Anda di halaman 1dari 21

DEBIT ANDALAN

SINTESIS
SI-2231
SI 2231 Rekayasa Hidrologi dan Drainase
Pemodelan Debit Sintesis
Keterbatasan data debit sering terjadi dan menjadi permasalahan dalam perencanaan
sumber daya air.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
tersebut diperlukan debit aliran sintesis dengan
model/simulasi curah hujan limpasan (rainfall runoff) berdasarkan data hujan dan
evapotranspirasi yang umumnya menggunakan konsep model tampungan yang
mendeskripsikan hubungan antara hujan dan aliran permukaan berdasarkan parameter
DAS yang dikaji, terutama kapasitasnya dalam menampung air hujan.
Beberapa metode yang umumnya digunakan untuk memodelkan curah hujan
limpasan yaitu:
NRECA (National Rural Electric Cooperative Association)
F.J. Mock
Sacramento
S t
Model NRECA
Model ini dikembangkan oleh Norman H. Crawford (1985) dengan mengasumsikan
DAS sebagai tampungan yang dapat dibagi menjadi 2 bagian. Pembagian tersebut
dilakukan berdasarkan perbedaan reaksi masing-masing bagian tersebut terhadap
infiltrasi air hujan yang melaluinya. Kedua bagian tersebut adalah :
1. Zona atas yang dianggap sebagai tampungan air yang terjadi akibat adanya
kapasitas tanah dalam menahan air sampai tanah tersebut menjadi jenuh
jenuh.
Tampungan ini biasanya dinyatakan dalam tingkat kelengasan tanah (soil
moisture)
2 Zona bawah yang dianggap sebagai tampungan air yang terjadi akibat adanya
2.
kapasitas tanah dalam menahan air pada saat tanah tersebut jenuh (air tanah).
Tingkat kelengasan ditentukan oleh neraca air hujan dan evapotranspirasi aktual.
Ketika curah hujan yang terjadi lebih besar dari evapotranspirasi aktual,
aktual akan terdapat
kelebihan air yang mampu menambah kelengasan tanah sehingga tanah menjadi
jenuh dan akan melimpahkan kelebihan airnya dalam dua bentuk, yaitu sebagai aliran
yang akan langsung menjadi aliran permukaan dan aliran yang mengisi tampungan air
tanah. Aliran permukaan yang terjadi dari tampungan air tanah yang keluar kembali
disebut Base Flow.
Skema Perhitungan NRECA
PREC,
PET AET
Water Balance = Prec - AET
Excess Moisture = (Water Balance)(Excess Moisture Ratio)
Storage = Water Balance Excess Moisture
DirFlow = Excess Moist - RechGW

MOISTURE EXCESS DIRECT


STORAGE MOISTURE FLOW

RECH
TO
PSUB: PSUB
SU
koefisien pengisian GW
tampungan air tanah GWFlow=(GWF)
(EndGWStorage)
Total Flow =
GWF:
GWF GROUNDWATER GROUNDWATER DirFlow +
Koefisien karakteristik STORAGE FLOW GWFlow
air tanah GWF
RechGW= (PSUB)(Excess Moist)
TOTAL
EndGWStorage = BeginGWStorage +
RechGW DISCHARGE
Menentukan Kelengasan Tanah
Agar tampungan akibat kelembaban tanah dapat terjadi, diperlukan nilai awal
kelembaban tanah pada tingkat tertentu. Besarnya infiltrasi air hujan menuju tampungan
kelengasan tanah dapat dihitung dari neraca air sbb.:
sbb :
WATER BALANCE = RAIN EACT
EACT = K1 x EPOT
K1 = RAIN/EPOT (1 - 0,5
0 5 SMOLD/SMNOM) + 0,5
0 5 SMOLD/SMNOM)
dimana :
EACT = evapotranspirasi aktual (mm)
RAIN = curah hujan pada periode yang ditinjau (mm)
K1 = rasio antara evapotranspirasi aktual dan evapotranspirasi potensial
SMOLD = kelengasan
g tanah ppada akhir p
periode sebelumnya
y ((mm))
SMNOM = kapasitas (nominal) kelengasan tanah (mm)
EPOT = evapotranspirasi potensial (mm) Kc x Eto
Jik SMOLD/ SMNOM 2,0
Jika t RAIN/EPOT 1,0
2 0 atau 1 0 maka
k EACT = EPOT.
EPOT
Menentukan Tampungan Air Tanah
Pada saat hujan lebih besar dari evapotranspirasi aktual, akan terjadi infiltrasi menuju
zona bawah sehingga akan menambah volume air tanah sebesar:
RECH = ESM x KRECH
ESM = 0,5 x [1 + tgh (2 SMOLD/SMNOM - 2] x (RAIN-EACT)
dimana :
RECH = tingkat
ti k t pengisian
i i ttampungan air
i ttanah
hddengan asumsii sistem
i t lilinier
i ((mm))
KRECH = koefisien pengisian tampungan air tanah
g
ESM = kelebihan kelengasan tanah ((mm))
Besar kelebihan kelengasan tanah akan menjadi limpasan langsung yang besarnya
dapat ditentukan sbb.:
Q
QDIR = ESM
S RECH
C
Dengan demikian, besar tampungan (reservoir) air tanah (GW) akan bertambah sebesar
RECH. Pada suatu saat sebagian air dari tampungan air tanah tersebut akan menjadi
aliran dasar yang besarnya dapat ditentukan sbb.:
QBASE = (GWOLD + RECH) x KBASE
dimana :
GWOLD = kandungan awal air tanah (sisa periode sebelumnya)
sebelumnya).
Total Runoff
Dengan diketahuinya besaran kedua tampungan tersebut, besarnya total Runoff pada
model NRECA dapat diekspresikan dalam bentuk :
QTOT = QDIR + QBASE
Model F. J. Mock
Analisis keseimbangan air untuk menghitung harga debit bulanan berdasarkan
tranformasi data curah hujan bulanan, evapotranspirasi, kelembaban tanah dan
tampungan air tanah berdasarkan metode empiris dari Dr. Dr FJ.
FJ Mock (1973).
(1973)
Metode empiris tersebut digunakan apabila terdapat catatan debit sungai yang hilang.
Prinsip metode Mock menyatakan bahwa hujan yang jatuh pada daerah tangkapan air,
sebagian
b i akan k hilang
hil akibat
kib t evapotranspirasi,
t i i sebagian
b i akank langsung
l menjadi
j di direct
di t
runoff dan sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah atau terjadi infiltrasi. Infiltrasi ini
mula-mula akan menjenuhkan permukaan tanah, kemudian terjadi perkolasi ke air
tanah dan akan keluar sebagai base flow.flow Hal ini terdapat keseimbangan antara air
hujan yang jatuh dengan evapotranspirasi, direct runoff, dan infiltrasi, dimana infiltrasi
ini kemudian berupa soil moisture dan ground water discharge. Aliran dalam sungai
adalah jumlah aliran yang langsung di permukaan tanah dan base flow flow.
Curah hujan rata-rata bulanan di daerah pengaliran sungai dihitung berdasarkan data
pengukuran curah hujan dan evapotranspirasi yang sebenarnya dari data meteorologi
dengan menggunakan metode Penman dan karakteristik vegetasi. vegetasi Perbedaan antara
curah hujan dan evapotranspirasi mengakibatkan limpasan air hujan langsung (direct
runoff), aliran dasar/air tanah dan limpasan air hujan lebat (storm runoff)
Konsep Model
Skema Perhitungan
Model Sacramento
Model Sacramento merupakan salah satu model konseptual yang berupaya
memperhitungkan secara lebih detail pengaruh parameter tanah terhadap kandungan
airnya atau kapasitas tampungan tanah terhadap aliran air permukaan.
permukaan Model ini
dikembangkan oleh National Weather Service Forecast Center di Sacramento,
California, Amerika Serikat.
Konsep dasar Model Sacramento adalah menyatakan daerah pengaliran atas
beberapa waduk/tampungan yang saling berhubungan dan mempunyai kapasitas
tertentu. Dalam hal ini DAS dibagi dalam beberapa komponen yaitu terdiri dari :
- zona atas
- zona bawah
Perkolasi
Aliran air tanah
Evaporasi
Debit sungai, terdiri dari
- aliran dari areal kedap air
- aliran permukaan yang kedap air
- interflow
- base flow
Deskripsi Komponen Model
1. Lahan
Lahan dibagi atas lahan yang tidak kedap air (previous) dan lahan yang tidak kedap air
(i
(imprevious).
i )
Untuk lahan yang kedap air (imprevious), hujan langsung masuk ke dalam
saluran/sungai dari sitem drainase alami. Dengan catatan, pada lahan yang tidak kedap
air (previous), sebelum air sampai di saluran, sebagian dari air hujan yang jatuh masuk
kedalam tanah sampai tanah menjadi jenuh. Dengan demikian, sistem drainase dari
bagian lahan yang previous dari daerah tangkapan dibagi menjadi :
zona atas, yang menyatakan sistem tanah permukaan catchment
zona bawah, yang menyatakan sistem tampungan air tanah
Tanah pada kedua area tersebut mempunyai kandungan air (tension water) dan air
bebas (free water). Pada umumnya resapan air akan membentuk tension water sampai
tanah menjadi jenuh, pada saat tanah menjadi jenuh, tension water mencapai nilai
maksimum dan resapan air langsung menjadi air tanah.
maksimum, tanah
Konsep Model
Skema Model
ET DEMAND PRECIPITATION INPUT

DIRECT
ET PERVIOUS AREA IMPERVIOUS RUNOFF

UPPER ZONE
SURFACE
TENSION WATER RUNOFF
ET UZTWM
FREE WATER
UZFWM INTERFLOW
ET
PERCOLATION
ZPERC x REXP TOTAL
ET DISTRIBUTION STREAM
CHANNEL
FUNCTION FLOW
FLOW
1-PFREE PFREE

LOWER ZONE
FREE FREE SUPLEMENTAL
TENSION WATER P S BASE FLOW
ET LZTM LZTM
LZTM

RSERV
TOTAL
BASE
PRIMARY BASE FLOW FLOW SUBSURFACE
SIDE DISCHARGE
2. Zona Atas
Tension water pada zona atas menyatakan volume air hujan yang masih dapat
ditampung tanah pada keadaan kering sampai terjadinya pelepasan air oleh tanah
tersebut. Jika kapasitas maksimum tampungan g zona atas terlampaui, maka selebihnyay
menjadi air bebas yang dapat menjadi interflow ke saluran atau menjadi perkolasi ke
zona bawah.
j
Interflow terjadi hanya
y jjika curah hujan
j melampaui
p laju
j pperkolasi. Zona atas dianggap
gg p
sebagai tampungan linear yang dikuras secara eksponensial. Besarnya Interflow adalah
sbb.:
Qinterflow = UZFWC * UZK
dimana :
UZFWC = volume air bebas pada zona atas
UZK = koefisien
k fi i pengosongan untuk t k zona atas
t
Jika curah hujan melampaui intensitas perkolasi dan kapasitas drainase interflow
maksimum, maka tampungan zona atas bebas akan terisi penuh dan terjadilah aliran
permukaan.
k

3. Zona Bawah
Tension Water pada zona bawah merupakan sisa volume air yang diperlukan untuk
kelembaban tanah yang terjadi akibat daya tarik molukeler tanah. Dalam hal ini, volume
air yyangg dimaksud tidak termasuk air tanah bebas yyang
g mengisi
g p pori-pori
p tanah. Volume
air ini dinyatakan dengan LZTM.
4. Intensitas Perkolasi
Laj perkolasi dari zona
Laju ona atas ke zona
ona bawah
ba ah bergantung
bergant ng pada kebutuhan
keb t han zona
ona bawah,
ba ah
yaitu kebutuhan yang ditentukan oleh isi zona bawah relatif terhadap kapasitasnya.
Kebutuhan perkolasi zona bawah yang minimal terjadi jika ketiga tampungan zona bawah
telah terisi penuh.
penuh Selanjutnya dengan prinsip kontinuitas,
kontinuitas laju perkolasi adalah sama
dengan aliran air tanah dari tampungan utama dan tambahan yang sudah penuh. Jika
kebutuhan minimum adalah PBASE, maka :
PBASE = LZFPMLZFPM*LZPK
LZPK + LZFSM * LZSK
dimana :
PBASE = Percolation Base
LZFPM = kapasitas tampungan air bersih bebas utama zona bawah
LZPK = faktor drainase tampungan utama
LZFSM = kapasitas tampungan air bebas tambahan zona bawah
LZSK p g tampungan
= faktor drainase tampungan p g tambahan
Kebutuhan perkolasi zona bawah yang maksimum terjadi jika tampungan zona bawah
dalam keadaan kosong. Besarnya perkolasi maksimum ini adalah :
PERC maks.kebutuhan = PBASE * (1 + ZPERC)
dimana pada umunya ZPERC >>1. Sedangkan perkolasi yang aktual adalah :
PERC akt. = PBASE * (1 + ZPERC * G)
dimana :
G = (A/B) * REXP
A = jumlah dari seluruh kapasitas zona bawah - isi zona bawah
B = jumlah dari seluruh kapasitas zona bawah
5. Aliran Air Tanah
Jumlah aliran diasumsikan sebagai tampungan yang mempunyai sistem yang berprilaku
linear, sehingga dapat dituliskan sbb.:
Q BASE = LZFPC * LZPK + LZFSC * LZSK
dimana :
LZFPC = isi zona air bebas utama
LZFSC = isi zona air bebas tambahan
F kt drainase
Faktor d i LZPK dan
d LZSK dapat
d t ditentukan
dit t k dengan
d mudah
d h dari
d i kurva
k resesii
hidrograf, dengan menggambarkan pada kertas semi logaritmik, dan berdasarkan
persamaan berikut :
K = (QPt / Q Po) (1/dt)
dan
LZPK = 1 K
dengan :
K = koefisien resesi
dt = waktu (misalnya hari)
Qpo = debit awal resesi
QPt = debit pada waktu setelah itu
Isi maksimum dari zona air bebas bawah adalah :
LZFPM = QPmaks/LZPK
Dimana
QPmaks = nilai maksimum aliran rendah utama
6. Evaporasi
E aporasi potensial terjadi di sungai,
Evaporasi s ngai danau
dana dan tumbuhan
t mb han air.
air Evaporasi
E aporasi dari bagian
lahan lainnya ditentukan oleh banyaknya air yang berada di zona tertekan. Jika ED
adalah evapotranspirasi potensial dan E1 adalah evapotranspirasi aktual, maka :
E1 = ED * UZTWC/UZTWM
Jika E1 < ED, maka air diambil dari zona bawah sebagai berikut :
E2 = (ED - E1) * LZTWC/(UZTWM + LZTWM)
Selanjutnya jika evapotranspirasi terjadi pada kondisi dimana rasio kapasitas tampungan
air bebas melebihi isi tampungan tertekan, maka air dialirkan ke tampungan tertekan
sampai terjadi keseimbangan.

7. Debit Aliran Sungai


Debit aliran sungai terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :
Aliran dari areal y
yang
g kedap p air
Aliran permukaan dari permukaan yang tidak kedap air
Interflow
Base flow
Daerah pengaliran sungai yang dikaji dapat dimodelkan dalam sebuah segmen, atau
lebih. Penelusuran (propagation) hidrograf aliran dapat dilakukan dengan berbagai cara
sebagai berikut :
Penjumlahan outflow dari masing-masing segmen
Pada outflow setiap segmen dilakukan pendekatan hidrograf satuan
Dengan pendekatan lapisan (layered) yang masing-masing mempunyai koefisien
routing
ti
Pada umumnya cara pertama, yaitu penjumlahan outflow dari masing-masing segmen
banyak digunakan sebab dapat dipandang sebagai yang paling alami.
8. Parameter Model Sacramento
Dengan demikian, untuk dntuk dapat memodelkan kondisi aliran sungai dengan baik
sesuai dengan konsep tersebut di atas, maka Model Sacramento menggunakan
beberapa parameter sebagai berikut di bawah ini,ini beserta nilai
nilai-nilainya
nilainya yang lazim
digunakan.
UZTWM =Upper zone tension water maximum (25 - 75 mm)
UZFWM =Upper zone free water maximum (10 - 100 mm)
LZTWM =Lower zone tension maximum (75 - 600 mm)
LZFSM =Lower zone free secondary maximum
LZFPM =Lower zone free primary maximum
UZK =Upper zone koefisien (0,18 - 1,0 ; dengan nilai awal sampai 0,4)
LZSK =Lower Zone Secondary Koefisien
LZPK =Lower Zone Primary Koefisien
ZPERC =Percolation rate increase
REXP =Exponent
E t off the
th percolation
l ti rate t (1.0
(1 0 3.0,
3 0 dengan
d nilai
il i awall 1,8)
1 8)
PFREE =Bagian percolated yang menjadi free water (0 s/d 0.4, dengan nilai awal 0,20)
RSERV =Bagian LZFW yang tidak dapat menguap (0 - 0,4 ; dengan nilai awal 0,30)
PCTIM =Bagian lahan yang imprevious (permanen)
ADMIMP=Bagian lahan yang imprevious jika semua kebutuhan air terikat dipenuhi
SARVA =Bagian lahan yang berair (sungai,
(sungai danau) dan tanaman di sepanjang sungai
SIDE =Bagian dari base flow yang berasal dari atau keluar catchment lain
Kalibrasi dan Verifikasi Model
Kalibrasi adalah proses memperkirakan parameter model. Untuk proses kalibrasi
diperlukan data debit aliran permukaan dari DAS yang akan dicari besaran parameter
model tersebut.
tersebut Seringkali data debit dari sungai yang akan diprediksi debit andalannya
tidak begitu lengkap, untuk itu, sebagai pendekatan, kalibrasi dilakukan dengan
menggunakan data debit sungai yang memiliki DAS serupa dengan DAS dari sungai
yang akan diprediksi debit andalan sintesisnya. Kalibrasi dilakukan dengan
membandingkan debit hasil pemodelan dengan data debit yang ada. Kalibrasi
dilakukan sampai terjadi korelasi yang baik antara debit hasil model dan debit
pengukuran,
p g , yyaitu yyang
g mendekati angka
g 1.
Setelah kalibrasi, dilakukan verifikasi, yaitu pemodelan aliran permukaan pada DAS
yang akan dicari debit andalannya dengan menggunakan parameter model yang
diperoleh pada proses kalibrasi. Pemodelan/prediksi debit sintesis dilakukan setelah
verifikasi memberikan hasil yang memuaskan yaitu mendekati besarnya debit
pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai