Referat KJDR
Referat KJDR
PENDAHULUAN
1
Diagnosis dini dalam kasus kematian janin adalah melalui
pemantauan kesejahteraan janin serta pemeriksaan kehamilan (antenatal
care) yang teratur. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang dapat menegakkan diagnosis kematian janin intra
uterin.1,2
Dalam referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai IUFD dari
faktor risiko, etiologi hingga upaya penatalaksanaannya.1
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Definisi
3
Berat maternal pada kunjungan antenatal care juga mempengaruhi
risiko IUFD. Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan IUFD telah
dilaporkan oleh Little dan Cnattingius. Stephansson dkk dalam studi kasus
kontrol terhadap 700 primipara dengan IUFD dan 700 kontrol melaporkan
bahwa primipara yang mengalami kelebihan berat badan (IMT 25-29,9)
ternyata memiliki risiko dua kali lipat akan terjadinya IUFD dibandingkan
wanita dengan IMT 19,9. Risiko ini akan jauh berlipat pada primipara
obesitas (IMT 30). Kenaikan berat badan yang terjadi selama kehamilan
tampaknya tidak memperngaruhi risiko IUFD.3
II.3. Etiologi
4
1. Faktor Maternal 3
Kehamilan post-term
2. Faktor fetal 3
( 42 minggu).
Diabetes Mellitus tidak Kehamilan ganda
5
Sebagian besar informasi kausa yang mendasari terjadinya IUFD
diperoleh dari audit perinatal. Beberapa studi melaporkan kausa spesifik
IUFD sebagai berikut :
6
Penyakit hipertensif (hipertensi gestasional, preeklampsia,
hipertensi kronis dan superimposed pre-eklampsia) merupakan
komplikasi medis yang sering dijumpai pada kehamilan dan memicu
morbiditas dan mortalitas yang bermakna.4
7
daripada kasus lainnya dengan trisomi 7,16 dan 18 yang makin
banyak terjadi.4
8
Gambar 1 : Kompresi tali pusat. 4
9
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio
placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi
normalnya di uterus, dilaporkan sebanyak 12 % menyebabkan IUFD.4
5) Infeksi
10
Tabel 2 : Perinatal Group B Streptococcal Infection4
11
pecahnya ketuban sebelum waktunya yang mengakibatkan persalinan
pre-term bahkan dapat berakhir dengan kematian janin.4
12
antenatal yang lebih jarang, primiparitas, paritas lebih dari tiga, status
sosioekonomi rendah dan usia maternal lebih dari 40 tahun.4
II.4 Klasifikasi
13
Gambar 5 : Maserasi Grade II 5
5. Maserasi grade III (durasi >8 hari) : Hepar kuning kecoklatan, efusi
cairan keruh, mungkin terjadi mumifikasi. Badan janin sangat lemas,
hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem
dibawah kulit.
II.5. Diagnosis
2) Pemeriksaan Fisik :
14
Inspeksi : Tinggi fundus uteri berkurang atau lebih rendah dari
usia kehamilannya. Tidak terlihat gerakan-gerakan janin yang
biasanya dapat terlihat pada ibu yang kurus.
15
c. Hiperekstensi kepala tulang leher janin (tanda Gerhard)
d. Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin (tanda
Robert)
Gejala dan Tanda
Gejala dan Tanda Kemungkinan
yang Kadang-
yang Selalu Ada Diagnosis
Kadang Ada
Gerakan janin berkurang Syok, uterus
atau hilang, nyeri perut tegang/kaku, gawat Solusio
hilang timbul atau janin atau DJJ tidak Plasenta
menetap, perdarahan terdengar
pervaginam sesudah
hamil 22 minggu
Gerakan janin dan DJJ Syok, perut kembung/
tidak ada, perdarahan, cairan bebas intra Ruptur Uteri
nyeri perut hebat abdominal, kontur
uterus abnormal,
abdomen nyeri, bagian-
bagian janin teraba,
denyut nadi ibu cepat
Gerakan janin berkurang Cairan ketuban
atau hilang, DJJ bercampur mekonium Gawat Janin
abnormal
(<100/mnt/>180/mnt)
Gerakan janin/DJJ hilang Tanda-tanda kehamilan
berhenti, TFU IUFD
berkurang, pembesaran
uterus berkurang
II.6. Komplikasi
16
Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun keluarga,
apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung lama. Bila
terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian
janin lebih dari 2 minggu.7
II.7. Penatalaksanaan
17
a. Jika servik matang, lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin atau prostaglandin.
10. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan
mudah pecah, waspada koagulopati
11. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan
melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
18
19
Metode-Metode Terminasi : 6
1. Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu :
Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus
dimana telah terjadi pematangan serviks. Pemberian dimulai
dengan 5-10 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5%
melalui tetesan infus intravena. Dua botol infus dapat diberikan
dalam waktu yang bersamaan. Pada kasus yang induksinya gagal,
pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin dinaikkan pada hari
berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml
larutan Dextrose 5% dengan kecepatan 30 tetes per menit.
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama,
dosis dinaikkan menjadi 40 unit. Resiko efek antidiuretik pada
dosis oksitosin yang tinggi harus dipikirkan, oleh karena itu tidak
boleh diberikan lebih dari dua botol pada waktu yang sama.
Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil
dapat menurunkan resiko tersebut. Apabila uterus masih
refrakter, langkah yang dapat diulang setelah pemberian
prostaglandin per vaginam. Kemungkinan terdapat kehamilan
sekunder harus disingkirkan bila upaya berulang tetap gagal
menginduksi persalinan.
Prostaglandin
Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah
forniks posterior sangat efektif untuk induksi pada keadaan
dimana serviks belum matang. Pemberian dapat diulang setelah
6-8 jam. Langkah induksi ini dapat ditambah dengan pemberian
oksitosin.
20
2. Operasi Sectio Caesaria (SC)
Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya dilakukan pada
kasus yang dinilai dengan plasenta praevia, bekas SC ( dua atau lebih)
dan letak lintang.
II.8. Pencegahan
21
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Winknjosastro H. Kematian Perinatal Dalam Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga
Cetakan Kesembilan. 2007. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Balai Penerbit FK UI : Jakarta.
4. Evaluation of Fetal Death. James F Lindsay. Sept 17, 2004. Diakses dari
www.emedicine.com
6. Gibbs RS, Roberts DJ. Case 27-2007: A 30-Year-Old Pregnant Woman with
Intrauterine Fetal Death. N Engl J Med 2007;357:918-25.
23