070913042
1. Apa yang dimaksud dengan definisi dan konsep dari gerakan sosial politik?
Gerakan sosial dan politik (gersospol) merupakan aspek dinamis dari kehidupan politik.
Karena itu gersospol sering terjadi di dalam bentuk masyarakat apa pun, utamanya
masyarakat sedang mengalami perubahan sosio-ekonomi, budaya, dan politik. Gersospol
dengan demikian menjadi salah satu kurikulum penting dari ilmu politik.
Gersospol pada dasarnya merupakan bagian dari studi sosial tentang collective behavior.
Studi mengenai perilaku kolektif adalah suatu cabang dari ilmu sosial yang berkait dengan
bentuk-bentuk aksi kelompok, dimana tingkat kelembagaannya rendah.
Di dalam studi perilaku kolektif dikenal beberapa beberapa bentuk perilaku kolektif:
panic, crazes, crowds, dan social movement. Masing-masing bentuk perilaku kolektif itu
mempunyai substansi yang berbeda-beda. Crowds merupakan perilaku kolektif dengan
tingkat kelembagaannya lebih rendah daripada social movement daripada panic dan crazes.
Tingkat kelembagaan crowds berada pada kadar antara panics-crazes dan social
movements. Panics dan Crazes adalah perilaku kolektif yang tingkat kelembagaannya paling
rendah. Perilaku sosial ini hanyalah reaksi dari suatu peristiwa sosial tertentu. Misalnya
munculnya format panics dan crazes tatkala melihat ada rumah terbakar. Perilaku sosial ini
tidak mengenal pola kepemimpinan, pola panic dan crazesnya tidak lama, hanya berfungsi
ekspresif sosial belaka (kebingungan atau ketakutan atau keresahan), bersifat spontan, dan
tidak terorganisir dengan baik.
Sedangkan social movements bentuk kepemimpinannya kuat, berlangsung lama,
seringkali berfungsi sebagai instrumen (untuk suatu pemecahan sosial secara kolektif), kadar
perencanaannya relatif tinggi, dan terorganisir dengan baik. Bahkan konsep gersospol dari
kelompok Revisionis gersospol merupakan pemecahan problem sosial secara kolektif,
rasional, terencana, dan terorganisir dengan baik.
David. F Aberle menyatakan suatu usaha yang terorganisir oleh sekelompok manusia
untuk menimbulkan perubahan dihadapan tekanan manusia lainnya. Hal ini dibedakan dari
usaha-usaha individu secara murni serta dibedakan pula dari aksi kerumunan. Gerakan yang
sedemikian ini diklasifikasikan menurut jumlah perubahan (total atau parsial) serta menurut
tempat perubahan tertentu (pada sistem individu atau pada sistem supra individual tertentu)
James Scott menjelaskan gerakan sosial dan politik sebagai bentuk gerakan
perlawanan petani, yaitu bentuk perlawanan (resistence) penduduk desa dari kelas yang lebih
rendah (dalam hal sewa, pajak, penghormatan) yang dikenakan pada kelas itu oleh kelas-
kelas yang lebih atas.
Scott sendiri menjelaskan gerakan sosial dan politik sebagai perlawanan yang
sesungguhnya bersifat:
1. Suatu gerakan sosial melibatkan sebagian besar individu yang berusaha memprotes
suatu keadaan, yang memiliki persyaratan dasar suatu organisasi.
2. Suatu gerakan sosial harus memilik scope yang relatif luas. Gerakan tersebut mungkin
berawal dari scope yang kecil, tetapi akhirnya harus mampu mempengaruhi sebagian
besar warga masyarakat.
3. Ketiga, gerakan sosial reformatif. Gerakan ini berusaha melakukan perubahan pada
seluruh masyarakat.
2. Apa saja teori-teori gerakan sosial politik itu yang anda kenal?
A. Teori Contagion
Menurut Mark N. Hagopian pada umumnya teori gersospol dikembangkan melalui
pemikiran Gustave Le Bon, seorang siolog Perancis. Le Bon telah mengembangkan konsep
gersospol melalui teori penularan crowds (contagion theory). Menurut Le Bon, masyarakat
sebenarnya identitas kepribadiannya ditekan pada derajat paling rendah ketika mereka berada
dalam situasi crowd (kerumunan). Bagi Le Bon, sebenarnya identitas personal itu rendah
pada saat berada dalam situasi kerumunan. Penularan crowd bisa menghilangkan semua
perbedaan kultural dan pendidikan diantara anggota-angota crowd, mereka direduksi hingga
ke common denominator paling rendah. Karena itu kepribadian cenderung direduksi dalam
crowd. Akibatnya individu dalam kerumunan cenderung berlaku barbar. Mereka bisa
berperilaku irasional dan atas dasar insting.
Akibat dari contagion ini adalah berkembangnya suggestibility, dimana kerumunan
bisa paling cepat menjalar pada khayalan yang paling absurd: kepercayaan melampoi
penalaran. Dalam crowds muncul pemimpin, dalam rangka daya suggestibility, yang bisa
memaksakan kehendalnya. Akibat dari penularan adalah apa yang disebut dengan
suggestibility dimana kerumunan menjadikan keyakinan yang sangat kompleks bisa
melampoi penalaran. Jika dihubungkan dengan ideology, maka pewaris utama suggestibility
adalah seorang kepala, yaitu orang yang dapat menentukan kehendaknya selama kerumunan.
Akan tetapi hal itu tidak berarti seorang pemimpin sekaligus sebagai seorang manipulator
sinisme. Sebab pada dasarnya pimpinan itu bermula sebagai orang yang berada dalam
kerumunan itu sendiri. Pimpinan itu sendiri telah dihipnotis oleh ide pada saat kenabiannya
telah terjadi. Bahkan menurut Le Bon. Pimpinan dalam crowd direkrut dari deretan orang
gelisah yang abnormal, gampang terangsang, gampang emosi,orang yang setengah gila dan
sedang menjurus gila.
Muncul kritik terhadap Le Bon. Casper Milquettoast mengeritik Le Bon yang
dianggap terlalu reduktif. Le Bon dinilai membawa konsep crowds terlalu psikis.
Menurutnya, crowds tidak selalu mengabtraksikan tipikal barbarian. Crowd merupakan
modifikasi dan ekstensi dari perilaku kelompok yang normal. Crowd dipahami sebagai
konsep yang lebih terorganisasi, rasional, dan bertujuan. Crowd dianggap sebagai kelompok
masyarakat yang sedang menuju ke arah suatu konsensus baru tentang norma tingkah laku.
Oleh karena itu, pimpinan gerakanpun tidak selalu merupakan orang gila atau kenabi-
nabian. Pimpinannya bisa rasional.
Kelompok revisionis, seperti Hans Toch dan Rudolph Heberle, juga memandang
gerakan sosial sebenarnya bermula dari fenomena crowd. Namun mereka mempunyai
pemahaman yang berbeda dengan Le Bon. Sebab, menurut kelompok revisionis ini, gerakan
sosial sering memperlihatkan sebagai aktivitas crowd baik sebagai ledakan yang spontan
maupun sebagai taktik yang terencana. Karena itu Hans Toch menganggap konsep gerakan
sosial lebih mengarah ke aksi spontan dari sekelompok besar orang (masyarakat) untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, dimana tujuan itu telah menjadi kesepakatan (atau telah
dicita-citakan) oleh para anggota-anggotanya. Secara psikologis gerakan sosial dianggap
menggambarkan suatu usaha oleh sejumlah besar orang untuk memecahkan suatu problem
secara kolektif. Dalam konteks ini konsep gerakan sosial dianggap sejajar dengan konsep
organisasi: rasional, terencana, dan untuk memecahkan problem sosial.