Review 1 Buku+Keterampilan+Klinis+IKK
Review 1 Buku+Keterampilan+Klinis+IKK
2014
Lay out:
dr. Marinda Asiah Nuril Haya
Cover photo:
Schubert Malbas Diunduh dari:
http://www.schubertmalbas.net/2011_06_01_archive.html
Editor:
Dr. dr. Herqutanto, MPH, MARS
dr. Retno Asti Werdhani, MEpid
Kontributor:
Dr. dr. Joedo Prihartono, MPH dr. Dhanasari Vidiawati, MSc.CM-
dr. Setyawati Budiningsih, FM
MPH dr. Retno Asti Werdhani, MEpid
dr. Aria Kekalih, MTI Dr. dr. Astrid B Sulistomo, MPH, SpOk
Prof. Dr. dr. Azrul Azwar, MPH Dr. dr. Dewi Soemarko, MS, SpOk
Prof. Dr. dr. Endang Basuki, dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, SpOk,
MPH PhD
dr. Resna A. Soerawidjaja, Ambar W Roestam, SKM, MOH
MPH Dr. dr. Fikri Effendi, MOH, SpOk
dr. Judilherry Justam, MM, ME Dr. Nuri Purwito Adi, MSc, MKK
Dr. dr. Herqutanto, MPH,
MARS
dr. Nitra Nirwani Rifki, PKK
Page | 2
DAFTAR ISI
Daftar Tabel ii
Daftar Gambar iii
Kata Pengantar iv
Diagnosis Komunitas 1
Langkah-langkah Pelaksanaan Jaminan Mutu dan Panduan
Penulisan Laporan 13
Problem Solving Cycle 18
Evaluasi Program Kedokteran/Kesehatan berdasarkan
Pendekatan Sistem 24
Pelayanan Kesehatan dengan Pendekatan Dokter Keluarga 34
Diagnosis Okupasi 42
Plant Survey 52
Keselamatan pasien 72
Identifikasi dan Modifikasi Gaya Hidup
Pencarian Kontak
Surveilans
DAFTAR TABEL
Hormat kami,
Editor
PENDAHULUAN
Profil dokter masa depan menurut WHO (The Future Doctor)
mencakup Care provider, Decision Maker, Educator, Manager dan
Community Leader. Salah satu posisi atau pekerjaan yang akan
dijalani dokter adalah memimpin suatu fasilitas kesehatan. Pada
sistim kesehatan di Indonesia di tingkat primer, dikenal Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang bertanggung jawab
terhadap masyarakat di area kerjanya, yaitu kecamatan atau
kelurahan. Fungsi dari puskesmas ada 3, yaitu:
1. Pusat pengembangan program kesehatan
2. Pusat pelayanan kesehatan primer
3. Pusat pemberdayaan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryakantha AH. Community medicine with recent
advances. Jaypee Brothers, Medical Publishers; 2010. 904
p.
2. Indonesia KK. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia [online]. 2012
[disitasi 5 Mei 2014]; Diunduh dari:
http://www.pkfi.net/file/download/Perkonsil%20No%2011%
20Th%202012%20Ttg%20Standar%20Kompetensi
%20Dokter%20Indonesia%20%202012.pdf
3. World Health Organization. City health profiles: how to
report on health in your city. ICP/HSIT/94/01 PB 02.
Available at: www.euro.who.int/ document/wa38094ci.pdf
4. Garcia P, McCarthy M. Measuring health: a step in the
development of city health profiles. EUR/ICP/HCIT 94
01/PB03. Available at:
www.euro.who.int/document/WA95096GA.pdf
5. Matsuda Y, Okada N. Community diagnosis for sustainable
disaster preparedness. Journal of Natural Disaster Science.
2006;28(1):2533.
6. Bennett FJ, Health U of ND of C. Community diagnosis and
health action: a manual for tropical and rural areas.
Macmillan; 1979. 208 p.
7. Budiningsih S. Panduan pelaksanaan keterampilan
kedokteran komunitas di FKUI: modul ilmu kedokteran
komunitas. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2013.
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan yang bermutu bisa dilihat dari dua sisi yaitu
dari sisi pasien dan sisi pemberi pelayanan. Yang dimaksud
dengan pelayanan kesehatan bermutu dari sisi pasien adalah
pelayanan kesehatan yang mudah ditemui, mudah didapat,
memberikan tingkat kesembuhan tinggi, dengan pelayanan yang
ramah dan sopan. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
bermutu dari sisi pelayanan kesehatan adalah pelayanan
kesehatan yang efektif, memberikan tingkat kesembuhan tinggi,
dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur terstandar. Artinya
sebuah pelayanan kesehatan yang bermutu harus memenuhi
kriteria-kriteria dari dua sisi tersebut.
LANGKAH-LANGKAH
1. Mempelajari struktur fasilitas pelayanan kesehatan
- Mempelajari visi dan misi klinik. Melihat apakah misi yang
dituliskan sesuai dengan visinya? Apakah misi yang
dilaksanakan sesuai dengan visi yang dituliskan?
Keterangan:
- M = Magnitude
Besarnya masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar
masalah yang dapat diatasi makin tinggi prioritas jalan
keluar tersebut.
- I = Importancy
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 19
Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelanggengan
penyelesaian masalah. Makin lama bebas masalah, makin
penting jalan keluar tersebut.
- V = Vulnerability
Sensitivitas jalan keluar, dikaitkan dengan kecepatan jalan
keluar untuk mengatasi masalah. Makin cepat teratasi,
makin sensitive jalan keluar tersebut.
- C = Cost
Adalah ukuran efisiensi alternatif jalan keluar. Nilai
efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang
diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar
biaya yang diperlukan, makin tidak efisien jalan keluar
tersebut. Berikan angka 1 (biaya paling sedikit) sampai
dengan angka 5 (biaya paling besar).
Pendahulan:
Masalah timbul jika ada kesenjangan antara kenyataan dan
harapan. Masalah adalah suatu situasi dimana ada sesuatu yang
diinginkan tetapi belum diketahui bagaimana mendapatkannya.
Masalah kesehatan adalah kesenjangan antara standar yang
diharapkan ada di masyarakat dengan kondisi kesehatan
masyarakat yang yang sesungguhnya ditemui.
Berbagai metode telah banyak digunakan untuk Dalam
memecahkan sebuah masalah kesehatan, berbagai metode telah
banyak digunakan. Salah satu metode tersebut adalah siklus
pemecahan masalah. Metode tersebut merujuk pada kontinuitas
langkah-langkah yang dilaksanakan secara sistematis meliputi
identifikasi dan analisis masalah, menyusun dan merencanakan
pemecahan masalah, melaksanakan serta memonitor dan
mengevaluasinya. Melalui serangkaian langkah-langkah tersebut,
diharapkan pemecahan masalah memiliki daya ungkit yang besar
dan benar-benar menjawab permasalahan kesehatan yang
dihadapi masyarakat.
Pengertian
Siklus pemecahan masalah adalah satu proses perencanaan yang
berpedoman pada dimunculkannya masalah, berlangsungnya
kegiatan penyelesaian masalah serta dinilainya hasil
penyelesaian yang dicapai. Setiap siklus dapat berakhir dengan
selesainya masalah secara tuntas atau haya sebagian saja.
Dengan demikian, siklus tersebut dapat selalu berulang dan
merupakan lingkaran yang kontinu.
Tujuan:
1. Mengidentifikasi masalah dan penyebab masalah
2. Menyusun alternatifve pemecahan masalah
3. Melaksanakan intervensi untuk memecahkan masalah
4. Mengevaluasi keberhasilan intervensi
Referensi:
Evaluasi
Evaluasi menurut The American Public Association adalah suatu
proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dari
pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sedaqngkan menurut The International Clearing
House on Adolescent Fertility Control for Population Options 1,
evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau
standar yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 27
kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan
pada setiap tahap dari pelaksanaan program.
Pendekatan sistem
Terdapat beberapa macam pengertian dari sistem yang
dikemukakan oleh berbagai ahli, antara lain sebagai berikut :
1. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi
sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan
sesuatu yang telah ditetapkan
2. Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari
fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai
satu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan
secara efektif dan efisien
3. Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang
berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang majemuk,
dimana masing-masing bagian bekerja sama secara bebas dan
terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi
yang majemuk pula
4. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari
berbagai elemen yang berhubungan serta saling
mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Unsur sistem
1. Masukan
Yang dimaksud dengan masukan (input) adalah kumpulan
bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Dalam
sistem pelayanan kesehatan, masukan terdiri dari tenaga,
dana, metode, sarana/material.
2. Proses
Yang dimaksud dengan proses adalah kumpulan bagian atau
elemen yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk
mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
Dalam sistem pelayanan kesehatan terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian.
3. Keluaran
Yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah kumpulan
bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
proses dalam sistem. Contohnya dalam program BIAS Campak
adalah berupa cakupan program di suatu wilayah.
4. Umpan Balik
Yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah
kumpulan dari bagian atau elemen yang merupakan keluaran
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 28
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem
tersebut.
5. Dampak
Yang dimaksud dengan dampak (impact) adalah akibat yang
dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
6. Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan (environment) adalah dunia
di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan mempengaruhi
yang secara sederhana dapat digambarkan seperti berikut :
Lingkungan
Umpan Balik
Tujuan Khusus
1. Diketahuinya pelaksanaan pengelolaan suatu program
kesehatan
2. Diketahuinya berbagai masalah pelaksanaan pengelolaan
program kesehatan tersebut
3. Diketahuinya prioritas masalah
4. Diketahuinya berbagai penyebab dari masalah yang
diprioritaskan tersebutsb
5. Diketahuinya prioritas penyebab masalah
6. Dirumuskannya pemecahan masalah bagi pelaksanaan
pengelolaan
Manfaat
1. Bagi mahasiswa: Mahasiswa dapat melakukan evaluasi
program di setiap jenis fasilitas kesehatan, baik di rumah sakit,
puskesmas, balai kesehatan masyarakat, klinik dokter keluarga
atau di manapun dia bekerja.
2. Bagi fasilitas kesehatan: Fasilitas kesehatan dapat melakukan
perbaikan program berdasarkan asupan dari mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi 3,
Binarupa Aksara, Jakarta; 1996.p.181-210, p.329-347.
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 37
2. Arief M.R. Penilaian Program Kesehatan Jiwa Periode 2003,
di Puskesmas Cengkareng, Jakarta Barat. Departemen Ilmu
Kedokteran Komunitas, FKUI 2004.
3. Hassarief M.I. Penilaian Program Pengelolaan Obat di
Puskesmas Kecamatan Pulogadung Periode Januari-Juli
2006. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, 2006.
4. Maselia. Penilaian Program BIAS Campak Periode April 2006
di Puskesmas Kelurahan Pulogadung, Jakarta Timur.
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, FKUI, 2006.
5. Pyzdek T. The Six Sigma Handbook. Penerbit Salemba
Empat, 2002.
KONSEP DASAR
Ruang lingkup karakteristik kedokteran keluarga terdiri dari
beberapa konsep dasar seperti komitmen untuk melakukan
pembinaan terhadap pasien dan keluarganya secara terus
menerus, sebuah pendekatan yang komprehensif, dan menerima
semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia, atau jenis
penyakit. Hal tersebut dilakukan oleh seorang dokter keluarga
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 39
dalam ruang lingkup praktik berbasis masyarakat serta rawat
jalan.
Pelayanan Personal
Ini menggambarkan pelayanan yang dilakukan berdasarkan
hubungan yang harmonis antara dokter dan pasien. Pasien dapat
berkonsultasi ke dokter keluarganya tidak hanya ketika ia sedang
sakit tetapi juga pada saat pasien ingin mencari nasihat dokter
sebagai seorang teman dan mentor.
Pelayanan Umum
Praktik dokter keluarga keluarga tidak memilih masalah
kesehatan dari seluruh populasi, melainkan mencakup seluruh
masalah kesehatan dari semua kategori usia, jenis kelamin, kelas
sosial, ras, agama, atau keluhan-keluhan yang berhubungan
dengan semua masalah kesehatan tersebut. Praktik dokter
keluarga harus mudah diakses dengan cepat serta tidak dibatasi
oleh hambatan geografis, budaya, administrasi, atau keuangan.
Pelayanan dapat dilakukan di kantor/perusahaan atau di klinik
baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.
Pelayanan Bersinambung
Konsultasi dalam praktik dokter keluarga tidak terjadi dalam satu
waktu. Hal ini didasari pada hubungan pribadi jangka panjang
antara pasien dan dokter, yang meliputi pelayanan kesehatan
individu jangka panjang sebagai bagian dari kehidupan mereka.
Tidak terbatas pada satu episode tertentu dari penyakit, tetapi
juga untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan kesehatan
dalam jangka panjang. Oleh karena itu diperlukan pemantauan
secara rutin dan juga perawatan komplikasi yang mungkin timbul.
Pelayanan ini dapat diberikan oleh dokter sendiri, atau dokter
sebagai anggota tim. Kebutuhan mendasar adalah adanya
rencana pengelolaan masalah kesehatan secara jelas dan tertulis.
Oleh karena itu, penting adanya rekam medis yang terjaga baik
kualitasnya, komunikasi, dan diskusi tentang rencana
penatalaksanaan dengan pasien dan keluarganya.
Pelayanan Komprehensif
Praktik dokter keluarga menyediakan berbagai layanan, termasuk
manajemen penyakit akut dan kronis, promosi kesehatan
terpadu, pencegahan penyakit, pengobatan kuratif, rehabilitasi
fisik dan psikologis, serta dukungan sosial kepada individu.
Pelayanan komprehensif medis adalah pelayanan yang
menyediakan pelayanan pencegahan primer, sekunder dan
tersier di satu tempat (klinik, rumah sakit, panti jompo, atau
melalui telepon) dan memiliki pendekatan untuk melakukan
pencegahan setiap kali bertemu/berbicara dengan pasien. Ini
berkaitan dengan keluhan dan penyakit, yang mengintegrasikan
humanistik dan aspek etis dari hubungan dokter-pasien dalam
pengambilan keputusan klinis.
Pelayanan Terkoordinasi
Dokter keluarga mengetahui seluruh daftar masalah pasien dan
sumber utama informasi perawatan pasien. Seorang dokter
keluarga bisa menangani banyak masalah kesehatan yang
disampaikan oleh individu pada kontak pertama mereka, tetapi
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 42
bila perlu, dokter keluarga harus memastikan rujukan yang
sesuai, tepat waktu, dan kontrol dari pasien ke layanan spesialis
atau ahli kesehatan lain. Dalam kesempatan tersebut, dokter
keluarga harus memberi tahu pasien tentang layanan yang
tersedia dan bagaimana cara terbaik untuk menggunakannya,
serta harus menjadi koordinator dari nasihat dan dukungan yang
diterima pasien. Dokter keluarga harus bertindak sebagai
manajer pelayanan dan berhubungan dengan penyedia
pelayanan kesehatan dan sosial lainnya, serta bertindak sebagai
penasihat pasien mengenai berbagai masalah kesehatan.
Pelayanan Berkolaborasi
Dokter keluarga harus siap bekerja dengan tenaga kesehatan lain
dan penyedia pelayanan sosial, mendelegasikan perawatan
pasien kepada mereka jika diperlukan, dengan memperhatikan
kompetensi disiplin ilmu lainnya. Seorang dokter keluarga harus
berkontribusi dan berpartisipasi aktif dalam tim perawatan
multidisiplin yang berfungsi dengan baik dan harus siap untuk
melaksanakan kepemimpinan tim.
Bentuk keluarga
Fungsi keluarga
2. Diagnosis klinis Bila diagnosis klinis belum dapat Diagnosis berdasarkan ICD
biologikal, psikomental, ditegakkan cukup dengan dan ICPC-2 yang
intelektual, nutrisi diagnosis kerja. mengemukakan masalah s
sertakan derajat dan derajat penyakit
keparahan .
3. Perilaku individu dan gaya - kebiasaan (dietary habits;tinggi le
hidup (life style), merokok tinggi kalori)
kebiasaan yang
menunjang terjadinya - kebiasaan
penyakit, beratnya jajan, kebiasaan makan
penyakit - kebiasaan
individu mengisi waktu
dengan perihal yang negatip
4. Pemicu psikososial dan 4.1. pemicu primer adalah dinilai - Bantuan
lingkungan dalam dari dukungan keluarga yang suami terha
kehidupan seseorang terdekat (family support) penyakit istri (
hingga mengalami yang sakit ada
penyakit seperti yang 4.2. pemicu dukungan keluarga isteri)
ditemukan lainnya (dinilai dari tidak
adanya/kurangnya ) sesuai
kedekatan hubungan - Tidak
seseorang dengan bantuan/perhatian/
keluarganya) perawatan/ suam
istri, anak se
dengan hiraki an
menantu se
dengan kedudu
cucu dan lainnya a
pelaku rawat yang
- Kurangnya
kasih say
(hubungan yang
harmonis)
- Kurangnya
perhatian
perkembangan
penyakit Kurang
pengobatan
/perawatan o
keluarga ,
- Tidak
penyelesaian masa
yang dilakukan ,
- tidak
waktu y
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 45
disediakan keluarg
- pekerjaan (p
waktu, kerja keras
psikologis)
- pengaruh ne
dari ; kultur,bud
pergaulan kebia
keluarga, kepercayaan ,
pendidikan (ren
keterampilan terbatas)
No Aspek Rincian Keterangan
5. 4.3. pemicu sosial (yang negatip) - kebiasaan b
dapat menimbulkan masalah berkaitan tidak berolah
kesehatan , atau kejadian - perilaku
penyakit keluarga (tak m
sendiri), menu kelu
yang tak sesuai kebutuh
- perilaku
menabung (per
konsumtif)
- tidak ad
perencanaan keluarg
ada pendidikan anak
ada pengar
pengembangan karier )
6. 4.4. masalah perilaku keluarga - perilaku keber
yang tidak sehat buruk
- perilaku kelu
pemanfaatan waktu l
buruk
- penggunaan
addiktif, penggunaan n
merokok
4.5. masalah ekonomi yang
mempunyai pengaruh - pendapatan
terhadap penyakit/masalah cukup, tak menentu de
kesehatan yang ada jumlah keluarga besar
- ketergantungan
finansial pada orang lai
- ratio ketergantu
(beban keluarga)
4.6. akses pada pelayanan
kesehatan yang - tak mudahnya u
mempengaruhi penyakit : mencapai tempat prakti
- tiada biaya berob
- tidak mempu
sistem pra upaya/Asu
DIAGNOSIS HOLISTIK
Karena kebutuhan seorang dokter keluarga untuk berpikir holistik
dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi dalam
sehat-sakit dan sejahtera, maka perlu adanya pencarian
penyebab masalah kesehatan yang dikaitkan dengan aspek
personal, aspek klinis, aspek individual, psikososial, keluarga,
serta lingkungan kehidupan pasien lainnya (faktor risiko internal
dan eksternal). Dengan demikian diharapkan penyelesaian
masalah dapat dilakukan langsung secara efektif dan efisien
terhadap penyebab utamanya. Proses pengumpulan data
dilakukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan disertai
kerjasama antar penyedia pelayanan kesehatan. Tidak semua
data diidentifikasi di kamar praktik dokter dan tidak harus selalu
terjadi dalam satu waktu. Proses identifikasi ini terjadi secara
bersinambung dan terintegrasi. Untuk itu diperlukan pencatatan
yang baik dan benar.
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 50
Diagnosis holistik terdiri dari 5 aspek :
1. Aspek Personal
a. Idenfitikasi alasan kedatangan pasien
b. Identifikasi harapan pasien
c. Identifikasi kekhawatiran pasien
2. Aspek Klinik
a. Identifikasi diagnosis kerja/diagnosis klinis
b. Identifikasi diagnosis banding
3. Aspek Risiko Internal Pasien
Identifikasi faktor penyebab masalah kesehatan pasien
yang berasal dari dalam tubuh pasien : status gizi, perilaku,
imunitas, jenis kelamin, usia, dll.
4. Aspek Risiko Eksternal Pasien
Identifikasi faktor penyebab masalah kesehatan pasien
yang berasal dari luar tubuh pasien : lingkungan keluarga,
lingkungan rumah, lingkungan pekerjaan, stressor, dll
5. Aspek Fungsional
Identifikasi derajat fungsional pasien yaitu dampak aktivitas
harian pasien saat mengalami keluhan/gejala yang
dikeluhkan (International Classification of Primary Care).
Dibagi menjadi lima:
- 1 : No difficulty at all (sama sekali tidak mengurangi
pekerjaan/aktivitas harian)
- 2 : A little bit of difficulty (mulai mengurangi aktivitas
berat, aktivitas ringan masih mampu)
- 3 : Some difficulty (mulai mengurangi aktivitas ringan,
sebagian perawatan diri sementara dibantu orang lain,
kemungkinan perawatan di RS untuk sementara
waktu)
- 4 : Much difficulty (aktivitas harian lebih banyak di
rumah, tidak mampu bekerja di luar rumah, perawatan
diri sebagian sudah harus dibantu orang lain)
- 5 : Could not do/permanent unfit (100% berbaring di
tempat tidur, perawatan diri seluruhnya harus dibantu
orang lain)
10. Diagnosis klinis Bila diagnosis klinis belum dapat Diagnosis berdasarkan ICD
biologikal, psikomental, ditegakkan cukup dengan dan ICPC-2 yang
intelektual, nutrisi diagnosis kerja. mengemukakan masalah s
sertakan derajat dan derajat penyakit
keparahan .
11. Perilaku individu dan gaya - kebiasaan (dietary habits;tinggi le
hidup (life style), merokok tinggi kalori)
kebiasaan yang
menunjang terjadinya - kebiasaan
penyakit, beratnya jajan, kebiasaan makan
penyakit - kebiasaan
individu mengisi waktu
dengan perihal yang negatip
12. Pemicu psikososial dan 4.10. pemicu primer adalah - Bantuan
lingkungan dalam dinilai dari dukungan suami terha
kehidupan seseorang keluarga yang terdekat penyakit istri (
hingga mengalami (family support) yang sakit ada
penyakit seperti yang isteri)
ditemukan 4.11.pemicu dukungan keluarga
lainnya (dinilai dari tidak
adanya/kurangnya ) sesuai - Tidak
kedekatan hubungan bantuan/perhatian/
seseorang dengan perawatan/ suam
keluarganya) istri, anak se
dengan hiraki an
menantu se
dengan kedudu
cucu dan lainnya a
pelaku rawat yang
- Kurangnya
kasih say
(hubungan yang
harmonis)
- Kurangnya
perhatian
perkembangan
penyakit Kurang
pengobatan
/perawatan o
keluarga ,
- Tidak
penyelesaian masa
yang dilakukan ,
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 52
- tidak
waktu y
disediakan keluarg
- pekerjaan (p
waktu, kerja keras
psikologis)
- pengaruh ne
dari ; kultur,bud
pergaulan kebia
keluarga, kepercayaan ,
pendidikan (ren
keterampilan terbatas)
No Aspek Rincian Keterangan
13. 4.12. pemicu sosial (yang - kebiasaan b
negatip) dapat menimbulkan berkaitan tidak berolah
masalah kesehatan , atau - perilaku
kejadian penyakit keluarga (tak m
sendiri), menu kelu
yang tak sesuai kebutuh
- perilaku
menabung (per
konsumtif)
- tidak ad
perencanaan keluarg
ada pendidikan anak
ada pengar
pengembangan karier )
14. 4.13. masalah perilaku - perilaku keber
keluarga yang tidak sehat buruk
- perilaku kelu
pemanfaatan waktu l
buruk
- penggunaan
addiktif, penggunaan n
merokok
4.14. masalah ekonomi yang
mempunyai pengaruh - pendapatan
terhadap penyakit/masalah cukup, tak menentu de
kesehatan yang ada jumlah keluarga besar
- ketergantungan
finansial pada orang lai
- ratio ketergantu
(beban keluarga)
4.15. akses pada pelayanan
kesehatan yang - tak mudahnya u
mempengaruhi penyakit : mencapai tempat prakti
- tiada biaya berob
DAFTAR PUSTAKA
1. McWhinney IR. A Textbook of Family Medicine. 2 nd ed.
Oxford:Oxford University Press, 2009
2. Gan Gl, Azwar A, Wonodirekso S. A Primer on Family
Medicine Practice. Singapore:Singapore International
Foundation, 2004
3. Boelen C, Haq C, et all. Improving Health Systems:The
Contribution of Family Medicine. A guidebook. WONCA,
2002
4. Amstrong D. Outline of Sociology as Applied to Medicine.
5th ed. London:Arnold Publisher, 2003
5. Rubin RH, Voss C, et all. Medicine A Primary Care
Approach. Philadepphia:WB Saunders Company, 1996
6. Rakel RE, Rakel DP. Textbook of Family Medicine. 8 th ed.
Philadephia:Elsevier Saunders, 2011
7. Rifki NN. Diagnosis Holistik Pada Pelayanan Kesehatan
Primer:Pendekatan Multi Aspek. Jakarta:Departemen Ilmu
Kedokteran Komunitas, 2008
PENDAHULUAN
Telah diketahui bahwa ada hubungan antara pajanan yang
spesifik dengan berbagai jenis penyakit. Hubungan tersebut
dapat diidentifikasi berdasarkan hubungan kausal antara pajanan
dan penyakit yaitu berdasarkan kekuatan asosiasi, konsistensi,
spesifisitas, waktu, dan dosis. Banyak penelitian yang
mengungkap bahwa frekuensi kejadian penyakit pada populasi
pekerja lebih tinggi daripada masyarakat umum. Hal tersebut
mungkin disebabkan adanya pajanan-pajanan khusus di kalangan
pekerja ditambah dengan kondisi lingkungan kerja yang kurang
mendukung. Hal tersebut sangat disayangkan karena
sesungguhnya banyak penyakit yang dapat dicegah dengan
melakukan tindakan preventif di tempat kerja.
Dasar diagnosis
(anamnesis, pemeriksaan
fisik,
pemeriksaan penunjang,body
map,
brief survey)
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 63
2. Pajanan di tempat kerja
Fisik
Kimia
Biologi
Ergonomi
(sesuai brief
survey)
Psikososial
Langkah Diagnos Diagnosi Diagnos
is 1 s2 is 3
3 . Evidence Based (sebutkan secara teoritis)
DAFTAR PUSTAKA
1. Soemarko DS, Sulistomo AB, dkk. Buku konsensus diagnosis
okupasi sebagai penentuan penyakit akibat kerja. Jakarta:
Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia dan
Kolegium Kedokteran Okupasi Indonesia, 2011.
2. ILO . Occupational Health Services in ILO Encyclopaedia,
2000 : 16.1-62
3. Levy Barry S and Wegman David H. Occupational Health:
Recognizing and Preventing Work Related Diseases and Injury.
USA: Lippincott Williamas and Wilkins, 2000.
4. World Health Organisation. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja.
World Health Organization, 1993.
5. New Kirk William. Selecting a program Philosophy, structure
and Medical Director, in Occupational Health Service : Practical
Strategis Improving Quality dan Controlling Costs. American
Hospital Publishing, Inc. USA. 1993
6. ILO. Ethical Issue in ILO Encyclopaedi. 2000: 19.1- 30
7. Yanri Zulmiar, Harjani Sri, Yusuf Muhamad. Himpunan
Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja. PT Citratama Bangun
Mandiri. Jakarta 1999.
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 65
8. Jamsostek. Kumpulan Peraturan Perundangan
Jamsostek.Jakarta. 2003
9. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional. Pedoman
Diagnosis dan Penilaian cacat karena Kecelakaan dan Penyakit
Akibat Kerja. Jakarta. 2003
10. WHO. International Classification of Functioning, Disability
and Health. Geneva
11. Dep. IKK FKUI dan Kolegium Kedokteran Okupasi
Indonesia. Kurikulum PPDS Kedokteran Okupasi Indonesia.
Jakarta. 1998
12. Kompetensi dokter pemberi pelayanan kesehatan kerja
dan kedokteran okupasi, Kolegium Kedokteran Okupasi
Indonesia, 1998.
13. La Dou, Current Occupational and Environmental
Medicine, Lange Medical Books/ Mc Graw Hill, , 2004
14. Zens Dickerson Novark, Occupational Medicine
15. National Institute for Occupational and Safety and Health,
University of Medicine and Dentistry of New Jersey. NIOSH
Spirometry training Guide. December 2003.
16. Maizlish, Neil A., ed. Workplace Health Surveillance, An
Action-Oriented Approach, Oxford University Press, Inc. New
York, 2000
17. Newkirk W.L.ed., Occupational Health Services , Practical
Strategies for Improving Quality and Controlling Costs,
American Hospital Publishing Inc. USA, 1993.
18. Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kemeterian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Laporan survey tahun 2007-
2009. Jakarta, Desember 2010.
19. Direktorat Kesehatan kerja dan olah raga Kementerian
Kesehatan RI dan PERDOKI. Buku Pelatihan Diagnosis PAK.
Jakarta, April 2011.
20. Soemarko DS. Stress at the workplace in Indonesia.
Malindobru. Jakarta, Juli 2009.
21. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI. Kumpulan
abstrak penelitian Kedokteran Kerja tahun 2008. Jakarta.
I. PENDAHULUAN:
II. PENGERTIAN:
III. TUJUAN:
Tujuan umum:
Agar dokter secara langsung melihat lingkungan kerja dan proses
kerja suatu komunitas pekerja yang dapat merupakan faktor
risiko gangguan kesehatan dan kecelakaan yang mungkin,
sehingga memahami pengaruh lingkungan terhadap kesehatan.
Tujuan khusus:
1. Mampu mengidentifikasi bahaya potensial/faktor risiko
terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja di suatu
IV. PERSIAPAN:
V. PELAKSANAAN:
b. Kegiatan di perusahaan:
Seluruh anggota tim akan berangkat bersama-sama ke
perusahaan. Sesampainya di anggota tim berpencar sesuai
pembagian tugasnya.
c. Analisis data:
Referensi:
PENDAHULUAN
Hal yang dianggap paling mendasar dalam pelayanan kesehatan
adalah kasus infeksius. Kasus Infeksi nosocomial, contohnya
merupakan sesuatu yang dikuatirkan oleh petugas kesehatan.
Tujuan
Tujuan program K3 di fasilitas kesehatan, terutama adalah
melindungi pekerja dari kejadian kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dan terciptanya cara kerja dan lingkungan kerja pekerja
yang aman (terhindar dari penyakit dan kecelakaan), nyaman
(saat bekerja dan nyaman di hati) serta sehat.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu diketahui bahaya
potensial (hazards) apa yang ada di lingkungan kerja (biologi,
kimia, fisika, ergonomi dan psikososial), juga perlu diketahui efek
kesehatan/penyakit yang akan terjadi akibat hazard tersebut dan
bagaimana melakukan antisipasi/ membuat Program
penanggulangannya.
Sasaran
Sasaran utama dari program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 72
adalah Pekerja. Sasasan lainnya di pelayanan kesehatan adalah
klien, dalam hal ini pasien di pelayanan kesehatan, juga
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan dan pengunjung
fasilitas tersebut.
Sasaran dan target pada pembicaraan dalam makalah ini:
1. Pasien fasilitas pelayanan kesehatan
2. Pekerja pemberi pelayanan kesehatan
3. Pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan
4. Lingkungan/ fasilitas pelayanan kesehatan
Landasan Hukum
Beberapa landasan hukum yang digunakan dalam program K3 di
pelayanan kesehatan seperti yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan:Surat Edaran Dirjen Yanmed, tentang instruksi
membentuk PK3RS di Rumah Sakit, Keputusan Dirjen PPM & PLP
(1993) tentang persyaratan kesehatan lingkungan RS, Undang
Undang no 23/1992 dan Peraturan Menteri Kesehatan no
986/1992, Undang Undang no36 /2009 tentang Kesehatan.
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien merupakan suatu issue mutu dan citra dari
fasilitas pelayanan kesehatan, baik itu fasilitas primer, sekunder
dan tersier. Penilaian dari hal tersebut pada umumnya dengan
mengetahui Kejadian Tak Diharapkan (KTD) yang sering ada di
fasilitas tersebut.
Definisi
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 74
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana fasilitas
pelayanan kesehatan membuat asuhan pasien lebih aman,
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil
Istilah-istilah
1. Medical error: Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses
asuhan medis yang mengakibatkan cedera pasien sehingga
gagal melaksanakan suatu kegiatan/ salah rencana
2. Near miss: Adalah kesalahan akibat melaksanakan tindakan
yang seharusnya diambil, sehingga dapat mencederai pasien,
tetapi cedera tidak serius atau tidak terjadi cedera
3. Adverse even (kejadian tak diharapkan=KTD): Kejadian Tak
Diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan tindakan/ tidak mengambil tindakan
seharusnya, bukan karena penyakit dasarnya / kondisi pasien
4. Sentinel even:Kejadian Tak Diharapkan yang mengakibatkan
kematian/cedera serius (kejadian sangat tidak
diharapkan/tidak dapat diterima, misalnya: salah lokasi
operasi, masalah berhubungan dengan kebijakan dan prosedur
yang berlaku
KESELAMATAN PEKERJA
Keselamatan pekerja merupakan salah satu bagian dari Program
K3, dimana fokus dari pembicaraan ini adalah tentang pekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Keselamatan pekerja adalah keamanan pekerja yang bertujuan
agar pekerja aman dari penyakit dan kecelakaan serta
mendapatkan kenyamanan hati dan lingkungan kersa pada saat
melakukan pekerjaannya.
Hazards terbanyak di fasilitas pelayanan kesehatan adalah
hazards biologiHazards biologis di lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan dapat berasal dari air, udara, lantai, makanan serta
alat-alat medis maupun non medis.Sumber penularan bisa
melalui tangan petugas kesehatan, jarum injeksi, kateter, kasa
pembalut atau perban, bisa juga karena penanganan yang keliru
dalam menangani luka.
HIV
- HIV, the etiologic agent of AIDS,- penularan dari darah,
parenteral route (inoculation through the skin),transplacental, via
sexual contact.- umumnya terjadi pada lelaki homosexual and
bisexual, intravenous drug abusers, heterosexuals dengan
banyak patner seks, dan hemofili & penerima darah/produk darah
terinfeksi
- Petugas kesehatan : ditemukan kasus < 5% AIDS tiap tahun,
banyak nonoccupational risk factors.-Gejala: Beberapa individu: ,
a flu-like illness(1-6 minggu) pasca pajanan. Demam,
berkeringat, malaise, nyeri otot, hilang napsu makan , mual,
diare, sakit tenggorokan. setelah bbrp lama: symptom-free
(latent) 7-10 tahun,
RISIKO RENDAH*
Lendir serviks Bahan muntahan TinjaAir liur
Keringat Air mata UrinASI
* Kecuali terlihat terinfeksi dengan darah
a.Pencegahan Infeksi
Prinsip Dasar kegiatan ini adalah
Mencuci tangan sesudah kontak dengan pasien
Tidak menutup jarum suntik dengan 2 tangan
Pembuangan benda tajam dalam tempat khusus
Menggunakan Sarung tangan bila akan kontak dengan darah,
cairan tubuh, kulit luka & mukosa
Memakai Alat Pelindung Diri bila kemungkinan terciprat
Menutup semua luka sendiri
Langsung membersihkan darah dll
Sistem pembuangan sampah/limbah yang aman Body
Substance Isolation (BSI) , Lynch pada tahun1987
memperkenalkan beberapa kegiatan, sebagai berikut:
b. Menggunakan Sarung tangan untuk semua kontak cairan tubuh
c. Melakukan Imunisasi staf terhadap berbagai penyakit (campak,
rubella, Hepatitis B)
d. Instruksi khusus untuk setiap penyakit menular Standar
Precaution (CDC, 1996) adalah suatu program yang
diperkenalkan dengan beberapa kegiatan sebagai berikut
Kewaspadaan baku: Diterapkan bagi semua klien/pasien
Kewaspadaan berdasarkan penularan: Hanya diterapkan bagi
pasien rawat inap
c. Surveilance
Tujuan dilakukan surveilens adalah :
1. mendapat data dasar
2. menurunkan angka infeksi
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 84
3. identifikasi kejadian luar biasa
4. meyakinkan petugas medis
5. evaluasi pengendalian
6. antisipasi malpraktek
D. Imunisasi
Imunisasi sebaiknya dilakukan untuk semua pegawai yang
terpajan bahaya potensial biologis
F. Konseling Kesehatan
Program yang terjangkau dan tersedia dalam pelayanan medis,
psikologis dan konseling sosial (mis: penghentian kebiasaan
merokok, dll)
Perlu dibuat sistim rujukan dan evaluasi untuk mengatasi
masalah pegawai
Apabila pelayanan sosial atau psikiatri belum ada, perlu dicari
orang yg tertarik dengan hal ini, di latih sebagai konselor
H. Sistim pencatatan K3
setiap pegawai harus punya medical record sendiri, dan ada di
unit kesehatan.Catatan tersebut mencakup catatan
pemeriksaan kesehatan , PAK/kecelakaan akibat kerja dan hal-
hal yang berhubungan dengan kesehatan
Catatan sebaiknya dibuat berdasarkan dan bulan dan tahun
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 86
sesuai dengan angka kesakitan dan angka kecelakaan kerja,
dan juga laporan pengawasan bahaya potensial di lingkungan
Catatan pegawai bersifat rahasia dan hanya orang tertentu
yang dapat melihatnya
Pencegahan:
1. Monitoring Lingkungan kerja- perhatikan nilai ambang batas
bahan biologi/kimia/fisik
2. Pekerja : lakukan olah raga yang sesuai (physical Fitness),
lakukan pelatihan cara menggunakan bahan kimia, cara
mengatasi keadaan darurat
3. Pengendalian Teknik: perawatan/perbaikan alat, gudang bahan
kimia, lemari bahan kimia, lemari obatPengendalian
administrasi : SOP, aturan administrasi, Program Pengendalian
Infeksi Alat pelindung diri : sarung tangan/ cimpal, apron,
masker (?), penutup kepala, sepatu boot/karet
REFERENCES
1. Kementerian Kesehatan RI. Keselamatan pasien (Keselamatan
Pasien di Rumah Sakit). Jakarta 2006
2. Tietjen L, Bossemeyer D, Mc Intosh N, Saifuddin AB, Sumapraja
S, Djajadilaga, Santoso IS. Panduan Pencegahan Infeksi untuk
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber daya Terbatas.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, JNPKKR/POGI,
JHPIEGO. Jakarta, 2004
3. ILO . Occupational Health Services in ILO Encyclopaedia, 2000 :
Prevalensi
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu aspek penting
dari pengelolaan obat yang ikut menentukan keberhasilan
seluruh rangkaian pengelolaan obat / perbekalan farmasi. Di
puskesmas kecamatan pulogadung, pencatatan dan pelaporan
tiap bulan sudah dilaksanakan tepat waktu, namun data
mengenai keakuratan tidak ada. Pencatatan dan pelaporan data
obat yang akurat dapat memberikan perbaikan dalam efisiensi
dan efektifitas manajemen obat. Oleh karena itu besarnya
masalah (prevalence) mendapat poin yang cukup besar. Kami
berikan nilai 4. Pengendalian ketersediaan obat di puskesmas
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengelolaan
obat. Apabila terjadi masalah dalam aspek ini, maka dapat
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 90
menimbulkan masalah lain dalam rangkaian proses pengelolaan
obat. Bila keadaan ini tidak teratasi dapat menyebabkan kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat menjadi buruk. Masalah ini
prevalensinya cukup besar karena tidak dapat mencapai 100%
dari tolok ukur. Pembobotan yang diberikan 3. Masalah ke 3,
juga cukup besar (prevalence) mengingat evaluasi dalam
pemakaian obat yang rasional dan tepat terhadap pasien akan
mempengaruhi masalah-masalah lain dalam manajemen obat.
Diberikan nilai 4. Ketersediaan obat di puskesmas kelurahan
tidak merata, masalah ini memiliki nilai prevalensi yang cukup
besar karena ketersedian obat yang tidak merata akan
mengurangi ketepatan dalam pengobatan pasien secara
langsung.
Severity
Pelaporan dan pencatatan pemakaian obat yang tidak akurat
dapat mengakibatkan buruknya laporan dan tingkat kepercayaan
yang rendah terhadap pihak pengelola. Oleh karenanya untuk
severity diberikan nilai yang juga cukup besar. Untuk masalah ke
dua, akibat yang ditimbulkan oleh masalah ini cukup besar
karena Puskesmas Kecamatan Pulogadung tidak melakukan
pengendalian ketersediaan obat dengan baik. Dampak yang dapat
terjadi adalah terbatasnya pemberian resep obat yang terbatas
pada ketersediaan obat. Masalah ke tiga, bila keadaan ini tidak
teratasi, pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit pasien
tidak terobati secara benar. Sehingga memberikan nilai severity
yang sedikit besar. Pada masalah ke empat, keparahan penyakit
pasien penyakit tidak langsung menjadi buruk dengan
pengobatan yang kurang tepat, sehingga akibat yang
ditimbulkan dari masalah (severity) tidak besar.