Rumah yang diberkahi berarti rumah yang dilimpahi kebaikan dan selalu
mendapat petunjuk Allah Subhanahu Wataala.
Oleh karena itu, agar rumah kita diberkahi oleh Allah Subhanahu
Wataala, maka perlu diperhatikan tips berikut.
Membaca al-Qur`an
Memanjatkan Doa
Kita dianjurkan membaca doa ketika masuk rumah, dan membaca doa
ketika keluar rumah. Bahkan, bukan itu saja. Setiap akan beraktivitas di
rumah kita harus membaca doa. Allah senang jika ada hambanya yang
berdoa.
4. Merendahkan suara
8. Memulai doa dengan menyebut nama Allah dan shalawat atas Nabi
Shallallahu alaihi wasallam (Imam al-Ghazali dalam Ihya
Ulumuddin)
Mendirikan Shalat
Shalat Tahajud
Shalat Tahajud adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam
hari hingga menjelang subuh.
Shalat Dhuha
Shalat Dhuha yaitu shalat sunnah yang waktunya antara sekitar jam 7.00
pagi hingga jam 11.00 siang. Jumlah rakaatnya paling sedikit dua rakaat,
paling banyak dua belas rakaat.
Dalam riwayat lain disebutkan. Dari Abi Dzar Radiyallahu anhu dari
Nabi Shallallahu alaihi wasallam. Ia bersabda: Pada setiap pagi ada
kewajiban bagi setiap persendian untuk bersedekah. Setiap tasbih itu
sedekah, tiap tahmid sedekah, tiap takbir sedekah, menganjurkan
kebaikan itu sedekah, demikian juga mencegah kemungkaran, dan
cukuplah mengganti itu semua dengan shalat sunnah Dhuha dua rakaat.
(Riwayat Muslim)
Hal yang perlu diperhatikan juga dalam desain rumah adalah tembok
atau pagar. Sebaiknya tidak terlalu tinggi, sehingga membuat rumah
terkesan sebagai benteng yang akan memutuskan hubungan dengan
tetangga kita.
Memuliakan Tamu
Jika seorang tamu mengucapkan salam di depan pintu, maka hendaknya
tuan rumah menjawabnya. Menjawab salam sesama Muslim berarti
menunaikan hak sesama Muslim.
Agar tamu segera merasakan sikap yang ramah dari tuan rumah, maka
segeralah menyuguhkan hidangan. Hal itu dijelaskan dalam al-Qur`an
ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam menyuguhkan hidangan kepada
tamunya. Kemudian Ibrahim menghidangkan pada mereka. (QS: Adz-
Dzariyat [51]: 27)
Pilihlah rumah di antara tetangga yang baik. Sebab jika tetangga dan
lingkungannya baik, maka hidup akan merasa nyaman. Bila
memungkinkan lokasinya dekat dengan masjid, sehingga bisa
menunaikan shalat berjamaah, dan anak-anak terbiasa dengan suasana
ibadah.
Jika sebuah lingkungan yang sarat dengan nuansa maksiat, maka akan
mendorong seseorang untuk melakukan penyimpangan dan dosa. Oleh
sebab itu, menjauhi lingkungan seperti itu pada dasarnya merupakan
sebuah keharusan dalam melestarikan iman.
Jika rumah kita bersih, maka akan membantu kita untuk tetap sehat dan
bugar. Suasana rumah yang sehat tidak hanya membantu kita untuk
bebas dari stres, tetapi juga membantu untuk meningkatkan
produktivitas ibadah dan kerja kita.
Dari Abdullah bin Masud Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah
Shallallu alaihi Wassallam bersabda: Tidak akan masuk surga orang
yang dalam hatinya ada kesombongan seberat biji debu. Ada seorang
yang bertanya, Sesungguhnya setiap orang suka (memakai) baju yang
indah, dan alas kaki yang bagus, (apakah ini termasuk sombong?).
Rasulullah Shallallu alaihi Wassallam bersabda: Sesungguhnya Allah
Maha Indah dan mencintai keindahan, kesombongan itu adalah menolak
kebenaran dan merendahkan orang lain. (Riwayat Muslim)
Oleh karena itu, rumah harus ditata sedemikain rupa supaya indah,
bersih dan sehat. Tanamlah pohon yang rindang dan sejuk. Perbaikilah
sanitasi air agar tidak mampat, tidak bau dan mengganggu tetangga di
sekitar rumah kita.
Islam adalah agama yang cinta kebersihan. Kita diingatkan oleh Nabi
Shallallu alaihi Wassallam jika hendak memelihara hewan seperti
anjing karena berkaitan dengan hal najis. Bahkan Islam melarang
memelihara anjing kecuali untuk kepentingan penjagaan keamanan atau
pertanian.
Senantiasa Bersyukur
Sungguh, suatu rahmat yang luar biasa jika kita diberi keluasan, dan
kelapangan rezeki, sehingga dapat membangun sebuah rumah. Padahal,
betapa banyak saudara kita yang kurang beruntung sehingga tidak
memiliki kemampuan untuk memiliki rumah. Masih banyak orang yang
kedinginan, kehujanan karena tak punya tempat berteduh. Jadi, sudah
sepantasnya kita bersyukur atas rahmat dan rezeki yang telah diberikan
Allah kepada kita.
Dalam sebuah tulisan kolomnya yang berjudul Rumah Sejati Kita, Salim
A Fillah menyindir kita, Betapa jauh kita hari ini dari petunjuk
Rasulullah Shallallu alaihi Wassallam dan teladan orang-orang yang
diridhai-Nya. Betapa bangga kita tentang seluas apa, sejumlah lantai,
seharga berapa, senyaman apa, dan bagaimana mempercantiknya. Tanpa
sadar bahwa rumah abadi kelak kita di akhirat belumlah dipasang batu
pertamanya.
Allah Taala sama sekali tidak mendapat keuntungan apapun dari sikap
syukur hambanya. Sebaliknya, kesyukuran manusia itu, manfaatnya
kembali kepada mereka sendiri.