TRADISI BARATAN erat kaitannya dengan Ratu

Kalinyamat.
(ARAK-ARAKAN
Kata baratan sendiri
RATU berasal dari sebuah kata Bahasa
Arab, yaitu baraah yang berarti
KALINYAMAT) DI
keselamatan atau barakah yang

KECAMATAN berarti keselamatan. Tradisi

baratan sendiri sudah
KALINYAMATAN dilaksanakan sejak zaman dulu
yang merupakan hasil kombinasi
JEPARA antara tradisi leluhur dengan
tradisi Islam sebagai simbol
Oleh: Tazqiyatun Nikmah peristiwa pembunuhan Sultan
(133711009) Hadlirin, oleh Lembayung (pada

T
tahun 2004) di angkat dan
radisi baratan kemudian dijadikan sebuah acara
merupakan salah satu besar yang dimana diisi dengan
tradisi karnaval serangkaian kesenian-kesenian
masyarakat Jepara jawa seperti tari-tarian, membawa
yang digelar setiap tanggal 15 obor atau lampion dan acara
Syaban yang bertepatan dengan intinya yaitu arak-arakan Ratu
malam Nisyfu Syaban atau untuk Kalinyamat beserta pasukannya.
menyambut datangnya bulan suci
Ramadhan. Kegiatan tersebut Acara baratan diikuti oleh
dilakukan di kecamatan seorang yang berperan sebagai
Kalinyamatan Jepara dimulai dari Ratu Kalinyamat, diikuti para
Masjid al-Makmur desa Kriyan dayang, prajurit, anak-anak yang
dan untuk tahun ini berakhir di membawa obor atau lampion
lapangan samping Dispora dengan meneriakkan yel-yel
(belakang pasar) kecamatan tong-tong jik tong jeder, pak kaji
Kalinyamatan, yang mana sangat nabuh jeder, dan sebagian
 lainnya melantunkan sholawat bertugas menaburkan bunga
Nabi Muhammad SAW. Menurut mawar yang membuat rombongan
(Winahyu Widayati, 2017) selaku atau jalan menjadi harum.
pendiri sanggar Lembayung Barisan IV Rombongan Pembawa
untuk menjadi seorang yang Lampion (Rakyat): membawa
berperan sebagai Ratu lampion sebagai penerangan.
Kalinyamat dilakukan Barisan V (Nyi Ratu Kalinyamat
serangkaian audisi, meliputi
dan Dayang): barisan Nyi Ratu
kecantikan, kecerdasan, dan sikap
Kalinyamat menjadi pemimpin
kepribadian dikhususkan yang
rombongan. Barisan dayang
dapat menari dengan luwes.
membantu kebutuhan ketika
diperintahkan Ratu Kalinyamat.
Rombongan baratan atau
Barisan VI (Pasukan Obor):
formasi baratan memiliki makna
bertugas sebagai penerang
tersendiri, yakni:
jalannya rombongan Ratu
Kalinyamat.
Barisan I (Sapu Jagat): yang
Barisan VII (Pasukan Tongkat):
berperan atau bertugas sebagai
bertugas sebagai pasukan untuk
pengusir para barongan/roh
melawan Portugis. Menurut
jahat, membersihkan jalan yang
penuturan (Soni Hidyat, 2017).
membawa jenazah Sultan Hadlirin
dan para rombongan Ratu
Selain tradisi baratan,
Kalinyamat.
berjalan mengelilingi kampung
Barisan II (Wali Kutub)
dengan membawa obor atau
Barisan III (Penabur Bunga):
lampion, dahulu kala dua pekan
konon ketika rombongan
menjelang Ramadhan warga
melewati sebuah desa, mendadak
melakukan sholat magrib
tercium bau harum semerbak
berjamaah kemudian sholat
(gondo) dari jasad Sultan
badiah magrib, sholat taubat,
Hadlirin. Sehingga desa tersebut
sholat nisyfu syaan, sholat khajat,
sekarang dikenal dengan nama
dan sholat tasbiikh di mushola
Purwogondo. Jadi pada barisan ini
atau masjid. Kemudian
dilanjutkan dengan membaca Tradisi baratan sendiri selain
surat Yasin sebanyak 3 kali (doa untuk menyambut bulan
pertama meminta dipanjangkan Ramadhan. Mampu menyambung
umur untuk beribadah kepada tali persaudaraan (silaturrohmi)
Allah SWT, doa kedua meminta dan saling memaafkan kesalahan
reziki yang baik serta halal untuk masing-masing, sehingga saat
bekal ibadah kepada Allah SWT, Ramadhan tiba dosa-dosa sudah
dan doa yang terakhir meminta terhapuskan serta diberikan
ditetapkan iman) dan ditutup kemudahan menjalankan ibadah
doa yang dipimpin oleh ulama di bulan suci Ramadhan tiba.
setempat . Kemudian diteruskan Dengan adanya tradisi arak-
dengan bancaan, santap bersama, arakan Ratu Kalinyamat
berupa makanan puli. Puli sendiri bertujuan untuk menghibur warga
merupakan makanan yang terbuat Kalinyamatan sekitarnya dan
dari beras. Puli diambil dari mengenalkan kepada warga
Bahasa Arab yaitu Afwu lii, yang tentang sejarah dan budaya yang
berarti maafkanlah aku. sudah ada untuk tetap dijaga dan
dilestarikan.