Anda di halaman 1dari 32

Disusun Oleh:

TIM

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN MENENGAH
2012
PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN ALAT/BAHAN
DI LABORATORIUM KIMIA

A. PEMELIHARAAN

Pemeliharaan alat dan bahan/zat kimia yang sudah ada di dalam suatu
laboratorium umumnya berdasarkan pada pertimbangan karakteristik alat dan
bahan serta proses dan resiko yang ditimbulkannya, agar alat dan bahan tetap
baik dapat digunakan, setidaknya tidak terlalu menurun kadar kekuatan daya
gunanya. Penyimpanan yang baik adalah bagian dari kegiatan perawatan itu,
namun karena menyangkut aspek jenis alat dan bahan serta sifat dari alat dan
bahan itu, maka kegiatan penyimpanan harus mendapat pertimbangan khusus.

Untuk dapat memelihara alat-alat kimia dengan baik, maka perlu diketahui
golongan alat-alat dan bahan dasar dari alat tersebut: Biasanya alat-alat kimia
dikelompokkan dalam 8 golongan yang akan dipaparkan di bawah ini.

Golongan I : Alat-alat yang terbuat dari gelas, contoh: tabung reaksi,


batang pengaduk, gelas kimia, termometer, erlenmeyer,
gelas ukur, pipa kaca, pipa bengkok, dsb.

Golongan II : Alat-alat yang terbuat dari besi, contoh: pembakar, tang


cawan, kawat kasa, ring besi, klem pemegang, klem buret,
penjepit tabung, sikat tabung, pemadam kebakaran, dsb

Golongan III : Alat-alat yang terbuat dari kayu, contoh: rak tabung, rak
pipet volumetri, rak buret, dudukan generator gas, dsb.

Golongan IV : Alat-alat yang terbuat dari bahan porselen, contoh: cawan


penguap, lumpang dan alu, bak pembakaran porselen,
segitiga, tungku listrik, pelat tetes, dsb.

1
Golongan V : Alat-alat yang terbuat dari plastik, contoh: pompa suntik
(siringe), gelas kimia plastik, gelas ukur plastik, botol
semprot, selang plastik, dsb.

Golongan VI : Alat-alat yang terbuat dari karet, contoh: selang karet,


sumbat botol, pipet tetes obat, saring tangan dan lain-lain.

Golongan VII: Alat-alat listrik, contoh: transformator, adaptor, power


supply, amperemeter, ohmmeter, voltmeter, multimeter,
neraca listrik, pemanas listrik, penangas listrik, pengaduk
listrik, stabilisator tegangan, kipas listrik, bel listrik, dsb.

Golongan VIII: Alat-alat optik, Contoh: mikroskop, refraktometer, kalori


meter, teropong, berbagai lensa/ cermin, filter cahaya,
kamera spektrometer, sb.d

Berdasarkan golongan alat-alat tersebut, maka cara perawatan adalah


dengan mempertimbangkan kemungkinan mudah rusak bahan dasarnya di
samping kemungkinan rusak konstruksi atau rangkaiannya.

B. SUMBER KERUSAKAN ALAT

Tidak dapat dielakkan bahwa semua alat-alat, lambat atau cepat akan
mengalami kerusakan atau aus. Antisipasi dapat ditelusuri dari sumber-sumber
yang menjadi penyebab alat-alat rusak.

1. Kerusakan yang disebabkan oleh udara

Udara mangandung oksigen dan uap air. Kondisi udara yang demikian ini
cukup membuat barang-barang besi menjadi berkarat. Barang-barang yang
terbuat dari logam lain, seperti seng, tembaga, kuningan dan lain-lain
menjadi kusam. Maka dianjurkan menghindarkan barang-barang tersebut
tersentuh dengan udara. Ada beberapa usaha ke arah itu, ialah dengan
jalan mengecat barang-barang tersebut, memoles dengan vaselin gemuk/

2
lemak atau divernis. Sedangkan yang paling baik terlihat indah ialah
dengan jalan melapisi logam dengan logam tahan pengaruh udara,
misalnya dengan krom atau nikel. Kelembaban udara menyebabkan juga
terjadinya jamur pada lensa-lensa. Seperti kita ketahui, lensa-lensa yang
berkualitas tinggi, sebenarnya disusun atas beberapa lensa tunggal
disatukan dengan jenis perekat misalnya balsam kanada. Dengan
kelembaban udara, maka jamur tumbuh pada balsam kanada ini.

Bahan-bahan/ zat-zat kimia yang sifatnya higroskopis harus disimpan di


dalam botol yang dapat ditutup rapat. Bahan-bahan kimia padat semacam
ini bila menyimpannya tidak benar, ia akan berair dapat berubah menjadi
larutan. Bahan kimia yang mudah dioksidasi, misalnya bahan kimia besi (II)
Sulfat, kristal berwarna hijau muda, akan segera berubah menjadi besi (III)
sulfat, kristal yang berwarna coklat muda. Hal itu segera terjadi bila botol
tempatnya tidak ditutup atau tidak rapat menutupnya.

2. Kerusakan yang disebabkan oleh Air, Asam, Basa, dan Cairan lainnya

Air: Usahakan semua benda/ alat maupun bahan dalam keadaan kering.
Tempat alat maupun bahan dalam tempat yang kering. Tak dapat disangkal
bahwa alat-alat maupun bahan, lekas rusak bila dibiarkan dalam keadaan
basah.

Asam: Cairan yang bersifat asam mempunyai daya merusak lebih hebat
dari air. Hindarkan alat-alat maupun bahan-bahan kimia dari sentuhan
cairan asam ini. Asam yang sifatnya gas misalnya asam klorida, lebih
ganas lagi. Sebab, bersama udara akan mudah berpindah dari tempat
asalnya. Cara yang paling baik untuk mencegah kerusakan alat-alat dan
bahan-bahan kimia yang disebabkan oleh asam, ialah mengisolir asam itu
sendiri. Misalnya menempatkan botol asam yang tertutup rapat dan
ditempatkan dalam almari khusus untuk itu, atau di almari asam yang selalu
terdapat di setiap laboratorium kimia.

3
Basa: Pengaruh basa sama saja dengan pengaruh asam terhadap alat-alat
dan bahan-bahan kimia. Maka pencegahannya tidak berbeda. Demikian
pula kalau kita berbicara tentang cairan di luar asam-asam maupun air
sebagai penyebab kerusakan. Biasanya cairan berupa larutan senyawa/
bahan kimia, misalnya contoh yang paling populer ialah air laut/ air garam.
Siapa yang akan menyangkal bahwa air garam ini tidak merusak alat-alat.
Cara mencegahnya ialah hindarkan alat-alat dan bahan-bahan kimia dari
sentuhan cairan tersebut.

3. Kerusakan yang disebabkan oleh Panas atau suhu

Panas yang tinggi menyebabkan alat-alat memuai, tetapi kadang-kadang


pemuaian tidak teratur sehingga bentuk alat-alat akan berubah sehingga
fungsi alat-alat itu akan berubah. Panas yang cukup tinggi dapat memacu
terjadi oksidasi, merusak cat, merusak alat-alat elektronika sehingga
kemempuannya berubah. Keadaan suhu yang terlalu rendah juga
mempunyai akibat yang serupa. Untungnya penyebab kerusakan yang
berbentuk panas yang tinggi dan yang terlalu rendah (dingin) jarang terjadi
di laboratorium kita, daerah tropik ini.

4. Kerusakan yang disebabkan oleh Mekanis

Benturan, tarikan maupun tekanan yang besar, ketiganya merupakan


kejadian yang harus dihindari. Terutama pada alat-alat yang terbuat dari
bahan-bahan yang mudah pecah (gelas), mudah lentur (berubah bentuk)
seperti alat-alat yang terbuat dari bahan plastik, maupun alat-alat yang
bahannya bersifat sangat rapuh. Tali-tali misalnya, karena lenturnya tak
tahan akan tarikan yang kuat.

5. Kerusakan yang disebabkan oleh Sinar

Sinar terutama sinar ultra violet (uv) sangat mempengaruhi bahan-bahan/


zat-zat kimia. Sebagai contoh dapat diketengahkan disini misalnya larutan
kaliumpermanganat dengan pertolongan sinar uv akan bereduksi, sehingga
akan merubah sifat larutan itu. Sebab itu dianjurkan untuk menyimpan

4
larutan ini dalam botol yang berwarna coklat. Kristal peraknitrat akan rusak
karena terkena sinar uv ini. Maka seperti halnya larutan tersebut,
peraknitrat juga harus disimpan/ dihindarkan dari pengaruh sinar uv. Masih
banyak lagi bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat demikian ini. Di
samping itu, secara umum semua alat-alat maupun bahan-bahan kimia
sebaiknya dihindarkan menerima sinar matahari secara langsung.
Sehingga diamjurkan memasang tirai-tirai pada jendela laboratorium.

6. Kerusakan yang disebabkan oleh Api

Api merupakan penyebab kerusakan alat-alat maupun bahan-bahan kimia,


tetapi sering juga memusnahkan rumah tangga biasa. Api/ kebakaran dapat
terjadi bila tiga komponen tertentu dapat berbeda bersama-sama pada
suatu saat (dikenal dengan segitiga api).

Gambar 1. Segitiga api

Ketiga komponen itu ialah:

a. Adanya bahan bakar (bahan yang dapat dibakar).

b. Adanya panas yang cukup tinggi, yang dapat mengubah bahan bakar

menjadi uap yang dapat terbakar (mencapai titik bakarnya).

c. Adanya oksigen (di udara, di sekitar kita).

Maka pada saat yang demikian itulah, oksigen yang mudah bereaksi
dengan bahan bakar yang berupa uap yang sudah mencapai titik bakarnya,

5
menghasilkan api. Api inilah selanjutnya melanjutkan tugasnya. Dari sifat yang
demikian itulah, ditarik manfaatnya bahwa untuk menghindarkan terjadinya
kebakaran haruslah salah satu komponen segitiga api harus ditiadakan. Maka
cara yang termudah haruslah disimpan di tempat yang dingin, sehingga tidak
mudah naik suhunya dan tidak mudah berubah menjadi uap uang mencapai
titik bakarnya.

7. Penyebab kerusakan: Sifat bahan kimia itu sendiri

Bahan-bahan kimia mempunyai sifat-sifat khasnya masing-masing.


Misalnya asam sangat mudah bereaksi dengan basa. Reaksi-reaksi kimia dapat
berjalan dari sangat lambat hingga ke yang spontan. Macam reaksi yang
terakhir ini biasanya menimbulkan panas yang tinggi dan api. Ledakan dapat
terjadi bila reaksi terjadi pada ruang yang tertutup. Kami sertakan di sini
beberapa macam reaksi yang spontan dan menimbulkan api, misalnya: asam
sulfat pekat yang di teteskan kepada campuran kaliumklorat padat dan gula
pasir. Seketika akan terjadi api. Demikian juga bila kristal kalium permanganat
ditetesi dengan gliserin.

C. CARA MERAWAT ALAT

1. Alat Gelas

Perawatan alat gelas bertalian erat dengan pengunaan dan


penyimpanannya. Cara penyimpanan alat gelas dibahas di belakang. Di sini
dibicarakan tentang penggunannya saja.

Alat gelas mengandung resiko kemungkinan pecah, baik karena


pemanasan, jatuh, atau terbentur dan lain sebagainya. Di dalam memanaskan,
perhatikan jenis gelasnya. Untuk pemanasan yang kuat gunakan alat gelas dari
bahan gelas pyrex. Alat-alat gelas yang tebal, seperti gelas ukur sekali-kali
jangan dipanaskan.

6
Dalam menggunakan botol untuk menyimpan zat kimia atau larutan zat
kimia harus diperhatikan bahwa tutup botol tidak boleh dari bahan logam.
Gunakan tutup botol dari bahan plastik/ karet atau gabus, atau dari kaca. Ingat
larutan NaOH tidak boleh menggunakan tutup dari kaca, sebab tutup gelas
dapat sukar dibuka.

Hendaknya guru mengingatkan para siswa agar berhati-hati delam


memegang, memindahkan serta menempatkan alat-alat gelas. Apabila alat-alat
tersebut jatuh, terbentur, meluncur dari tempatnya atau terguling, di samping
mudah pecah, dapat melukai siswa sendiri.

2. Alat dari Bahan Logam

Resiko dari alat bahan logam adalah perkaratan. Perkaratan disebabkan


oksigen di udara dan air/ kelembaban.

Perawatan alat dari bahan logam dilakukan dengan mencat seluruh


permukaan logam. Untuk alat yang tidak boleh dicat sebagian, maka bagian
yang tidak dicat bisa diberi lapisan vaselin atau minyak pelincir/ minyak kelapa.
Untuk alat sebagiannya tidak dicat atau pun tidak diberi minyak, harus selalu
dijaga dalam keadaan kering, sesudah dipakai segera dikeringkan dan
disimpan ditempat kering (tempat yang pakai lampu atau pakai zat penyerap
uap air).

Alat dari bahan logam jangan disimpan bersama zat kimia dan jangan
tempatkan di ruang asam.

Alat-alat bedah biologi kebanyakan terbuat dari bahan stainles steel (logam
tahan karat). Walaupun dibuat dari bahan tahan karat tidak berarti alat-alat
tersebut tahan karat 100%, sehingga tidak perlu dirawat. Kalau alat ini tidak
dirawat dengan baik, dibiarkan kotor sesudah dipakai, maka lama kelamaan
alat-alat stainles steel ini akan berkarat.

7
2. Alat dari Bahan Kayu

Kerusakan pada alat yang terbuat dari bahan kayu adalah rapuh, berjamur,
dan terbakar. Rapuh bila lembab atau basah, bila kena asam, basa, larutan
garam atau bahan organik. Tak kurang juga alat kayu itu rusak karena makhluk
biologi seperti rayap, serangan dan serangga pemakan kayu lainnya.
Perawatan untuk menjaga jangan terjadi kerusakan demikian ialah dengan
jalan pelapisan misalnya dengan pernis, dengan cat atau bahan lain. Cat yang
biasa digunakan adalah cat kayu yang berwarna hitam dan putih.
Penyemprotan dengan bahan insektisida mungkin memperkecil kemungkinan
berkembangbiaknya serangga pemakan kayu.

3. Alat dari Bahan Porselen

Pecahnya bahan porselen adalah karena jatuh, perubahan suhu yang tiba-
tiba, terbentur bahan sesamanya atau karena besi, sedangkan kerusakan
akibat penyimpanan hampir tidak ada. Melihat dari bahan dasarnya porselen
yang pengolahannya tidak sempurna masih bereaksi misalnya dengan garam
fosfat. Pada pekerjaan mengeringkan suatu larutan hendaknya pemanasan
jangan dilakukan sampai kering betul akan tetapi sampai tersisa sekitar 1 mL
larutan itu, karena panas dari bahan porselen itu akan cukup untuk pengeringan
sisa larutan itu. Porselen yang ada pada waktu penggunaannya mengalami
pemijaran, juga harus dihindarkan dari kemungkinan terpercik air. Bahaya lain
dari porselen yang panas adalah bila mengenai cat meja, sehingga cat tersebut
dapat menempel pada alat porselen.

4. Alat dari Bahan Plastik

Plastik tidak bereaksi dengan asam, basa atau garam anorganik


khususnya. Bahan organik yang bereaksi atau bersifat melarutkan plastik
adalah aseton, kloroform dan lain-lain. Bergantung juga pada jenis plastik,
beberapa zat organik ada yang merusak plastik ada yang tidak.

8
Plastik tidak tahan panas baik panas dari reaksi kimia maupun dari api.
Sekarang dikenal jenis plastik yang tahan panas. Berdasarkan hal di atas maka
alat dari plastik harus dihindarkan dari bahan organik tertentu dan dari panas.

5. Alat dari Bahan Karet

Alat dari bahan karet masih mudah dirusak oleh asam, basa dan bahan
organik. Basahan bahan organik diantara lapisan karet dapat menyebabkab
karet lengket sesamanya. Bahan dari minyak bumi menyebabkan mengambang
dan kehilangan sifat elastisitasnya. Oleh karenanya alat dari karet harus
dihindarkan dari bahan-bahan tersebut di samping kerusakan karena panas
atau terbakar.

6. Alat dari Kertas

Alat dari bahan kertas di laboratorium umumnya berupa poster/ gambar/


peta dan beberapa alat peraga matematik. Alat-alat dari kertas umumnya cepat
menjadi pudar (pucat). Proses ini menjadi lebih cepat bila alat ini terbuka terkna
sinar matahari. Perawatan dari alat kertas dapat dilakukan dengan melapisi
poster dengan plastik, dan yang paling bagus dengan proses laminating
(namun mahal). Poster-poster dari bahan kertas ini ditempatkan di bagian-
bagian dinding yang tidak terkena cahay matahari langsung.

Alat peraga matematik dari bahan kertas disimpan di dalam almari/


tempat yang gelap supaya tidak cepat pudar warnanya.

Alat dari bahan kertas tidak boleh terkena air atau gas-gas dari zat kimia sebab
menjadi rusak/ rapuh. Karena itu jangan ditempatkan lat kertas dekat zat-zat
kimia dan di ruang asam.

6. Alat Listrik

Beberapa perawatan terhadap listrik dan alat listrik antara lain:

9
a. Listrik

Jaringan listrik yang terdapat di laboratorium telah disesuaikan pada


waktu pembangunan jaringan listrik dengan kebutuhan listrik. Hindarilah
penambahan-penambahan titik-titik lampu/ steker yang baru. Kalau pun
harus dilakukan penambahan gunakanlah kabel yang baik dan tebal dan
jangan ditumpuk pada sebuah steker (lihat gambar). Yang terbaik adalah
minta bantuan jasa instalatur listrik.

Gambar 2. Pengambilan listrik tidak boleh bertumpuk


pada sebuah steker listrik

Sekering listrik bila telah rusak, gantilah dengan sekering yang baru
yang ukuran Ampere listriknya sama. Hindarilah penggunaan kawat
untuk sekering yang telah rusak, sebab kemampuan kawat ini tidak bisa
dipertanggungjawabkan.

10
Gambar 3. Hindarilah menggunakan sekering yang telah rusak
dengan dililit kawat

Terhadap listrik haruslah berhati-hati, karena kecerobohan bisa


mengakibatkan kematian.

b. Alat Listrik

Peralatan yang menggunakan listrik terdapat di laboratorium IPA tidaklah


banyak. Di antaranya yang mungkin terdapat di lemari es, kompor, fan
listrik, radio dan lain sebagainya. Dalam menggunakan alat-alat listrik ini,
yang pertama-tama harus diperiksa adalah voltase dari alat listrik di
laboratorium. Alat-alat listrik biasanya mempunyai switch untuk
disesuaikan dengan tegangan 110 V atau 220 V.

9. Alat Optik

Di laboratorium IPA terdapat beberapa alat optik yaitu alat-alat yang


mempunyai komponen yang terdiri dari beberapa lensa. Alat optik ini antara lain
mikroskop, teropong (teleskop), kamera dan lain sebagainya. Lensa-lensa dari
alat-alat ini harus dilindungi dari pengaruh kelembaban, dengan cara:

Menggunakan zat higroskopis, untuk menyerap uap air yang terdapat di


udara di mana alat tersebut disimpan. Di dalam kotak mikroskop biasanya telah
terdapat sebungkus garam (silika gel) yang bersifat higroskopis. Biarkan saja
bungkusan ini tetap dalam kotak mikroskop. Kalau dikeluarkan dari kotak
jangan sampai lupa memasukkannya kembali. Kamera dan teleskop (kecil)
sebaiknya ditaruh di almari dengan diberi lampu 15 atau 25 watt untuk
pemanasan guna mengurangi kelembaban di dalam almari tersebut. Cara ini
dapat pula dilakukan dengan menyimpan kamera tersebut di dalam kotak yang
kedap udara. Kalau di laboratorium terdapat zat higroskopis (seperti CaCl 2
anhidrous, CuSO4 anhidrous, silika gel dan lain sebagainya) ambil sedikit zat
tersebut bungkus dengan kertas saring, setelah itu tempatkan bungkusan zat
hidrokopis ini dalam kotak tersebut.

11
Sebagai pengganti kertas saring dapat pula dipergunakan plastik sebagai
pembungkus dan secara merata bungkusan plastik diberi lubang-lubang
dengan menusukkan jarum.

Di dalam kotak mikroskop pada umumnya telah tersedia set alat untuk
membersihkan lensa yaitu sejenis kertas (tissue) khusus untuk pembersih lensa
dan cairan khusus untuk pembersih lensa. Gunakan cairan dan kertas
pembersih itu untuk membersihkan lensa mikroskop setiap selesai
menggunakan mikroskop. Sebagai pengganti cairan ini dapat pula
dipergunakan spirtus atau alkohol 96% dan kertas dapat diganti dengan kapas
kecantikan.

Jadi setelah laboratorium diisi/ dilengkapi dengan berbagi alat adan bahan
serta perlengkapan-perlengkapan lainnya, maka suatu hal yang selanjutnya
harus dipikirkan adalah bagaimana memelihara laboratorium, atau dengan
perkataan lain bagaimana menjaga keselamatan pada alat-alat itu.
Pemeliharaan ini bukan berarti alatnya disimpan dengan baik sehingga alatnya
senantiasa utuh, akan tetapi alatnya selalu dipergunakan dan agar tahan lama
tentunya dilakukan perawatan sehingga alat-alat tersebut tahan lama atau
awet.

Jadi yang dimaksudkan alat hendaknya merupakan kegiatan rutin, tindakan


langsung dilakukan sedemikian apabila kita melihat adanya ketidak-beresan
dalam tata penyimpanan alat-alat atau hal lain yang dapat menimbulkan
kerusakan pada alat itu.

Selain itu dalam waktu khusus dalam akhir tahun pelajaran alat-alat
sebaiknya didaftarkan kembali atau diinventarisasikan.

Untuk kegiatan inventarisasi, mula-mula harus dilakukan penggolongan


alat, yang paling mudah adalah berdasarkan dari bahan apa alat itu dibuat
disamping kekhasan konstruksinya seperti alat elektronika. Dengan
penggolongan demikian, soal penyimpanan dan keselamatan alat itu juga telah
dipertimbangkan. Contoh format inventarisasi alat adalah sebagai berikut:

12
D. CARA MERAWAT ALAT/PERLENGKAPAN LAINNYA

1. Lemari Asam

Dinding dalam lemari asam harus dicat rata dengan sirlak atau pernis atau
dengan cat yang menyerupai warna kayu. Kotoran keputih-putihan pada lemari
asam dapat disebabkan oleh uap-uap zat korosif. Lapisan tersebut dapat
dibersihkan dengan lap basah atau lap yang dibasahi air telah diberi sedikit
amonia. Bagian kacanya juga dibersihkan dengan lap basah atau kertas koran
basah, lalu dikerongkan dengan kertas koran kering. Ada baiknya juga
digunakan spiritus atau pembersih kaca. Supaya daya hisapnya besar, maka
lubang-lubang celah hubungan antara kayu pada lemari harus ditutup rapih
kembali dengan dempul lalu dicat kembali. Botol-botol di dalam lemari asam
harus ditutup baik-baik dan kemungkinan sisa-sisa uapnya harus dibuang
keluar dulu sebelum generator penghisapnya dimatikan. Ada saran bahwa
sebaiknya generator penghisap tetap hidup, agar uap zat korosif senantiasa
terbuang. Tapi hal ini ada keberatannya yakni kemungkinan kebakaran yang
disebabkan terlalu panasnya generator penghisap.

Kipas penghisap/pembuang atau generator atau blower itu sebaiknya dipilih


yang mempunyai switch 110 dan 220 volt, sehingga jika laboratorium
mengalami perubahan tegangan tidak perlu membeli generator baru atau
membeli transformator step up atau step down yang baru. Kipas penghisap
karena terbuat dari logam dengan sendirinya mudah rusak/berkarat sehingga
menjadi macet. Hal ini bisa dihindari dengan cara pelapisan dengan pelapis
tahan panas dan tahan berkarat. Kerusakan lain pada kipas penghisap adalah
terbakarnya generator itu oleh penggunaan tegangan yang terlalu besar atau
pemakaian terlalu lama (overheat).

Bagian lantai dari lemari asam, lebih baik selalu dalam keadaan bersih. Hal
ini dapat dilakukan dengan dipel dengan lap basah. Kotoran yang berwarna
kuning, coklat atau hitam dapat dihilangkan dengan menggosoknya dengan
ampelas duco lalu dicuci dengan air dan dilap.

13
Bila ada pipa gas yang terbuat dari besi di dalam lemari asam, mudah
sekali berkarat akibat uap zat korosif. Hal ini dapat diatasi dengan mengecat
pipa tersebut biasanya dengan cat kuning (warna khas untuk pipa pengalir
gas).

Keadaan penghisapan yang baik ialah pada kondisi volume atau ruang
lemari asam tidak terlalu besar dan lemari dalam keadaan tertutup. Daya hisap
lemari asam dapat diperiksa dengan mengadakan pembakaran kertas atau
obat nyamuk di dalamnya, lalu lihat arah api dan asap. Bila asap cepat naik ke
atas, berarti daya menghisap/membuang lemari asam itu baik. Perlu diingat
bahwa macetnya lemari asam adalah sumber malapetaka bagi pernafasan
orang di dalam dan di luar laboratorium dan sumber kerusakan bagi alat juga
zat. Seorang siswa yang keadaan fisiknya terlalu lelah dan lemah bisa
mengalami sesak/ berhenti pernafasan bila menghisap gas, misalnya H2S dan
bila pertolongan pertama kurang seksama akan berakibat fatal. Dalam ruang
praktik sebaiknya dipasang lebih dari satu lemari asam dan di dalam ruang
persiapan sedikitnya ada satu lemari asam.

2. Kebersihan Alat Kaca/Gelas

Alat-alat di laboratorium kimia pada umumnya berupa glassware.


Perawatannnya relatif mudah, hanya memerlukan pencucian. Namun demikian,
Anda perlu mengetahui beberapa jenis noda pengotor yang sering kali melekat
pada alat kaca tersebut. Noda-noda yang umum sering melekat pada alat
gelas adalah sebagai berikut.

Tabel 6.1 Jenis Noda Pengotor Alat Gelas/Porselin

Jenis Noda Pengotor Warna Noda Pengotor

Besi Kuning

Belerang Kuning

Iodium Kuning kecoklatan

Kerak karbon Hitam

14
Mangan Hitan/abu-abu

Minyak/lemak Kilap minyak

Kerak Putih

3. Pembuatan Larutan Pencuci

a. Cara Umum

Alat-alat gelas yang tidak terlalu kotor dapat dibersihkan dengan


pencucian umum, yaitu dengan air (jika perlu air hangat) dan sedikit
detergen. Pada waktu mencuci alat gelas, gunakan sarung tangan dan
alat bantu lain, misalnya sikat tabung. Jika pada alat gelas terdapat noda
yang agak kuat melekat,noda ini dapat dihilangkan dengan bubuk
pencuci yang sesuai, misalnya trinatrium fosfat yang dicampur dengan
bubuk batu apung. Jika perlu gunakan alkohol atau aseton. Setelah
pencucian dengan zat pencuci, alat gelas dibilas dengan air bersih dan
terakhir dibilas lagi dengan air suling. Jika alat gelas yang yang baru
dicuci akan segera digunakan untuk praktikum, bilas gelas itu dengan
aseton atau spirtus dan untuk pengeringan yang cepat dapat digunakan
udara panas yang ditiupkan dari kompresor.

b. Cara khusus

Alat gelas yang terkontaminasi dengan noda-noda tertentu yang sukar


dibersihkan dengan air dan detergen memerlukan pencucian dengan
larutan pencuci tertentu sebagai perlakuan akhir setelah alat tersebut
dicuci dengan cara pencucian umum.

Larutan yang umum digunakan untuk mencuci noda-noda tertentu dapat


dibuat di laboratorium. Larutan pencuci ini hendaknya selalu tersedia dan
siap pakai. Kekuatan/ daya larutan pencuci dalam membersihkan noda
bergntung pada daya kekuatan/ daya oksidasi larutan tersebut, sifat noda,

15
dan lamanya noda tersebut melekat pada gelas. Larutan pencuci yang
telah digunakan beberapa kali jangan dicampukan lagi dengan larutan
pencuci stok. Larutan pencuci yang telah digunakan jangan langsung
dibuang, tetapi simpan dalam botol berlabel.

c. Pencucian Noda Pengotor

1) Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak dapat dihilangkan dengan cara mencuci alat gelas
dengan larutan detergen hangat. Setelah pencucian, alat gelas dibilas
dengan air bersih, terakhir dibilas dengan air suling. Jika lemak yang
melekat pada gelas sukar dibersihkan, pertama-tama alat gelas dibilas
dengan pelarut hidrokarbon misalnya alkohol atau aseton kemudian
dibersihkan dengan larutan Kalium Karbonat dalam asam. Pelarut
lainnya yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.

5 gram Na perborat dalam 100 cm3 10% larutan. NaOH.

Larutan KOH 10 15% dalam 100 cm3 spirtus/alkohol (larutan ini


hendaknya tidak digunakan lebih dari 10 menit). Pembersihan dengan
CCl4.

2) Ter

Noda ter pada alat gelas dapat dibersihkan dengan benzen atau
pelarut lain yang sesuai misalnya minyak tanah.

3) Karbon

Noda karbon umumnya sukar dihilangkan, akan tetapi perendaman


dengan larutan NaOH biasanya efektif, jika perlu lakukan perendaman
dengan larutan pencuci asam bikromat. Jika noda karbon melekat
kuat, panaskan dengan api kecil. Disamping asam kromat dapat
digunakan juga campuran 2 bagian trinatriumfosfat dengan 1 bagian
natriumoleat dalam 1 liter air. Car a lain membersihkan noda ini adalah
dengan larutan Fehling A dicampur dengan Fehling B dan dipanaskan.

16
4) Belerang

Noda belerang dapat dibersihkan dengan larutan amonium sulfida

5) Iodium

Noda Iodium dapat dibersihkan dengan larutan natrium tiosulfat.

6) Besi

Noda besi dapat dibersihkan dengan larutan HCL pekat. Jika noda
besi melekat kuat, alat gelas yang berisi HCl pekat ini dipanaskan

7) Mangan

Noda mangan dapat dihilangkan dengan larutan asam oksalat atau


asam sitrat

8) Kerak

Noda kerak putih pada alat gelas dapat dibersihkan dengan larutan
5% natrium metasilikat dalam air.

9) Noda tulisan spidol

Noda tulisan spidol dapat dibersihkan dengan pelarut organik


misalnya spirtus, etanol, atau aseton

Sebelum disimpan alat gelas/kaca harus dalam keadaan bersih.


Larutan-larutan pembersih kaca lainnya yang disarankan dapat digunakan
adalah sebagai berikut.

1) Larutan deterjen: 20 gram deterejen dilarutkan dengan air sampai


volume 1 Liter lalu ditambah sedikit asam nitrat HNO3 pekat. Ketika
akan digunakan, 20 mL larutan ini diencerkan dulu dengan air sampai
menjadi 1 Liter.

17
2) Natrium atau kalium dikromat dalam asam sulfat: 10 gram natrium
dikromat dilarutkan dalam 15 mL air. Secara berhati-hati karena reaksi
pelarutan eksotermis, tambahkan asam sulfat H2SO4 pekat sehingga
volume 100 mL. Perlakukan larutan ini sebagai asam pekat.

3) Kalium permanganat: 10 gram kalium permanganat KMnO4


dilarutkan dalam 1 Liter air dengan sedikit pemanasan. Larutan ini
dibasakan dengan menambahkan natrium karbonat Na 2CO3 1M
sebelum digunakan. Lemak yang melekat pada kaca mudah
dihilangkan dengan larutan ini, yaitu dengan merendam alat yang
kotor dalam larutan ini selama 1 malam.

Moedjadi dan Ratna Wilis Dahar menyarankan, untuk alat yang sering
digunakan bisa dipakai larutan deterjen saja. Bila lemak masih melekat juga
digunakan larutan Natrium atau kalium dikromat dalam asam sulfat dengan
cara perendaman. Jika masih kotor pakai larutan. Noda coklat MnO2 akibat
penggunaan larutan Kalium permanganat harus dicuci hati-hati dengan asam
klorida (HCl) pekat lalu bilas dengan banyak air.

Larutan pencuci Natrium atau kalium dikromat dalam asam sulfat dan
Kalium permanganat di atas bersifat oksidator masing-masing diatur
bersuasana asam dan basa. Djulana menyarankan penggunaan sifat larutan
Na2SO3 atau natrium sulfit untuk pembersih alat kaca. Yang jelas dalam
pembersih kaca harus dilihat dilihat dari jenis kotorannya dulu. Kotoran atau
noda bekas perak nitrat AgNO3 dapat dicuci dengan larutan tio Na2S2O3,
demikian juga kotoran bekas Iodium I2. Kotoran bekas KMnO4 dapat dicuci
dengan larutan tio di atas atau dengan larutan asam oksalat (COOH)2.

Pencucian alat-alat gelas/kaca

Untuk melakukan pencucian alat gelas dapat dilakukan oleh laboran atau
juru laboran. Prosedur kerja pencucian alat gelas adalah sebagai berikut.

18
Cara kerja:
1. Kumpulkan alat-alat gelas kotor!
2. Siapkan larutan pencuci!
3. Lakukan identifikasi noda pengotor, mesukkan data awal pada tabel 6.2!

Tabel 6.2. Kriteria Pencucian Alat

No. Nama alat dan bagian yang Perkiraan jenis Larutan


ternoda/kotor dan warna noda pencuci/pembersih
pengotor yang cocok digunakan

4. Setelah noda pengotor teridentifikasi, siapkan larutan pencucinya!


5. Lakukan pencucian terhadap alat-alat gelas tersebut!
6. Setelah pencucian, keringkan, dan simpan pada tempatnya!

d. Kebersihan Bak dan Lantai

Mengingat bahan dasar yang sama antara bak dengan lantai (ubin), maka
pencuciannya dapat diperlakukan sama. Untuk keadaan biasa dapat digunakan
pembersih deterjen atau sabun biasa yang dicampurkan dengan air
untukmengepel. Kotoran yang kuat melekat harus dihilangkan secara mekanik,
misalnya dengan batu kambang atau ampelas. Setelah itu dicuci biasa dengan
air.

19
E. PERAWATAN BAHAN KIMIA

Bahan atau zat kimia dalam hal perawatannya digolongkan menurut


keadaan fasanya, yaitu padatan, cairan, larutan dan gas. Dari segi penggunaan
dikenal ada larutan induk dan larutan pereaksi langsung pakai.

1. Padatan biasa, tidak higroskopis dan tidak menyublim

Perawatan untuk zat padatan ini dengan cara menempatkannya pada botol
bermulut lebar atau stopler yang bertutup baik. Usahakan etiket atau labelnya
tidak mudah lepas dan hurufnya tidak mudah luntur atau menguap. Botol yang
berdebu sebaiknya dilap. Pengambilan dengan sendok plastik. Untuk
penggunaan langsung gunakan botol kecil bermulut lebar (misal pot salep).
Hindarkan kemungkinan masuknya debu dan air maupun kelembaban. Contoh:
amilum, natrium karbonat.

2. Padatan higroskopis

Ditempatkan dalam kaleng bertutup atau tempat lain dan ditutup rapat.
Sumbatnya diselimuti lagi dengan plastik dan diikat erat-erat. Contoh: NaOH
dan KSCN.

3. Padatan mudah menguap/menyublim

Penempatannya dalam botol gelas atau plastik di samping ditutup


rapat, juga tidak boleh terlalu penuh, sisakan ruangan sekitar nya untuk
kemudahan penyubliman. Contoh: Iodium, amonium karbonat, kamper.

4. Padatan peka cahaya

Tempatkan pada botol gelap atau tidak tembus cahaya. Tutup rapat- rapat.
Contoh: Perak nitrat, kalium permanganat, kalium iodida.

20
5. Padatan peka air

Peka air maksudnya mudah bereaksi dengan air. Contoh: Logam kalium,
logam natrium. Kedua logam tersebut harus disimpan dengan merendamnya
dalam minyak tanah dalam botol gelas.

6. Padatan peka oksigen/udara

Peka oksigen/udara maksudnya mudah bereaksi dengan oksigen dari


udara. Contoh: Posfor. Harus disimpan dengan merendamnya dalam air pada
botol terbuat dari gelas. Tempat dari kaleng tidak disarankan karena mudah
bocor; bila hal ini terjadi, dapat terjadi kebakaran.

7. Campuran padatan

Jangan menempatkan padatan dalam keadaan campur, terutama


campuran oksidator, katalisator dengan bahan mudah terbakar. Contoh:
Campuran KClO3, MnO2 dengan gula pasir.

8. Cairan/Larutan biasa

Harus ditutup rapat untuk menghindarkan pengotoran. Pergunakan pipet


yang khusus dan bersih waktu pengembilan isinya, atau dengan jalan
menuangkan langsung dengan etiket botol menghadap telapak tangan untuk
menghindari lunturnya etiket tersebut. Contoh: Alkohol, asam asetat, larutan
garam. Isi botol tidak boleh penuh, sisakan ruangan sekitar bagian untuk
memberi kesempatan uap berkondensasi.

9. Cairan/larutan mudah menguap

Cairan/larutan demikian mudah bertambah volume, dengan demikian


kadarnya menurun karena menarik air dari udara. Tutup sumbatnya rapat-rapat.
Contoh: Asam sulfat.

21
10. Cairan/Larutan mudah menguap

Botol harus ditutup rapat-rapat. Sisakan ruangan kosong sekitar bagian


untuk kondensasi uap. Jauhkan dari panas. Contoh: Amonia, asam klorida,
asam asetat, alkohol.

11. Cairan mudah terbakar

Jauhkan botolnya dari api. Contoh: eter, metanol, etanol, bensin, minyak
tanah.

12. Gas

Jauhkan tabung dari api atau panas. Gunakan keran dengan pemutarnya
yang baik, jangan sampai ada yang bocor . Lebih baik ditempatkan di tempat
yang dingin. Contoh: gas elpiji, oksigen, helium, nitrogen.

F. PEMELIHARAAN ALAT KHUSUS

1. Buret

Buret digunakan untuk keperluan titrasi. Volume buret bermacam-


macam, mulai 1 cm3 s.d 100 cm3, di sekolah-sekolah buret yang ada
umumnya berkapasitas 25 cm3 atau 50 cm3.

Secara umum buret dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu :

a. Buret yang bagian jetnya bersatu dengan batang buret dan dilengkapi
stop cock (keran buret)

b. Buret yang bagian jetnya dihubungkan dengan klep/katup jepit dari


karet

22
Gambar 4. Dua macam buret (a) dengan kran pemutar (b) dengan klep

Kerusakan umum yang dapat terjadi pada buret adalah bagian ujung
atas buret patah karena tersenggol bak kran cuci pada waktu pencucian,
oleh karena itu hati-hati saat membersihkan buret terutama ketika
pembilasan dengan air dari kran ledeng. Masalah lain yang dapat
ditemukan pada buret adalah ;

a. Adanya penyumbatan pada bagian jet

b. Keran buret macet atau patah

c. Ujung jet patah sedikit

d. Batang buret kotor seperti berlemak atau karena debu yang bercampur

dengan uap zat tertentu

Untuk mencegah agar tidak timbul masalah di atas, maka perlu dilakukan
hal-hal berikut :

a. Untuk mencegah agar buret tidak patah di bagian tengahnya, pada


waktu bekerja dan memasang buret pada klem harus dilakukan hati-
hati dan gunakan klem buret yang bagian rahangnya berlapis karet atau
gabus.

b. Jika bagian yang patah ada di atas skala buret, bagian ini dapat
dipotong dengan menggunakan alat pemotong gelas atau dipotong

23
dengan cara mengikir pada bagian yang patah itu kemudian panaskan
untuk meratakan.

c. Bagian jet yang tersumbat dapat dibersihkan dengan menggunakan


kawat yang diameternya lebih kecil dari lubang jet.

d. Keran buret (stop cock) yang patah tidak dapat diperbaiki sendiri, harus
diganti dengan yang baru. Untuk menghindari keran buret macet,
hendaknya keran diolesi dengan vaselin.

e. Jika ujung jet patah sedikit, bagian itu dapat diratakan dengan cara
menggosok-gosokkan zat carborundum atau zat abrasive lainnya pada
ujung jet yang patah itu. Lakukan pekerjaan ini dengan hati-hati
sehingga tidak mengakibatkan pelebaran lubang jet.

f. Untuk menghilangkan kotoran pada buret dapat dilakukan dengan


pencucian baik dengan metode umum maupun khusus (misal dicuci
dengan cara bagaian dalam diisi dan bagian luar direndam dengan
larutan KMnO4 5%). Agar buret selalu bersih, setelah digunakan harus
segera dibersihkan, dikeringkan dan disimpan dengan cara yang benar.

2. Temometer

Termometer yang ada di laboratorium kimia ada beberapa jenis, yaitu


termometer umum (berisi raksa atau alkohol), termometer klinis ( untuk
mengukur suhu badan), termometer laboratorium dan termometer maksimum
minimum. Masing-masing termometer ini mempunyai rentang skala yang
berbeda, misalnya :
50 s. d 50 0 ;
50 s. d 105 0 ( x 1.00 C);
100 s. d 110 0 (x 0,50 C);
50 s. d 360 0 (x 10C);

24
Beberapa masalah yang sering timbul pada termometer adalah sebagai
berikut:
a. Termometer pecah pada saat akan diambil / digunakan
b. Skala termometer pudar atau terhapus
c. Cairan dalam termometer terpisah/patah

Untuk memecahkan amsalah di atas, alternatif pemecahan masalah yang dapat


dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Menjaga termometer agar tidak pecah

1) Untuk menjaga agar termometer tidak terjatuh saat diambil, pada ujung

atas termometer hendaknya diberi benang (benang kasur ) atau tali

rafia.

2) Pada waktu termometer digunakan mengukur suhu cairan, termometer


hendaknya tidak digunkan sebagai pengaduk. Ketika digunakan
mengukur cairan, bola termometer disentuhkan pada dasar wadah

3) Termometer hendaknya disimpan dalam bungkusnya (berupa plastik)


atau pada kotaknya yang terbuat dari dus. Simpan termometer secara
horizontal di lemari atau laci.

Jika tanda skala pada termometer pudar atau terhapus, untuk memperjelas
kembali dapat dilakukan hal sebagai berikut :

1) Pengetsaan ( cara permanen)

2) Menghitamkan dengan timbal pensil/pensil lunak (sementara).

3) Jika cairan dalam termometer terpisah/patah, untuk menyambungkan


kembali dapat dilakukan dengan cara merendam termometer dalam
campuran es, air dan garam (jika perlu CO2 kering). Jika hal ini tidak
berhasil, letakkan termometer dalam freezer samapi cairan dalam
termometer bergabung kembali. Apabila dengan cara di atas masih
belum berhasil panaskan termometer dalam air. Pemanasan dilakukan

25
dalam penangas minyak. Hati-hati, jangan memanaskan melewati
kapasitas termometer itu.

3. Neraca atau Timbangan Ohaus 311

Neraca Ohaus 311 berfungsi untuk menimbang zat

Gambar 5 Neraca tipe Ohaus 311 gram

Masalah umum yang biasa ditemukan pada alat neraca diantaranya


sebagai berikut .

a. Sukar memperoleh titik setimbang.

b. Jumlah zat yang ditimbang dari satu timbangan berbeda dengan timbangan
lainnya

Pemecahan masalah diatas antara lain:

a. Bila hanya punya satu timbangan, periksa skrup pemutar, jika dengan
pemeriksaan sekrup tidak teratasi, kerusakannya berat, lakukan kalibrasi
timbangan dengan membongkar-pasang peluru-pelurunya di bawah lengan
timbangan.

b. Bila ada dua timbangan lakukan peneraan kalibrasi dengan cara


membandingkan secara penimbangan massa benda secara bertahap mulai
dari beban timbangan massa dibawah 1 g hingga 311 g.

26
4. Desikator

Desikator berfungsi untuk tempat mengeringkan zat kimia agar tidak


mengandung uap air atau untuk mendinginkan zat yang sudah dipanaskan.

Masalah umum yang biasa ditemukan pada alat desikator diantaranya


sebagai berikut .

a. Tutup desikator sukar dibuka atau pecah karena jatuh pada saat
dipindahkan/dibuka.

b. Desikator pecah karena tersenggol

c. Zat pengering yang digunakansudah berwarna

Pemecahan masalah untuk masalah diatas anatara lain adalah sebagai


berikut.

a. Untuk menghindarkan tutup desikator pecah pada saat dibuka, tutup


desikator harus diolesi dengan vaselin. Pada saat membuka tutup
desikator, tutup jangan diangakat akan tetapi digeser-geserkan.

Gambar 6. Desikator

b. Untuk menghindarkan desikator pecah oleh pengguna laboratorium


sebaiknya tempatnya desikator di tempat yang aman dan kering

c. Zat pengering yang terdapat dalam desikator dapat berupa silika gel
atau CaCl2. Apabila zat ini sudah berwarna atau jenuh oleh uap air, zat
ini harus dikeringkan kembali dengan cara dijemur di bawah matahari
terik atau dikeringkan dalam oven (untuk CaCl2).

27
5. Pembakar dan Tabung Gas

Beberapa laboratorium kimia di SMA mempunyai fasilitas saluran gas.


Untuk penggunaannya dilengkapi dengan gas butana dan pembakar yang
digunakan umumnya pembakar bunsen.

Pembakar Bunsen ini terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :


a. Tabung yang disekrupkan sampai bagian dasar (bagian A)
b. Alat pengatur masuknya udara (bgagian B)
c. Bagian dasar (bagian C)
d. Tempat untuk memasukkan gas (bagian D)

Gambar 7. Pembakar bunsen

Masalah

Masalah yang timbul pada pembakar Bunsen ini umumnya karena


berkarat. Untuk mengatasi hal ini lakukan pemberian minyak secara
teratur dan bila perlu dicat kembali.

G. MENGATASI KERUSAKAN ZAT KIMIA

Sediaan padatan atau larutan seperti kalium iodida dan perak nitrat yang
rusak karena teroksidasi dapat diatasi dengan cara:

1. Pada larutan kalium iodida ditambahkan beberapa tetes larutan tio sehingga
warna coklat atau kuning (terbentuk I2 ) menjadi bening kembali (terjadi ion
iodida I-).

28
2. Pada larutan perak nitrat yang rusak karena terbentuk endapan perak
tambahkan larutan asam nitrat hingga larutan bening kembali.

Sering terjadi kekurangan zat kimia untuk kegiatan praktik kimia, hal ini

dapat diatasi dengan cara:

1. Gunakan bahan / zat dari sekitar lingkungan kita, misalnya: batang karbon
dapat diperoleh dari batu batere bekas, logam aluminium dari bekas wadah
logam minuman, natrium bikarbonat dari soda kue di dapur, asam asetat
diperoleh dari cuka dapur, dsb.

2. Gunakan indikator alam dari bunga, kol ungu atau bayam merah untuk
mengatasi kekurangan atau mahalnya harga zat indikator universal.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Netral

29
DAFTAR PUSTAKA

Archenhold W.F et al. 1978. School Science Laboratories, A handbook of


design, management and organization, London: John Murray

Andrew,H.G dkk; 1976. Safeguards in the School Laboratory; Association for


Scince Education.

Amien, M,. 1984. Buku Pedoman Praktikum Dan Manual Laboratorium


Pendidikan IPA Umum (General Science). Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Brown, C. 2004. Enviromental Health and Safety. Medical College of


Georgia.

Bartholomew, B and Crawlwey, Frank E, 1980, Science Laboratory

Creedy,. 1978. A Laboratory Manual for Schools and Colleges. London :


Heinemann Education Books Limited.

Curran, L. 2001. Science Help Online Chemistry. Fordham Preparatory


School.

Corder, , ( diterjjemahkan oleh Kusnul Hadi),1988 Teknik Manajemen


Pemeliharaan. Jakarta Erlangga

Dana, A. 2002. Science Facilities Standards. Texas Education Agency.

Depdilbud. 1993) Buku Katalog Alat Laboratorium IPA untuk SMP dan
SMA. Jakarta : Dikmenum.

Djupri Padmawinata, et al. 1981. Pengelolaan Laboratorium IPA-II


(Lanjutan). Jakarta : P3G.

Dirdjosoemarto, S,.dan Iswojo PIA. 1985. Pengelolaan Laboratorium IPA.


Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Education Department. 1995. Science Laboratories. Physical and Biological


Sciences Section Advisory Inspectorate.

30
Grover, and Wallace,. 1979). Laboratory Organization and
Management. London : Butterworths.

Hernandez, et al. 1999. Science Safety Handbook for California Public


School. Sacramento : California Department of Education.

Hawkins, M.D. 1983. Technick Safety Laboratory Practice, London: Easelt


Ltd

Herliawatie,. 1990., Cara Membuang Limbah Kimia Makalah; Bandung:


PPPG IPA.

Kartoyo, et all .1978. Laboratory management and Techniques for scihool


and colleges, Kualalumpur : Anthonian (RECSAM)

Medical College of Georgia. 2001. Chemical Saftey Guide for Laboratories.


Environmental Health & Saftey Division.

Moejadi dan Dahar, W,. 1985. Petunjuk Pengelolaan Laboratorium Kimia


Untuk SMA, Jakarta : Depdibud.

Mohamad,. 1983. Pertolongan Pertama; Jakarta : PT. Gramedia.

Rosbiono, M. 2004. Modul Pengadministrasian Alat dan Bahan Kimia,


Jakarta: Dikmenjur.

Poedjiadi, Anna. 1984. Buku Pedoman Praktikum dan Manual Alat


Laboratorium Pendidikan Kimia. jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan

Purwadi, S, dan Tobing, R.L., eds. Moedjiadi et al. 1981. Pengelolan


Laboratorium IPA. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

31

Anda mungkin juga menyukai