Tamka PDF
Tamka PDF
TAMBANG TERBUKA
(HTKK-024)
Oleh :
NURHAKIM, ST, MT
PRAKATA
Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan bahan kuliah ini terdapat banyak
kekurangan, untuk itu, diharapkan masukan dan saran konstruktif agar dapat
memperbaiki bahan ku liah in i di masa mendatang. Akhirnya, penyusun
berharap agar bahan kuliah ini bermanfaat. Amin.
Nurhakim, ST, MT
132 258 665
DAFTAR ISI
Prakata
Daftar Isi
Silabus Matakuliah
1 Pengantar 1
1.1 Kontribusi Pertambangan untuk Peradaban Manusia 1
1.2 Pemilihan Metoda Penambangan 2
8 Sistem Penyaliran 53
8.1 Sistem Penyaliran La ngsung (konvensional) 53
8.2 Sistem Penyaliran Tak Langsung (inkonvensional) 54
SILABUS
Tambang Terbuka
Program Studi D2 Teknik Pertambangan
Prasyarat :
Telah mengikuti matakuliah Pengantar Teknologi Mineral
Uraian :
1. Pemahaman kontribusi industri pertambangan
2. Pemahaman sistem-sistem tambang terbuka
3. Pengenalan urutan kerja dan peralatan yang dioperasikan pada kegiatan
pertambangan.
4. Pengertian Nisbah kupas (stripping Ratio)
5. Pengenalan aspek-aspek Tambang Terbuka meliputi lereng tambang dan
penirisan / penyaliran tambang
Pustaka :
1. Crawfrod, H., 1979, Open Pit Mine Planning and Design, SME-AIME, 1979
2. Hartman, H.L., 1987, Introductory Mining Engineering, John Wiley and
Sons, New York
3. Irwandy Arief, Tambang Terbuka, Teknik Pertambangan ITB, Bandung
4. Nurhakim, 2003, Bahan Kuliah Tambang Terbuka, Program Studi Teknik
Pertambangan FT Unlam, Banjarbaru
5. Pfleider, 1972, Surface Mining, Seeley W. Mudd Series, AIME
6. Sudarto Notosiswoyo dan Partanto Projosumarto, 1982, Pengantar
Analisis Kemantapan Lereng, Teknik Pertambangan ITB, Bandung
7. Buku lain yang terkait
I. PENGANTAR
bahan galian, saat ini yang diperlukan suatu klasifikasi metoda penambangan
yang mempunyai ciri (Hartman, 1987) :
1. Umum (dapat diaplikasikan pada tambang terbuka atau bawah tanah,
untuk semua komoditi tambang, batubara atau non batubara).
2. Meliputi metoda yang sedang berjalan dan metoda baru (novel) yang
sedang dikembangkan tetapi belum dapat dibuktikan secara keseluruhan.
3. Mengenali perbedaan kelas metoda yang besar dan biaya relatif.
Kategori yang digunakan oleh Hartman adalah :
- dapat diterima ( acceptance ): tradisional atau baru
- lokal untuk tambang terbuka (atau tambang bawah tanah)
- kelas dan sub kelas
- metoda
Klasifikasi metoda menurut Hartman (1987) dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2.1
Klasifikasi metode penambangan
Leaching Metal
* Room & Pillar Mining Coal, Nonmetal
* Stope & Pillar Mining Metal, Nonmetal
Unsupported ---
Shrinkage Stoping Metal, Nonmetal
* Sublevel Stoping Metal, Nonmetal
Tambang Bawah Tanah Cut and Fill Stoping Metal
(Underground Mining ) Supported --- Stull Stopping Metal
Square Set Stoping Metal
* Longwall Mining Coal
Caving --- Sublevel Caving Metal
* Block Caving Metal
Rapid Ex cavation NonCoal (Hard rock)
Automation, Robotics All
Hydraulic Mining Coal, Soft rock
NOVEL
Menurut L J Thomas
Surface mining
Alluvial mining
Mineral sands mining
General open pit mining
Surface mining machinary
Open cut mining of bedded deposit
Open pit mining of massive deposit
Abandoned pit
Non-entry mining
Menurut K A Sweet
Surface mining
Placer mining
- Panning and sluicing
- Hydraulicking
- Dredging
Open pit
- Single bench
- Multiple bench
- Strip mining
- Quarry mining
Glory hole
Underground Metalliferous
Self supported opening (natural)
- Open stope mining
- Isolated openings
- Sublevel stoping
- Longhole stoping
- Pillared open stopes
- Random pillars
- Regular pillars
Open Artificially supported stopes (supported openings)
- Shrinkage stoping (broken ore)
- Cut and fill (waste filled)
- Square set stoping
- Longwall min ing
Caving methods (Stress relief)
- Caving (ore broken bay induces collapse)
- Sub level caving
- Block caving
- Top Slicing
Underground Coal Mines
Drift mine
Slop mine
Shaft mine
Pemboran (Drilling )
Pemboran dapat dilakukan untuk bermacam-macam tujuan :
penempatan bahan peledak; pemercontohan (merupakan metoda sampling
utama dalam eksplorasi); dalam tahan developmen : penirisan, test fondasi
dan lain-lain; dan dalam tahap eksplotasi untuk penempatan baut batuan &
kabel batuan (dalam batubara pemboran lebih banyak dibuat untuk
pemasangan baut batuan - bolt ing daripada untuk peledakan). Jika
Tabel di bawah ini adalah salah satu contoh alat bantu untuk pemilihan alat
bor.
Tabel 3.2
Aplikasi pemboran dan metoda penetrasi dari beberapa batuan yang berbeda
Pemotongan (Cutting )
Jika pemotongan merupakan bagian integral dari siklu s produksi, hal
itu dilakukan dengan mesin yang dirancang sesuai dengan karakteristik
batuan / mineral yang diinginkan. Pada saat in i, pemotongan (cutting )
dilakukan pada dua aplikasi utama, yaitu :
1. Batubara dan mineral non-metal yang lebih lunak (tambang bawah
tanah); jenisnya : Chain cutting machine, shortwall (fixed bar) atau
universal (movable-bar).
2. Batuan dimensi (tambang terbuka)
a. Channeling machine, percussion atau flame jet
b. Saw, wire, atau rotary
Tujuan dari kegiatan cutting adalah menghasilkan kerf yang dapat
mengurangi atau mengelimin ir peledakan. Aksi penetrasi dasar dalam
pemotongan batuan atau batubara sama dengan pemboran.
Tabel 3.3.
Klasifikasi peralatan penggalian dan pemuatan Tambang Terbuka
Keuntungan dan kerugian dari berbagai alat dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.4.
Perbandingan antara fitur Shovel, Dragline dan BWE
Pemilihan Alat
Secara garis besar, ada empat faktor yang pemilihan alat ekskavasi
(Pfileider, 1973a, Martin et al, 1982 dalam Hartman, 1987), yaitu :
1. Faktor performansi (unjuk kerja)
Faktor ini berhubungan langsung dengan produktifitas mesin, dan
meliputi : kecepatan putar, tenaga yang tersedia, jarak penggalian,
kapasitas bucket , kecepatan tempuh, dan reliabilitas.
2. Faktor desain
Mencakup kecakapan pekerja, teknologi yang digunakan, jenis
pengawasan dan tenaga (power) yang tersedia.
3. Faktor penunjang (Support )
4. Faktor biaya
Pengangkutan
Material dalam jumlah besar dalam industri pertambangan ditransport
dengan haulage (pemindahan ke arah horizontal) dan hoisting (pemindahan
vertikal). Klasifikasi metoda pengangkutan dapat dilihat pada Tabel di bawah
ini.
Tabel 3.5
Klasifikasi metoda pengangkutan Tambang Terbuka
Untuk alat angkut yang paling banyak digunakan (truk jungkit), dapat
dijumpai 4 tahap : pemuatan, pengangkutan, penuangan dan kembali
kosong (lihat Gambar).
Gambar 3.1.
Daerah kerja pengangkutan pada tambang terbuka
Tabel 3.6
Perbandingan Keuntungan dan Kerugian beberapa alat angkut
Tabel 3.7.
Klasifikasi Operasi Tambahan pada Pertambangan
Persiapan lokasi
Pembersihan
Transport Transport
ke lokasi penyimpanan untuk pemindahan langsung
Pemboran Penggaruan
Pembuangan OB Pembuangan OB
(Langsung
Transport ke lokasi
Transport ke lokasi
penyimpanan
backfill
Pembersihan permukaan
batubara / bijih
Penggalian / Pemuatan
Batubara / bijih
PembuanganParting
Back filling
(dari lokasi penyimpanan)
Perataan bongkahan
Gambar 3.2.
Siklus operasi tipikal tambang terbuka
d. Peraturan polusi.
e. Bantuan pemerintahan yang lain.
Tahapan Persiapan
Tahapan ini dapat berlaku untuk persiapan di tambang terbuka
maupun tambang bawah tanah, yaitu :
a. Adopsi dari laporan studi kelayakan sebagai dokumen perencanaan,
subyek ke modifikasi sebagai kemajuan pengembangan.
b. Konfirmasi dari metoda penambangan dan rencana pertambangan umum.
c. Pengaturan finansial yang berdasarkan pada estimasi biaya yang telah
dikonfirmasikan pada laporan studi kelayakan.
d. Pengumpulan data tanah, termasuk Undang-undang Pertambangan dan
Permukaan.
e. Pengarsipan pernyataan dampak lingkungan, mendapatkan ijin
penambangan (termasuk rencana reklamasi).
f. Melengkapi jalan-jalan permukaan, transportasi, komunikasi, dan power
supply ke tambang.
g. Perencanaan dan konstruksi pabrik, termasuk fasilitas pendukung,
pelayanan dan kontrol administrasi.
h. Pendirian pabrik pengolahan mineral, jika diperlukan, dan penanganan
bijih dan fasilitas perkapalan, penimbunan dan pembuangan waste .
i. Pemilihan peralatan penambangan untuk persiapan dan eksplorasi.
j. Konstruksi dari bukaan jalan utama ke badan bijih dan bukaan
selanjutnya, pada tambang terbuka : pengupasan tanah lanjut ( advanced
stripping).
k. Pengadaan tenaga kerja dan pelatihan tenaga kerja dan pelayanan
pendukung (perumahan, transportasi, gudang yang diperlukan).
Tabel 4.1
Diagram penjadwalan untuk tambang terbuka
tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1.2 Prospeksi / Eksplorasi
- Geologi
- Pemboran Pendahuluan
- Survey dan Ijin lingkungan
- Uji Jenjang Metallurgy
Studi Kelayakan
- Geologi
- Pemboran Konfirmasi
- Jalan / Akses ke Deposit
- Sampel Curah (Bulk Sampling)
- Uji Metalurgi dan Desain Flow Sheet
- Studi Teknik dan Ekonomi
- Survey, ijin & Kontrol Lingkungan
- Administrasi & Penunjang
3 Pembangunan & Konstruksi
- Desain dan rekayasa
- Konstruksi fasilitas di permukaan
- Pengupasan pra-produksi
- Kontrol Lingkungan
- Administrasi & Penunjang
Tabel 4.2
Petunjuk pemilihan alat untuk penanganan material di tambang terbuka.
Excavator -
Wheel
Dozer Front Dozer - Dragline Excavator - Hopper -
Excavator -
end Loader Scrapper (direct casting) Truck Crusher -
Conveyor
Conveyor
Produksi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
maksimum
Laju produksi Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Sedang
Umur pit Pendek Pendek Panjang Sedang Panjang Panjang
Kedalaman pit Sedang Dangkal dan Sedang Dalam Dalam Sedang
datar
Deposit Tdk ter- Tdk ter- Ter- Ter- Ter- Seragam
konsolidasi konsolidasi konsolidasi konsolidasi konsolidasi sedikit
boulder
Preparasi (jika
Garu Garu Bor-Ledak Bor-Ledak Bor-Ledak Bor-Ledak
perlu)
Kompleksitas
Rendah Sedang Rendah Sedang Tinggi Tinggi
sistem
Fleksibilitas
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Rendah Rendah
operasi
Kapasitas blending Tinggi Tinggi Rendah Sedang Rendah Rendah
Penempatan
selektif Baik Sangat baik Buruk Baik Sedang Sedang
(pembuangan)
Pengaruh cuaca
Besar Besar Kecil Sedang Kecil Kecil
basah
Kebutuhan
Kecil Besar Kecil Besar Sedang Sedang
penjadwalan
Ketersediaan
Sedang sedang Tinggi Sedang Kecil Kecil
sistem
Peralatan
Kecil Kecil Sedang Sedang Tinggi Tinggi
pendukung
Kemudahan
Sederhana Sederhana Moderat Sederhana Rumit Rumit
memulai pekerjaan
Investasi Kecil Kecil Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Sumber : Martin et.al, 1982 (ijin dari konsultan Martin, Inc. Golden, CO.) dalam Hartman, 1987
V pit +Vbijih
R=
Vbijih
b. Breakeven stripping ratio (BESR)
Untuk menganalisis kemungkinan sistem penambangan yang akan
digunakan, apakah tambang terbuka atau tambang dalam, maka
digunakan konsep breakeven stripping ratio (BESR).
1) BESR(1) (Overall stripping ratio)
yaitu perbandingan antara biaya penambangan bawah tanah dengan
penambangan terbuka.
A B
BESR(1) = =D
C
dimana:
A = biaya penambangan secara bawah tanah/ton bijih
underground mining cost / ton ore
B = biaya penambangan secara tambang terbuka/ton bjih
open pit mining cost / ton ore
C = ongkos pengupasan tanah petutup/ton waste
open pit stripping cost / ton waste
Ini berarti hanya bagian endapan yang mempunyai BESR lebih kecil dari D
yang dapat ditambang secara tambang terbuka dengan menguntungkan.
Jadi D adalah BESR(1) tertinggi yang masih dibolehkan untuk operasi
tambang terbuka dengan kondisi tersebut diatas.
Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka, maka
dalam rangka pengembangan rencana penambangan digunakan BESR(2)
dengan rumus sebagai berikut:
2) BESR(2) ( Economic stripping ratio )
artinya berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih
itu ditambang secara tambang terbuka.
EF
BESR(2) =
G
dimana:
E = pendapatan /ton bijih (recoverable value / ton ore)
F = ongkos produksi /ton bjih (production cost / ton ore )
G = ongkos pengupasan tanah / ton waste ( stripping cost / ton waste)
3) BESR(3)
Biasanya keuntungan maksimum dimasukkan dalam pertimbangan BESR,
sebagai berikut :
F +H
BESR(3) = E
G
dimana :
H = keuntungan minimum/ton bijih yang diharapkan
expected minimum profit / ton ore
Tabel 4.3.
Contoh perhitungan Break Even Stripping Ratio BESR(2)
Grafik 4.1.
Contoh Grafik BESR(2)
Dari grafik BESR(2) terlihat bahwa tinggi rendahnya BESR sangat dipengaruhi
oleh
- kadar logam dari b ijih yang akan ditambang
- harga logam di pasaran
Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran,
dapat mengakibatkan perluasan tambang karena cadangan bertambah,
sebaliknya jika harga turun, maka jumlah cadangan akan berkurang.
Equivalent Yardage
Menyatakan berapa ongkos pemindahan lapisan penutup per satuan
unit volume tanah tertutup ($/m3, $/yd3). Besaran ini diterima dan menjadi
standar pada berbagai tambang dan distrik di AS. Konsep ini berguna untuk
menghitung maximum allowable stripping ratio dan pit limit . Beberapa
standar yang dipakai :
- Lake Superior iron ranges (loaded and hauled)
Glacial till $ 0.33 - 0.651 / m3
- Eastern US Coal fields (cast)
Tanah atau batuan lepas $ 0.13 - 0.391 /m3
- Western US porphyry copper district (blasted, loaded, hauled)
Quartz monzonit e porphyry $ 0.65 - 1.311 M3
Tabel 4.3
Equivalent Yardage Ratings
Material Rating e
Dredged mud, water 0.5
Loose sand 0.7
Common soil (sand, loam, till) 1.0
Hard soil (clay, hardpan) 1.5
Shaley rock 1.5-2.5
Sandstone, limestone 2-3
Hard taconite 3-5
Sumber : Hartman, 1987
Tabel 5.1
Ukuran jenjang berbagai endapan
Kuari hamp ir sama dengan open pit, tetapi jenjangnya pendek dan
hampir vertikal. Meskipun kuari selama in i diterapkan untuk bahan galian
logam, namun lebih disukai bila membatasi kuari untuk operasi batu
berdimensi. Jadi batu gamping yang di-crusher dihasilkan oleh open pit mine
sedangkan batu gamping berdimensi dihasilkan oleh kuari.
Gambar 5.1
Ilustrasi Kuari
Gambar 6.1
Metoda hydraulicking,
Gambar 6.2.
dredging hidrolik (Hartman, 1987)
Gambar 6.3.
Dredging mekanik (Hartman, 1987)
tembaga, biaya produksi total yang diperkirakan untuk metoda open pit
sekitar US $ 5,00 - US $ 6,80 / ton sedangkan leaching insitu sekitar US $
3,60 - US $ 4,40/ton.
Aplikasi dari leaching insitu sejauh ini dibatasi pada tembaga dari
uranium, dengan emas dan perak dengan leaching timbunan. Studi
percobaan mengindikasikan bahwa banyak logam seperti mangan, emas-
perak, alumunium, dan cobalt-nikel, adalah kandidat utama untuk leaching
insitu (Porter et.al, 1982). Leaching insitu dari lignite juga sedang dit eliti
(Sadler dan Huang, 1981).
pohon pelindung, pengolahan tanah yang tidak baik, saluran air yang
tidak baik, penggalian / tambang, dan lainnya menyebabkan lereng
tersebut menjadi tidak mantap, sehingga erosi dan longsoran mudah
terjadi.
Pada dasarnya longsoran akan terjadi karena dua sebab, yaitu naiknya
tegangan geser ( shear strees) dan menurunnya kekuatan geser (shear
strenght ).
Adapun faktor yang dapat menaikkan tegangan geser adalah
Pengurangan penyanggaan lateral, antara lain karena erosi, longsoran
terdahulu yang menghasilkan lereng baru dan kegiatan manusia.
Pertambahan tegangan, antara lain karena penambahan beban, tekanan
air rembesan, dan penumpukan.
Gaya dinamik, yang disebabkan oleh gempa dan getaran lainnya.
Pengangkatan atau penurunan regional, yang disebabkan oleh gerakan
pembentukan pegunungan dan perubahan sudut kemiringan lereng.
Pemindahan penyangga, yang disebabkan oleh pemotongan tebing oleh
sungai, pelapukan dan erosi di bawah permukaan, kegiatan
pertambangan dan terowongan, berkurangnya/hancurnya material di
bagian dasar.
Tegangan lateral, yang ditimbulkan oleh adanya air di rekahan serta
pembekuan air, penggembungan lapisan lempung dan perpindahan sisa
tegangan.
Sedangkan faktor yang mengurangi kekuatan geser adalah :
Keadaan atau rona awal, memang sudah rendah dari awal disebabkan
oleh komposisi, tekstur, struktur dan geometri lereng.
Perubahan karena pelapukan dan reaksi kimia fisik, yang menyebabkan
lempung berposi menjadi linak, disinteggrasi batuan granular, turunnya
kohesi, pengggembungan lapisan lempung, pelarutan material penyemen
batuan
Perubahan gaya antara butiran karena pengaruh kandunga air dan
tekanan air pori.
Wmin = Y + Wt + Ls + G + Wb
-
dimana :
W min : Lebar jenjang minimum (m)
Y : Lebar yang disediakan untuk pengeboran (m)
Wt : Lebar yang disediakan untuk alat-alat (m)
Ls : Panjang power shovel tanpa boom (m)
G : Radius lantai kerja yang terpotong oleh shovel (m)
Wb : Lebar untuk broken material (m)
dimana :
B : Lebar jenjang (m)
Ro : Digging radius dari alat muat (m)
L : Jarak antara sisi jenjang dengan rel (3 4 m)
L1 : Lebar lori (1,75 3,00 m)
L2 : Jarak untuk menjaga agar tidak longsor (m)
o Untuk Material Keras
B = N + L + L1 + L2
dimana :
B : Lebar jenjang (m)
N : Lebar yang dibutuhkan untuk broken material (m)
Disini tidak disediakan lebar untuk alat gali / muat, karena
dianggap alat muat bekerja disamp ing broken material
- Melinkov dan Chevnokov (Safety in Open Cast Mining)
o Untuk Lapisan yang lunak ( soft strata)
B = 2R + C + C 1 + L
dimana :
B : Lebar jenjang (m)
R : Digging radius dari alat muat (m)
C : Jarak sisi jenjang atau broken material ke garis tengah rel (m)
L : lebar yang disediakan untuk faktor keamanan, biasanya
sebesar dump-truck (m)
o Untuk Lapisan yang lunak ( soft strata)
B = a + C + C1 + L + A
dimana :
B : Lebar jenjang (m)
a : Lebar untuk broken material (m)
A : Lebar pemotongan pertama (m)
- Popov (The Working of Mineral Deposit)
a. Tinggi jenjang dan kemiringannya
L = Lm + SF x
dimana :
L : Tinggi jenjang (m)
Lm : Maximum cutting height dari alat-muat (m)
SF : Swell Factor (m)
x = 0,33 untuk cara corner cut
= 0,50 untuk cara box cut