Anda di halaman 1dari 42

Dasar-Dasar Akuntansi

Buku Besar (Dasar-Dasar Akuntansi)


A. PENGERTIAN
Buku Besar adalah buku yang berisi semua rekening-rekening (kumpulan rekening) yang ada
dalam laporan keuangan.
Buku ini mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada masing-masing rekening dan pada
akhir periode akan tampak saldo dari rekening-rekening tersebut. Setiap transaksi yang telah
dicatat dalam jurnal akan diposting atau dipindahkan ke Buku Besar secara berkala.

B. BENTUK
Bentuk Akun Buku Besar yang sederhana adalah bentuk T, sebagai berikut:

Buku Besar .. Buku Besar .

Debet Kredit Debet Kredit

Bentuk Akun Buku Besar T yang cukup lengkap berbentuk sebagai berikut:

Nama Rekening No.


Debet Kredit
Tgl. Keterangan Ref. Jumlah Tgl. Keterangan Ref. Jumlah

Bagian Referensi mengacu pada pencatatan dalam jurnal yaitu halaman jurnal pada saat transaksi
dicatat.
Proses posting mengacu ke pencatatan Debet atau Kredit pada jurnal yaitu bila dalam jurnal
dicatat dalam sisi debet dari suatu perkiraan tertentu maka dalam perkiraan Buku Besar untuk
perkiraan yang sama juga harus didebet.

C. CONTOH
Berdasar contoh jurnal pada BAB III dapat dilakukan posting ke Buku Besar sebagai berikut:

Setelah seluruhnya diposting, masing-masing perkiraan dapat dihitung saldonya dengan cara
seperti contoh di atas.

Neraca Saldo (Dasar-Dasar Akuntansi)


A. PENGERTIAN
Neraca Saldo adalah daftar yang berisi kumpulan seluruh rekening/perkiraan Buku Besar.
Neraca Saldo biasanya disiapkan pada akhir periode atau dapat juga disiapkan kapan saja untuk
memastikan keseimbangan Buku Besar. Untuk menyiapkan Neraca Saldo, saldo tiap perkiraan
harus ditentukan terlebih dahulu.

B. FUNGSI
Neraca Saldo disusun untuk memastikan bahwa Buku Besar secara matematis adalah akurat
dengan pengertian bahwa jumlah saldo-saldo debet selalu sama dengan saldo-saldo kredit.
Namun keseimbangan bukan berarti catatan-catatan akuntansi benar-benar akurat.

C. BENTUK

NERACA SALDO
Nama Rekening No. Rekening Debet Kredit

Saldo setiap rekening disusun berurutan dari rekening Neraca dan rekening Rugi Laba sebagai
berikut:

1. Aktiva Lancar

2. Aktiva Tetap

3. Aktiva Lain-lain

4. Hutang Lancar

5. Hutanng Tidak Lancar

6. Ekuitas

7. Pendapatan Operasi

8. Pendapatan Non Operasi


9. Beban Operasi

10. Beban Non Operasi

D. CONTOH
Berdasar contoh Buku Besar pada BAB IV dapat disusun Neraca Saldonya sebagai berikut:

NERACA SALDO
Nama Rekening No. Rekening Debet Kredit
Kas 356.250.000 -
Piutang 5.000.000 -
Kendaraan 150.000.000 -
Peralatan 50.000.000
Hutang - 50.000.000
Modal - 500.000.000
Pendapatan 13.000.000
Beban Telepon 1.000.000 -
Beban Asuransi 750.000 -

Saldo 563.000.000 563.000.000


Latihan 12
Berdasarkan soal latihan 11 pada BAB IV susunlah Neraca Saldonya.

Jawab:
NERACA SALDO
Nama Rekening No. Rekening Debet Kredit

Jurnal (Dasar-Dasar Akuntansi)


A. PENGERTIAN
Jurnal adalah catatan sistematis dan kronologis dari transaksi-transaksi keuangan dengan
menyebutkan rekening yang akan didebet atau dikredit disertai jumlahnya masing-masing dan
referensinya.
B. FUNGSI
Jurnal bagi suatu perusahaan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Analisis

Yaitu untuk menentukan perkiraan yang di debet dan perkiraan yang dikredit serta jumlahnya
masing-masing.

2. Fungsi Pencatatan

Yaitu untuk mencatat transaksi keuangan dalam kolom debet dan kredit serta keterangan yang
perlu

3. Fungsi Historis

Yaitu untuk mencatat aktivitas perusahaan secara kronologis.

C. BENTUK
Bentuk jurnal adalah sebagai berikut:
Hal:.
Tanggal Rekening & Keterangan Referensi Debet Kredit

CONTOH
Berikut ini adalah contoh jurnal dari transaksi-transaksi:

1. Pada tanggal 1 Januari 2002 Tuan Raka menyetorkan uang ke perusahaan sebesar Rp.
500.000.000,- sebagai setoran modal.

Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit


Kas
500.000.000
01-01-2002 Modal, Tn Raka
- 500.000.000
(setoran modal Tn Raka)

1. Pada tanggal 5 Januari 2002 perusahaan membeli sebuah mobil seharga Rp.
150.000.000,- serta tunai.
Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit
Kendaraan
150.000.000
05-01-2002 Kas
- 150.000.000
(pembelian kendaraan)

1. Pada tanggal 6 Januari 2002 membeli mesin fotokopi seharga Rp.50.000.000,- secara
kredit.

Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit


Peralatan
50.000.000
06-01-2002 Hutang Dagang
- 50.000.000
(pembelian mesin foto kopi)

1. Pada tanggal 15 Januari 2002 dibayar beban telepon sebesar Rp.1.000.000,-.

Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit


Beban telepon
1.000.000
15-01-2002 Kas
- 1.000.000
(membayar beban telepon)

1. Pada tanggal 18 Januari 2002 diterima pendapatan dari jasa foto kopi sebesar Rp.
8.000.000,-.

Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit


Kas
8.000.000
18-01-2002 Pendapatan
- 8.000.000
(penerimaan pendapatan foto kopi)

1. Pada tanggal 26 Januari 2002 dibayar asuransi sebesar Rp. 750.000,-.

Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit


Beban Asuransi
750.000
20-01-2002 Kas
- 750.000
(membayar beban asuransi)

1. Pada tanggal 21 Januari 2002 perusahaan telah menyelesaikan jasa foto kopi sebesar
Rp.5.000.000,- tetapi uangnya belum diterima
Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit
Piutang
5.000.000
21-01-2002 Pendapatan
- 5.000.000
(penerimaan pendapatan foto kopi)

Latihan 10
Buatlah jurnal untuk transaksi-transaksi berikut ini:

1. Tanggal 5 Maret 2002 Tuan Rangga menyetorkan uang ke perusahaan sebesar Rp.
50.000.0000,- sebagai setoran modal.

2. Tanggal 7 Maret 2002 dibeli perlengkapan sebesar Rp. 2.000.000,- secara tunai.

3. Tanggal 15 Maret 2002 dibeli sebuah mobil seharga Rp. 90.000.000,- secara kredit
dengan uang muka sebesar Rp. 10.000.000,-.

4. Tanggal 17 Maret 2002 dibeli mesin fotokopi seharga Rp. 30.000.000,- tunai.

5. Tanggal 20 Maret 2002 diterima pendapatan sebesar Rp. 15.000.000,-

6. Tanggal 22 Maret 2002 dibayar beban telepon sebesar Rp. 500.000,-

7. Tanggal 25 Maret 2002 dibayar angsuran pembelian mobil sebesar Rp.3.000.000,-

8. Tanggal 26 Maret 2002 diterima pendapatan sebesar Rp. 10.000.000,-

9. Tanggal 27 Maret 2002 dijual sebuah mesin fotokopi seharga Rp.25.000.000,- secara
kredit.

10. Tanggal 30 Maret 2002 dibayar gaji pegawai sebesar Rp.2.000.000,-

Jawab:
JURNAL

Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit


Neraca Lajur (Dasar-Dasar Akuntansi)
A. PENGERTIAN
Neraca Lajur adalah kertas kerja berkolom-kolom untuk memudahkan dalam membuat
penyesuaian dan penyusunan laporan keuangan.
Neraca Lajur disusun dengan memindahkan data-data Neraca Saldo dan Jurnal Penyesuaian..

B. BENTUK
Berikut ini adalah bentuk Neraca Lajur 10 (sepuluh) kolom.

NERACA LAJUR
Neraca Penyesuai Neraca Saldo setelah Rugi-
Perkiraan Neraca
Saldo n Penyesuain Laba
D K D K D K D K D K
C. CONTOH

Berdasarkan contoh Neraca Saldo pada BAB V dan contoh jurnal penyesuaian pada BAB VI
dapat disusun Neraca Lajur sebagai berikut:

NERACA LAJUR
(Dalam Ribuan)
Neraca Saldo
Perkira
Neraca Saldo Penyesuain setelah Rugi-Laba Neraca
an
Penyesuain
D K D K D K D K D K
356.2 356.2 356.2
Kas
50 50 50
Piutang
5.000 5.000 5.000
dagang
Kendara 150.0 150.0 150.0
an 00 00 00
Peralatan 50.00 50.00 50.00
0 0 0
Hutang 50.00 50.00 50.00
dagang 0 0 0
500.0 500.0 500.0
Modal
00 00 00
Pendapat 13.00 12.90 12.90
600 500
an 0 0 0
Beban
1.000 1.000 1.000
telepon
Beban
750 500 250 250
asuransi
563.0 563.0
00 00

Beban
depresias 9.000 9.000 9.000
i
Ak.
9.000 9.000 9.000
Depr.
Asuransi
dibyr 500 500 500
dimk
Beban
2.000 2.000
gaji
Hutang
2.000 2.000 2.000 2.000
gaji
Pendptan
diterima 600 600 600
dimk
Piutang
pendapat 500 500 500
an
12.25 12.25 574.5 574.5 12.25 12.90
650
0 0 00 00 0 0
Laba 650
12.90 12.90 562.2 562.2
0 0 50 50

Latihan 14
Buatlah jurnal penyesuaian untuk transaksi-transaksi berikut ini:

1. Perusahaan telah membayar sewa gedung kantor untuk 3 tahun ini sebesar Rp
12.000.000;

2. Perusahaan telah menyelesaikan pekerjaan perbaikan mobil senilai Rp 10.000.000; tetapi


uangnya belum diterima.

3. Asuransi yang telah jatuh tempo sebesar Rp 1.000.000; dari Rp 2.000.000;

4. Perusahaan masih harus membayar gaji pegawai sebesar Rp 750.000;

5. Sisa perlengkapan yang ada sebesar Rp 500.000;

6. Beban depresiasi kendaraan sebesar Rp 1.000.000;

Jawab :
JURNAL PENYESUAIAN
Tanggal Rekening Ref Debet Kredit

Berdasarkan data neraca saldo berikut ini dan jurnal penyesuaian di atas buatlah neraca lajurnya!

NERACA LAJUR
(Dalam Ribuan)
Neraca Saldo Rugi-
Perkiraan Neraca Saldo Penyesuain Neraca
setelah Penyesuain Laba
D K D K D K D K D K
Kas 100.000
Piutang 50.000
Perlengkapan
1.000
Peralatan 75.000
Kendaraan 80.000
Hutang 80.000
Modal 200.000
Pendapatan 41.000
Beban
500
telepon
Beban gaji 500
Beban 2.000
Asuransi
Beban sewa 12.000
321.000 321.000

Laporan Keuangan (Dasar-Dasar Akuntansi)


A. TUJUAN
Berdasar Neraca Lajur dapat disusun laporan keuangan perusahaan. Tujuan dari disusunnya
laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pengambilan
keputusan pemakaiannya.
Laporan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

B. LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan perusahaan terdiri dari :

1. Laporan Laba Rugi

yaitu laporan mengenai pendapatan, beban, dan laba atau rugi suatu perusahaan dalam suatu
periode tertentu.

2. Laporan Perubahan Modal

yaitu laporan yang menyajikan perubahan modal karena penambahan dan pengurangan dari
laba/rugi dan transaksi pemilik.

3. Neraca

yaitu laporan yang menggambarkan posisi keuangan dari suatu perusahaan yang meliputi
aktiva, kewajiban dan ekuitas pada suatu saat tertentu.

4. Laporan Arus Kas

yaitu laporan yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode
tertentu. Laporan Arus Kas akan dibahas dalam bab tersendiri.

C. CONTOH
Berdasarkan contoh Neraca Lajur pada BAB VIII dapat disusun laporan keuangan sebagai
berikut:

Tn. RAKA
LAPORAN LABA RUGI
untuk periode yang berakhir 31 Desember 2002

Tn. RAKA
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Per 31 Desember 2002

Tn. RAKA
NERACA
Per 31 Desember 2002

AKTIVA
Rp.
Aktiva Lancar:
356.250.000,- HUTANG Rp. 50.000.000,-
Kas
5.000.000,- 2.000.000,-
Piutang dagang
500.000,- Hutang Dagang 600.000,-
Asuransi di bayar dimuka
500.000,- Hutang gaji
Piutang Pendapatan
Pendapatan ditrm
dimuka
Aktiva Tetap:
500.650.000,-
Kendaraan 150.000.000
Ak. depr. Kendr
Rp. MODAL
9.000.000
141.000.000,- Modal Tn. Raka
50.000.000,- Rp.
Peralatan
Rp. 553.250.000,-
553.250.000,-
Latihan 15
Berdasarkan data di bawah ini, susunlah Laporan Rugi Laba untuk PT TAKSAKA periode 1
Januari 2002 sampai dengan 31 Desember 2002.

1. Beban Perlengkapan kantor .

2. Beban iklan

3. Beban gaji pegawai


Rp. 75.000,-
4. Beban sewa kantor
Rp. 350.000,-
Rp. 4.000.000,-
5. Beban asuransi
Rp. 500.000,-
Rp. 200.000,-
6. Pendapatan
Rp. 7.500.000,-
Rp. 125.000,-
7. Beban telepon
Rp. 100.000,-
Rp. 300.000,-
8. Beban listrik dan air
Rp. 200.000,-
Rp. 250.000,-
9. Beban penyusutan mesin
Rp. 200.000,-
10. Beban penyusutan mobil

11. Pendapatan bunga

12. Beban bunga

D. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS/MODAL

Latihan 16
Dengan menggunakan data Laporan Rugi Laba di atas susun Laporan Perubahan Modal PT
TAKSAKA per 31 Desember 2002 dengan asumsi Modal 1 Januari 2002 sebesar Rp. 1.200.000,-
dan pengambilan oleh pemilik sebesar Rp. 300.000,-.

Latihan 17
Berdasarkan data di bawah ini dan data Laporan Perubahan Modal dalam Latihan 16, susunlah
Neraca untuk PT TAKSAKA per tanggal 31 Desember 2000.

Kas Rp. 400.000,-


Hutang lancar Rp. 350.000,-
Hutang pajak Rp. 50.000,-
Asuransi dibayar di muka Rp. 130.000,-
Peralatan Rp. 1.500.000,-
Kendaraan Rp. 1.200.000,-
Akumulasi penyusutan peralatan Rp. 300.000,-
Piutang Rp. 460.000,-
Akumulasi penyusutan kendaraan .. Rp. 200.000,-
Sewa yang masih harus dibayar Rp. 200.000,-
Perlengkapan kantor Rp. 160.000

Jurnal Penutup dan Jurnal Pembalik (Dasar-Dasar Akuntansi)


A. PENGERTIAN
Jurnal Penutup adalah ayat jurnal yang dibuat pada akhir periode akuntansi untuk menutup
rekening-rekening nominal/sementara.
Akibat penutupan ini maka rekeningrekening ini pada awal periode akuntansi saldonya nol.
B. JURNAL PENUTUP
Terdapat 4 (empat) jurnal penutup yang harus dibuat yaitu:

1. Menutup rekening Pendapatan

Rekening Debet Kredit


Pendapatan
xxx
Ikhtisar Rugi/Laba xxx

1. Menutup rekening Beban

Rekening Debet Kredit


Ikhtisar Rugi/Laba
xxx
Beban xxx

1. Menutup rekening Ikhtisar Rugi/Laba

Rekening Debet Kredit


Ikhtisar Rugi/Laba
xxx
Modal xxx

1. Menutup rekening Prive

Rekening Debet Kredit


Modal
xxx
Prive xxx
C. CONTOH
Berikut adalah data laporan Rugi laba suatu perusahaan:
Pendapatan. Rp. 12.900.000,-
Beban telepon Rp. 1.000.000,-
Beban asuransi Rp. 250.000,-
Beban depresiasi Rp. 9.000.000,-
Beban gaji.. Rp. 2.000.000,-
Jurnal penutup yang harus dibuat pada akhir periode akuntansi adalah sebagai berikut:

JURNAL PENUTUP
Rekening Debet Kredit
Menutup Pendapatan:

Pendapatan
12.900.000
Ikhtisar Rugi/Laba 12.900.000

Menutup Beban:

Ikhtisar Rugi/Laba
Beban telepon 1.000.000
Beban asuransi 12.250.000 250.000
Beban depresiasi 9.000.000
Beban gaji 2.000.000
Menutup Ikhtisar Rugi/Laba:

Ikhtisar Rugi/Laba
650.000
Modal 650.000

Latihan 18
Buatlah jurnal penutup berdasarkan data-data sebagai berikut:
Pendapatan . Rp. 20.000.000,-
Beban telepon Rp. 1.500.000,-
Beban asuransi Rp. 1.000.000,-
Beban depresiasi Rp. 10.000.000,-
Beban gaji . Rp. 4.000.000,-
Beban perlengkapan Rp. 2.000.000,-
Prive... Rp. 5.000.000,-

Jawab:
JURNAL PENUTUP

Rekening Debet Kredit


E. REVERSING ENTRIES (JURNAL BALIK)
Jurnal balik adalah jurnal yang dibuat pada awal periode sebagai kebalikan dari sebagian jurnal
penyesuaian pada akhir periode sebelumnya. Jurnal ini bersifat opsional namun jika dilakukan
memberikan manfaat. Tidak semua ayat jurnal penyesuaian dilakukan reversing entries. Jurnal
penyesuian yang dibalik adalah:

1. Hutang biaya

2. Piutang Pendapatan

3. Pendapatan Diterima Dimuka jika digunakan pendekatan pendapatan

4. Biaya Dibayar Dimuka jika digunakan pendekatan beban (biaya)

Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini disajikan ikhtisarnya saja sebagai berikut:

No
Jenis AJP Ayat Jurnal Penyesuaian Jurnal Balik
.

Biaya Gaji 10 Hutang Gaji 10


1. Hutang Biaya 10 10
Hutang Gaji 0 Biaya Gaji 0
0 0

Piutang Bunga 15 Pendapatan Bunga 15


2. Piutang Bunga 15 15
Pendapatan Bunga 0 Piutang Bunga 0
0 0
Pendapatan Tiket Pendapatan Tiket
Pendapatan Diterima 20 20
3. Pendapatan Tiket 20 DD 20
Dimuka 0 0
DD 0 Pendapatan Tiket 0
Sewa Dibayar Beban Sewa
90 90
4. Biaya Dibayar Dimuka Dimuka 90 Sewa Dibayar 90
0 0
Beban Sewa 0 Dimuka 0

Akuntansi Hutang

1. PENGERTIAN

Jika kita ingat kembali persamaan dasar akuntansi, sisi kiri persamaan akuntansi adalah harta
(aktiva) dan sisi kanan terdiri dari hutang dan modal. Hutang menunjukkan besarnya
kepentingan kreditur pada harta perusahaan. Sementara itu modal menunjukkan besarnya
kepentingan pemilik pada harta perusahaan. Persamaan tersebut juga tergambar pada neraca
yang memuat harta, hutang dan modal.
Adanya hutang di neraca menunjukkan perusahaan pernah menarik sumber daya yan digunakan
dari kreditur. Pada bab ini akan dibicarakan akuntansi atas kegiatan pendanaan yang berasal dari
kreditur. Hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomi di masa datang yang
bersifat probable
yang timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan harta atau
menyediakan jasa ke entitas lain di kemudian hari sebagai akibat dari transaksi atau kejadian
masa lalu. Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa hal penting yaitu :

1. Hutang ini timbul dari transaksi atau kejadian masa lalu.

2. Hutang harus melibatkan transfer asset atau penyediaan jasa dikemudian hari yang
bersifat probable (hampir pasti).

3. Hutang ini merupakan kewajiban dari suatu entitas.

1. KLASIFIKASI HUTANG

Untuk tujuan pelaporan, hutang diklasifikasikan sebagai hutang lancar dan hutang jangka
panjang. Suatu hutang yang berasal dari kegiatan operasional akan diklasifikasikan sebagai
hutang lancar jika hutang ini akan dilunasi dengan menggunakan harta lancar dalam satu tahun
ke depan atau dalam satu siklus operasi normal, yang mana yang lebih lama. Namun hutang yang
berasal dari pinjaman bank, atau pinjaman lainnya diklasifikasikan menurut kriteria satu tahun.
Suatu hutang yang jatuh tempo dalam satu tahun sejak tanggal neraca akan diklasifikasikan
sebagai hutang lancar.

2. PENGUKURAN HUTANG

Pengukuran merupakan proses pemberian atribut nilai pada hutang. Atribut nilai yang diberikan
pada hutang adalah nilai moneter. Namun ternyata pengklasifikasian hutang menjadi lancar dan
tidak lancar menjadi pertimbangan dalam pengukuran hutang. Secara umum hutang akan diukur
sebesar nilai sekarang dari hutang tersebut yang merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan
untuk melunasinya sekarang. Aturan ini lebih tepat untuk hutang tidak lancar. Sementara itu
hutang yang berasal dari kegiatan operasional misalnya hutang gaji dan hutang usaha, umumnya
hutang ini akan segera dilunasi sehingga selisih antara nilai jatuh tempo dengan nilai sekarang
hutang tersebut tidak material. Oleh karena itu hutang yang berasal dari operasional umumnya
untuk tujuan praktis disajikan sebesar nilai jatuh temponya.
Untuk tujuan pengukuran, baik hutang lancar maupun tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi
tiga jenis, yaitu :
1. Hutang yang jumlahnya sudah pasti. Contoh dari hutang ini adalah nominal dari
wesel atau obligasi.

2. Hutang yang jumlahnya harus diestimasi. Dilihat dari kepastiannya, hutang ini
pasti terjadi namun jumlahnya belum diketahui secara pasti. Hutang garansi
merupakan contohnya.

3. Hutang bersyarat (contingent liablility) yaitu suatu hutang yang akan muncul jika
terjadi kejadian lain. Contohnya perusahaan dituntut dipengadilan oleh
perusahaan lain. Perusahaan akan berkewajiban membayar uang jika pengadilan
memenangkan perusahaan yang menuntut tersebut. Tingkat kemungkinan
timbulnya hutang bersyarat dapat dibagi menjadi :

1. Probable : Tingkat kemungkinannya sangat tinggi dan bahkan dapat


dikatakan hampir pasti. Jika jumlah hutangnya dapat diestimasi dengan
handal, maka hutang ini dicatat, jika jumlahnya sulit diestimasi maka
keberadaan hutang ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

2. Reasonable posible : Kemungkinan terjadinya 50% atau dapat terjadi


dapat pula tidak. Jika kondisinya demikian cukup diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.

3. Remote : Kemungkinan terjadinya sangat kecil sehingga tidak perlu dicatat


dan dilaporkan kecuali untuk hutang jaminan pembayaran hutang
walaupun tingkat kemungkinan terjadinya kewajiban kecil tetapi harus
diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.

3. AKUNTANSI HUTANG JANGKA PENDEK

Seperti telah dibahas pada bagian di atas, hutang jangka pendek tidak perlu didiskontokan ke
nilai sekarang. Yang termasuk hutang ini adalah Hutang Usaha (Account Payable), serta berbagai
hutang opersional seperti hutang gaji, listrik, telepon, pajak dan sebagainya. Sementara itu untuk
hutang wesel, walaupun jangka pendek umumnya disajikan sebesar nilai sekarangnya.

1. Hutang operasional

Jenis
No. Perlakuan
Hutang
Hutang ini dicatat jika hak kepemilikan barang sudah berpindah kepada
Account
1. perusahaan. Dilihat dari jumlahnya, yang dicatat adalah sebesar jumlah
Payable
yang akan dibayar yaitu harga faktur.
Hutang Dicatat manakala jasa sudah dikonsumsi dan sebesar jumlah yang akan
2.
biaya dibayar.
1. Pinjaman jangka pendek

Perusahaan kadangkala menerbitkan sebuah promes atau janji tertulis untuk membayar uang
pada tanggal tertentu. Dilihat dari ada atau tidaknya tarip bunga yang harus dibayar, noters dapat
dibagi menjadi hutang wesel berbunga dan hutang wesel tak berbunga. Hutang wesel berbunga
merupakan hutang wesel yang penerbitannya disamping harus membayar nominal wesel juga
harus membayar bunga.
1) Hutang Wesel Berbunga (Interest Bearing Notes Payable)
Misalkan perusahaan pada tanggal 2 April 2004 perusahaan menerbitkan sebuah promes nilai
nominal Rp1.000.000,00 bunga 12% setahun yang akan jatuh tempo 30 Juni 2004 sebagai
pelunasan hutang usaha. Jurnal yang dibuat pada tanggal 2 April adalah sebagai berikut :

2004
April 1 Hutang Usaha 1.000.000
Wesel Bayar/Hutang Wesel 1.000.000

Selanjutnya pada tanggal jatuh tempo (30 Juni 2004) jurnal yang dibuat adalah
2004
Juni 30 Wesel Bayar/Hutang Wesel 1.000.000
Biaya Bunga 30.000
Kas 1.030.000
Bunga yang dibayar = 12% x 3/12 x Rp1.000.000,00 = Rp30.000,00

2) Wesel Bayar Tak Berbunga secara eksplisit (Non Interest Bearing Notes)
Dalam wesel tak berbunga, penerbit promes hanya membayar nilai nominal, dengan demikian
nilai nominal merupakan nilai pada saat jatuh tempo. Untuk tujuan pengukuran, wesel tersebut
didiskontokan dan jumlah dilaporkan di neraca adalah sebesar nilai sekarang yaitu nilai nominal
dikurangi diskontonya. Nilai sekarang dari hutang wesel ini kadangkala mudah diketahui,
misalkan pada tanggal 30 Desember 2003 perusahaan menyerahkan wesel tak berbunga nominal
Rp100.000.000,00 kepada seorang kreditur untuk melunasi hutang perusahaan kepadanya
sebesar Rp90.000.000,00. Jika diserahkannya promes (hutang wesel) tersebut adalah nilai hutang
yang dilunasi yaitu Rp90.000.000,00. Jatuh tempo wesel 30 Agustus 2004. Jurnal yang dibuat
saat ini adalah :
2004
April 1 Hutang Usaha 90.000.000
Diskon atas Wesel Bayar 10.000.000
Wesel Bayar/Hutang Wesel 100.000.000

Saldo rekening wesel bayar Rp100.000.000,00 dan saldo discount atas hutang wesel
Rp10.000.000,00 disajikan di neraca sebagai berikut :
Hutang Lancar :
Hutang Wesel 100.000.000
Dikurangi : Diskon atas Hutang Wesel 10.000.000 90.000.000
Pada tanggal 30 Agustus 2004, pada saat membayar wesel sebesar Rp100.000.000,00 perusahaan
membuat dua jurnal sebagai berikut :

2004
Agustus 30 Hutang Wesel 100.000.000
Kas 100.000.000
Biaya Bunga 10.000.000
Diskon atas Wesel Bayar 10.000.000

1. Hutang Lancar yang akan diganti dengan Hutang Jangka Panjang

Suatu hutang lancar kadangkala dapat dibiayai kembali seperti diciptakan surat hutang baru
sebagai pelunasan hutang pada saat jatuh temponya nanti. Surat Hutang yang baru akan jatuh
tempo melebihi setahun. Dengan adanya tindakan ini maka perusahaan tidak akan membayar
hutang dalam waktu setahun yang akan datang. Dalam kondisi seperti ini tentu akan lebih tepat
jika hutang tersebut tidak diklasifikasikan sebagai hutang jangka pendek. Namun terdapat syarat
syarat yang harus dipenuhi :

1. Manajemen bermaksud merefinance hutang tersebut menjadi hutang jangka


panjang.

2. Manajemen harus dapat menunjukkan kemampuan merefinance hutang tersebut


yang terbukti dengan :

1. pelaksanaan refinace tersebut terjadi pada masa setelah tanggal neraca


tetapi sebelum laporan keuangan diterbitkan

2. mencapai kesepakatan yang kuat yang secara jelas yang memungkinkan


refinance dengan dasar jangka panjang.

2. Line of Credit

Perusahaan kadangkala mengadakan perjanjian dengan bank. Bank akan memberikan pinjaman
kepada perusahaan sewaktu-waktu membutuhkan. Karena perjanjian ini sudah disetujui maka
pada saat perusahaan menarik dana dari Bank, perusahaan tidak perlu melalui proses yang
panjang . Pengaruhnya terhadap akuntansi adalah :

1. Pada saat line of credit ditandatangani, perusahaan belum mencatat adanya hutang

2. Jika perusahaan menarik uang dari bank, saat itu perusahaan mencatat hutang
(lancar atau tidk lancar tergantung pada hutang tersebut kapan jatuh temponya).
1. AKUNTANSI HUTANG JANGKA PANJANG

Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jatuh tempo melebihi satu tahun sejak tanggal
neraca. Hutang ini dapat didukung dengan penerbitan promes dan hutang seperti ini disebut
hutang wesel jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat juga didukung dengan menerbitkan
sertifikat yang lazim disebut surat Obligasi. Karena akuntansi untuk hutang wesel jangka pendek
di atas hakekatnya sama dengan akuntansi hutang wesel jangka panjang, maka berikut ini hanya
akan dibahas hutang obligasi. Akuntansi untuk obligasi antara lain terdiri dari saat penerbitan
obligasi, saat pembayaran bunga dan amortisasi premium atau diskon serta pelunasannya.
Misalkan pada tanggal 1 Maret 2003 perusahaan menerbitkan obligasi nominal
Rp1.000.000.000,00 dengan bunga 12% setahun yang dibayar setiap tanggal 1 Maret dan 1
September. Harga jual obligasi Rp900.000.000,00. Jangka waktu obligasi 5 tahun.

1. Saat menerbitkan obligasi

2003
Maret 1 Kas 900.000.000
Disagio Obligasi 100.000.000
Hutang Obligasi 1.000.000.000
Hutang obligasi dicatat sebesar nilai nominal yaitu nilai yang tercantum pada sertifikat obligasi.
Selisih antara nilai nominal dengan kas yang diterima dicatat sebagai diskon.

1. Saat membayar bunga

2003
September 1 Biaya Bunga 60.000.000
Kas 60.000.000

Karena pada saat jatuh tempo perusahaan harus membayar sebesar nilai jatuh tempo, maka
rekening disagio harus diamortisasi dengan cara mendebit rekening Biaya Bunga dan mengkredit
rekening Disagio Obligasi. Jumlah amortisasi dapat ditentukan dengan metode garis lurus atau
metode lain. Jika digunakan metode garis lurus, amortisasi disagio untuk 1 Maret s/d 1
September adalah :
6/12 x (100.000.000/5) = Rp10.000.000,00 dan jurnal yang dibuat adalah :
2003
September 1 Biaya Bunga 10.000.000
Disagio Obligasi 10.000.000

1. Pada akhir tahun


Pada akhir tahun ada bunga yang belum dibayar selama 4 bulan yaitu dari 1 September s/d 31
Desember 2003. Disamping itu amortisasi disagio untuk masa itu juga perlu dilakukan. Untuk itu
pada tanggal 31 Desember 2003 dibuat adjustment sebagai berikut :
2003
Desember 31 Biaya Bunga 46.666.666,67
Disagio Obligasi 6.666.666,67
Hutang Bunga 40.000.000,00

1. Pada saat jatuh tempo

Jika amortisasi dilakukan secara konsisten, rekening disagio pada tanggal jatuh tempo obligasi
akan bersaldo Rp6.666.666,67 yaitu disagio yang akan diamortisir untuk bulan Januari dan
Pebruari 2008. Sementara itu rekening Hutang Obligasi bersaldo kredit sebesar
Rp1.000.000.000,00. Karena jumlah yang dibayar sebesar Rp1.000.000.000,00 ditambah dengan
bunga dari September 2007 s/d Maret 2008 maka jurnal yang dibuat sat itu adalah :
2008
Maret 1 Biaya Bunga 23.333.333
Hutang Bunga 40.000.000
Hutang Obligasi 1.000.000.000
Disagio Obligasi 3.333.333
Kas 1.060.000.000

Pada tanggal tersebut hutang obligasi sudah lunas dan rekening Hutang Obligasi bersaldo nol.

SOAL LATIHAN

Perusahaan pada tanggal 1 Oktober 2003 menyerahkan sebuah promes nominal Rp10.000.000,00
bunga 12% setahun sebagai pelunasan atas hutang usaha sebesar itu. Promes jatuh tempo pada
tanggal 1 April 2004.
Diminta :

1. Buat jurnal per 1 Oktober 2003

2. Buat jurnal per 31 Desember 2003 dan 1 April 2004

Akuntansi Aktiva Tetap

1. KLASIFIKASI

Aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi
perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak untuk
diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan. Aktiva operasi tidak lancar dapat
diklasifikasikan menjadi: (1) Aktiva Berwujud (tangible) dan (2) Aktiva Tak Berwujud
(intangible).

2. PENGELUARAN UNTUK AKTIVA TIDAK LANCAR

Pengeluaran untuk aktiva tidak lancar dapat dikelompokkan menjadi:

1. Pengeluaran pada waktu perolehan;

2. Pengeluaran seteleh aktiva tersebut diperoleh yang dapat dirinci menjadi:

1. Pengeluaran pendapatan yang lazim disebut revenue expenditure;

2. Pengeluaran modal yang lazim disebut capital expenditure.

1. PENCATATAN PEROLEHAN AKTIVA TIDAK LANCAR

Harta non current dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain:

1. Diperoleh dengan harga lumpsump;

2. Diperoleh dengan pembayaran berkala;

3. Pembelian dengan cara leasing;

4. Perolehan dengan trade-in

5. Perolehan dengan menerbitkan surat berharga;

6. Perolehan dari donasi; dan

7. Dibangun sendiri.

D. PEROLEHAN SEKELOMPOK AKTIVA DENGAN HARGA LUMPSUM


Harga lumpsump adalah suatu harga untuk beberapa aktiva. Sebagai contoh PT A membeli tanah,
bangunan dan peralatan dengan harga Rp $160,000. Harga ini harus dialokasikan kepada 3 jenis
harta tersebut dengan menggunakan perbandingan harga taksiran dari tanah, bangunan, dan
peralatan. Misalnya harta yang dibeli tersebut memiliki harga taksiran tanah $ 28,000, bangunan
$60,000, equipment $12,000, alokasi harga $160,000 tersebut adalah sebagai berikut:
Jenis harta Nilai Taksiran ($) Perhitungan Alokasi Jumlah Alokasi ($)
Tanah 28,000 28/100 x 160,000 44,800
Bangunan 60,000 60/100 x 160,000 96,000
Peralatan 12,000 12/100 x 160,000 19,200
Jumlah 100,000 160,000

Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah:


Tgl. Akun Debet Kredit

Tanah
2006 44,800
Bangunan
Jan 1 96,000
Peralatan
19,200
Kas 160,000

1. PEROLEHAN AKTIVA DENGAN PEMBAYARAN BERKALA

Jika statu harta tetap diperoleh dengan pembayaran difunda atau secara angsuran, maka aktiva
tersebut dicatat sebesar harga tunai aktiva tersebut bukan jumlah dari pembayaran angsuran dan
downpayment-nya. Ada beberapa variasi yang mungkin timbul, seperti:

1. Harga tunai diketahui;

2. Harga tunai tidak diketahui.

Contoh: perusahaan pada tanggal 2 Januari 2006 membeli sebuah aktiva yang harga tunainya
adalah $100,000. Pada waktu itu dibayar uang muka $35,000. sisanya akan dibayar dengan
angsuran tengah tahunan sebesar $5,000 ditambah bunga 10% dari hutang yang belum dibayar.
Jurnal yang dibuat selama tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Tgl. Akun Debet Kredit

2006 Tanah
Jan 2 Kas 100,000 35,000
Hutang 65,000

Tgl. Akun Debet Kredit

2006 Hutang
5,000
Jun 30 Biaya Bunga
3,250
Kas 8,250

1. PENGGUNAAN AKTIVA TETAP

Jika suatu aktiva tetap dapat digunakan lebih dari satu tahun maka aktiva tersebut bermanfaat
untuk memperolah pendapatan selama umurnya. Untuk menghubungkan cost aktiva tetap dengan
revenue yang diperoleh maka cost tersebut dicatat dan dilaporkan sebagai beban pada tahun-
tahun manfaatnya. Proses ini disebut depresiasi. Dengan demikian depresiasi adalah alokasi
secara sistematis dan rasional atas cost dari aktiva tetap ke tahun-tahun manfaatnya.
Jurnal yang dibuat untuk melakukan depresiasi setiap tahunnya adalah mendebet akun Beban
Depresiasi dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan. Misalkan untuk tahun 2005, perusahaan
menyusutkan mesin sebesar $ 5,000, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2005
Beban Penyusutan
Des 31 5,000
Akumulasi Penyusutan 5,000

Karena setiap akhir tahun ada penyusutan, maka perkiraan Akumulasi Penyusutan akan selalu
bertambah sepanjang masa manfaat aktiva.
Depresiasi bukanlah teknik untuk menilai aktiva tetap dan dengan melakukan depresiasi
tidaklah otomatis perusahaan menyisihkan uang untuk membeli aktiva tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah:

1. cost dari aktiva tetap,

2. umur ekonomis aktiva tetap,

3. nilai residu, dan

4. pola penggunaan aktiva tetap.

1. METODE DEPRESIASI

Terdapat beberapa metode depresiasi, yaitu:

Metode Garis Lurus

Metode Saldo Menurun

Metode Jumlah Angka Tahun

Metode Unit Input

Metode Unit Output

1. Metode Garis Lurus

Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:

1. (cost-nilai residu) : umur


Misalkan nilai sebuah peralatan yang diperoleh tahun 2005 senilai Rp 16.000.000,00 dan masa
manfaat ditentukan 5 tahun dengan nilai sisa Rp 1.000.000,00, besarnya penyusutan tahun 2006
dapat dihitung sebagai berikut: (16.000.000-1.000.000)/5 = Rp 3.000.000,00.

2. Ditentukan % penyusutan, kemudian penyusutan tahunan diperoleh dengan


cara mengalikan % tersebut dengan cost yang disusutkan sebagai berikut:

1. Prosentase penyusutan tahunan = 100% : umur, jadi = 100% : 5 = 20%.

2. Dihitung penyusutan = 20% x (16.000.000 1.000.000) = Rp


3.000.000,00.

2. Metode Saldo Menurun


Pertama, tentukan prosentase penyusutan, biasanya dua kali prosentase penyusutan metode garis
lurus. Dengan demikian jika ada mesin umurnya 5 tahun, maka tarif/prosentase penyusutan
tahunannya adalah 2 x 100% : 5 = 40%.
Setelah itu ditentukan nilai buku pada awal tahun. Nilai buku adalah saldo rekening aktiva tetap
dikurangi dengan saldo rekening akumulasi penyusutan. Untuk tahun pembelian, karena
akumulasi penyusutannya belum ada, maka nilai bukunya adalah sebesar harga perolehannya.
Selanjutnya besarnya penyusutan satu tahun dihitung dengan cara mengalikan % penyusutan
dengan nilai buku. Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp
16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun. Penyusutan tahun 2001, 2002, dan
2003 dapat dihitung sebagai berikut:
Tarif/prosentase penyusutan = 2 x (100% : 5) = 40%
Penyusutan tahun 2001 = 40% x Nilai Buku
= 40% x Rp 16.000.000
= Rp 6.400.000
Penyusutan tahun 2002 = 40% x Nilai buku awal tahun 2002
= 40% x (Rp 16.000.000 Rp 6.400.000)
= Rp 3.840.000
Penyusutan tahun 2003 = 40% x Nilai buku awal tahun 2003
= 40% x (16.000.000 6.400.000 3.840.000)
= Rp 2.304.000
Penyusutan tahunan dapat dicari dengan rumus lain yaitu menentukan Nilai Buku pada akhir
tahun ke-n = cost x (1 tarif)n
= Rp 16.000.000 x (1 0,4) n
Nilai buku akhir tahun ke-3 = Rp 16.000.000 x (1 0,4) 3
= Rp 16.000.000 x 0,216
= Rp 3.456.000,00.
Penyusutan tahun 2004 adalah 40% x Rp 3.456.000 = Rp 1.282.600,00.

2. Metode Jumlah Angka-angka Tahun

Alokasi cost aktiva tetap dilakukan berdasarkan angka tahun penggunaan. Jika umur aktiva tetap
adalah 5 tahun, maka tahun penggunaannya adalah tahun ke 1,2,3,4,5. Jumlah dari angka-angka
tersebut akan dijadikan penyebut. Sementara itu pembilangnya adalah sisa umur dari masing
awal tahun penggunaan. Pada awal penggunaan sisa umurnya masih lima tahun, oleh karenanya
pembilangnya adalah 5. Setelah digunakan 1 tahun, maka pada awal tahun kedua sisa umurnya
adalah empat tahun sehingga pembilangnya adalah 4. Demikian seterusnya untuk tahun ketiga,
keempat, dan seterusnya.
Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 ditaksir
masa manfaat 5 tahun dengan nilai residu Rp 1.000.000. Penyusutan tahun 2001, 2002, 2003,
2004, dan 2005 dapat dihitung sebagai berikut:
Tahun ke Perhitungan Jumlah
1 5/15 (16.000.000 1.000.000) 5.000.000
2 4/15 (16.000.000 1.000.000) 4.000.000
3 3/15 (16.000.000 1.000.000) 3.000.000
4 2/15 (16.000.000 1.000.000) 2.000.000
5 1/15 (16.000.000 1.000.000) 1.000.000

1. Metode Unit Input

Alokasi cost aktiva tetap ke beban penyusutan tahunan digunakan jumlah input yang dikeluarkan
(misalnya jam mesin) dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran input (jam mesin) yang
harus dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada
tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama
100.000 jam dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 5.000 jam,
maka penyusutan tahun 2001 adalah:
(5.000/100.000) x (Rp 16.000.000 Rp 1.000.000) = Rp 750.000

5. Metode Unit Output (Hasil)


Alokasi cost aktiva ke beban penyusutan tahunan menggunakan jumlah produk yang dihasilkan
dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran output (jumlah produk) yang akan dihasilkan
sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001
dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan untuk membuat produk sebanyak
200.000 unit dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 20.000 unit
maka penyusutan tahun 2001 adalah:
(20.000/200.000) x (Rp 16.000.000 Rp 1.000.000) = Rp 1.500.000

1. PENGAFKIRAN AKTIVA TETAP

Aktiva kadangkala dibuang karena sudah tidak digunakan lagi, misalkan sebuah mesin yang
harga belinya Rp 6.000.000,00 sampai tanggal 1 Januari 2000 sudah disusutkan sebesar Rp
4.750.000,00. Penyusutan tahunannya Rp 600.000,00. Pada tanggal 24 Maret 2001 dibuang.
Jurnal yang dibuat adalah:

1. Menyusutkan untuk tahun 2001


Tgl. Akun Debet Kredit
2001
Beban Penyusutan Mesin
Mar 24 150.000
Akumulasi Penyusutan Mesin 150.000

1. Membuang aktiva tetap

Tgl. Akun Debet Kredit

2001 Akumulasi Penyusutan Mesin


4.900.000
Mar 24 Kerugian Penghentian Mesin
1.100.000
Aktiva Tetap 6.000.000

1. PENJUALAN AKTIVA TETAP

Sebuah mesin yang costnya Rp 10.000.000 dan sampai dengan tanggal 31 Desember 2000 telah
disusutkan sebesar Rp 7.750.000, pada tanggal 2 Januari 2001 dijual. Buat jurnal jika harga
jualnya adalah:

1. Rp 2.250.000,00

2. Rp 1.000.000,00

3. Rp 3.000.000,00

Dijual dengan harga


No. Keterangan 2.250.000 1.000.000 3.000.000
1 Cost aktiva tetap 10.000.000 10.000.000 10.000.000
2 Akumulasi penyusutan s.d saat penjualan 7.750.000 7.750.000 7.750.000
3 Nilai buku saat penjualan 2.250.000 2.250.000 2.250.000
4 Harga jual 2.250.000 1.000.000 3.000.000
5 Laba (rugi) (4 3) 0 (1.250.000) 750.000

Jurnal:

1. Dijual dengan harga Rp 2.250.000,00

Tgl. Akun Debet Kredit


2000
Jan 2 Kas 2.250.000
Akumulasi Penyusutan
7.750.000
Aktiva Tetap 10.000.000

1. Dijual dengan harga Rp 1.000.000

Tgl. Akun Debet Kredit

Kas
2000 1.000.000
Akumulasi Penyusutan
Jan 2 7.750.000
Kerugian Penjualan Aktiva Tetap
1.250.000
Aktiva Tetap 10.000.000

1. Dijual dengan harga Rp 3.000.000

Tgl. Akun Debet Kredit

Kas
2000
Akumulasi Penyusutan 3.000.000
Jan 2
Laba Penjualan Aktiva Tetap 7.750.000 750.000
Aktiva Tetap 10.000.000

1. PERTUKARAN AKTIVA TETAP

Menurut paragraf 20 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau
pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos
semacam ini diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh yang mana yang
lebih andal, equivalent dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan
jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Dengan demikian pertukaran aktiva tidak
sejenis dapat mengakibatkan adanya laba atau rugi.
Menurut paragraf 21 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas
suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan
memiliki nilai wajar yang serupa. Jika aktiva lain seperti kas sebagai bagian dari transaksi
pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai
yang serupa. Berdasarkan paragraf 46 PSAK No. 16, pertukaran aktiva tetap seperti disebutkan
pada paragraf 21, biaya aktiva yang diperoleh sama dengan jumlah tercatat aktiva yang
dilepaskan dan tidak ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan.
1. Pertukaran Aktiva Tak Sejenis
Sebuah mesin dengan cost Rp 4.000.000,00 yang telah disusutkan Rp 3.200.000,00 ditukar
dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah Rp 5.000.000,00. Perusahaan harus
membayar uang Rp 3,900.000,00. Jurnalnya:
Tgl. Akun Debet Kredit
Mesin (baru) 5.000.000
Akumulasi Penyusutan
Mesin (lama) 4.000.000
3.200.000
Kas 3.900.000
Laba Penukaran Aktiva Tetap 300.000

1. Pertukaran Aktiva Sejenis

Sebuah mesin dengan cost Rp 7.000.000 yang telah disusutkan Rp 4.600.000 ditukar dengan
mesin baru sejenis yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang bergerak pada usaha yang sama.
Jurnalnya:
Tgl. Akun Debet Kredit
Mesin (baru)
2.400.000
Akumulasi Penyusutan
4.600.000
Mesin (lama) 7.000.000

Jumlah sebesar Rp 2.400.000,00 yang dicatat sebagai harga mesin baru merupakan nilai buku
mesin yang diserahkan yaitu harga beli Rp 7.000.000,00 dikurangi dengan akumulasi penyusutan
Rp 4.600.000,00.

SOAL LATIHAN
SOAL 1
Sebuah mesin dibeli pada tanggal 1 Januari 1999 dengan harga Rp 32.000.000,00. Mesin ini
ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun dengan nilai sisa Rp 2.000.000,00.
Diminta:

1. Tentukan besarnya penyusutan tahun 1999, 2000.

2. Buat jurnal penyesuaian untuk mencatat penyusutan tahun 1999,2000.

3. Tentukan nilai buku per 1 Januari 2001.

Jika Perusahaan menyusutkan mesin ini dengan (1) metode garis lurus, dan (2) metode saldo
menurun ganda.

SOAL 2
Sebuah mesin dengan cost Rp 10.000.000,00 yang telah disusutkan Rp 3.200.000,00 ditukar
dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah Rp 7.500.000,00. Buat jurnal jika
perusahaan menyerahkan uang sebesar:

1. Rp 200.000,00

2. Rp 700.000,00
Persamaan Dasar Akuntansi
Neraca merupakan suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta kekayaan),
Utang dan Modal pemilik pada saat tertentu. Dalam Neraca ini selalu menunjukkan
adanya keseimbangan antara sisi Debit dengan sisi Kredit. Keseimbangan ini
selanjutnya disebut dengan persamaan dasar akuntansi (accounting equation).

Pengertian Persamaan Dasar Akuntansi


Persamaan dasar akuntansi adalah rumus dasar tentang akuntansi yang secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

H = Harta, yaitu semua milik (Kekayaan) dari suatu perusahaan.

U = Utang, yaitu kewajiban perusahaan terhadap pihak lain.

M = Modal, yaitu hak pemilik perusahaan.

Rumus lain :

B = Biaya, pengorbanan untuk memperoleh penghasilan

P = Pendapatan, adalah bertambahnya aktiva perusahaan.


Harta bersaldo normal di debet (bertambah) dan jika di kredit berkurang, sedangkan
pendapatan bersaldo normal di kredit (bertambah) dan jika di debet berkurang,
biaya mengurangi modal sedangkan pendapatan menambah modal.

Harta (assets):

Merupakan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan yang akan memberikan nilai
ekonomis pada masa yang akan datang.

Contoh :

Harta (assets):

Kas (cash)

Piutang usaha (account receivable)

Piutang wesel (notes receivable)

Perlengkapan (supplies)

Beban beban dibayar dimuka (prepaid expenses)

Tanah (land)

Gedung (building)

Peralatan (equipment)

Mesin (machine)

Utang (liabilitiy)

Merupakan hak (klaim) terhadap harta dari pihak selain pemilik.

Contoh :
Utang usaha (accounts payable)

Utang wesel (notes payable)

Utang gaji (salary payable)

Utang bunga (interest payable)

Utang sewa (rent payable)

Utang pajak (tax payable)

Utang Obligasi (bonds payable)

Utang sewa guna usaha (lease obligation)

Dll.

Modal (owners equity)

Merupakan sisa hak terhadap harta (SD) suatu perusahaan setelah dikurangi
dengan pihak ketiga (liability). Dipengaruhi oleh:

Revenues

Expenses

Investment

Prive/ drawing/ withdrawal


Dokumen Sumber Pencatatan, Persamaan Dasar Akuntansi

Setiap transaksi yang terjadi di perusahaan memerlukan pencatatan. Dalam proses


pencatatan ini memerlukan dokumen atau bukti terjadinya transaksi agar
pencatatan mampu menunjukkan kejadian yang sebenar-benarnya. Berdasarkan
bukti transaksi tersebut harus dicermati agar tidak terjadi kesalahan atau
penyelewengan atas kekayaan perusahaan. Adapun fungsi dari bukti transaksi
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Memastikan keabsahan transaksi yang terjadi.

2. Sebagai rujukan atau dokumen atas peninjauan kembali transaksi (bukti) jika
terjadi permasalahan di kemudian hari.

Beberapa bukti transaksi yang biasanya terjadi di suatu perusahaan yang


digunakan sebagai dokumen sumber pencatatan antara lain :

1. Kuitansi atau bukti penerimaan kas, merupakan dokumen surat tanda


penerimaan uang yang ditandatangani oleh penerimaan uang dan diberikan kepada
yang membayar uang tersebut. Bagian kanan dari lembar kuitansi diberikan kepada
pihak yang membayar dan bagian kiri digunakan sebagai arsip bagi penerima uang.

2. Faktur, adalah bukti pembelian atau penjualan yang dilakukan secara kredit.
Bukti transaksi pembelian biasanya disebut faktur pembelian demikian pula bukti
transaksi penjualan dinamakan faktur penjualan.

3. Cek, adalah surat perintah tertulis dari pemegang rekening kepada bank untuk
membayar sejumlah uang tertentu pada orang yang namanya tertulis pada surat
cek tersebut. Cek diterbitkan oleh suatu bank, dan diberikan kepada nasabahnya
yang mempunyai simpanan dalam jumlah tertentu di bank tersebut. Jika
pengeluaran uang dilakukan dengan cek maka strook yang tertinggal dalam buku
cek dapat digunakan sebagai bukti transaksi.

4. Bilyet giro, pemilik rekening giro selain menggunakan cek dapat juga
menggunakan bilyet giro sebagai alat pembayaran. Bilyet giro merupakan surat
perintah dari nasabah suatu bank yang bersangkutan untuk memindahbukukan
sejumlah uang dari rekeningnya kedalam rekening pihak yang namanya tertulis
pada bilyet giro pada bank yang sama atau bank lain. Dengan demikian penerima
bilyet giro tidak dapat menerima dalam bentuk uang.

Pengaruh Transaksi Keuangan terhadap Persamaan Dasar Akuntansi

Setiap transaksi keuangan akan memengaruhi posisi keuangan perusahaan, dengan


adanya transaksi dapat memengaruhi pada kelompok aktiva saja atau bisa juga
memengaruhi pasiva saja atau bahkan memengaruhi aktiva dan pasiva secara
bersamaan. Artinya setiap perubahan akan menunjukkan perubahan secara
berpasangan baik antara harta dengan harta, antara harta dengan utang atau
antara harta dengan modal, oleh karena itu pencatatannya dinamakan sistem
akuntansi berpasangan (double entry accounting system).

Berdasarkan pada bukti transaksi tersebut dicatat dalam persamaan dasar


sebagaimana contoh berikut :

Tn. Wahyu bertempat tinggal di Yogyakarta, pada bulan September 2006 membuka
usaha fotokopi yang diberi nama Fotokopi Cepat. Pencatatan atas pendapatan
jasa dilakukan seminggu sekali yaitu tanggal 9, 16, 23 dan 30 September 2006
(setiap akhir pekan). Adapun transaksi yang terjadi saat memulai usaha adalah:

Tanggal 1 September 2006

Tn. Wahyu pemilik sekaligus


pengelola perusahaan Fotokopi Cepat

menyerahkan uang pribadinya sebesar

Rp120.000.000,00 sebagai modal usaha. Pada

tanggal ini pula dibayar uang sewa kios kepada

Tn. Salimi sebesar Rp3.600.000,00 untuk masa

sewa satu tahun.

Berdasarkan bukti transaksi, maka perusahaan akan mencatatnya dalam


persamaan dasar berikut ini:

Tanggal 2 September 2006

dibeli dengan tunai 5 unit mesin

fotokopi @ Rp15.000.000,00 dari Toko Eropa.


Transaksi terus terjadi dan setiap hari dicatat dalam persamaan dasar, setiap terjadi
transaksi harus dihitung saldonya sehingga setiap saat dapat diketahui posisi
keuangan perusahaan.

Tanggal 3 September 2006

dibeli kredit 50 rem kertas HVS

ukuran folio @ Rp25.000.00 dan 25 rem kertas

HVS ukuran kwarto @ Rp23.000,00 serta 10

kantong tinta fotokopi @ Rp70.000,00 di Toko

Mitra.

Tanggal 9 September 2006

dicatat penerimaan uang

sebesar Rp3.000.000 dari pelanggan sebagai

pembayaran atas pekerjaan foto kopi dan jilid

pada minggu pertama.


Tanggal 10 September 2006

dikembalikan kepada Toko

Mitra 5 rem kertas HVS ukuran folio

dikarenakan rusak.

Tanggal 11 September 2006

Tn. Adili pegawai bagian servis

fotokopi meminta uang di kasir sebesar

Rp200.000,00 untuk membeli kertas sampul

sebanyak 50 lembar.

Tanggal 15 September 2006

dicatat penerimaan uang

sebesar Rp1.600.000,00 dari pelanggan sebagai

ongkos fotokopi pada minggu kedua.

Tanggal 17 September 2006

dibayar kepada Toko Mitra

uang sebesar Rp1.400.000,00 sebagai pembayaran

atas pembelian tanggal 3 September 2006.

Tanggal 18 September 2006

dibeli tunai 50 rem kertas HVS

ukuran folio @ Rp25.000,00 dan 25 rem kertas

HVS ukuran kwarto @ Rp23.000,00 serta 10

kantong tinta fotokopi @ Rp70.000,00 di Toko


Mitra.

Tanggal 20 September 2006

dibayar listrik dan telepon

untuk bulan September masing-masing senilai

Rp475.000,00 dan Rp400.000,00.

Tanggal 23 September 2006

diterima uang hasil fotokopi dan

jilid dari Toko Sukses senilai Rp11.252.000,00

Tanggal 24 September 2006

dibayar beban iklan untuk

bulan September senilai Rp500.000,00.

Tanggal 29 September 2006

telah diselesaikan dan

diserahkan pekerjaan fotokopi dan jilid sebesar

Rp11.700.000,00 diterima pembayaran sebesar

Rp9.750.000,00 dan diterima bulan depan

senilai Rp1.950.000,00.

Tanggal 30 September 2006

dibayar gaji karyawan sebesar

Rp7.500.000,00.
Pada akhir bulan yang belum dibukukan (sebagai data penyesuaian) terdiri atas
sebagai berikut :

a. Beban depresiasi mesin fotokopi diperhitungkan dengan menggunakan metode


garis lurus tanpa nilai sisa untuk masa manfaat 10 tahun, depresiasi tiap bulan. Rp
75.000.000 / 10 x 12 bulan = Rp625.000, oleh karena itu beban depresiasi
untuk bulan September 2006 sebesar

Rp625.000.

b. Beban sewa ruangan untuk bulan September 2006 Rp300.000,00

c. Perlengkapan fotokopi (kertas, tinta dan lain-lain) yang masih ada di gudang
Rp1.425.000,00

Berdasarkan transaksi tersebut, dapat dicatat dalam persamaan dasar akuntansi


selama periode waktu satu bulan sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai