Anda di halaman 1dari 14

BABA I

PENDAHULUAN

Sebuah luka bedah(surgical wound) adalah luka atau sayatan pada kulit yang biasanya
dibuat oleh pisau bedah selama operasi. Luka bedah sangat bervariasi dalam ukuran. Biasanya
ditutup dengan jahitan tetapi kadang-kadang dibiarkan terbuka untuk menyembuhkan.

Surgical Wound(Luka bedah) adalah luka yang disebabkan karena tindakan operasi
misalnya: operasi saesar, operasi usus buntu,operasi akibat fraktur,dll. Biasanya luka tipe ini
lebih kecil hanya berupa sayatan dan sudah dilakukan penjahitan jaringan, sehingga biasanya
luka tidak dalam kondisi terbuka. Untuk kondisi ini luka berada pada kondisi luka bersih
sehingga yang harus ditekankan adalah perawatan luka selanjutnya juga harus mempertahankan
kebersihannya/ sterilitasnya, karena itu adalah hal yang penting yang harus diperhatikan agar
luka segera sembuh.

Dampak dari luka bedah ini akan menganggu aktifitas sehari-hari pasien. Oleh karena itu
Fisioterapis harus memberikan penanganan pada kasus luka bedah. Contoh kasus yang akan
dibahas pada makalahg ini adalah Luka pasca operasi bagian depan clavicula karena fraktur
bagian bahu.

Tujuan dari manajemen fisioterapis adalah menjaga LGS bahu sesuai indikasi gerak,
mencegah terjadinya problem potensial, menjaga kondisi/kemampuan yang ada jangan sampai
turun. serta meningkatkan LGS sendi bahu dan kekuatan otot-otot sekitar sendi bahu kanan-kiri.
BAB II
PEMBAHASAN

I. KONSEP LUKA

A. DEFINISI
Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan yang
disebabkan banyak hal atau berbagai faktor.
Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kuit, mukosa mambran dan
tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Luka adalah gangguan dari kondisi normal
pada kulit (Taylor, 1997).

B. JENIS-JENIS LUKA
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
menunjukan derajat luka (Taylor,1997).

a. Berdasarkan derajat kontaminasi


1) Luka bersih
Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang
merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk
terinfeksi. Luka tidak ada kontak dengan orofaring,traktus respiratorius maupun
traktus genitourinarius. Dengan demikian kondisi luka tetap dalam keadaan
bersih. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
2) Luka bersih terkontaminasi
Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan saluran perkemihan dalam kondisi terkontrol. Proses
penyembuhan luka akan lebih lama namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi.
Kemungkinan timbulnya infeksi luka sekitar 3% - 11%.
3) Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan salurankemih. Luka menunjukan tanda
infeksi. Luka ini dapat ditemukan pada luka terbuka karena trauma atau
kecelakaan (luka laserasi), fraktur terbuka maupun luka penetrasi. Kemungkinan
infeksi luka 10% - 17%.
4) Luka kotor
Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati
dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka ini bisa sebagai akibat
pembedahan yang sangat terkontaminasi. Bentuk luka seperti perforasi visera,
abses dan trauma lama.

b. Berdasarkan Penyebab
1) Vulnus ekskoriasi atau luka lecet/gores adalah cedera pada permukaan epidermis
akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini
banyak dijumpai pada kejadian traumatik seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh
maupun benturan benda tajam ataupun tumpul.
2) Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka berupa
garis lurus dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada aktifitas sehari-
hari seperti terkena pisau dapur, sayatan benda tajam ( seng, kaca ), dimana
bentuk luka teratur .
3) Vulnus laseratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan
atau compang camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul. Luka
ini dapat kita jumpai pada kejadian kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka
tidak beraturan dan kotor, kedalaman luka bisa menembus lapisan mukosa hingga
lapisan otot.
4) Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang
biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya tusukan pisau yang
menembus lapisan otot, tusukan paku dan benda-benda tajam lainnya.
Kesemuanya menimbulkan efek tusukan yang dalam dengan permukaan luka
tidak begitu lebar.
5) Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang. Luka gigitan hewan memiliki
bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi hewan yang menggigit. Dengan
kedalaman luka juga menyesuaikan gigitan hewan tersebut.
6) Vulnus combutio adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan panas maupun
sengatan arus listrik. Vulnus combutio memiliki bentuk luka yang tidak beraturan
dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang menghitam. Biasanya
juga disertai bula karena kerusakan epitel kulit dan mukosa.
C. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
a. Fase inflamasi atau lag Phase
Berlangsung pada hari ke -5. Akibat luka terjadi pendarahan. Ikut keluar
trombosit dan sel-sel radang. Trombosit mengeluarkan prostaglandin, tromboksan,
bahan kimia tertentu dan asam amino tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah,
mengatur tonus dingding pembuluh darah dan kemotaksis terhadap leukosit.
Terjadi vasokonstriksi dan proses penghentian darah. Sel redang keluar dari
pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel
mast mengeluarkan serotonin dan histamlin yang meninggikan permeabilitas kapiler,
terjadi aksudasi cairan edema. Dengan demikian timbul tanda-tanda radang. Leukosit,
limfosit dan monosit menghancurkan dan memakan kotoran maupun kuman (proses
pagositosis). Pertautan pada fase ini hanya oleh fibrin, belum ada kekuatan pertautan
luka sehingga di sebut fase tertinggal (lag phase).
b. Fase proliferasi atau fibroblast
Berlangsung dari hari ke-6 sampai dengan 3 minggu. Terjadi proses proliferasi
dan pembentukan fibroblast (menghubungkan sel-sel) yang berasal dari sel-sel
mesenkim. Fibroblas menghasilkan mukopolisakarid dan serat kolangen yang terdiri
dari asam-asam amino glisin, prolin dan hidroksiprolin. Mukopolisekarid mengatur
deposisi serat-serat kolangen yang akan mempertautkan tepi luka.
Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut, yang tak diperlukan dihancurkan,
dengan demikian luka mengkerut/mengecil. Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel
radang, fibroblas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru; membentuk jaringan
kemerahan dengan permukaan tak rata disebut jaringan granulasi.
Epitel sel basal ditepi luka lepas dari dasarnya dan pindah menutupi dasar luka,
tempat diisi hasil mitosis sel lain. Proses migrasi epitel hanya berjalan kepermukaan
yang rata atau lebih rendah, tidak dapat naik pembentukan orignan granulasi berhenti
setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel dan mulailah proses pendewasaan
penyembuhan luka : penyatuhan kembali, penyerapan yang berlebih.
c. Fase remondeling atau fase resorpsi
Dapat berlangsung berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang.
Parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis, lemas, tak ada rasa sakit maupun gatal.
Berlangsung dengan sintesis kolagen oleh fibroblas hingga struktur luka menjadi
utuh. Penyembuhan luka sebagai suatu proses yang kompleks dan dinamis sebagai
akibat dari penyembuhan kontinuitas dan fungsi anatomi.
Penyembuhan luka yang ideal adalah kembali normal strukturnya, fungsinya dan
penampilan anatomi kulit. Batas waktu penyembuhan luka di tentukan oleh tipe luka
dan lingkungan ekstrinsik maupun intrinsik (Wound Healing Society).
Pada luka bedah dapat di ketahui adanya sintesis kolagen dengan melihat adanya
jembatan penyembuhan dibawah jahitan yang mulai menyatu. Jembatan
penyembuhan ini muncul pada hari ke : 5-7 pasca operasi (Black & Jacobs , 1997).
Jahitan biasanya diangkat pada saat sudah terlihat adanya hasil yang mendekati
tepi luka. Pengangkatan jahitan itu tergantung usia, status nutrisi dan lokasi luka.
Jahitan biasa diangkat pada hari ke 6-7 proses operasi untuk menghindari
terbentuknya bekas jahitan walaupun pembentukan kollagen samapai jahitan menyatu
berakhir hari ke-21 (Taylor, 1997).
Suatu luka yang bersih bila dilakukan persiapan dan pembedahan yang baik serta
perawatan pasca operasi yang baik pula maka luka akan tetap bersih. Pemberian
antibiaotik peroral yang adekuat mampu mencegah terjadinya infeksi sehingga meski
tanpa cairan anti septik proses penyembuhan luka tetap dapat terjadi (Kartono, dikutip
oleh Oetomo, 1994).

D. PRINSIP PENYEMBUHAN LUKA


Prinsip penyembuhan luka mengikuti fase penyembuhan luka menurut Schwatz (2000)
yaitu :
a. Koagulasi
Terjadinya luka baik yang bersifat traumatic atau yang terbentuk pada
pembedahan menyebabkan perdarahan dari pembuluh darah yang rusak.
Vasokonstriksi segera terjadi sebagai akibat dilepaskannya katekolamin kedalam
lingkungan cedera. Brakinin, serotonin, dan histamine merupakan senyawa vaso aktif
lain yang dilepas oleh sel mast kejaringan sekitar. Senyawa-senyawa ini mengawali
peristiwa diapedesis yaitu keluarnya sel-sel intravascular kedalam ruang
ekstravaskular yang rusak. Suatu bekuan darah terbentuk dari trombosit yang
dikeluarkan dari ekstravasasi darah.
Faktor-faktor pembekuan yang dilepaskan dari trombosit menghasilkan fibrin
yang bersifat hemostatik dan membentuk suatu jaringan yang akan menampung
migrasi lebih lanjut sel-sel inflamasi dan fibroblast. Fibrin merupakan produk akhir
dari aliran proses pembekuan. Tanpa kerja fibrin ini maka kekuatan akhir dari suatu
luka akan berkurang. Trombosit juga penting dalam menghasilkan sitokin esensial
yang dapat mempengaruhi peristiwa penyembuhan luka.
b. Inflamasi
Fase inflamasi dimulai dengan migrasi leukosit kedalam luka. Leukosit
polimorfonuklear akan mendominasi luka dalam 24 jam pertama, diikuti oleh
makrofag dalam jumlah yang banyak, dan kemudian limfosit. Sel-sel radang ini
mengatur perbaikan matriks jaringan ikat dengan melepaskan berbagai macam
sitokin, yang sebelumnya dikenal sebagai faktor pertumbuhan.
c. Fibroplasia
Fibroplasia adalah fase penyembuhan luka yang ditandai oleh sintesis kolagen.
Sintesis kolagen dimulai 24 jam pertama setelah cedera, namun tidak akan mencapai
puncak hingga 5 hari kemudian. Setelah 7 hari sintesi kolagen akan berkurang secara
perlahan-lahan. Remodeling luka mengacu pada keseimbangan antara sintesis kolagen
dan degradasi kolagen. Pada saat serabut kolagen tua diuraikan oleh kolagenase
jaringan, serabut baru dibentuk dengan kepadatan pengerutan yang makin bertambah.
Proses ini akan meningkatkan kekuatan potensial dari jaringan parut.

d. Sitokin
Sitokin memungkinkan berjalannya seluruh interaksi antar sel. Mereka juga
berperan penting dalam penatalaksanaan penyembuhan luka. Contohnya sitokin ikut
mengatur peranan dan pengaturan fibrosis, penyembuhan luka kronik, cangkokan
kulit, vaskularisasi, peningkatan kekuatan tendon dan tulang setelah perbaikan.

e. Metabolisme matriks ekstraseluler


Matriks ekstraseluler merupakan suatu struktur yang kompleks, dimana berbagai
jenis sel dan komponen berinteraksi. Kolagen merupakan komponen utama dari
matriks ekstraseluler, dari semua jaringan lunak, tendon, ligament dan matriks tulang.

f. Sintesis kolagen
Sintesis kolagen dimulai dengan transkrip DNA menjadi mRNA. Translasi mRNA
berlangsung pada ribosom di reticulum endoplasma yang kasar. Kolagen berbeda
dengan protein lain karena kolagen akan mengalami beberapa modifikasi jika telah
mencapai lingkungan ekstraseluler. Disini terjadi pengerutan kolagen untuk
membentuk fibril dan serabut kolagen. Lisil oksidase merupakan enzim yang
diperlukan untuk pengerutan kolagen. Jadi pada sintesis kolagen terjadi sintesa
protein tingkat tinggi, sehingga tubuh memerlukan asupan protein yang banyak dalam
makanan yang dimakan.

g. Degradasi kolagen
Degradasi kolagen atau penguraian kolagen diawali oleh enzim-enzim yang
sangat spesifik yang disebut kolagenase jaringan yang dihasilkan oleh berbagai sel,
termasuk sel radang, fibroblast dan sel epitel. Kolagenase masih dalam bentuk tidak
aktif dan harus diaktifkan oleh protein seperti plasmin. Setelah kolagenase menjadi
aktif, enzim dapat dihambat dengan menggabungkannya dengan protein plasma dan
jaringan yaitu makroglobulin alfa-2.

h. Substansi dasar
Substansi dasar terdiri dari proteoglikan dan glikosaminoglikan. Kombinasi kartilago
dan proteoglikan berfungsi sebagai peredam syok molekuler. Keduanya juga berperan
menjaga kelembapan dan mengeluarkan sitokin. Asam hialuronat memberikan
linkungan yang cair untuk mempermudah gerakan sel yang cepat dan diferensiasi sel.
Asam ini timbul dini dan bertahan untuk sementara waktu setelah cedera pada orang
dewasa, namun bertahan lebih lama pada kulit dan luka di janin.
i. Kontraksi luka
Kontraksi luka merupakan salah satu tenaga mekanis tubuh yang paling kuat. Pada
luka terbuka ditemukan sel-sel mirip fibroblast yang berkontraksi. Sel-sel ini
memiliki komponen otot polos dalam sitoplasmanya serta memiliki sifat-sifat
fibroblast lainnya.

j. Epitelisasi
Sel epitel berfungsi untuk menutupi semua permukaan kulit yang terpapar dengan
lingkungan luar. Kulit merupakan suatu contoh dari proses epitelisasi tetapi
mekanisme perbaikan epitel adalah sama diseluruh tubuh. Lapisan luar kulit yaitu
epidermis terdiri dari epitel berlapis gepeng yang melindungi kulit dari kehilangan
cairan, invasi bakteri dan trauma. Luka ketebalan partial akan sembuh melalui proses
epitelisasi. Terdapat dua fenomena utama dalam proses epitelisasi yaitu : migrasi dan
mitosis.
Setelah epitel rusak akan terbentuk bekuan darah. Keropeng merupakan bekuan
darah yang mengering yang melindungi dermis dibawahnya. Migrasi sel epitel
mengawali proses perbaikan dan tidak bergantung pada mitosis epitel. Sel-sel yang
bermigrasi berasal dari tepi luka dan polikel rambut serta kelenjar sebasea didasar
luka. Luka superficial dan tidak melewati membrane basalis akan sembuh dengan
regenerasi yang cepat. Luka yang menembus membrane basalis seperti luka bakar
akan sembuh melalui proses epitelisasi tapi lama dan hasilnya seringkali memuaskan.
Proses migrasi selalu dimulai dari stratum basalis dari epitel dan kelenjar sebasea
serta folikel rambut yang terletak lebih dalam. Sel-sel akan memipih dan membentuk
tonjolan-tonjolan kesekitarnya. Sel ini akan kehilangan perlekatan dengan sel basal
disekitarnya dan mulai bermigrasi. Beberapa hari setelah migrasi dimulai, sel akan
istirahat dan membelah diri.
Setelah permukaan kulit ditutupi oleh sel-sel epitel, sel-sel ini akan kembali ke
fenotipik yang normal. Epetelisasi yang berhasil, diperluas dengan mempertahankan
permukaan kulit agar tetap lembab dan tidak kering. Keropeng alami mungkin cukup
baik untuk tujuan ini, bahan penutup yang tidak lengket sangat baik untuk
mempertahankan permukaan kulit tetap lembab dan dapat meningkatkan proses
epitelisasi secara bermakna.
II. MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA BEKAS LUKA INCISI DAERAH DEPAN
CLAVICULA

A. Pemeriksaan
Sebelum dilakukan terapi latihan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisioterapi.
Adapun pemeriksaan ini meliputi:
1. Anamnesis
Anamnesis atau tanya jawab ini dilakukan secara auto anamnesis atau bertanya
langsung pada pasiennya. Dari anamnesis ini didapatkan data sebagai berikut :
a. Anamnesis umum
Anamnesis ini untuk mengetahui tentang identitas pasien, dan didapat hasil
bahwa: (1) nama: Muh.Faisal, (2) umur: 43 tahun, (3) jenis kelamin: laki-laki,
agama: Islam, (5) pekerjaan: pensiunan karyawan, (6) alamat: Senggrong 2 / 5
Bringin Semarang.

b. Anamnesis khusus
Hal-hal yang ditanyakan dalam anamnesis khusus ini antara lain:
Keluhan utama:
Nyeri pada bekas luka incisi ( daerah depan clavicula ).
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien mengalami kecelakaan sepeda motor dengan posisi jatuh yang
tidak diketahui, tetapi pasien dalam kondisi sadar. Kemudian langsung dibawa
ke RSUD Salatiga dan dilakukan foto rongent dan dilakukan operasi 4 jam
setelah itu pasien dirujuk ke fisioterapi,pasien datang dengan
menggunakan kirshcnerwire pada fraktur clavicula dextra dan sinistra. Saat
ini pasien masih mengeluh nyeri pada luka bekas incisi (daerah depan
clavicula).
Riwayat penyakit dahulu :
Tidak ditemukan adanya riwayat trauma jatuh.
Riwayat penyakit penyerta:
Riwayat diabetes mellitus, hipertensi dan jantung disanggah pasien.
Riwayat pribadi:
Pasien merupakan pensiunan karyawan pabrik yang sekarang bekerja
mengolah sawah.
Riwayat keluarga:
Tidak ditemukan riwayat penyakit yang bersifat herediter. Dan penyakit
ini tidak ada hubungannya dengan heredofamiliar.
c. Anamnesis system
Tidak ada keluhan pada sistem kardiovaskuler, respirasi, gastrointestinalis,
urogenitalis, dan nervorum. Pada sistem kepala dan leher pasien merasa kaku /
kenceng pada leher dan sedikit pusing saat perubahan posisi dari berbaring ke
duduk. Pada sistem muskuloskeletal ditemukan adanya nyeri bahu saat digunakan
untuk bergerak ( menekuk ).

2. Pemeriksaan fisik
Hal-hal yang diperiksa melputi:
1) Tanda-tanda vital.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital ini yang penting untuk diketahui
adalah tekanan darah, denyut nadi dan jumlah pernapasan dalam satu
menit. Prosedur pelaksanaan pemeriksaan tekanan darah sebagai berikut : (1)
Posisi pasien tidur terlentang di bed, (2) Terapis memasang manset pada
lengan atas sebelah kanan, kira-kira 2 jari sebelah proksimal fossa cubiti, (3)
Terapis mempalpasi arteria brachialis kemudian memasang stetoskop
diatasnya, (4) kemudian terapis memompa manset perlahan-lahan hingga
jarum menunjuk angka 200 mmHg, lalu diturunkan dengan membuka klep
udaranya perlahan-lahan sambil mendengarkan bunyi detak arteri pada fase
pertama hingga terakhir, (5) Catat angka yang ditunjuk jarum saat terdengar
detak pertama sebagai bunyi sistol dan detak terakhir sebagai bunyi diastol.
Sedangkan untuk pemeriksaan denyut nadi prosedurnya sebagai berikut :
(1) Posisi pasien terlentang, (2) Terapis mempalpasi letak arteria radialis pada
ujung distal lengan bawah pasien dengan menggunakan jari II-IV, (3) Terapis
menghitung jumlah denyut nadi selama menit (15 detik) untuk kemudian
dikalikan empat, (4) Masih pada posisi terlentang dan terapis tetap memegang
tangan pasien terapis menghitung jumlah pernapasannya dengan melihat
gerakan perut dan dadanya sehingga pasien tidak curiga apabila dihitung
pernapasannya dan pernapasan tersebut alami tanpa disadari pasien tersebut.
Menghitung jumlah pernapasan ini juga dalam waktu menit untuk
kemudian dikalikan empat.Selanjutnya pemeriksaan suhu dilakukan dengan
mnggunakan thermometer yang diletakkan di bagian axilla pasien
Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan hasil:
(a) Tekanan darah: 140/90 mm Hg
(b) Denyut nadi: 92 x/menit
(c) Pernapasan: 26 x/menit
(d) Suhu : 37C

2) Inspeksi
Dari inspeksi ini didapatkan hasil:
(a) Inspeksi statis: wajah pasien tidak pucat, KU terkesan baik, terpasang
perban kasa yang menutupi luka bekas operasi pada bahu kanan-kiri, tidak
terlihat tanda-tanda radang secara nyata, bahu kanan-kiri tampak simetris,
terdapat perban elastis yang menutupi tangan kiri serta terdapat luka lecet
pada lutut kanan kiri dan jari kaki
(b) Inspeksi dinamis: mampu beegerak fleksi, abduksi 90 pada bahu kanan-
kiri.
3) Palpasi
Dari palpasi ini didapatkan hasil: (a) adanya nyeri tekan pada daerah otot
pektoralis serabut atas, (c) spasme pada otot-otot leher
(Sternokleidomastoideus).
4) Gerak dasar aktif (bahu kanan-kiri)
Mampu bergerak fleksi dan abduksi 90 tanpa keluhan nyeri
5) Gerak dasar pasif (bahu kanan-kiri)
Bahu kanan-kiri mampu digerakkan ke arah fleksi atau abduksi 90 tanpa
ada keluhan nyeri, terasa ada tahanan spasme otot.
6) Kognitif, intrapersonal dan interpersonal
Pada pasien ini memiliki: (a) kognitif baik, dengan atensi, memori baik,
mampu mengikuti intruksi dari terapis, (b) intrapersonal baik, pasien ini
mempunyai semangat untuk cepat sembuh kembali, (c) interpersonal baik,
pasien mampu diajak bekerja sama dan berkomunikasi serta beradaptasi
dengan lingkungan aktifitas di Rumah Sakit.
7) Kemampuan fungsional dasar
Pasien tidak mampu miring kekanan dan kiri, tidak mampu bangun ke
posisi duduk sendiri, mampu bergeser di tempat tidur, belum mampu berdiri
dan berjalan.
8) Aktivitas fungsional
Aktifitas perwatan diri masih dibantu karena kedua lengannya tidak boleh
bergerak lebih dari 90, BAK dan BAB dilakukan ditempat tidur.
9) Lingkungan aktifitas
Saat ini pasien dirawat di bangsal A kelas II RSOP Dr. Soeharso.
3. Pemeriksaan spesifik
Untuk dapat lebih menegakkan diagnosa fisioterapi maka dilakukan pemeriksaan
spesifik. Adapun pemeriksaannya adalah:
Pemeriksaan derajat nyeri dengan Visual Analogue Scale.
Parameter untuk pengukuran skala nyeri secara obyektif dengan
menggunakan skalaVisual Analog Scale ( VAS ). Skala VAS merupakan
sebuah garis lurus mendatar sepanjag 10 cm tanpa penanda. Di ujung kiri
(0cm) tertulis tanpa nyeri, dan di ujung kanan (10 cm) tertulis nyeri tak
tertahankan. Prosedur pelaksanaan , pasien diberi penjelasan tentang cara
mengisi dan memberi titik pada garis, penilaian VAS dihitung berdasarkan
jarak dari 0 sampai tanda yang dibuat oleh pasien yang mencerminkan derajat
nyeri yang diperiksa.
Dari pemeriksaan diperoleh hasil :
Nyeri diam (tiduran) : 0 mm
Nyeri tekan (bagian otot pektoralis mayor serabut atas) : 20 mm
Nyeri gerak (Fleksi/abduksi 90) : 0 mm

B. Diagnosa/Problematika Fisioterapi
Problematika yang muncul pada kondisi ini adalah : (1) nyeri pada daerah irisan operasi
dan spasme otot Pektoralis serabut atas, (2) keterbatasan LGS bahu kanan-kiri dan leher.
Dan mengalami keterbatasan fungsional berupa gangguan aktifias yang melibatkan fungsi
lengan, misalnya : saat tidur miring, bangun, aktifitas perawatan diri (memakai baju,
makan, dll), berpegang dengan tumpuan lengan, mengangkat barang, dll. Timbulnya
masalah potensial yang berupa kontraktur jaringan lunak sekitar sendi bahu,
komplikasi bed rest lama (hipotensi ortostatik, dekubitus) jika pasien tiduran terlalu lama,
penurunan kekuatan otot bahkan dapat sampai atropi.

C. Tujuan Fisioterapi
Setelah dilakukan pemeriksaan dapat ditarik kesimpulan mengenai permasalahan yang
dipandang dari segi fisioterapi maka tujuan dari terapi ini adalah tujuan jangka pendek: (1)
menjaga LGS bahu sesuai indikasi gerak (<90), (2) mencegah terjadinya problem
potensial, (3) menjaga kondisi/kemampuan yang ada jangan sampai turun. Sedangkan
tujuan jangka panjangnya adalah meningkatkan LGS sendi bahu dan kekuatan otot-otot
sekitar sendi bahu kanan-kiri.

D. Pelaksanaan Fisioterapi
1) Breathing Exercise
Posisi pasien : tidur terlentang.
Posisi terapis : disamping tubuh pasien.
Gerakan : Pasien diminta menarik nafas dalam lewat hidung, kemudian
hembuskan lewat mulut. Ulangi gerakan 10 kali.
2) Relaxed Passive Exercise
Posisi pasien : tidur terlentang.
Gerakan : untuk menggerakkan bahu kanan ke arah fleksi 90.
Pegangan terapis : tangan kiri terapis memberikan fiksasi pada daerah tulang
klavikula, tangan kanan terapis memegang lengan atas sambil menyangga
lengan yang akan bergerak.
Gerakan : fiksasi klavikula, terapis menggerakkan bahu ke arah fleksi 90
secara santai, pasien di minta melemas otot-ototnya, mengikuti gerakan yang
dilakukan oleh terapis sambil rilek dan memperhatikan intruksi gerakan dari
terapis yang nanti akan dilakukan sendiri saat latihan gerak aktif.
Gerakan dilakukan dengan santai, luas gerak sesuai dengan indikasi gerak
yang boleh dilakukan yaitu kurang dari 90. Gerakan diulangi 10 kali
gerakan (sesuai toleransi dan kondisi pasien). Hal ini berlaku juga untuk
gerakkan bahu kiri dan gerakan abduksi
3) Latihan bangun ke posisi duduk long sitting
Posisi pasien : posisi awal tidur terlentang, posisi akhir duduk long sitting atau
duduk ongkang-ongkang.
Posisi terapis : membangunkan dari sisi kanan pasien, terapis berada di sisi
kanan. Pegangan, lengan kiri terapis menyangga seluruh bahu pasien dari
bagian bawah. Tangan kiri terapis membantu mensupport bahu dari sisi depan
tubuh.

Gerakan :
Dengan aba-aba hitungan 1-3, pada saat hitungan ke 3 pasien diminta
mengkontraksikan otot perutnya semampunya, terapis mengangkat bahu
pasien sampai pada posisi duduk tegak.
Ditanyakan apakah muncul keluhan seperti pusing, jantung berdebar-
debar. Pasien merasa sedikit pusing, kemudian oleh terapis diminta menutup
mata sambil atur nafas (Breathing Exercise seperti latihan 1). Setelah
berkurang/hilang pasien diminta melakukan latihan aktif (latihan 3). Setelah
itu pasien diminta menurunkan kedua tungkainya (duduk ongkang-ongkang).
Pada saat duduk sekalian dilakukan latihan keseimbangan duduk dengan
cara pasien di minta mengontrol tubuhnya agar tetap tegak.

4) Free Active Exercise + Isometrik melawan gravitasi


Posisi awal : duduk long sitting atau ongkang-ongkang.
Pegangan dan gerakan : terapis berada didepan tubuh pasien, tangan terapis
memfiksasi tulang klavikula, tangan satunya memberikan batasan gerak 90.
Pasien di minta menggerakkan bahunya ke arah fleksi 90.
Aba-aba : Terapis memberikan aba-aba angkat lengannya sampai menyentuh
tangan saya, tahan saya hitung 1-10, baru turun perlahan. Gerakan diulangi
10 kali gerakan. Hal ini berlaku juga untuk gerakan abduksi sampai 90.
Tutup sesi latihan dengan kontrol pernafasan (Breathing Exercise)
secukupnya.
5) Edukasi
Edukasi yang diberikan yaitu sering menggerakkan bahunya sebatas < 90 untuk
gerak fleksi dan abduksi bahu kanan-kiri, sering bangun/duduk, jika saat bangun
pusing supaya menutup mata sambil melakukan kontrol nafas untuk mengurangi
keluhan pusing serta tidak berlebihan dalam melakukan latihan yaitu tidak boleh
melampaui batas 90 untuk gerak fleksi dan abduksi meskipun sudah tidak merasakan
nyeri gerak.
Jika sudah tidak merasakan keluhan pusing atau badan lemas (KU baik)
diharapkan segera turun dari tempat tidur, latihan keseimbangan berdiri dan latihan
berjalan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Surgical wound adalah luka atau sayatan pada kulit yang biasanya dibuat oleh pisau
bedah selama operasi. Luka bedah sangat bervariasi dalam ukuran. Biasanya ditutup
dengan jahitan tetapi kadang-kadang dibiarkan terbuka untuk menyembuhkan
Tujuan dari manajemen fisioterapis adalah menjaga LGS bahu sesuai indikasi gerak,
mencegah terjadinya problem potensial, menjaga kondisi/kemampuan yang ada jangan
sampai turun. serta meningkatkan LGS sendi bahu dan kekuatan otot-otot sekitar sendi
bahu kanan-kiri.
Penanganan fisioterapinya adalah Breathing Exercise,Relaxed Passive Exercise,Latihan
bangun ke posisi duduk long sitting ,Free Active Exercise + Isometrik melawan gravitasi,
dan edukasi.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bupa.co.uk/individuals/health-information/directory/s/surgical-wounds

(http://diaryasa.blog.friendster.com)

file://localhost/D:/PENCARIAN/20BAG.4/surgical2/Home
%20%20PENATALAKSANAAN/20TERAPI/20LATIHAN/0PASCA ORIF.htm

Anda mungkin juga menyukai