240210120036
Praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk menguji daya serap tepung
terigu, ada tidaknya gluten dan aktivitas ragi/khamir pada beberapa jenis tepung
terigu yang beredar di pasaran, pengujian sirup gula yang terbuat dari gula pasir
serta pengujian tingkat kelelehan coklat. Tepung terigu dengan perbedaan protein
di dalamnya dapat mempengaruhi daya serap air pada saat membuat adonan, di
mana daya serap air menunjukkan jumlah air yang dapat diserap oleh bahan yang
mencerminkan tingkat kelunakan bahan. Parameter daya serap air juga dapat
digunakan untuk menentukan jumlah air yang perlu ditambahkan pada saat
penggolahan untuk mendapatkan mutu organoleptik ( kenampakan dan tekstur)
yang optimal. Pengujian daya serap ini penting dilakukan untuk mengetahui
dalam penyusunan formulasi agar didapatkan suatu produk yang baik. Oleh
karena itu pada praktikum kali ini dilakukan pengujian daya serap dari berbagai
tepung terigu yang digunakan.
Gambar - -
serap air yang terbaik (cukup banyak jumlah air yang digunakan dalam uji daya
serap air dibandingkan Terigu Kunci Biru). Selain itu, tepung gandum memiliki
warna coklat. Hal ini dikarenakan terdapat pada proses pembuatan tepung gandum
tiak terjadi proses bleaching , sehingga warna dari gandum masih terbawa pada
tepungnya. Selain itu, tepung ketan dan tepung beras sama- sama berwarna putih.
Setelah dilakukan pengamatan terhadap daya serap air dilakukan pula
pengamatan terhadap gluten. Di dalam tepung terigu terdapat Gluten, yang secara
khas membedakan tepung terigu dengan tepung tepung lainnya. Gluten adalah
suatu senyawa pada tepung terigu yang bersifat kenyal dan elastis, yang
diperlukan dalam pembuatan roti agar dapat mengembang dengan baik, yang
dapat menentukan kekenyalan mie. Kandungan gluten menentukan kadar protein
tepung terigu, semakin tinggi kadar gluten, semakin tinggi kadar protein tepung
terigu tersebut. Kadar gluten pada tepung terigu, yang menentukan kualitas
pembuatan suatu makanan, sangat tergantung dari jenis gandumnya. Berdasarkan
hasil pengamatan terhadap gluten tepung terigu, kadar gluten dari yang tertinggi
hingga terendah yaitu : Cakra Kembar, Segitiga Biru dan Kunci Biru, hal ini
dapat dilihat dari nilai massa tepung setelah proses pencucian, di mana pada cakra
kembar memiliki nilai yang lebih besar yang artinya setelah proses pencucian,
masih terdapat gluten dalam adonan tepung tersebut, sedangkan pada tepung
ketan, tepung beras dan tepung gandum tidak ditemukan adanya gluten setelah
pencucian (W2=0). Hasil pengamatan sesuai teori bahwa menurut Wahyu (2003)
dalam penggilingan tepung gandum dan pembuatan produk bakeri dikenal istilah
tepung lemah dan tepung kuat :
Tepung kuat (Hard Wheat ) adalah tepung terigu yang mampu menyerap
air dalam jumlah banyak untuk mencapai konsistensi adonan yang tepat
untuk pembuatan produk bakeri, dan adonan tersebut memiliki
ekstensibilitas dan sifatelastis yang baik, akan dapat menghasilkan roti
dengan remah yang halus, teksturyang lembut, dan volume pengembangan
yang besar dan mengandung 11 – 13 %protein. Tepung ini cocok untuk
pembuatan roti dan produk bakeri yang dikembangkan dengan ragi.
Tepung lemah ( Soft Wheat) adalah tepung terigu yang sedikit saja dapat
menyerap air dan hanya mengandung 8 – 9 % protein kemudian adonan
Raisha Audina Prameswari Zakaria
240210120036
2,5 cm .Pada 10 menit berikutnya, terjadi kenaikan kembali menjadi 3,7 cm dan
ketinggian akhir sebesar 5,7 cm, itu berarti total pengembangan ketinggian
sebesar 5,7- 2,5 = 3,2 cm Jika dibandingkan dengan tepung Cakra Kembar,
tepung terigu kunci biru pada 10 menit pertama didapatkan kenaikan ketinggian
sebesar 3 cm menjadi 3,5 cm dengan ketinggian akhir 5,2 cm yang berarti total
penambahan ketinggian sebesar 5,2- 3 = 2,2 cm, dan tepung Kunci Biru terdapat
kenaikan 2,5 cm menjadi 4,5 cm pada volume akhir yang berarti total
penambahan volume sebesar 4,5-2,5= 2 cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tepung terigu Cakra Kembar yang diberikan ragi baik pengembangannya untuk
pembuatan roti dan kue, karena terigu Cakra Kembar memiliki kandungan protein
paling tinggi yaitu 14% dibandingkan dengan Segitiga Biru yang memiliki
kandungan protein 12% dan Kunci Biru yang hanya 11%. Berikut ini grafik
pengembangan adonan akibat aktivitas ragi:
5
Pertambahan Volume
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
Keadaan ini memungkinkan produk roti mempunyai struktur berongga yang halus
dan seragam serta tekstur yang lembut dan elastis.Oleh karena itu sifat tersebut
sangat penting dalam pembuatan roti. Selain itu, aroma pada ragi pun berubah
menjadi asam. Hal ini dikarenakan adanya metabolit yang dihasilkan selama
proses fermentasi, seperti asam- asam organik.
Menghasilkan flavour (aroma dan ras) pada adonan. Hal ini disebabkan
karena selama fermentasi, ragi juga menghasilkan sejenis etanol yang
dapat memberikan aroma khusus
Karamel
Gula Karamel
Rasa Gula Karamel sedikit
karamel ++
gosong
( Sumber: Dokumentasi pribadi, 2015)
Proses pembuatan kembang gula diawali dengan proses pemanasan
gulanya hingga terbentuknya sirup gula. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan
gula mencapai titik lebur dari kristal gulanya. Dari hasil pengamatan diketahui
bahwa variasi suhu pemanasan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan aroma
serta rasa dari sirup gula, dan tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap
karakteristik kembang gula yang dihasilkan nantinya. Tekstur gula akan
mengkristal pada suhu 115OC dan 122OC. Namun akan melebur pada suhu 138OC.
Leburnya gula ini menunjukkan bahwa pelarutan gula dalam media pelarut pada
suhu tinggi akan semakin cepat. Terbentuk tekstur yang keras bahkan rapuh pada
akhir pengamatan ketika suhu 138oC dan 154oC menunjukkan bahwa kandungan
air yang terkandung pada kristal gula sudah semakin berkurang karena proses
penguapan selama pemasakan. Bahkan warna dan aroma dari gula akan semakin
mencapai warna yang kurang baik (kecoklatan bahkan hitam pada beberapa
bagian) dan aroma yang terkesan gosong menandakan bahwa kandungan karbon
pada kembang gula sudah semakin tinggi karena struktur kimia gula akan semakin
berkurang yang berikatan dengan air.
Berdasarkan hasil pengamatan, semakin besar suhu pemansan maka warna
dari gula tersebut semakin coklat. Hal ini dikarenakan gula tersebut mengalami
proses karamelisasi. Karamelisasi merupakan proses pencoklatan non enzimatis
yang disebabkan dalam pemanasan gula yang melampaui titik leburnya. Hal
tersebut karena adanya reaksi antara karbohidrat khususnya gula perduksi dengan
gugus amina primer.sehingga hasil reaksi tersebut menghasilkan bahan berwarna
coklat. Pada pengamatan aroma dan rasa semakin tinggi suhu pemanasan maka
khas karamel yang terbentuk semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena proses
karamelisasi tersebut yang dapat menghasilkan cita rasa. Pada pengamatan
tekstur, semakin tinggi suhu pemanasan maka teksturnya semakin keras. Hal ini
dikarenakan kadar air pada gula tersebut yang semakin hilang akibat pemanasan
yang tinggi sehingga mengakibatkan teksturnya menjadi keras. Pada pengamatan
bentuk gumpalan, semakin tinggi suhu pemanasan maka bentuk dari gumpalan
Raisha Audina Prameswari Zakaria
240210120036
tersebut akan semakin mengkilat dan membulat. Hal ini biasa diterapkan pada
industri pembuatan kembang gula. Contohnya adalah pada pembuatan hard candy,
dalam pembuatan hard candy tersebut dibutuhkan suhu yang tinggi untuk
menghasilkan karakteristik tekstur yang keras dan mengkilap.
Adapun proses pencelupan sirup gula ke dalam air dingin setelah terbentuk
sirup gula dan terbentuk sirup gula yang mengeras menandakan bahwa kondisi air
yang berkurang pada gula pada proses pemasakan akan sulit beraksi kembali
dengan kembang gula dan diperlukan proses pemanasan kembali bila ingin
dibentuk menjadi sirup gula kembali. Gumpalan yang rapuh menjadi tanda sangat
minimnya air pada kembang gula, sehingga ikatan antara senyawa gula akan
semakin kurang daya ikatnya. Jika dilihat dari hasil pengamatan maka dapat
disimpulkan karakteristik terbaik sirup gula yang didinginkan setelah mencapai
suhu 105 oC karena didapatkan karakteristik warna yang baik yaitu coklat
keemasan da teksturnya yang lengket dan kenyal, ika terlalu lama proses
pemanasan dengan suhu yang tinggi akan didapatkan hasil warna dan aroma yang
gosong serta rasa yang pahit.
Berdasarkan hasil pengamatan, urutan kemudahan gula larut dalam air dari
yang paling mudah larut hingga yang sukar larut yaitu : gula halus, gula pasir,
gula batu dan gula kubus. Kemudahan larut dalam air dipengaruhi oleh ukuran
dari partikel gula, zat terlarut (gula) dengan ukuran kecil (serbuk) lebih mudah
larut dibandingkan dengan zat terlarut yang berukuran besar. Pada zat terlarut
berbentuk serbuk, permukaan sentuh antara zat terlarut dengan pelarut semakin
banyak. Akibatnya, zat terlarut berbentuk serbuk (gula halus) lebih cepat larut
daripada zat telarut berukuran besar (gula batu). Selain itu, besarnya volume
pelarut (air) akan memudahkan melarutkan zat terlarut (gula), faktor
pengadukanpun akan mempengaruhi proses kecepatan kelarutan, pengadukan
menyebabkan partikel-partikel antara zat terlarut dengan pelarut akan semakin
sering untuk bertabrakan. Hal ini menyebabkan proses pelarutan menjadi semakin
cepat.
Faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi kelarutan zat padat
adalah temperatur, sifat dari pelarut , dan juga kehadiran ion-ion lainnya dalam
larutan tersebut. Pengaruh kenaikan suhu pada kelarutan zat berbeda satu sama
lain. Kebanyakkan garam-garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada
dalam larutan-larutan organik
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan, di antaranya:
1. Tepung cakra kembar merupakan tepung yang memiliki daya serap air yang
tinggi, yatu sebesar 56,68%. Kemudian ada segitiga biru dengan kemampuan
daya serap airnya sebesar 60,60% dan tepung kunci biru yaitu sebesar 44,17%.
2. Tepung terigu dengan kadar protein yang tinggi memiliki warna yang lebih
putih dibandingkan tepung dengan kadar berprotein sedang atau rendah.
3. Aroma pada tepung dengan kadar protein rendah memiliki aroma khas tepung
yang menyengat dibandingkan dengan tepung yang memiliki kadar protein
yang sedang atau tinggi.
4. Volume pengembangan dari tepung Cakra Kembar lebih cepat dan maksimal
dibandingkan dengan tepung lainnya karena memiliki kandungan protein yang
paling tinggi.
5. Tekstur adonan setalah terjadi proses fermentasi berubah menajdi kenyal dan
berongga. Hal ini diakibatkan karena adanya aktivitas ragi yang menghasilkan
gas karbondioksida dan masuk ke dalam adonan.
6. Tekstur gula akan mengkristal pada suhu 115OC dan 122OC. Namun akan
melebur pada suhu 138OC. Leburnya gula ini menunjukkan bahwa pelarutan
gula dalam media pelarut pada suhu tinggi akan semakin cepat.
7. Urutan kemudahan gula larut dalam air dari yang paling mudah larut hingga
yang sukar larut yaitu : gula halus, gula pasir, gula batu dan gula kubus.
8. Timbulnya perbedaan lama waktu pelelehan coklat dapat disebabkan
perbedaan suhu, luas permukaan wadah yang digunakan untuk pelelehan, dan
bahan-bahan tambahan yang digunakan pada cokelat contohnya kandungan
susu pada milk chocolate tentu akan mempengaruhi titik leleh dari coklat
tersebut.
Raisha Audina Prameswari Zakaria
240210120036
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A. 2007. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. UI-
Press : Jakarta.
Herudiyanto, Marleen S dan Saripah Hudaya. 2009. Pengolahan Roti dan Kue.
Widya Padjadjaran : Bandung.
Tjahjadi Camencita, Rahimah Souvia, dan Marta Herlina. 2008. Bahan Ajar
Teknologi Pengolahan Cokelat dan Kembang Gula. Universitas
Padjadjaran.
Moehyl, S., 1992. Penyelenggara Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bathara,
Jakarta.
Parker, R., 2003. Introduction to Food Science. Delmar Thompson Learning,
United States.
LATIHAN SOAL