Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Mata Kuliah : Asuhan Keperawatan Jiwa


Kode Mata Kuliah :
SKS :4
Waktu Pertemuan : 1 x 50 menit
Pertemuan ke : 24
Dosen Pengampu : Trimeilia Suprihatiningsih,S.Kp.,M.kes
Asisten dosen : Densy Dwiyanto Nugroho
Tahun Akademik : 2015/2016
Semester : Ganjil
A. Tujuan
Asuhan Keperawatan Jiwa
TIU : Setelah mengikuti perkuliahan ini, di harapkan mahasiswa mampu
memahami Konsep Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
TIK :
a. Mahasiswa D3 keperawatan tingkat II dapat menjelaskan
Perkembangan Kelompok dengan baik.
b. Mahasiswa D3 keperawatan tingkat II dapat menjelaskan
Tahap - tahap perkembangan kelompok dengan baik.
c. Mahasiswa D3 keperawatan tingkat II dapat menjelaskan
Jenis-jenis Terapi Aktivitas Kelompok dengan baik.
d. Mahasiswa D3 keperawatan tingkat II dapat menjelaskan
Pengorganisasian kelompok dengan baik.
B. Pokok Bahasan : Asuhan Keperawatan Jiwa
C. Sub Pokok Bahasan :
1. Perkembangan Kelompok
2. Tahap - tahap perkembangan kelompok
3. Jenis - jenis Terapi Aktivitas Kelompok
4. Pengorganisasian kelompok
D. Metode : lecture
E. Kegiatan Belajar Mengajar :

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa Waktu Soft Skill


1 2 3 4 5
PENDAHULUAN 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam 10 Menit Kedisiplinan
2. Perkenalan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan kontrak 3. Memperhatikan
perkuliahan
4. Menjelaskan TIU
dan TIK yang harus di capai

PENYAJIAN 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan 20 menit Memperhatika


2. Memberikan komentar
Perkembangan dengan baik
3. Memberikan pertanyaan
Kelompok
2. Menjelaskan
Tahap - tahap
perkembangan
kelompok
3. Menjelaskan
Macam Terapi Aktivitas
Kelompok
4. Menjelaskan
Pengorganisasian
kelompok
PENUTUP 1. Menutup pertemuan 10 menit Memperhatika
2. Menunjuk beberapa
dengan baik
mahasiswa secara acak
untuk menjelaskan kilas
tentang materi yang telah di
sampaikan
3. Menyimpulkan
materi yang telah di
sampaikan
F. Materi : Terlampir
G. Evaluasi :
1. Evaluasi stuktur
a. Penyelenggaraan pengajaran dilakukan di ruang kelas D III 2-A ( Gedung A
Ruang ).
b. Pelaksanaan pengajaran sudah dikonsultasikan dengan pembimbing.
c. Peserta hadir tepat waktu.
d. Peserta mengisi lembar absensi.
2. Evaluasi proses
a. Peralatan untuk pengajaran telah dipersiapkan sebelum acara dimulai.
b. Tim penyaji melaksanakan tugasnya dengan baik dan aktif.
c. Peserta aktif bertanya.
d. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan dengan alasan yang tidak jelas.
3. Evaluasi hasil
a. 100% Mahasiswa mampu memahami tentang perkembangan Kelompok pada
konsep TAK
b. 100% Mahasiswa mampu menyebutkan serta menjelaskan Tahap tahap dalam
perkembangan kelompok.
c. 100% Mahasiswa mampu menyebutkan serta menjelaskan jenis-jenis Terapi
Aktivitas Kelompok.
d. 100% Mahasiswa mampu memahami tentang Pengorganisasian kelompok dalam
TAK

LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian Kelompok dan TAK
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang
lain,saling bergantung dan mempunyai norma yang sama.(Struart & Laraia, 2001)

Johnson dan Johnson (dalam Sarwono,2005:4-5) mendefinisikan kelompok


sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi melalui tatap muka (face to face
interaction), dan masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-
masing menyadari keberadaan anggota kelompok lainnya, masing-masing menyadari
saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama ( Keliat, 2005).
Soetarno (1994:31-34) dalam buku Psikologi Sosial mengutip hasil penelitian
para ahli sosiologi dan ahli psikologi sosial yang menyatakan bahwa kelompok sosial
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Adanya motif yang sama
Kelompok sosial terbentuk karena anggota-anggotanya mempunyai motif
yang sama. Motif yang sama tersebut merupakan pengikat sehingga setiap
anggota kelompok tidak bekerja sendiri-sendir tetapi bekerja bersama untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
b. Adanya sikap in-group dan out-group
Sekelompok manusia yang mempunyai tugas yang sama sulitnya atau
mengalami kepahitan hidup bersama pada umumnya menunjukkan tingkah
laku yang khusus.
c. Adanya solidaritas
Solidaritas adalah sikap kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial. Sikap
solidaritas yang tinggi dalam kelompok tergantung pada kepercayaan setiap
anggota terhadap kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan
baik. Pembagian tugas dalam kelompok sesuai dengan kecakapan masing-
masing anggota dan keadaan tertentu akan memberikan hasil kerja yang baik.
d. Adanya struktur kelompok
Struktur kelompok merupakan suatu sistem relasi antar anggota-anggota
kelompok berdasarkan peranan status mereka serta sumbangan masing-
masing dalam interaksi terhadap kelompok untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.

Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien


bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi
Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Terapi kelompok
adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi
dengan pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2008).

B. Tujuan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)


Depkes RI mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
a) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman dan
cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan.
b) Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul,
berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan tanggapan
terhadap pandapat maupun perasaan ortang lain.
c) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan
prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak
karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
d) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi
kognitif dan afektif.

2. Tujuan Khusus
a) Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri
tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.
b) Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh
seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada
waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan
dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
c) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari,
terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi yang
memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.
C. Kerangka Teoritis Terapi Aktifitas Kelompok
1. Model fokal konflik
Prinsipnya : Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak
disadari. Pengalaman kelompok secara berkesinambungan muncul kemudian
konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapis membantu anggota
kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik.
Menurut model ini pimpinan kelompok (Leader) harus memfasilitasi dan
memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekpresikan perasaan dan
mendiskusikan perasaan dan mendiskusikannya untuk penyelesaian masalah.

2. Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan
komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif
dalam kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota kelompok, umpan balik
tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun.
Dengan menggunakan model ini leader memfasilitasi komunikasi efektif,
masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa :
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi
verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan
yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan
sosial anggota kelompok.
Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana mereka
berkomunikasi lebih efektif.
Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip
komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa
proses komunikasi tersebut.

3. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan, tindakan)
digambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh : Interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari
tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota
kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan
persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan
merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan hubungan
interpersonal. Pada saat konflik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi
tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan
mempelajari konflik apa yang membuat anggota merasa cemas dan menentukan
perilaku apa yang digunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat
terjadi konflik.

4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai
dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah lalu. Anggota
memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami.
Contoh : Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras.

D. Komponen dan Perkembangan Kelompok


a) Komunikasi di Dalam Kelompok
Yang dimaksud dengan komunikasi adalah transmisi informasi dan pemahaman
antara anggota kelompok (Burn, 2004). Komunikasi sangat penting bagi kelompok
karena anggota kelompok dengan perannya masing-masing perlu berkoordinasi untuk
mencapai tujuan kelompok. Oleh karena itu, komunikasi juga bisa dianggap sebagai
bagian dari struktur kelompok (Cartwright dan Zander, 1968 dalam Burn , 2004).

Komunikasi di dalam kelompok biasanya membentuk jenjang yang


menentukan siapa berkoordinasi dengan siapa. Jejaring komunikasi bisa terpusat
(centralized) atau tersebar (decentralized). Jejaring komunikasi terpusat terbentuk
ketika anggota kelompok harus menghubungi seorang tokoh sentral untuk
berkomunikasi dengan anggota lain. Tokoh sentral ini adalah sumber informasi serta
target komunikasi.

Komunikasi juga bisa berbentuk secara formal dan informal.

1. Norma
Norma adalah aturan yang disepakati bersama tentang apa yang seharusnya dan
tidak seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok.
Norma sangat penting bagi kelompok karena ia mengatur bagaimana anggota
kelompok bertindak. Tanpa norma, kelompok akan sulit bekerja untuk mencapai
tujuannya.

Norma memiliki beberapa fungsi (Burn, 2004), yaitu:

a. Mengatur tingkah laku anggota kelompok sehingga kelompok dapat berfungsi


secara efisien dalam mencapai tujuan
b. Mengurangi ketidakpastian karena individu tahu apa yang diharapkan dari
dirinya di dalam kelompok
c. Membedakan kelompok dengan kelompok lain, termasuk anggota kelompok
dengan nonanggota, sehingga memudahkan terbentuknya identitas kelompok
2. Kohesivitas Kelompok
Yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok adalah faktor-faktor yang
dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota
sehingga terbentuklah kelompok.
Kohesivitas penting bagi kelompok karena ia yang menyatukan beragam
anggota menjadi satu kelompok. Tingginya kohesivitas kelompok berhubungan
dengan konformitas anggota terhadap norma kelompok, kemampuan anggota
untuk menitikberatkan pada persamaan sebagai anggota kelompok, meningkatnya
komunikasi di dalam kelompok, dan meningkatnya rasa suka terhadap anggota
kelompok ( Vaughan dan Hogg, 2005).
3. Sosialisasi Kelompok
Ada berbagai model sosialisasi kelompok (Burn, 2004). Salah satunya
adalah Model Perkembangan Kelompok Dasar dari Truckman (1965). Model ini
meliputi hal-hal berikut.
a) Forming (orientasi)
Ini adalah tahap pertama, kelompok baru terbentuk, partisipasi anggota
kelompok masih sedikit dan bergantung pada pemimpin atau peraturan yang
umum.
b) Storming (konflik)
Ini merupakan tahap kedua, anggota kelompok tidak sependapat tentang apa
yang harus dilakukan dan bagaimana peran pemimpin di dalam kelompok. Di
sini terjadi diskusi dan perdebatan antaranggota sambil saling menilai satu
sama lain.
c) Norming (Struktur)
Pada tahap ketiga ini mulai ada kohesi kelompok serta terbentuk struktur,
peran dan rasa ke-kita-an. Di sini juga ditentukan tata cara, norma, aturan, hak
dan kewajiban yang akan dijadikan rujukan.
d) Performing (bekerja)
Pada tahap ini anggota kelompok terfokus untuk menyelesaikan tugas dan
mencapai tujuan kelompok.
e) Adjourning (bubar)
Ini adalah tahap terakhir, anggota kelompok mulai melepaskan diri dari
kegiatan social, emosional, dan tugas kelompok. Sumber: Psikologi Sosial
(Sarlito W. Sarwono)
E. Tahap - tahap perkembangan kelompok
Menurut Stuart & Laraia (2001), ada 4 fase perkembangan
kelompok :
1. Fase pra kelompok
a. Identifikasi tujuan dari kelompok
b. Penyusunan proposal atau langkah-langkah persiapan
c. Ketercapaian tujuan dipengaruhi oleh perilaku pemimpin kelompok
2. Fase awal kelompok
a. Ditandai dengan ansietas " masuk kelompok dan peran baru
b. Fase ini dibagi menjadi 3 tahap : orientasi, konflik, dan kohesif

1) Tahap Orientasi
a) Norma perilaku, kohesif, rasa memiliki antar anggota kelompok
diupayakan terbentuk pada fase isi
b) Terapis memberikan pengarahan, mengorientasikan anggota pd tugas
utama, melakukan kontrak (tujuan, waktu, struktur dan aturan
komunikasi)
2) Tahap Konflik
a) Peran dependen dan independen terjadi
b) Timbul perasaan bermusuhan " anggota dengan anggota atau anggota
dengan pimpinan (terapis)
c) Pemimpin (terapis) :
1. Memfasilitasi anggotautk mengungkapkan perasaan(positif/negatif)
2. Membantu kelompok mengenali penyebab konflik
3. Mencegah perilaku yg tdk produktif
3) Tahap Kohesif
a) Anggota merasakan ikatan yang kuat satu sama lain dan perasaan
positif akan sering diungkapkan
b) Anggota merasa bebas membuka diri tentang informasi yang lebih
intim satu sama lain
c) Anggota belajar bahwa perbedaan tidak perlu
ditingkatkan
d) Terapis : tetap berupaya memberdayakan kemampuan anggota dalam
melakukan penyelesaian masalah

3. Fase Terminasi
a. Dapat sementara atau akhir
b. Dilakukan setelah beberapa sesi,dimana tiap sesi memperlihatkan pencapaian
tertentu
c. Terminasi sukses akan menimbulkan perasaan puas dan pengalaman
kelompok digunakan individu pada kehidupan sehari-hari
d. Pada akhir sesi dicatat atau didokumentasikan proses yang terjadi .

F. Macam Terapi Aktivitas Kelompok


Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu :
1. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004). Fokus terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi adalah membantu pasien yang mengalami kemunduran
orientasi dengan karakteristik: pasien dengan gangguan persepsi; halusinasi,
menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan
dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2007).
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya: pasien dapat mempersepsikan
stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang
timbul dari stimulus yang dialami (Darsana, 2007).
Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam
kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam empat sesi yang
tidak dapat dipisahkan, yaitu :
a. Sesi pertama : mengenal halusinasi
b. Sesi kedua : mengontrol halusinasi dan menghardik halusinasi
c. Sesi ketiga : menyusun jadwal kegiatan
d. Sesi keempat : cara minum obat yang benar
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus
tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan perilaku.

a. Bentuk stimulus :
1) Stimulus suara: music
2) Stimulus visual: gambar
3) Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video

b. Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :


1) Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.
2) Peningkatan kemampuan merasakan keindahan
3) Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan
c. Jenis TAK yaitu :
1) TAK Stimulasi Suara
2) TAK Stimulasi Gambar
3) TAK Stimulasi Suara dan Gambar

3. Terapi aktivitas orientasi realita


Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita adalah upaya
untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain,
lingkungan/ tempat, dan waktu. Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami
penurunan daya nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali
tempat,waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien
merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk
menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara
konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi
stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan
tempat.
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai
dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:
a. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada.
b. Klien mengenal waktu dengan tepat.
c. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat.
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat,
dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah klien
halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal orang lain,
tempat, dan waktu.

Tahapan kegiatan :
1) Sesi I : Orientasi Orang
2) Sesi II : Orientasi Tempat
3) Sesi III : Orientasi Waktu

G. Pengorganisasian kelompok
1. Pimpinan Kelompok (leader) :
a. Menyusun rencana
b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c. Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan, mengajukan
pendapat dan umpan balik
d. Sebagai role model
2. Wakil Pimpinan (co leader) : membantu leader dalam mengorganisir anggota
kelompok
3. Fasilitator : seolah menjadi anggota kelompok, membantu menstimulasi,
memfasilitasi dan memotivasi anggota kelompok untuk berperan aktif
4. Observer :
a. Mengobservasi dan mencatat respon anggota (klien)
b. Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku anggota
(klien)
c. Memberikan umpan balik pada mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai