B. BENTUK
Bentuk Akun Buku Besar yang sederhana adalah bentuk T, sebagai berikut:
Bentuk Akun Buku Besar T yang cukup lengkap berbentuk sebagai berikut:
Bagian Referensi mengacu pada pencatatan dalam jurnal yaitu halaman jurnal pada saat transaksi
dicatat.
Proses posting mengacu ke pencatatan Debet atau Kredit pada jurnal yaitu bila dalam jurnal
dicatat dalam sisi debet dari suatu perkiraan tertentu maka dalam perkiraan Buku Besar untuk
perkiraan yang sama juga harus didebet.
C. CONTOH
Berdasar contoh jurnal pada BAB III dapat dilakukan posting ke Buku Besar sebagai berikut:
Setelah seluruhnya diposting, masing-masing perkiraan dapat dihitung saldonya dengan cara
seperti contoh di atas.
B. FUNGSI
Neraca Saldo disusun untuk memastikan bahwa Buku Besar secara matematis adalah akurat
dengan pengertian bahwa jumlah saldo-saldo debet selalu sama dengan saldo-saldo kredit.
Namun keseimbangan bukan berarti catatan-catatan akuntansi benar-benar akurat.
C. BENTUK
NERACA SALDO
Nama Rekening No. Rekening Debet Kredit
Saldo setiap rekening disusun berurutan dari rekening Neraca dan rekening Rugi Laba sebagai
berikut:
1. Aktiva Lancar
2. Aktiva Tetap
3. Aktiva Lain-lain
4. Hutang Lancar
6. Ekuitas
7. Pendapatan Operasi
D. CONTOH
Berdasar contoh Buku Besar pada BAB IV dapat disusun Neraca Saldonya sebagai berikut:
NERACA SALDO
Nama Rekening No. Rekening Debet Kredit
Kas 356.250.000 -
Piutang 5.000.000 -
Kendaraan 150.000.000 -
Peralatan 50.000.000
Hutang - 50.000.000
Modal - 500.000.000
Pendapatan 13.000.000
Beban Telepon 1.000.000 -
Beban Asuransi 750.000 -
Jawab:
NERACA SALDO
Nama Rekening No. Rekening Debet Kredit
1. Fungsi Analisis
Yaitu untuk menentukan perkiraan yang di debet dan perkiraan yang dikredit serta jumlahnya
masing-masing.
2. Fungsi Pencatatan
Yaitu untuk mencatat transaksi keuangan dalam kolom debet dan kredit serta keterangan yang
perlu
3. Fungsi Historis
C. BENTUK
Bentuk jurnal adalah sebagai berikut:
Hal:.
Tanggal Rekening & Keterangan Referensi Debet Kredit
CONTOH
Berikut ini adalah contoh jurnal dari transaksi-transaksi:
1. Pada tanggal 1 Januari 2002 Tuan Raka menyetorkan uang ke perusahaan sebesar Rp.
500.000.000,- sebagai setoran modal.
1. Pada tanggal 5 Januari 2002 perusahaan membeli sebuah mobil seharga Rp.
150.000.000,- serta tunai.
Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit
Kendaraan
150.000.000
05-01-2002 Kas
- 150.000.000
(pembelian kendaraan)
1. Pada tanggal 6 Januari 2002 membeli mesin fotokopi seharga Rp.50.000.000,- secara
kredit.
1. Pada tanggal 18 Januari 2002 diterima pendapatan dari jasa foto kopi sebesar Rp.
8.000.000,-.
1. Pada tanggal 21 Januari 2002 perusahaan telah menyelesaikan jasa foto kopi sebesar
Rp.5.000.000,- tetapi uangnya belum diterima
Tanggal Rekening & Keterangan Ref Debet Kredit
Piutang
5.000.000
21-01-2002 Pendapatan
- 5.000.000
(penerimaan pendapatan foto kopi)
Latihan 10
Buatlah jurnal untuk transaksi-transaksi berikut ini:
1. Tanggal 5 Maret 2002 Tuan Rangga menyetorkan uang ke perusahaan sebesar Rp.
50.000.0000,- sebagai setoran modal.
2. Tanggal 7 Maret 2002 dibeli perlengkapan sebesar Rp. 2.000.000,- secara tunai.
3. Tanggal 15 Maret 2002 dibeli sebuah mobil seharga Rp. 90.000.000,- secara kredit
dengan uang muka sebesar Rp. 10.000.000,-.
4. Tanggal 17 Maret 2002 dibeli mesin fotokopi seharga Rp. 30.000.000,- tunai.
9. Tanggal 27 Maret 2002 dijual sebuah mesin fotokopi seharga Rp.25.000.000,- secara
kredit.
Jawab:
JURNAL
B. BENTUK
Berikut ini adalah bentuk Neraca Lajur 10 (sepuluh) kolom.
NERACA LAJUR
Neraca Penyesuai Neraca Saldo setelah Rugi-
Perkiraan Neraca
Saldo n Penyesuain Laba
D K D K D K D K D K
C. CONTOH
Berdasarkan contoh Neraca Saldo pada BAB V dan contoh jurnal penyesuaian pada BAB VI
dapat disusun Neraca Lajur sebagai berikut:
NERACA LAJUR
(Dalam Ribuan)
Neraca Saldo
Perkira
Neraca Saldo Penyesuain setelah Rugi-Laba Neraca
an
Penyesuain
D K D K D K D K D K
356.2 356.2 356.2
Kas
50 50 50
Piutang
5.000 5.000 5.000
dagang
Kendara 150.0 150.0 150.0
an 00 00 00
Peralatan 50.00 50.00 50.00
0 0 0
Hutang 50.00 50.00 50.00
dagang 0 0 0
500.0 500.0 500.0
Modal
00 00 00
Pendapat 13.00 12.90 12.90
600 500
an 0 0 0
Beban
1.000 1.000 1.000
telepon
Beban
750 500 250 250
asuransi
563.0 563.0
00 00
Beban
depresias 9.000 9.000 9.000
i
Ak.
9.000 9.000 9.000
Depr.
Asuransi
dibyr 500 500 500
dimk
Beban
2.000 2.000
gaji
Hutang
2.000 2.000 2.000 2.000
gaji
Pendptan
diterima 600 600 600
dimk
Piutang
pendapat 500 500 500
an
12.25 12.25 574.5 574.5 12.25 12.90
650
0 0 00 00 0 0
Laba 650
12.90 12.90 562.2 562.2
0 0 50 50
Latihan 14
Buatlah jurnal penyesuaian untuk transaksi-transaksi berikut ini:
1. Perusahaan telah membayar sewa gedung kantor untuk 3 tahun ini sebesar Rp
12.000.000;
Jawab :
JURNAL PENYESUAIAN
Tanggal Rekening Ref Debet Kredit
Berdasarkan data neraca saldo berikut ini dan jurnal penyesuaian di atas buatlah neraca lajurnya!
NERACA LAJUR
(Dalam Ribuan)
Neraca Saldo Rugi-
Perkiraan Neraca Saldo Penyesuain Neraca
setelah Penyesuain Laba
D K D K D K D K D K
Kas 100.000
Piutang 50.000
Perlengkapan
1.000
Peralatan 75.000
Kendaraan 80.000
Hutang 80.000
Modal 200.000
Pendapatan 41.000
Beban
500
telepon
Beban gaji 500
Beban 2.000
Asuransi
Beban sewa 12.000
321.000 321.000
B. LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan perusahaan terdiri dari :
yaitu laporan mengenai pendapatan, beban, dan laba atau rugi suatu perusahaan dalam suatu
periode tertentu.
yaitu laporan yang menyajikan perubahan modal karena penambahan dan pengurangan dari
laba/rugi dan transaksi pemilik.
3. Neraca
yaitu laporan yang menggambarkan posisi keuangan dari suatu perusahaan yang meliputi
aktiva, kewajiban dan ekuitas pada suatu saat tertentu.
yaitu laporan yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode
tertentu. Laporan Arus Kas akan dibahas dalam bab tersendiri.
C. CONTOH
Berdasarkan contoh Neraca Lajur pada BAB VIII dapat disusun laporan keuangan sebagai
berikut:
Tn. RAKA
LAPORAN LABA RUGI
untuk periode yang berakhir 31 Desember 2002
Tn. RAKA
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Per 31 Desember 2002
Tn. RAKA
NERACA
Per 31 Desember 2002
AKTIVA
Rp.
Aktiva Lancar:
356.250.000,- HUTANG Rp. 50.000.000,-
Kas
5.000.000,- 2.000.000,-
Piutang dagang
500.000,- Hutang Dagang 600.000,-
Asuransi di bayar dimuka
500.000,- Hutang gaji
Piutang Pendapatan
Pendapatan ditrm
dimuka
Aktiva Tetap:
500.650.000,-
Kendaraan 150.000.000
Ak. depr. Kendr
Rp. MODAL
9.000.000
141.000.000,- Modal Tn. Raka
50.000.000,- Rp.
Peralatan
Rp. 553.250.000,-
553.250.000,-
Latihan 15
Berdasarkan data di bawah ini, susunlah Laporan Rugi Laba untuk PT TAKSAKA periode 1
Januari 2002 sampai dengan 31 Desember 2002.
2. Beban iklan
Latihan 16
Dengan menggunakan data Laporan Rugi Laba di atas susun Laporan Perubahan Modal PT
TAKSAKA per 31 Desember 2002 dengan asumsi Modal 1 Januari 2002 sebesar Rp. 1.200.000,-
dan pengambilan oleh pemilik sebesar Rp. 300.000,-.
Latihan 17
Berdasarkan data di bawah ini dan data Laporan Perubahan Modal dalam Latihan 16, susunlah
Neraca untuk PT TAKSAKA per tanggal 31 Desember 2000.
JURNAL PENUTUP
Rekening Debet Kredit
Menutup Pendapatan:
Pendapatan
12.900.000
Ikhtisar Rugi/Laba 12.900.000
Menutup Beban:
Ikhtisar Rugi/Laba
Beban telepon 1.000.000
Beban asuransi 12.250.000 250.000
Beban depresiasi 9.000.000
Beban gaji 2.000.000
Menutup Ikhtisar Rugi/Laba:
Ikhtisar Rugi/Laba
650.000
Modal 650.000
Latihan 18
Buatlah jurnal penutup berdasarkan data-data sebagai berikut:
Pendapatan . Rp. 20.000.000,-
Beban telepon Rp. 1.500.000,-
Beban asuransi Rp. 1.000.000,-
Beban depresiasi Rp. 10.000.000,-
Beban gaji . Rp. 4.000.000,-
Beban perlengkapan Rp. 2.000.000,-
Prive... Rp. 5.000.000,-
Jawab:
JURNAL PENUTUP
1. Hutang biaya
2. Piutang Pendapatan
Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini disajikan ikhtisarnya saja sebagai berikut:
No
Jenis AJP Ayat Jurnal Penyesuaian Jurnal Balik
.
Akuntansi Hutang
1. PENGERTIAN
Jika kita ingat kembali persamaan dasar akuntansi, sisi kiri persamaan akuntansi adalah harta
(aktiva) dan sisi kanan terdiri dari hutang dan modal. Hutang menunjukkan besarnya
kepentingan kreditur pada harta perusahaan. Sementara itu modal menunjukkan besarnya
kepentingan pemilik pada harta perusahaan. Persamaan tersebut juga tergambar pada neraca
yang memuat harta, hutang dan modal.
Adanya hutang di neraca menunjukkan perusahaan pernah menarik sumber daya yan digunakan
dari kreditur. Pada bab ini akan dibicarakan akuntansi atas kegiatan pendanaan yang berasal dari
kreditur. Hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomi di masa datang yang
bersifat probable
yang timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan harta atau
menyediakan jasa ke entitas lain di kemudian hari sebagai akibat dari transaksi atau kejadian
masa lalu. Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa hal penting yaitu :
2. Hutang harus melibatkan transfer asset atau penyediaan jasa dikemudian hari yang
bersifat probable (hampir pasti).
1. KLASIFIKASI HUTANG
Untuk tujuan pelaporan, hutang diklasifikasikan sebagai hutang lancar dan hutang jangka
panjang. Suatu hutang yang berasal dari kegiatan operasional akan diklasifikasikan sebagai
hutang lancar jika hutang ini akan dilunasi dengan menggunakan harta lancar dalam satu tahun
ke depan atau dalam satu siklus operasi normal, yang mana yang lebih lama. Namun hutang yang
berasal dari pinjaman bank, atau pinjaman lainnya diklasifikasikan menurut kriteria satu tahun.
Suatu hutang yang jatuh tempo dalam satu tahun sejak tanggal neraca akan diklasifikasikan
sebagai hutang lancar.
2. PENGUKURAN HUTANG
Pengukuran merupakan proses pemberian atribut nilai pada hutang. Atribut nilai yang diberikan
pada hutang adalah nilai moneter. Namun ternyata pengklasifikasian hutang menjadi lancar dan
tidak lancar menjadi pertimbangan dalam pengukuran hutang. Secara umum hutang akan diukur
sebesar nilai sekarang dari hutang tersebut yang merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan
untuk melunasinya sekarang. Aturan ini lebih tepat untuk hutang tidak lancar. Sementara itu
hutang yang berasal dari kegiatan operasional misalnya hutang gaji dan hutang usaha, umumnya
hutang ini akan segera dilunasi sehingga selisih antara nilai jatuh tempo dengan nilai sekarang
hutang tersebut tidak material. Oleh karena itu hutang yang berasal dari operasional umumnya
untuk tujuan praktis disajikan sebesar nilai jatuh temponya.
Untuk tujuan pengukuran, baik hutang lancar maupun tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi
tiga jenis, yaitu :
1. Hutang yang jumlahnya sudah pasti. Contoh dari hutang ini adalah nominal dari
wesel atau obligasi.
2. Hutang yang jumlahnya harus diestimasi. Dilihat dari kepastiannya, hutang ini
pasti terjadi namun jumlahnya belum diketahui secara pasti. Hutang garansi
merupakan contohnya.
3. Hutang bersyarat (contingent liablility) yaitu suatu hutang yang akan muncul jika
terjadi kejadian lain. Contohnya perusahaan dituntut dipengadilan oleh
perusahaan lain. Perusahaan akan berkewajiban membayar uang jika pengadilan
memenangkan perusahaan yang menuntut tersebut. Tingkat kemungkinan
timbulnya hutang bersyarat dapat dibagi menjadi :
Seperti telah dibahas pada bagian di atas, hutang jangka pendek tidak perlu didiskontokan ke
nilai sekarang. Yang termasuk hutang ini adalah Hutang Usaha (Account Payable), serta berbagai
hutang opersional seperti hutang gaji, listrik, telepon, pajak dan sebagainya. Sementara itu untuk
hutang wesel, walaupun jangka pendek umumnya disajikan sebesar nilai sekarangnya.
1. Hutang operasional
Jenis
No. Perlakuan
Hutang
Hutang ini dicatat jika hak kepemilikan barang sudah berpindah kepada
Account
1. perusahaan. Dilihat dari jumlahnya, yang dicatat adalah sebesar jumlah
Payable
yang akan dibayar yaitu harga faktur.
Hutang Dicatat manakala jasa sudah dikonsumsi dan sebesar jumlah yang akan
2.
biaya dibayar.
1. Pinjaman jangka pendek
Perusahaan kadangkala menerbitkan sebuah promes atau janji tertulis untuk membayar uang
pada tanggal tertentu. Dilihat dari ada atau tidaknya tarip bunga yang harus dibayar, noters dapat
dibagi menjadi hutang wesel berbunga dan hutang wesel tak berbunga. Hutang wesel berbunga
merupakan hutang wesel yang penerbitannya disamping harus membayar nominal wesel juga
harus membayar bunga.
1) Hutang Wesel Berbunga (Interest Bearing Notes Payable)
Misalkan perusahaan pada tanggal 2 April 2004 perusahaan menerbitkan sebuah promes nilai
nominal Rp1.000.000,00 bunga 12% setahun yang akan jatuh tempo 30 Juni 2004 sebagai
pelunasan hutang usaha. Jurnal yang dibuat pada tanggal 2 April adalah sebagai berikut :
2004
April 1 Hutang Usaha 1.000.000
Wesel Bayar/Hutang Wesel 1.000.000
Selanjutnya pada tanggal jatuh tempo (30 Juni 2004) jurnal yang dibuat adalah
2004
Juni 30 Wesel Bayar/Hutang Wesel 1.000.000
Biaya Bunga 30.000
Kas 1.030.000
Bunga yang dibayar = 12% x 3/12 x Rp1.000.000,00 = Rp30.000,00
2) Wesel Bayar Tak Berbunga secara eksplisit (Non Interest Bearing Notes)
Dalam wesel tak berbunga, penerbit promes hanya membayar nilai nominal, dengan demikian
nilai nominal merupakan nilai pada saat jatuh tempo. Untuk tujuan pengukuran, wesel tersebut
didiskontokan dan jumlah dilaporkan di neraca adalah sebesar nilai sekarang yaitu nilai nominal
dikurangi diskontonya. Nilai sekarang dari hutang wesel ini kadangkala mudah diketahui,
misalkan pada tanggal 30 Desember 2003 perusahaan menyerahkan wesel tak berbunga nominal
Rp100.000.000,00 kepada seorang kreditur untuk melunasi hutang perusahaan kepadanya
sebesar Rp90.000.000,00. Jika diserahkannya promes (hutang wesel) tersebut adalah nilai hutang
yang dilunasi yaitu Rp90.000.000,00. Jatuh tempo wesel 30 Agustus 2004. Jurnal yang dibuat
saat ini adalah :
2004
April 1 Hutang Usaha 90.000.000
Diskon atas Wesel Bayar 10.000.000
Wesel Bayar/Hutang Wesel 100.000.000
Saldo rekening wesel bayar Rp100.000.000,00 dan saldo discount atas hutang wesel
Rp10.000.000,00 disajikan di neraca sebagai berikut :
Hutang Lancar :
Hutang Wesel 100.000.000
Dikurangi : Diskon atas Hutang Wesel 10.000.000 90.000.000
Pada tanggal 30 Agustus 2004, pada saat membayar wesel sebesar Rp100.000.000,00 perusahaan
membuat dua jurnal sebagai berikut :
2004
Agustus 30 Hutang Wesel 100.000.000
Kas 100.000.000
Biaya Bunga 10.000.000
Diskon atas Wesel Bayar 10.000.000
Suatu hutang lancar kadangkala dapat dibiayai kembali seperti diciptakan surat hutang baru
sebagai pelunasan hutang pada saat jatuh temponya nanti. Surat Hutang yang baru akan jatuh
tempo melebihi setahun. Dengan adanya tindakan ini maka perusahaan tidak akan membayar
hutang dalam waktu setahun yang akan datang. Dalam kondisi seperti ini tentu akan lebih tepat
jika hutang tersebut tidak diklasifikasikan sebagai hutang jangka pendek. Namun terdapat syarat
syarat yang harus dipenuhi :
2. Line of Credit
Perusahaan kadangkala mengadakan perjanjian dengan bank. Bank akan memberikan pinjaman
kepada perusahaan sewaktu-waktu membutuhkan. Karena perjanjian ini sudah disetujui maka
pada saat perusahaan menarik dana dari Bank, perusahaan tidak perlu melalui proses yang
panjang . Pengaruhnya terhadap akuntansi adalah :
1. Pada saat line of credit ditandatangani, perusahaan belum mencatat adanya hutang
2. Jika perusahaan menarik uang dari bank, saat itu perusahaan mencatat hutang
(lancar atau tidk lancar tergantung pada hutang tersebut kapan jatuh temponya).
1. AKUNTANSI HUTANG JANGKA PANJANG
Hutang jangka panjang merupakan hutang yang jatuh tempo melebihi satu tahun sejak tanggal
neraca. Hutang ini dapat didukung dengan penerbitan promes dan hutang seperti ini disebut
hutang wesel jangka panjang. Hutang jangka panjang dapat juga didukung dengan menerbitkan
sertifikat yang lazim disebut surat Obligasi. Karena akuntansi untuk hutang wesel jangka pendek
di atas hakekatnya sama dengan akuntansi hutang wesel jangka panjang, maka berikut ini hanya
akan dibahas hutang obligasi. Akuntansi untuk obligasi antara lain terdiri dari saat penerbitan
obligasi, saat pembayaran bunga dan amortisasi premium atau diskon serta pelunasannya.
Misalkan pada tanggal 1 Maret 2003 perusahaan menerbitkan obligasi nominal
Rp1.000.000.000,00 dengan bunga 12% setahun yang dibayar setiap tanggal 1 Maret dan 1
September. Harga jual obligasi Rp900.000.000,00. Jangka waktu obligasi 5 tahun.
2003
Maret 1 Kas 900.000.000
Disagio Obligasi 100.000.000
Hutang Obligasi 1.000.000.000
Hutang obligasi dicatat sebesar nilai nominal yaitu nilai yang tercantum pada sertifikat obligasi.
Selisih antara nilai nominal dengan kas yang diterima dicatat sebagai diskon.
2003
September 1 Biaya Bunga 60.000.000
Kas 60.000.000
Karena pada saat jatuh tempo perusahaan harus membayar sebesar nilai jatuh tempo, maka
rekening disagio harus diamortisasi dengan cara mendebit rekening Biaya Bunga dan mengkredit
rekening Disagio Obligasi. Jumlah amortisasi dapat ditentukan dengan metode garis lurus atau
metode lain. Jika digunakan metode garis lurus, amortisasi disagio untuk 1 Maret s/d 1
September adalah :
6/12 x (100.000.000/5) = Rp10.000.000,00 dan jurnal yang dibuat adalah :
2003
September 1 Biaya Bunga 10.000.000
Disagio Obligasi 10.000.000
Jika amortisasi dilakukan secara konsisten, rekening disagio pada tanggal jatuh tempo obligasi
akan bersaldo Rp6.666.666,67 yaitu disagio yang akan diamortisir untuk bulan Januari dan
Pebruari 2008. Sementara itu rekening Hutang Obligasi bersaldo kredit sebesar
Rp1.000.000.000,00. Karena jumlah yang dibayar sebesar Rp1.000.000.000,00 ditambah dengan
bunga dari September 2007 s/d Maret 2008 maka jurnal yang dibuat sat itu adalah :
2008
Maret 1 Biaya Bunga 23.333.333
Hutang Bunga 40.000.000
Hutang Obligasi 1.000.000.000
Disagio Obligasi 3.333.333
Kas 1.060.000.000
Pada tanggal tersebut hutang obligasi sudah lunas dan rekening Hutang Obligasi bersaldo nol.
SOAL LATIHAN
Perusahaan pada tanggal 1 Oktober 2003 menyerahkan sebuah promes nominal Rp10.000.000,00
bunga 12% setahun sebagai pelunasan atas hutang usaha sebesar itu. Promes jatuh tempo pada
tanggal 1 April 2004.
Diminta :
1. KLASIFIKASI
Aktiva tetap merupakan aktiva tidak lancar yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi
perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta tidak untuk
diperjualbelikan dalam operasi normal perusahaan. Aktiva operasi tidak lancar dapat
diklasifikasikan menjadi: (1) Aktiva Berwujud (tangible) dan (2) Aktiva Tak Berwujud
(intangible).
Harta non current dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain:
7. Dibangun sendiri.
Tanah
2006 44,800
Bangunan
Jan 1 96,000
Peralatan
19,200
Kas 160,000
Jika statu harta tetap diperoleh dengan pembayaran difunda atau secara angsuran, maka aktiva
tersebut dicatat sebesar harga tunai aktiva tersebut bukan jumlah dari pembayaran angsuran dan
downpayment-nya. Ada beberapa variasi yang mungkin timbul, seperti:
Contoh: perusahaan pada tanggal 2 Januari 2006 membeli sebuah aktiva yang harga tunainya
adalah $100,000. Pada waktu itu dibayar uang muka $35,000. sisanya akan dibayar dengan
angsuran tengah tahunan sebesar $5,000 ditambah bunga 10% dari hutang yang belum dibayar.
Jurnal yang dibuat selama tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Tgl. Akun Debet Kredit
2006 Tanah
Jan 2 Kas 100,000 35,000
Hutang 65,000
2006 Hutang
5,000
Jun 30 Biaya Bunga
3,250
Kas 8,250
Jika suatu aktiva tetap dapat digunakan lebih dari satu tahun maka aktiva tersebut bermanfaat
untuk memperolah pendapatan selama umurnya. Untuk menghubungkan cost aktiva tetap dengan
revenue yang diperoleh maka cost tersebut dicatat dan dilaporkan sebagai beban pada tahun-
tahun manfaatnya. Proses ini disebut depresiasi. Dengan demikian depresiasi adalah alokasi
secara sistematis dan rasional atas cost dari aktiva tetap ke tahun-tahun manfaatnya.
Jurnal yang dibuat untuk melakukan depresiasi setiap tahunnya adalah mendebet akun Beban
Depresiasi dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan. Misalkan untuk tahun 2005, perusahaan
menyusutkan mesin sebesar $ 5,000, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. Akun Debet Kredit
2005
Beban Penyusutan
Des 31 5,000
Akumulasi Penyusutan 5,000
Karena setiap akhir tahun ada penyusutan, maka perkiraan Akumulasi Penyusutan akan selalu
bertambah sepanjang masa manfaat aktiva.
Depresiasi bukanlah teknik untuk menilai aktiva tetap dan dengan melakukan depresiasi
tidaklah otomatis perusahaan menyisihkan uang untuk membeli aktiva tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi adalah:
1. METODE DEPRESIASI
Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:
Alokasi cost aktiva tetap dilakukan berdasarkan angka tahun penggunaan. Jika umur aktiva tetap
adalah 5 tahun, maka tahun penggunaannya adalah tahun ke 1,2,3,4,5. Jumlah dari angka-angka
tersebut akan dijadikan penyebut. Sementara itu pembilangnya adalah sisa umur dari masing
awal tahun penggunaan. Pada awal penggunaan sisa umurnya masih lima tahun, oleh karenanya
pembilangnya adalah 5. Setelah digunakan 1 tahun, maka pada awal tahun kedua sisa umurnya
adalah empat tahun sehingga pembilangnya adalah 4. Demikian seterusnya untuk tahun ketiga,
keempat, dan seterusnya.
Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 ditaksir
masa manfaat 5 tahun dengan nilai residu Rp 1.000.000. Penyusutan tahun 2001, 2002, 2003,
2004, dan 2005 dapat dihitung sebagai berikut:
Tahun ke Perhitungan Jumlah
1 5/15 (16.000.000 1.000.000) 5.000.000
2 4/15 (16.000.000 1.000.000) 4.000.000
3 3/15 (16.000.000 1.000.000) 3.000.000
4 2/15 (16.000.000 1.000.000) 2.000.000
5 1/15 (16.000.000 1.000.000) 1.000.000
Alokasi cost aktiva tetap ke beban penyusutan tahunan digunakan jumlah input yang dikeluarkan
(misalnya jam mesin) dalam suatu tahun dibandingkan dengan taksiran input (jam mesin) yang
harus dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut diafkir. Misalkan sebuah mesin dibeli pada
tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir dapat digunakan selama
100.000 jam dengan nilai residu Rp 1.000.000. Selama tahun 2001 digunakan selama 5.000 jam,
maka penyusutan tahun 2001 adalah:
(5.000/100.000) x (Rp 16.000.000 Rp 1.000.000) = Rp 750.000
Aktiva kadangkala dibuang karena sudah tidak digunakan lagi, misalkan sebuah mesin yang
harga belinya Rp 6.000.000,00 sampai tanggal 1 Januari 2000 sudah disusutkan sebesar Rp
4.750.000,00. Penyusutan tahunannya Rp 600.000,00. Pada tanggal 24 Maret 2001 dibuang.
Jurnal yang dibuat adalah:
Sebuah mesin yang costnya Rp 10.000.000 dan sampai dengan tanggal 31 Desember 2000 telah
disusutkan sebesar Rp 7.750.000, pada tanggal 2 Januari 2001 dijual. Buat jurnal jika harga
jualnya adalah:
1. Rp 2.250.000,00
2. Rp 1.000.000,00
3. Rp 3.000.000,00
Jurnal:
Kas
2000 1.000.000
Akumulasi Penyusutan
Jan 2 7.750.000
Kerugian Penjualan Aktiva Tetap
1.250.000
Aktiva Tetap 10.000.000
Kas
2000
Akumulasi Penyusutan 3.000.000
Jan 2
Laba Penjualan Aktiva Tetap 7.750.000 750.000
Aktiva Tetap 10.000.000
Menurut paragraf 20 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau
pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya dari pos
semacam ini diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh yang mana yang
lebih andal, equivalent dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan
jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Dengan demikian pertukaran aktiva tidak
sejenis dapat mengakibatkan adanya laba atau rugi.
Menurut paragraf 21 PSAK No. 16 suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas
suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan
memiliki nilai wajar yang serupa. Jika aktiva lain seperti kas sebagai bagian dari transaksi
pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai
yang serupa. Berdasarkan paragraf 46 PSAK No. 16, pertukaran aktiva tetap seperti disebutkan
pada paragraf 21, biaya aktiva yang diperoleh sama dengan jumlah tercatat aktiva yang
dilepaskan dan tidak ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan.
1. Pertukaran Aktiva Tak Sejenis
Sebuah mesin dengan cost Rp 4.000.000,00 yang telah disusutkan Rp 3.200.000,00 ditukar
dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah Rp 5.000.000,00. Perusahaan harus
membayar uang Rp 3,900.000,00. Jurnalnya:
Tgl. Akun Debet Kredit
Mesin (baru) 5.000.000
Akumulasi Penyusutan
Mesin (lama) 4.000.000
3.200.000
Kas 3.900.000
Laba Penukaran Aktiva Tetap 300.000
Sebuah mesin dengan cost Rp 7.000.000 yang telah disusutkan Rp 4.600.000 ditukar dengan
mesin baru sejenis yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang bergerak pada usaha yang sama.
Jurnalnya:
Tgl. Akun Debet Kredit
Mesin (baru)
2.400.000
Akumulasi Penyusutan
4.600.000
Mesin (lama) 7.000.000
Jumlah sebesar Rp 2.400.000,00 yang dicatat sebagai harga mesin baru merupakan nilai buku
mesin yang diserahkan yaitu harga beli Rp 7.000.000,00 dikurangi dengan akumulasi penyusutan
Rp 4.600.000,00.
SOAL LATIHAN
SOAL 1
Sebuah mesin dibeli pada tanggal 1 Januari 1999 dengan harga Rp 32.000.000,00. Mesin ini
ditaksir dapat digunakan selama 5 tahun dengan nilai sisa Rp 2.000.000,00.
Diminta:
Jika Perusahaan menyusutkan mesin ini dengan (1) metode garis lurus, dan (2) metode saldo
menurun ganda.
SOAL 2
Sebuah mesin dengan cost Rp 10.000.000,00 yang telah disusutkan Rp 3.200.000,00 ditukar
dengan mesin baru tidak sejenis yang harga pasarnya adalah Rp 7.500.000,00. Buat jurnal jika
perusahaan menyerahkan uang sebesar:
1. Rp 200.000,00
2. Rp 700.000,00
Persamaan Dasar Akuntansi
Neraca merupakan suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta kekayaan),
Utang dan Modal pemilik pada saat tertentu. Dalam Neraca ini selalu menunjukkan
adanya keseimbangan antara sisi Debit dengan sisi Kredit. Keseimbangan ini
selanjutnya disebut dengan persamaan dasar akuntansi (accounting equation).
Rumus lain :
Harta (assets):
Merupakan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan yang akan memberikan nilai
ekonomis pada masa yang akan datang.
Contoh :
Harta (assets):
Kas (cash)
Perlengkapan (supplies)
Tanah (land)
Gedung (building)
Peralatan (equipment)
Mesin (machine)
Utang (liabilitiy)
Contoh :
Utang usaha (accounts payable)
Dll.
Merupakan sisa hak terhadap harta (SD) suatu perusahaan setelah dikurangi
dengan pihak ketiga (liability). Dipengaruhi oleh:
Revenues
Expenses
Investment
2. Sebagai rujukan atau dokumen atas peninjauan kembali transaksi (bukti) jika
terjadi permasalahan di kemudian hari.
2. Faktur, adalah bukti pembelian atau penjualan yang dilakukan secara kredit.
Bukti transaksi pembelian biasanya disebut faktur pembelian demikian pula bukti
transaksi penjualan dinamakan faktur penjualan.
3. Cek, adalah surat perintah tertulis dari pemegang rekening kepada bank untuk
membayar sejumlah uang tertentu pada orang yang namanya tertulis pada surat
cek tersebut. Cek diterbitkan oleh suatu bank, dan diberikan kepada nasabahnya
yang mempunyai simpanan dalam jumlah tertentu di bank tersebut. Jika
pengeluaran uang dilakukan dengan cek maka strook yang tertinggal dalam buku
cek dapat digunakan sebagai bukti transaksi.
4. Bilyet giro, pemilik rekening giro selain menggunakan cek dapat juga
menggunakan bilyet giro sebagai alat pembayaran. Bilyet giro merupakan surat
perintah dari nasabah suatu bank yang bersangkutan untuk memindahbukukan
sejumlah uang dari rekeningnya kedalam rekening pihak yang namanya tertulis
pada bilyet giro pada bank yang sama atau bank lain. Dengan demikian penerima
bilyet giro tidak dapat menerima dalam bentuk uang.
Tn. Wahyu bertempat tinggal di Yogyakarta, pada bulan September 2006 membuka
usaha fotokopi yang diberi nama Fotokopi Cepat. Pencatatan atas pendapatan
jasa dilakukan seminggu sekali yaitu tanggal 9, 16, 23 dan 30 September 2006
(setiap akhir pekan). Adapun transaksi yang terjadi saat memulai usaha adalah:
Mitra.
dikarenakan rusak.
sebanyak 50 lembar.
senilai Rp1.950.000,00.
Rp7.500.000,00.
Pada akhir bulan yang belum dibukukan (sebagai data penyesuaian) terdiri atas
sebagai berikut :
Rp625.000.
c. Perlengkapan fotokopi (kertas, tinta dan lain-lain) yang masih ada di gudang
Rp1.425.000,00