Aroma Rendemen
(Jumlah gula)
Putih Berongga,
1 (20g) Tawar Khas roti 93,5%
kekuningan lembut
Manis Kuning Lembut
2 (40 g) Khas roti 96,6%
khas keemasa berpori
Lembut,
Agak Putih
3 (60g) kurang Khas roti 93,6%
manis kekuningan
padat
Sedikit Sedikit Berongga,
4 (80g) Khas ragi 94,4%
manis kecoklatan lembut
Bagian luar
kuning
Tawar
keemas an,
5 (100g) , Empuk Khas ragi 89,5%
bagian
sedikit
dalam putih
manis kekuningan
6.2. Selai
Kelompok Parameter
Rendemen
(Jumlah gula) Rasa Warna Tekstur Aroma
Coklat, Khas
Manis Kental,
kuning selai dan
1 (300 g) dan berserat, 65,6%
keemas kayu
asam an menggumpal manis
Kuning Khas
2 (400 g) Asam Kental 67.0%
kecoklatan selai
Agak cair
Agak Kuning Khas
3 (500 g) (sedikit 66,5%
asam gelap mangga
berair)
Asam,
Kuning Manis
4 (600 g) sedikit Lembut 76,8%
manis kecoklatan mangga
Sedikit Kuning Kental
5 (700 g) manis 75,0%
asam kecoklatan berserat
7. Pembahasan
10
7.1 Roti
Pada praktikum ini, gula yang digunakan adalah gula pasir yang merupakan
sukrosa. Sukrosa merupakan gula non reduksi yang paling sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Sukrosa memiliki tingkat kemanisan yang tinggi
setelah fruktosa. Pengaruh penambahan sukrosa menyebabkan reaksi
karamelisasi yang terjadi karena adanya pemanasan di atas titik leleh yaitu
170°C yang menjadikan warna coklat. Selain itu, sukrosa juga memiliki sifat
higroskopis yang kuat sehingga semakin banyak penambahan sukrosa maka
kadar air akan semakin rendah. Karena sifat higroskopisnya, gula dapat
menjaga kelembapan dalam produk akhir dan merupakan bahan pelembut
terbaik sehingga roti yang dibuat dengan gula menjadi tidak cepat keras. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 1 dimana roti kelompok 5 (gula 100g) memiliki tekstur
roti yang paling empuk jika dibandingkan dengan keempat roti lainnya.
Pada tabel 1 juga dapat dilihat bahwa roti kelompok 1 dengan jumlah gula
paling sedikit yaitu 20 g memiliki warna putih kekuningan, sedangakan roti
kelompok 4 dengan jumlah gula paling banyak yaitu 100 g memiliki warna
kuning keemas an pada bagian luarnya. Dengan hal ini dapat dikatakan bahwa
semakin banyak jumlah gula yang ditambahkan, maka warna roti yang
dihasilkan semakin kecoklatan karena adanya reaksi maillard dan karamelisasi.
Selain warna, Jumlah gula juga berpengaruh pada rasa, dimana semakin
banyak jumlah gula yang digunakan tentu semakin memberikan rasa manis
pada roti.
7.2 Selai
Selai merupakan produk olahan buah segar yang dibuat dengan tujuan
pengawetan dan penambahan nilai ekonomis. Dalam pembuatan selai ad
10
10
10