Ancaman Dalam Independensi
Ancaman Dalam Independensi
c. Advokasi (advocacy)
Ancaman advokasi dapat timbul jika akuntan profesional mendukung suatu posisi atau pendapat sampai titik
dimana objektifitas dapat dikompromikan.
Contoh ancaman untuk akuntan publik:
- mempromosikan saham perusahaan publik dari klien, dimana perusahaan tersebut merupakan klien audit
- bertindak sebagai penasihat hukum/ pengacara klien penjaminan dalam suatu litigasi/ perkara perselisihan
dengan pihak ketiga
d. Kekerabatan (familiarity)
Ancaman kekerabatan timbul dari kedekatan hubungan sehingga akuntan profesional menjadi terlalu
bersimpati terhadap kepentingan orang lain yang mempunyai hubungan dekat dengan akuntan tersebut.
Contoh ancaman untuk akuntan publik, antara lain:
- anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan seorang direktur atau pejabat perusahaan klien
- anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan seorang karyawan klien yang memiliki jabatan
yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap pokok dari penugasan
Contoh ancaman untuk akuntan bisnis
- hubungan yang lama dengan rekan bisnis yang mempunyai pengaruh pada keputusan bisnis
- penerimaan hadiah atau perlakuan khusus, kecuali nilainya tidak signifikan
e. Intimidasi (Intimidation)
Ancaman intimidasi dapat timbul jika akuntan profesional dihalangi untuk bertindak objektif, baik secara
nyata maupun dipersepsikan.
Contoh untuk akuntan publik:
- diancam dipecat/ diganti dalam hubungannya dengan penugasan klien
- diancam dengan tuntutan hukum
- ditekan secara tidak wajar untuk mengurangi ruang lingkup pekerjaan dengan maksud untuk mengurangi
fee
Contoh ancaman untuk akuntan bisnis
- ancaman pemecatan akuntan profesional dalam bisnis atau anggota keluarga dekat atas ketidaksetujuan
penerapan prinsip akuntansi atau cara penerapannya
- seseorang yang mempunyai kepribadian yang dominan berusaha memengaruhi proses pengambilan
keputusan
2. Perbedaan organisasional
Auditor audit manajemen merupakan bagian integral dari organisasi di mana klien utama mereka
adalah manajemen dan dewan direksi dan dewan komisaris, termasuk komite-komite yang ada.
Meskipun dalam perkembangannya pada saat ini dimungkinkan untuk
dilakukan outsourcingatau co-sourcing auditor audit manajemen, namun sekurang-kurangnya
penanggung jawab aktivitas audit manajemen (CAE) tetaplah bagian integral dari organisasi.
Sebaliknya, auditor eksternal merupakan pihak ketiga alias bukan bagian dari organisasi. Mereka
melakukan penugasan berdasarkan kontrak yang diatur dengan ketentuan perundang-udangan
maupun standar profesional yang berlaku untuk auditor eksternal.
3. Perbedaan pemberlakuan
Secara umum, fungsi audit manajemen tidak wajib bagi organisasi. Namun demikian untuk
perusahaan yang bergerak di industri tertentu, seperti perbankan, dan juga perusahaan-
perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia diwajibkan untuk memiliki auditor audit
manajemen. Perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN) juga diwajibkan untuk memiliki
auditor audit manajemen. Sementara itu, pemberlakuan kewajiban untuk dilakukan audit
eksternal lebih luas dibandingkan audit internal. Perusahaan-perusahaan yang listing, badan-
badan sosial, hingga partai politik dalam keadaan-keadaan tertentu diwajibkan oleh ketentuan
perundang-undangan untuk dilakukan audit eksternal.
4. Perbedaan kualifikasi
Kualifikasi yang diperlukan untuk seorang auditor internal tidak harus seorang akuntan, namun
juga teknisi, personil marketing, insinyur produksi, serta personil yang memiliki pengetahuan
dan pengalaman lainnya tentang operasi organisasi sehingga memenuhi syarat untuk melakukan
audit manajemen. Auditor eksternal harus memiliki kualifikasi akuntan yang mampu memahami
dan menilai risiko terjadinya errors dan irregularities, mendesain audit untuk memberikan
keyakinan memadai dalam mendeteksi kesalahan material, serta melaporkan temuan tersebut.
Pada kebanyakan negara, termasuk di Indonesia, auditor perusahaan publik harus menjadi
anggota badan profesional akuntan yang diakui oleh ketentuan perundang-undangan.
6. Perbedaan timing
Auditor internal melakukan review terhadap aktivitas organisasi secara berkelanjutan, sedangkan
auditor eksternal biasanya melakukan secara periodik atau tahunan.
3. Peran interviewer
Komunikasi yang akan dilakukan oleh auditor, sering kali dalam bentuk wawancara. Tujuannya
adalah mencari fakta dan bukan opini. Karena itu auditor audit manajemen harus paham
mengenai:
Konteks dari wawancara yang dilakukan
Isi dari bahan yang ingin dicarinya
Pola interogasi harus dihindarkan. Hal ini mungkin terjadi jika keterampilan wawancara kurang
dikuasai dan pewawancara kurang mampu menggali persoalan dengan memotivasi auditee.
Wawancara sebaiknya dimulai dengan menentukan posisi kepercayaan (trust), baru kemudian
diikuti dengan penetapan berbagai; aspek yang diperlukan dalam wawancara (positioning) dan
dilanjutkan dengan; mengembangkan wawancara sendiri.
(2) Pengendalian
Sebagai manajemen auditor diharapkan untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian, ada
reaksi naluriah dari auditee untuk memiliki sejumlah ketakutan bahwa tindakannya ketika
dilaporkan cenderung menyebabkan efek buruk pada mereka yang menerima laporan auditor,
yaitu, pada manajemen puncak. Ada sejumlah ketakutan yang dapat dibenarkan bahwa pendapat
manajemen puncak atas kinerja atau pelaksanaan prosedur pengendalian mereka mungkin akan
terpengaruh oleh laporan auditor. Oleh karena itu, auditor manajemen, menjadi bagian dari
sistem pengendalian dan evaluasi menyeluruh dari kontrol, menyebabkan tumbuhnya
antagonisme pada auditee. Menurut sebuah studi penelitian, penyebab antagonisme adalah
sebagai berikut :
Takut bahwa kritik berasal dari temuan audit yang merugikan.
Takut perubahan dalam kebiasaan kerja sehari-hari karena antagonisme adalah kebiasaan
disebabkan perubahan yang dihasilkan dari rekomendasi audit. Tindakan hukuman oleh atasan
yang berawal dari adanya kekurangan yang dilaporkan.
Praktik audit sensitif - laporan yang terlalu kritis, laporan yang berfokus hanya pada kekurangan
saja, hal ini dapat dipersepsikan bahwa auditor memperoleh keuntungan pribadi dari pelaporan
kekurangan.
Gaya audit bermusuhan - yaitu kurangnya pemahaman tentang masalahauditee, tidak adanya
empati, adanya perasaan superioritas oleh auditor, konsentrasi yang berlebihan pada kesalahan
tidak signifikan, nada menghakimi ketika mengajukan pertanyaan, dan perhatian yang lebih
besar dengan memamerkan cacat daripada membantu secara konstruktif untuk memperbaiki
kondisi.
Penyebab penting lainnya adalah bahwa penelitian auditor atas sistem dan prosedur yang ada
dapat memberikan ruang atas rekomendasi untuk perubahan sistem tersebut, diketahui bahwa
terdapat resistensi terhadap perubahan, dan hal ini adalah suatu yang wajar. Ketika perubahan
yang direkomendasikan oleh auditor, resistensi terhadap perubahan diarahkan kepada
rekomendasi auditor dan auditor. Auditor dipandang sebagai instrumen kemungkinan untuk
merekomendasikan perubahan dan auditee tidak menyambut kunjungan auditor dan jauh lebih
sedikit memperhatikan studi mereka dan laporan mereka setelahnya. Dalam pandangan di atas,
ketakutan akan evaluasi kinerja mereka dan kemungkinan perubahan yang disarankan dalam
sistem yang sudah familiar membentuk penyebab utama masalah perilaku antara auditor
danauditee. Ini tidak harus, bagaimanapun, terlalu dipermasalahkan bahwa selain penyebab di
atas, pendekatan umum auditor pada perannya dan perilakunya menambahkan dimensi lain
dengan sifat masalah perilaku.